Bercinta ditaman ria

Namaku Deny. Aku mempunyai seorang pacar yang bernama Maria C. Maria itu tingginya sekitar 150 cm, berat 58 kg, ukuran BH 34C. Kakinya sangat indah dan betisnya padat berisi. Ia memakai gelang kaki di kaki kirinya, dan kalau berjalan terdengar bunyi gelang kakinya. Ia suka memakai baju yang seksi yang memamerkan perut dan pusarnya itu dan juga celana pendek dan ketat, sehingga membuat nafsu orang.
Pada malam minggu, aku mengajaknya pergi jalan-jalan ke Taman Ria Senayan. Aku menjemput ke rumahnya pada jam 5 sore, lalu berangkat ke tempat tujuan.
“Hai Den, gimana kuliah lu..? Bisa ngikutin ngga? Jangan-jangan ngga bisa lagi.” kata Maria memulai pembicaraan.
“Bisa dong Mar.. Gue kan pinter. Masa lu ngga tau sih.” kataku sambil mengelus rambutnya dan mencubit pipinya yang tembem itu.
Lalu kami berangkat menuju ke tempat tujuan sambil membicarakan tentang pelajaran masing-masing.
Sesekali kucuri pandang untuk melihat pahanya yang mulus, berwarna kuning langsat dan memantulkan cahaya matahari pada sore hari.
“Ah.. andai saja aku bisa merasakan kelembutan kulitnya itu,” pikirku dalam hati.
Pikiranku mulai kacau pada saat itu, apalagi setelah berhenti di lampu merah, secara sekilas kulihat dadanya. Tampak belahan dadanya, karena dia memakai baju agak turun ke bawah.
“Gile toketnya padat dan berisi.” bayangku sambil menunggu lampu hijau.
Setelah beberapa lama, maka sampailah kami di Taman Ria Senayan, kira-kira jam 7 malam. Kami langsung memasuki salah satu cafe yang ada di sana. Kami memesan makanan dan kami bercanda, dan memulai kegiatan pacaran kami. Setelah kira-kira 1,5 jam kami makan-makan di cafe itu, kami keluar dan berjalan-jalan. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku dan kupeluk bahunya. Kelembutan kulit bahunya membuat pikiranku menjadi nakal, ingin kulihat apa yang ada di balik baju dan rok mininya itu.
Maka aku berkata pada Maria, “Eh Mar, kita ke mobil yuk. Ada sesuatu nih buat luh. Asyik lho.. dijamin..!” kataku sambil senyum.
“Ya udah, ayo kita balik.” balasnya.
Akhirnya kami balik ke mobil sambil kulihat jam tanganku yang menunjukkan jam 9 malam.
Setelah sampai ke dalam mobilku yang bermerek kijang, kami duduk di kursi bagian tengah, lalu kutanya padanya.
“Eh Mar, lu mau cipokan ngga sama gue. Kita kan udah pacaran ampir 2 tahun..?” tanyaku kepadanya.
“Ya udah deh sekali-kali. Tapi cuman cipokan doang yah, ngga lebih dari itu..!” ia menyetujui permintaanku.
Akhirnya kami mulai saling mendekatkan kepala masing-masing dan mulailah acara ciuman itu.
Kumainkan lidahnya. Dia pun juga membalas dengan hebatnya. Sambil kucium mulutnya, tanganku mulai mengelus-ngelus punggungnya. Bahunya kuraba.., lalu mulai turun ke punggung dan sampailah ke pantatnya. Ia pun terkejut ketika aku memegang pantatnya yang bulat dan kencang itu.
Lalu ia melepas pelukannya dariku dan berkata, “Eh Den, jangan macem-macem deh..!” katanya dengan nada yang menyentak.
“Ah Maria, ngga apa-apalah sekali-kali buka bukaan.” balasku sambil meremas dadanya.
“Den..! Apa-apaan sih..!” marahnya.
Aku tidak mendengarkan omelannya, malah kutampar pipinya agar ia diam dan menuruti perintahku.
