Setelah aku pulang ke Jakarta, aku bertemu kembali dengan Ricky. Ia adalah satu-satunya temanku yang selamat pada waktu kehancuran kelompok besar Macan Hokien. Aku pun balik ke rumahku. Pada suatu malam Ricky datang ke rumahku dengan membawa gadis-gadis dari Jakarta Selatan. Aku lalu menjadi marah karena disaat kelompok ini hancur, Ricky bukannya memikirkan cara untuk membangun kembali kelompok ini, namun ia malah setiap hari menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang. Dengan marah aku usir para wanita itu dan kupecahkan semua botol bir yang ia bawa. Ricky meminta maaf atas kemalasannya. Akhirnya kupersilahkan ia masuk.
Pada saat aku berbalik badan, tepat di depanku ada sebuah cermin. Aku tanpa sengaja melihat wajah Ricky dan ternyata wajahnya penuh dengan amarah dan kebencian, seperti ia telah siap membunuhku. Aku segera berbalik badan dan memanggil anjing yang baru saja kupelihara. Lalu aku berpura-pura mengenalkan Ricky kepada anjing baruku ini. Anjing itu mencium bau bir yang tumpah dari botol pecah, kemudian ia menjilatinya. Tak lama kemudian anjing itu langsung mati. Ternyata bir itu mengandung racun.
Melihat hal itu Ricky langsung mengeluarkan kalibernya. Aku berhasil menghindar dan kabur ke kamarku dilantai 2. Lalu sekitar 8 orang masuk ke rumahku membawa senjata kaliber dan MP5 ukuran pendek. Aku dapat mengindentikasikan keberadaan mereka lewat beberapa kamera kecil yang tersembunyi diseluruh rumahku. Lalu aku membuka lemari pakaianku dan membawa 2 buah uzi, 1 buah MP5 ukuran panjang yang kuikatkan pada punggungku, serta 2 buah kaliber yang dimasukan ke kantongku. Lalu aku menerjang keluar kamar dan menembakkan 100 peluru dari kedua buah uziku dan membunuh 5 orang sekaligus.
Mereka kaget akan keganasanku lalu berusaha menghindar dan bersembunyi dibalik dinding. Lalu aku menoleh kebelakangku dan melihat ke TV yang ada di kamar. Aku melihat gambar seseorang bersembunyi dibalik dinding. Aku langsung membuang 2 buah uzi yang sudah kehabisan peluru itu dan mengambil MP5 ukuran panjang dari belakang punggung. Pistol ini dilengkapi dengan peluru jenis tajam dan dapat tembus dinding. Lalu aku menembakkan 30 peluru tajam ini menembus dinding dan membunuh satu orang yang bersembunyi dibaliknya. Lalu dua orang lainnya muncul secara tiba-tiba dengan pistol kaliber dan MP5, aku berusaha lari dan bahuku terserempet peluru. Lalu kukeluarkan 2 kaliber dan membunuh 2 orang lainnya.
Melihat hal itu, Ricky langsung lari, namun sempat terkejar olehku dan kakinya tertembak. Lalu aku menodongkan pistolku ke arah kepalanya.
"Mengapa kau mengkhianatiku?" tanyaku.
Lalu ia pun menjawab, "Macan Hokien sudah hancur dari dulu, jaman sudah berubah. Mengapa kau sendiri kembali ke Jakarta?"
"Lalu bagaimana dengan Wijaya dan Eka, apakah kau pembunuhnya? Pasti kau juga membunuh Erik Ang dan Andy" gertakku.
Ia pun menjawab, "Benar, Eka dan Wijaya aku yang bunuh, tapi bos lama kita dibunuh oleh kelompok naga Tio Ciu".
Setelah itu akupun menarik pelacuk pistolku. Lalu aku pun pergi meninggalkan daerahku dan mendirikan Macan Hokien baru yang aku pimpin sendiri. Anggota yang terkumpul hanyalah 5 orang. Namun mereka semua berbekal senjata mesin, karena aku sendiri sudah tidak memikirkan kepolisian lagi. Sadikin sudah lama mengkhianati bosku dan bekerja sama dengan kelompok lain.
