Pada hari berikutnya sebelum aku pulang dari tugas, aku dipanggil dokter kepala perawatan VIP. Jantungku berdebar kuat, dan aku pucat, takut dan malu bercampur aduk. Apakah ketahuan perbuatanku tadi malam? Benar-benar bingung aku saat itu, dan sambil berjalan gontai aku menuju ruangan dokter kepala. Sebelum masuk aku berusaha tenang, dan akhirnya aku ketuk pintu dan aku masuk.
"Se.. laammat Pagi Dok" sapaku bergetar.
"Oh kamu Rin, selamat pagi, duduklah, kamu sakit?"
"Tidak Dok, mung.. kin kurang tidur saja."
"OK begini Rin.. (jantungku makin berdebar serasa akan copot), Mr. Siof besok sudah bisa keluar, tapi rasanya perlu pengawasan sekitar 5 hari lagi sampai seminggu atas permintaanya" kata dokter kepala. Plong rasanya. Aku tahu maksudnya.
"Terus maksud Dokter bagaimana?" tanyaku.
"Kami sudah putuskan selama masih dalam pengawasan, Mr Siof minta untuk didampingi seorang perawat. Sebab saat ini adiknya tidak selalu berada di apartemennya".
"Nah, kalau kamu tidak keberatan, kamu yang aku tunjuk untuk mendampinginya selama masih dalam pengawasan" sambungnya.
"Dok, kalau boleh usul, mengapa tidak dirawat di sini saja?" usulku.
"Memang itu baik, tapi Mr. Siof bilang sudah bosan di ruang rawat dan ruang itu akan segera diisi pasien lain yang sudah menunggu. Bagaimana. Apa kamu sanggup?".
"OK dok, saya sanggup saja, tapi surat perintah untuk saya kapan?"
"Nanti siang juga sudah selesai, saya taruh di ruang ini. Untuk ijin suami ya. Beres deh, jangan kuatir, nanti aku call suamimu.." kata dokter sambil tersenyum, dan membuat aku malu sendiri. Takut jangan jangan dokter tahu kejadian tadi malam.
"OK Rin, mulai besok siang, tugasmu mengawasi kondisi pasien Mr. Siof di apartemennya sampai sembuh total" kata dokter kepala dan aku pun keluar mengikuti langkahnya.
Pikiranku kacau, campur aduk, dan terbayang apakah akhirnya aku akan ditiduri Siof? Ada rasa ingin merasakan, tapi juga ada rasa takut. Sampai aku pulang masih terbayang seandainya aku sampai tidur dengan Siof. Ohh, aku belum bisa membayangkannya. Esoknya aku datang agak siang dan langsung ke ruangan dokter kepala, langsung aku diberikannya surat tugas.
"Paling lima hari atau seminggu juga sudah sembuh Rin" katanya sambil menepuk pundakku. Padahal aku tahu Siof sebenarnya sudah sehat benar, paling hanya memulihkan tenaganya saja.
Dari situ aku langsung ke ruang rawat Siof. Aku dapati dia sudah siap untuk meninggalkan RS, semua barangnya sudah masuk dalam kopor dan dia bilang bahwa semua urusan administrasi sudah selesai, tinggal menunggu perawat yang akan merawat di tempat tinggalnya. Dan ternyata dia belum tahu bahwa aku lah yang akan merawatnya. Sambil memelukku dia menyambutku.
"Terima kasih Rin, kamu telah memperhatikan aku sepenuhnya.." Katanya dengan nada sedih. Aku mengerti, mungkin kalau bukan aku yang akan merawatnya, aku akan sedih juga.
"Tenang Siof, akulah yang akan menemanimu sampai kamu sembuh" kataku.
"Benar!!??" ujarnya surprise sambil badanku diguncang-guncang penuh gembira.
Seterusnya kami berkemas dengan dibantu office boy membawa barang Siof ke mobilku.
"Tidak naik taxi saja?" kata Siof.
"Lebih leluasa pakai mobilku yang jelek ini" jawabku sambil nyengir.
"Not too bad, aku suka dengan mobilmu"
Dalam perjalanan tidak terlalu banyak kami bicara. Sebelum ke apartemennya Siof minta diantar mampir ke salon untuk memotong rambutnya, dia minta dicukur habis. Aku perhatikan setelah selesai cukur plontos, mirip pemain bola dari Inggris yang aku kurang jelas namanya sebab bentuk kepalanya bundar sekali.