“Diem ngga..! Buka baju lu, kalo ngga gue tampar lagi nih..!” teriakku.
Ia tetap tidak mau membuka bajunya, maka kutampar sekali lagi, dan langsung ia menurunkan retsleting bajunya yang berada di bagian punggungnya. Setelah terbuka bajunya maka langsung terpampanglah kedua susunya yang berwarna putih bersih dan agak kuning langsat. Ternyata ia tidak memakai BH. Maka langsung saja tanpa basa basi kupegang dan kuremas susunya.
Ia berteriak kesakitan dan juga sekaligus minta tolong karena ia mau diperkosa.
Mendengar teriakan itu maka langsung kujambak rambutnya, dan kubilang, “Eh Mar, ngga ada gunanya lu teriak juga. Kita parkir di tempat yang sepi. Ngga adaorang.” jawabku sambil tertawa karena senang dapat memperkosanya.
Ia hanya menangis saja. Aku bukannya merasa kasihan, justru malah tambah bersemangat mendengar tangisannya itu. Maka aku mengambil ikat pinggang dan menghajar perut dan pahanya berkali-kali agar ia diam, dan langsung kutarik ke bawah roknya yang mini itu sampai lepas. Ia sekarang bertelanjang dada dan hanya memakai CD-nya yang berwarna putih itu.
Batang kemaluanku mulai menunjukkan aktivitasnya. Maka tanpa membuang waktu aku langsung mengemut dan mengunyah susu kirinya dan puting susu kanannya kucubit-cubit.
Maka terdengarlah suara, “Aahh.. eemmh.. sakit Den..!”
Aku tetap mengunyah susunya. Malah semakin ganas.
Setelah 15 menit merasakan kedua susunya secara bergantian, maka aku beristirahat sebentar. Kemudian kupindahkan Maria ke jok bagian belakang, sehingga tidak ada yang melihat kami berdua dengan jelas.
Oh ya, aku baru ingat bahwa di laci mobil ada suntikan untuk mengeraskan dan mengencangkan susu cewek. Maka langsung kuambil dan kembali untuk menyuntikkan ke kedua susunya. Pelan-pelan kumasukkan jarum suntiknya ke dalam payudaranya. Sedikit demi sedikit jarum itu menembus daging susunya yang kenyal itu.
“Aaahhh..,” teriaknya dengan suara yang keras dan hisreris sampai kupingku sakit.
Karena kupingku pengang karena teriakannya, maka kusumpal mulutnya dengan sapu tangan milikku. Lalu kembali kutarik jarum suntikan itu yang sempat menancap selama beberapa detik karena aku menyumpal mulutnya. Kemudian kusuntikkan lagi sisa cairan itu ke susu yang satunya lagi sampai habis.
Suaranya tidak terdengar keras lagi karena tertahan saputanganku. Darah menetes keluar karena kucabut suntikan itu. Maka kuletakkan suntikan itu dan langsung menjilat darahnya yang menetes sekaligus keringatnya sambil memukul-mukul kedua susunya agar cairan yang berada di dalamnya menjadi rata.
Setelah selesai menyuntik kedua susunya, maka aku segera menjilati mulai dari lehernya, lalu perut sampai pahanya yang lembut itu, dan kubalikkan dia sehingga dia dalam posisi telungkup. Kumainkan pantatnya beberapa saat dan langsung melucuti CD-nya. Kumainkan anusnya sampai puas. Setelah itu kubalikkan lagi posisi tubuhnya dan langsung mengangkangkan kedua kakinya dan kujilati kemaluannya dengan lidahku yang lumayan panjang itu.
Suara erangannya mulai terdengar lagi. Sambil kujilat vaginanya, tanganku juga keluar-masuk ke anusnya. Vaginanya yang berwarna merah segar apalagi mengkilat karena keringatnya memantulkan cahaya lampu di halaman parkir. Semangatku mulai menggebu-gebu. Aku mulai melepas semua pakaianku dan memasukkan kejantananku ke dalam vaginanya yang masih rapat. Pelan-pelan kukeluar-masukkan penisku untuk menjebol selaput daranya.