Akhirnya aku membuka sebuah bengkel mobil, tujuanku adalah untuk menguras habis duit para pembalap illegal di daerah Citra Land dan Plaza Senayan. Pada suatu malama aku membawa mobilku bersama 5 orang anggotaku ke daerah itu. Mobilku bermesin American Muscle dan menguras banyak sekali uang dari pembalap lain. Para gadis didaerah itu tergila-gila padaku, namun cuma ada satu yang aku taksir. Namanya adalah Cynthia Lim yang berasal dari Taiwan. Badannya hampir setinggiku, wajahnya cantik seperti super model, rambutnya panjang dan dicat sedikit kecoklatan. Ia selalu memakai rok mini ketat berwarna biru muda.
Payudaranya terlihat sebagian dari atas dan montok. Setiap kali aku menang ia selalu tersenyum padaku dari jauh. Pada suatu saat ia berjalan ke arahku dan bertanya tentang mobilku. Akupun berbicara lama dengannya, dari sampai kehidupanku dulu sampai sekarang ini. Ia pun menjadi tertarik padaku. Tiba-tiba seorang anggota geng mobil berjalan ke arahku dengan 8 orang lainnya. Ia lalu mendorongku dan mengajakku bertarung. Dari gayanya sudah jelas ia iri hati kepadaku karena aku berhasil dekat dengan gadis cantik ini.
Aku langsung menendang wajahnya. Hidungnya langsung berdarah dan ada jejak sepatu di wajahnya. Teman-temannya langsung membawa beling botol. Lalu aku langsung mengeluarkan pistolku. Anggota gengku langsung mengeluarkan senjata mesin dan menodongkannya kepada mereka. Mereka lalu menjadi takut dan bos mereka yang baru saja kutendang mukanya langsung menantang aku balap mobil agar ia tidak kehilangan gaya. Aku pun menyetujuinya dengan syarat orang yang kalah harus membayar 600 juta dan meninggalkan Cynthia Lim selama-lamanya.
Lalu ketua geng mobil itu mengeluarkan mobilnya yang bermerk Skyline. Lalu kami balap bersama dalam sistem drag race. Pada waktu pertandingan dimulai, ia langsung memencet tombol nos dan mobilnya langsung melaju lebih kencang dariku. Namun ia hanyalah pembalap amatir yang tidak tahu bagaimana cara mengunakan nos. Setelah agak lama aku langsung memencet nos-ku juga dan mobilku melaju jauh di depan musuhku. Mobilku akhirnya tiba duluan dan menang. 3 menit kemudian mobil musuhku baru tiba. Ia mendapat olok-olokan dari semua orang yang hadir disana.
Cynthia lalu kebawa pulang kerumahnya yang berada di Pluit Mas. Pada saat ia kembali ke rumahnya ia langsung memelukku dan menciumku. Lalu ia masuk ke dalam rumahnya. Akupun kembali ke bengkelku. Namun ternyata bengkelku sudah habis dijarah orang. Aku pun marah dan mencari tahu pelaku penjarahan itu. Ternyata pelakunya adalah 20 orang tukang becak yang biasa mangkal sekitar 3 km dari rumahku. Aku dan semua anggota lalu menyiapkan senjata uzi, MP5, dan M16.
Lalu kami mengendarai van kami ke daerah itu dan membuka jendela mobil sebesar mungkin. Dalam waktu sesaat saja daerah itu langsung menjadi berantakan. Suara tembakan mesin dari mobilku yang tiada habisnya itu menghancurkan sederetan tempat tukang becak dan membunuh lebih dari 120 orang, belum termasuk yang terluka. Setelah itu aku juga menculik satu tukang becak dan menyiksanya sampai mengakuinya. Setelah itu kami mengambil kembali barang-barang kami yang dirampas.
Pada keesokan paginya bengkelku dikepung polisi dan semua barangku disita. Untungnya aku dan para anggota berhasil kabur. Namun pada malam itu juga kami menjadi makin brutal. Kami melempar granat buatan dan menghancurkan pintu depan kantor polisi. Lalu kami menerjang masuk dan menembakkan senjata mesin kami seperti kerasukan. Para polisi yang berbekal pistol magnum bukanlah tandingan kami. Puluhan dari mereka terbunuh dan terluka. Lalu kami menjarah brankas mereka dan berhasil mencuri lebih dari 800 juta rupiah. Setelah itu kami kabur dan menjadi terror di seluruh wilayah Jakarta Utara.