Setelah sampai di apartemennya, ternyata Siof tinggal di sebuah apartemen sangat mewah di bilangan Slipi. Apartemen dengan dua kamar tidur yang cukup besar, dua kamar mandi di dalam, satu dapur modern, ruang santai dan ada ruang tamu. Aku pikir Siof pasti orang berkecukupan, dengan menyewa apartemen besar dan mewah.
Setelah aku persilakan Siof istirahat, aku mulai membereskan semua kelengkapan Siof dan aku menyiapkan semua obat untuk selama seminggu. Dan rupanya Siof sudah memesan makanan untuk makan siang untuk diantar kekamar. Sebab tak lama aku selesai ada pelayan restoran membawa kereta dorong dengan penuh makanan.
Setelah kami makan siang, kusiapkan obat untuk Siof sambil kami mengobrol serta menonton TV. Kupersilakan dia tidur. Dan akhirnya dia tertidur dan aku juga tidur di sofa panjang. Sorenya seperti biasa saja, dia mandi dan aku bereskan tempat tidurnya, dan berikutnya aku gantian mandi.
Sebelum aku mandi, aku lihat Siof memakai kimono motif Jepang asli. Dan astaga, terlintas saat dia merapikan duduknya, Siof tak memakai CD. Aku berdesir melihat pandangan sepintas tersebut, tapi rasanya tak mungkin aku bisa menghindar lagi untuk bercinta dengan Siof. Maka dengan jantung berdebar, aku mandi dengan pikiran tidak tenang, tapi akhirnya kupasrahkan yang akan terjadi ya terjadilah, bukankah aku memang juga ingin merasakan penis raksasa itu.
Maka sehabis mandi sengaja kuusapkan pewangi hampir di seluruh tubuhku. Dengan jantung berdebar cepat aku tinggalkan kamar mandi mewah tersebut. Aku berusaha setenang mungkin, dan aku berusaha bercanda dengan Siof, untuk mengurangi ketegangan. Namun ternyata Siof sudah mengorder makan malam di kamar. Setelah aku selesai menyisir rambut, sebagian lampu telah dipadamkan, ternyata sudah ada dua lilin yang menyala di meja, romantis sekali batinku.
Setelah makan malam selesai, kami bersantai menonton TV dan Siof bergegas ke kamar mandi. Dia akan menggosok gigi dan pipis. Aku ikuti, karena aku juga akan menggosok gigi. Saat aku sedang menggosok gigi, Siof buang air kecil di belakangku, tapi tak sangka setelah selesai dia menyabun dan mengeringkan kemaluannya. Rasanya hal yang jarang dilakukan laki-laki.
Setelah selesai kami kembali ke kamar dan meneruskan menonton TV. Kami tidak banyak bicara, karena perhatian kami tertuju ke TV, namun batinku bekerja terus dengan denyut jantung yang memburu, dan akhirnya semakin cepat saat Siof bangkit dari sofa menghampiriku untuk mengajak menonton TV dari bed. Aku tahu, kami tak akan menonton TV lagi, maka aku benar-benar menyerah dan pasrah, walaupun dalam hati kecilku ingin juga. Hehehe.. Maka waktu aku merebahkan tubuhku di samping Siof, rasanya jadi berdebar namun penuh harap. Siof mulai membalik tubuhnya menghadapku dan tangan kanannya diletakkan di atas perutku.
"Rin, kamu sudah tahu maksudku kan?" katanya lirih di telingaku. Merinding aku mendengarnya, dan aku hanya menganguk.
"Yyes. I know, your.." Belum selesai aku menjawab, kurasakan bibirnya sudah menyentuh leherku, terus menyusur ke
pipiku.
Dengan tubuhnya bergeser merapat, bibirku dilumatnya dengan lembut. Ternyata dicium pria bibir tebal nikmat sekali, aku bisa mengulum bibirnya lebih kuat dan ketebalan bibirnya memenuhi mulutku. Sensasi nikmat yang belum pernah kudapat. Sedang kunikmati lidah Siof yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangan besarnya menyelusup dalam kimonoku dan meremas lembut payudaraku. Ohh.., payudaraku ternyata tercakup seluruhnya dalam tangannya. Dan aku rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak birahiku, padahal baru awal pemanasan.