Setelah semakin lama semakin dalam masuknya kejantananku karena sudah mulai longgar vaginanya, maka satu, dua, tiga.., “Blesss.., Aaahhh..!” ia mengerang kesakitan.
Masuklah kejantananku sampai menyentuh ke dalam rahimnya. Keluarlah darah segar dari dalam vaginanya dan mengalir keluar melewati bibir vaginanya membasahi jok mobilku yang terbuat dari kulit. Setelah diam sejenak, langsung kusetubuhi Maria pelan-pelan agar lama diriku mencapai klimaksnya.
Lama-lama ia mulai mengikuti iramanya. Kepalanya kadang ke kiri kadang ke kanan. Keringatnya mengalir sangat deras dan membasahi seluruh tubuhnya mulai dari rambut, leher, kedua susunya, perut, sampai paha dan betisnya yang halus dan berisi itu, membuat nafsu birahiku meledak-ledak. Sambil menyenggamai Maria, kedua susunya kupukul-pukul sampai berwarna merah, kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat itu. Satu tanganku juga meremas-remas kedua susunya secara bergantian. Keluarlah cairan yang berwarna putih keluar dari puting susunya akibat dari suntikan yang kuberikan tadi. Cairan itu mengalir keluar dan membasahi sela-sela jariku. Licin rasanya. Kemudian sambil bermain, kujilati cairan itu. Ternyata cairan putih itu sangat enak dan manis rasanya. Maka aku kembali meremas-remas agar keluar lagi cairan itu.
Setelah puas dengan cairan itu, kubuka saputangan yang ada di mulutnya itu dan menggantinya dengan batang kejantananku. Tentu saja posisinya berubah dari 66 menjadi 69. Kupaksa untuk menyedot dan memainkan penisku. Kejantananku yang sudah basah dan berlumuran dengan darah dalam vaginanya kupaksa ia menjilatinya dengan bersemangat. Akhirnya dengan rasa mual dan mau muntah ia menjilatinya dengan terpaksa. Kalau tidak mau dia kembali saya hajar dengan ikat pinggang.
Sambil ia menikmati kemaluanku, kumainkan vaginanya yang sudah mulai longgar dan basah. Kujilati kacang kedelenya semakin lama semakin cepat. Anusnya juga tidak ketinggalan. Tanganku juga menusuk-nusuk keluar masuk anusnya. Anusnya yang tadinya sempit yang hanya dapat dimasuki 2 jari, lama-lama 3 jari masuk juga. Akhirnya liang senggamanya tidk kuat dan, “Syurrr.. syurrr..” keluarlah cairan dari vaginanya yang langsung kujilati sampai habis tak bersisa. Gurih dan manis rasanya. Oh aku pun juga ingin mencapai klimaksnya. Maka segera kucabut kemaluanku dari mulutnya dan segera berganti posisi kembali ke 66. Langsung kumasukkan penisku ke vaginanya dan mulai kuperkosa lagi si Maria.
Beberapa menit kemudian tercapailah klimaksnya, dan “Aahhh.. crot.. crot.. I love you Mar.., aahhh.. crot..!” spermaku keluar dengan derasnya dan langsung masuk ke dalam rahimnya.
Panas yang ada di dalam vaginanya dirasakan oleh Maria. Ia kembali menangis karena menyadari dirinya akan hamil. Kembali kutampar pipinya karena ia menangis.
“Kenapa lu nangis Mar..? Cengeng lu anaknya..!” tanyaku berpura-pura tidak tahu.
Ia hanya diam saja takut aku marah dan menamparnya lagi. Tapi aku merasa kurang puas kalau hanya memperkosanya saja. Maka kembali aku mengambil ikat pinggangku dan menyiksanya lagi.