Tak lama kemudian ketua kepolisian Jakarta Utara, Sadikin kembali bernegoisasi dengan kami. Akhirnya kami sepakat untuk tidak mengganggu satu sama lain. Aku pun kembali ke daerah balap mobil illegal. Disana terlihat musuhku yang pernah kutendang wajahnya dan beberapa orang memakai jas dan bersenjata yang melindunginya. Lalu aku pun tidak takut dan masuk ke daerah itu seperti biasanya. Tak lama kemudian orang-orang yang memakai jas itu langsung menembaki kami. Kami pun membalas tembakan itu dengan senjata mesin kami. Para pembalap lain berteriak dan lari ketakutan.
Lalu tiba-tiba aku melihat seseorang memerintah tembakan untuk berhenti. Pada saat aku melihat orang itu ternyata ia adalah Tanjung Lim, bekas bos Macan Hokien yang menguasai daerah Pluit Barat, dan Pluit Selatan. Ia pun melihatku lalu mengampar anak ABG yang pernah kutendang itu. Tanjung segera meminta maaf padaku. Ternyata anak ABG itu adalah anaknya yang bernama Albert Lim. Akhirnya kami diundang ke rumahnya untuk beristirahat.
Ia menyatakan perasaan takutnya pada saat kelompok Macan Hokien hancur. Namun karena aku sudah kembali ke Jakarta dan ingin membangun kembali kelompok ini, maka ia mendukung penuh kepadaku. Aku tahu bahwa orang ini adalah orang licik yang ingin menggunakan tanganku untuk membangun kelompok ini, namun karena aku kekurangan dana, maka aku bersedia untuk bergabung dengannya. Albert merupakan keturunan ayahnya. Sifatnya pun sama seperti ayahnya. Ia tahu kekuatanku dan langsung meminta maaf atas kesalahannya dulu dan mengajakku untuk bergabung dengan tim balap mobilnya. Namun karena aku sudah tidak ingin mencampuri urusan itu lagi, maka mobil mahalku kuberikan kepadanya sebagai hadiah. Albert lalu tergirang-girang. Tanjung pun merasa senang dan menyuplai dana yang besar padaku.
Lalu akupun mengantar Cynthia untuk kembali kerumahnya. Dalam perjalanan itu ia tiba-tiba memegang bahuku dan berkata,
"Jangan bawa aku pulang. Hari ini aku bosan tidak berbuat apa-apa. Aku ingin melihat rumahmu, bolehkan?" tanyanya dengan suara manja.
Lalu akupun hanya menurut saja dan membawanya kerumahku. Saat ia melihat rumahku yang tidak begitu besar, ia tidak merasa kecewa, namun ia malah memelukku dan berkata,
"Aku kedinginan nih, peluk aku dong."
Lalu kupeluk badannya. Kepalaku bersender dibelakang kepalanya dan pipiku digosok-gosok ke rambutnya yang panjang dan halus. Kubelai rambutnya dan kucium bahunya yang halus itu. Lalu ia sudah tidak tahan lagi ingin bersetubuh denganku, lalu ia memegang tanganku dan menempelkannya ke vaginanya.
"Coba rasakan, terasa sangat hangatkan sayang?" tanyanya.
Aku pun meraba-raba vaginanya dan memang terasa hangat. Lalu aku menciumnya dan tanganku yang satu lagi meraba-raba payudaranya yang terasa sangat halus dan nikmat. Kami pun berciuman dengan mesranya. Lidahnya pelan-pelan masuk ke mulutku. Akupun membuka resleting dan kancing bajunya.
"Oh, Anthony, aku cinta padaku" katanya kepadaku.
Aku pun menjawab, "Aku juga cinta padamu Cynthia".
Lalu kami membuka semua pakaian kami dan saling menempel. Lalu kuajak dia bersama-sama pergi ke kamar mandiku. Aku lalu membuka air panas, dan karena menunggu air panas untuk mengisi bak mandiku perlu waktu yang lama, maka aku membawanya ke ranjangku. Lalu kurangkul dia dan tiduran diranjang. Kami lalu berpelukan dengan mesranya. Penisku sudah berdiri dan berada tepat diatas vaginanya. Aku lalu menekan payudara montoknya dengan dadaku dan tanganku meraba paha dan pinggulnya. Ia pun berGerak dengan pelan dan menggairahkan.
Lalu terdengarlah suara air di bak mandi penuh, maka aku pun mengendongnya ke sana karena ia merasa malas berjalan. Payudaranya menekan di punggungku, dan kakinya menjepit perutku. Kedua tangannya meraba-raba dada dan perutku. Lalu kami berdua masuk perlahan-lahan ke dalam air hangat. Pelukannya makin erat dan ia mengerang sedikit karena nikmat. Lalu aku berbaring dan air hangat itu menutup sampai ke daguku. Ia lalu berbaring di atas badanku, dan air hangat menutup tepat 2 cm diatas punggungnya.
Lalu tangan kami saling menjelajahi tubuh masing-masing. Badan Cynthia terasa lebih halus lagi. Paha dan pantatnya yang mulus tak terasa ku raba terus menerus. Payudaranya yang basah menindih dadaku. Ia lalu menciumku dan mengaduk mulutku dengan lidahnya. Lalu ia bangkit duduk di perutku dan memasukkan penisku langsung ke lubang pantatnya. Ia lalu bergerak maju mundur dengan pelan-pelan. Air hangat pun naik turun di dagu dan leherku.
"Ah.. Uh.." desahnya.
Lalu goyanganya makin cepat, dan air pun hampir masuk ke hidungku. Penisku benar-benar terpijit didalam pantat padat dan hangat itu.
"Sayang, gantian dong" katanya.
Lalu aku bangun dari posisiku dan memeluknya. Ia mengeluarkan penisku dari pantatnya dan memasukkannya ke dalam vaginanya. Lalu kami saling berpelukan dan berciuman. Payudaranya kembali tertempel di dadaku. Pahanya menjepit perutku dan ku cumbui dia dengan ganas.
"Ah.. Ah.. Aduh.." desahnya kuat.
Aku tidak berhenti sedetikpun dalam gerakanku. Penisku keluar masuk dalam vaginanya dengan kuat dan ganas. Kujilati leher dan pundaknya. Sedangkan kepalanya terangkat ke belakang, dan matanya tertutup menikmati cumbuanku. Tak lama kemudian kami mencapai tahap orgasme dan bergetar bersama dalam pelukan yang mesra. Setelah itu spermaku memuncrat keluar dan hanyut terbawa air hangat. Sekeliling kamar mandi itu menjadi basah semua. Lalu kami mengeringkan diri dengan handuk dan tidur bersama. Ia pun memakai baju tidurnya yang berwarna pink dan halus. Saat kami tidur, ia memelukku dan baju tidurnya terasa halus dan enak diraba bersama tubuhnya yang elok. Kami menggunakan satu selimut besar untuk tidur. Pelukan kami berdua membuat kami terasa hangat dan nyaman. AC kusetel paling dingin agar pelukan kami berdua tidak terasa terlalu panas.
*****
Beberapa bulan kemudian anggota Macan Hokien yang kudirikan itu bertambah hingga mencapai angka ribuan, karena banyak kelompok bekas Macan Hokien yang sudah terpencar kembali bergabung. Banyak juga kalangan anak ABG yang sudah dewasa yang bergabung, karena mereka kagum atas nama besarku. Banyak kelompok lain yang baru berdiri pun langsung bergabung denganku.
Hanya dalam beberapa saat kekuasaanku sudah mencakupi seluruh wilayah Jakarta Utara.
Akhirnya tiba saatku untuk membalas dendam kematian ketua Macan Hokien yang dulu, Buntara Tan. Maka aku mengadakan serangan besar ke sebuah gudang makanan kaleng milik musuh besarku, kelompok Naga Tio Ciu. Serangan itu hanyalah sebuah jebakan. Pada saat kelompok Naga Tio Ciu mengirim semua anggotanya untuk menjaga daerah itu dan beberapa daerah lainnya, aku bersama 5 orang anggota bersenjatakan pistol, menerobos ke rumah ketua kelompok itu. Aku berhasil menahan seluruh keluarga mereka dan membawanya ke tempat terpencil.
"Beraninya kau menghancurkan dan membunuh ketua Macan Hokien, sekarang adalah hari kehancuran Naga Tio Ciu".