Ia berteriak kesakitan, tetapi aku tetap menyabet paha, perut dan kali ini berikut punggungnya juga. Kulitnya merah-merah dan mengkilat karena penuh dengan keringatnya. Kedua susunya kembali kuhisap dan kunyah sekaligus aku menghirup bau badannya yang membuat tenagaku pulih kembali sehabis mencapai klimaks yang pertama tadi. Aku melihat jam tanganku, dan ternyata menunjukkan pukul 11 malam. Aku tidak perduli dan langsung kembali menikmati tubuhnya.
Aku mulai mencium mulutnya, kumainkan lidahnya. Setelah puas lalu turun untuk mencium puting susunya yang berwarna kuning kecoklatan. Kukunyah dan kuhisap kedua susunya sampai basah kuyup karena keringat dan juga air liurku. Setelah puas dengan susunya, langsung kumasukkan batang kejantananku ke dalam vaginanya dan langsung kupegang kedua kakinya dan kukangkangkan kedua betisnya yang penuh dengan keringat.
“Aahh.. aahhh..!” erangannya karena keenakan.
Kepalanya kadang ke kiri, kadang ke kanan. Lehernya yang penuh dengan keringat sehingga memantulkan cahaya lampu membuatku bersemangat ingin terus memperkosanya sampai benar-benar puas. Sambil kusenggamai Maria untuk kedua kalinya, kuperas susu kanannya dengan sangat keras, sehingga langsung keluar cairan yang berwarna putih dengan sangat banyaknya, dan langsung mengalir melewati kulit susunya dan menetes ke jok mobilku.
Setelah beberapa menit aku mencapai klimaksnya.
“Aaahhh.., crot.., crot..! Maria.., crot.., I love you, aahh.. crot..!”
Untuk kedua kalinya spermaku langsung menyembur dan masuk ke dalam rahimnya yang sudah basah itu. Ada sebagian sperma yang keluar karena sudah penuh di dalam. Aku melihat ia sangat kelelahan. Matanya sayu agak sipit. Keringat menempel pada seluruh kulit badannya mulai dari rambut sampai ke pergelangan kaki. Setelah aku puas, kucubit-cubit kulitnya mulai dari betis, paha, perut, puting susunya, dan yang terakhir pipinya yang merah karena banyak kutampar.
Setelah selesai, aku memakai bajuku dan Maria kusuruh merapikan dirinya yang lusuh itu. Tapi sebelum itu kusuruh Maria seperti gaya anjing. Kedua tangannya berada di atas jok dan kedua kakinya ada di bawah. Setelah berposisi seperti itu, tanganku langsung masuk dan mengorek vaginanya, dan keluarlah spermaku melalui rongga vaginanya dan mengalir jatuh melalui paha bagian dalamnya, lalu ke karpet mobil.
“Aah.., sakit Den..! Udah Den..!” teriaknya memohon kepadaku untuk berhenti.
Mendengar permohonannya, aku berhenti dan mengeluarkan tanganku, lalu menepuk-nepuk dan mengelus-ngelus pantatnya.
“Aduh.., kasihan Maria.., Sakit yah..? Iya deh, gue berhenti.” balasku sambil tertawa mengejeknya.
“Ya udah sana pake baju sama celana lu..!” perintahku.
Lalu ia memakai baju dan celana mininya itu.
Setelah selesai lalu kami pulang menuju ke rumahnya, dan mengancam untuk tidak memberitahukan ke kedua orangtuanya. Aku mengancam untuk membunuhnya secara sadis bila ia melaporkan ke orangtuanya. Kulihat jam dan menunjukkan angka 01.35 tengah malam. Berarti aku telah memperkosanya selama lebih dari 3 jam. Lelah rasanya dan kulirik Maria yang mulai tertidur di mobilku. Aku mengendarai mobilku untuk pulang dengan pelan karena lelah. Maka sampailah ke depan rumahnya. Setelah ia turun dari mobilku, aku lalu pulang ke rumahku dan sampai pada jam 2 pagi.
Itulah kisah cintaku dengan Maria C. yang berakhir dengan kegembiraan.