Lalu kuperintahkan agar semua anggota keluarga itu diikat di dalam box, dan lalu box itu dijalankan disebuah papan besi berjalan. Box itu kemudian dibawa ke dalam sebuah mesin. Ternyata itu adalah mesin pembuat makanan kaleng untuk anjing. Suara mesin yang keras itu menutup teriakan kesakitan oleh keluarga mafia itu. Akhirnya kalengan yang jadi semua dipenuhi dengan darah. Lalu pabrik itu kami bakar untuk menutup bukti.
Pada keesokan harinya berita di kalangan masyarakat mengatakan bahwa pabrik pengalengan terjadi kebakaran akibat kesalahan arus listrik, sedangkan keluarga pemilik pabrik itu kabur keluar negeri entah kemana dengan membawa seluruh gaji para karyawan karena mereka tidak mempunyai asuransi kebakaran. Namun didunia kalangan bawah, kelompok Macan Hokien sudah bangkit kembali, dan kali ini Macan Hokien lebih garang dari biasanya karena kekuasaanya yang meliputi seluruh Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Kedudukanku makin ditakuti kelompok lain.
Pada saat itu kelompok orang Hakka dari Jakarta Timur dan mafia lain dari Jakarta Selatan serta Tanah Abang segera mengirim utusan mereka untuk bernegoisasi. Akhirnya kesepakatanpun dibuat antara semua mafia, yaitu pengakuan kedaulatan atas kekuasaan Macan Hokien di Jakarta Utara dan Barat, serta perjanjian damai atas semua pihak. Kelompok Hakka dan Jakarta Selatan membentuk persekutuan dengan Macan Hokien dan dikenal sebagai tiga saudara besar. Sedangkan kelompok dari Tanah Abang masih bersikeras untuk bersekutu dengan Aliansi Mafia China Daratan.
Dunia bawah di Jakarta dipimpin oleh 2 persekutuan dan ratusan geng kecil, termasuk anak-anak ABG yang masih pelajar, dan para geng motor serta geng mobil. Beberapa diantaranya memiliki ikatan perdamaian dengan pihak kepolisian, namun kelompokku paling sering mendapat peringatan keras karena aku sering bertindak dengan menggunakan senjata api. Maka dari itu akupun harus membayar uang sogokan dua kali lipat. Untuk kelompok lain, mereka tidak dapat melakukannya karena tidak mempunyai uang banyak untuk menyogok para polisi.
Beberapa minggu berikutnya para mafia dari Hongkong dan Taiwan datang menemuiku untuk bekerja sama. Kami sepakat untuk bekerja sama dalam saling menjaga keamanan, membuka restoran, bar, kasino, dan club-club lain. Ada pula mafia dari Eropa seperti Columbia, Italy, Jamaika, dan Afrika untuk menawarkan kerja sama, namun terpaksa harus kutolak karena kerja sama yang mereka inginkan adalah tawaran untuk bisnis narkotika yang telah disepakati oleh ku dengan pihak kepolisian untuk menjauhinya. Maka terpaksa tawaran itu kutolak. Aku hanya berharap kelompok mafia lain akan menyetujuinya, sehingga aku bisa mengadu domba kelompok mafia lain dengan kepolisian agar aku bisa memperluas daerah kekuasaanku dengan mudah.
Tak lama kemudian aku menikahi Cynthia Lim. Kami tinggal di rumah yang besar di Pantai Mutiara. Rumah kami 3 tingkat, dilengkapi dengan kolam renang dan 2 garasi. Garasi pertama untuk 3 mobil pribadi yang aku miliki, dan garasi kedua untuk kapal mini pribadi yang aku pakai untuk memancing ikan bersama istri tersayangku setiap minggunya. Umurku sekarang sudah mencapai 30-an dan istriku masih berumur 20-an. Kami memang pasangan yang cocok. Istriku selalu baik padaku dan membantuku apabila aku berada dalam masalah. Namun yang parahnya adalah istriku juga dikenal sebagai ratu belanja. Ia sering menghabiskan uang untuk kosmetik, sedangkan aku menghabiskan uang untuk membeli perlengkapan sub woofer dan alat elektronik lainnya.
Bersambung . . .