Bibir Siof mulai meneruskan jelajahannya, sambil menarik tali kimonoku, leherku dikecup, dijilat kadang digigit lembut. Sambil tangannya terus meremas-remas payudaraku. Tubuhnya sudah di atasku, bibirnya terus menelusur di permukaan kulitku. Dan mulai puting kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Kadang-kadang seolah seluruh payudaraku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai menjamah kemaluanku yang pasti sudah basah sekali. Dibelainya buluku yang hanya sedikit. Sesekali jarinya menyentuh klit-ku.
Bergetar semua rasanya tubuhku, dan jarinya mulai sengaja memainkan klit-ku. Dan akhirnya jari besar itu masuk ke dalam vaginaku. Oh, nikmatnya, bibirnya terus bergantian menjilati puting kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke kemaluanku yang seminggu yang lalu diciuminya sampai aku orgasme. Kali ini diciumnya bulu tipis kemaluanku dan aku rasakan bibir kemaluanku dibuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali kemaluanku dibuat mainan oleh bibir Siof, kadang bibirnya dihisap, kadang klitku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir kemaluanku sambil menghisap klit. Siof benar benar mahir memainkan kemaluanku. Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan. Dan..
Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan klitku dengan mulutnya, kuremas-remas kepalanya yang botak, untuk kedua kalinya aku orgasme hanya dengan bibir dan lidah Siof. Siof terus mencumbu kemaluanku, rasanya belum puas dia memainkan kemaluanku hingga kembali bangkit birahiku dengan cepat.
"Siiooff.., please fuck me, please.." kataku memohon sambil kubuka pahaku lebih lebar.
Siof pun bangkit membuka kimononya. Dan dengan berdebar menunggu dengan semakin berharap. Sepintas kulihat, kemaluan Siof sudah maksimal, tegak hampir menempel ke perut. Dan saat Siof pelan-pelan kembali menindihku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar vaginaku menunggu masuknya kemaluan raksasa itu. Aku pejamkan mata. Dan Siof mulai mendekapku sambil terus mencium bibirku lagi, kurasakan di antara bibir kemaluanku mulai tersentuh ujung kontol raksasa. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir kemaluanku terdesak menyamping. Terdesak benda besar itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang kemaluanku dimasuki kontol Nigeria itu. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kemaluannya.
Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung penis itu menyentuh bagian dalam kemaluanku, maka secara refleks kurapatkan pahaku, tapi betapa aku terkejut. Ternyata sangat mengganjal sekali rasanya, besar, keras dan panjang.
Siof terus menciumi bibir dan leherku. Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas tetekku. Tapi konsentrasi kenikmatanku tetap pada kontol besar yang mulai beraksi dipompakan halus dan pelan. Mungkin Siof menyadarinya, supaya aku tidak kesakitan. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah kualami. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kontol besar itu. Kenikmatan, keanehan, tidak bisa kutuliskan.
Maka hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan Siof tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka makin gencar dia melumat bibirku, leherku dan remasan tangannya makin kuat. Dengan tusukan kemaluan Siof yang agak kuat dan dipepetnya klit-ku diteruskan dengan menggoyang goyangnya, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat sekenanya. Vaginaku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah kualami senikmat seperti sekarang. Ohh, aku benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan.
"Shiitt.. ooff.. off.. off, oohh.. hh, i.. i got it.."
Aku sendiri terkejut atas teriakkan kuatku. Oh, setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas. Setelah dua kali aku orgasme dalam waktu relatif singkat, namun terasa nyaman sekali, Siof membelai rambutku yang basah keringat. Kubuka mataku, Siof tersenyum dan menciumku lembut sekali, tak henti hentinya tetekku diremas-remas pelan.
Tiba tiba, serangan cepat bibirnya melumat bibirku kuat dan diteruskan ke leher serta tangannya meremas-remas tetekku lebih kuat. Birahiku naik lagi dengan cepat, saat kembali Siof memompakan kontolnya semakin cepat. Uuhh, sekali lagi aku mencapai orgasme, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali aku berteriak lebih keras lagi.
Siof terus memompakan rudalnya dan kali ini Siof ikut menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram lenganku dan satunya menekan tetekku. Aku makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan sperma yang kuat di dalam vaginaku, menyembur berulang kali, seperti yang pernah kulihat. Oh, terasa banyak sekali cairan kental dan hangat menyembur dan memenuhi vaginaku, hangat sekali dan terasa sekali cairan yang keluar seolah menyembur seperi air yang memancar kuat. Setelah selesai, Siof memiringkan tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut payudaraku sambil mencium wajahku. Aku senang dengan perlakuannya terhadapku.
"Rin, kamu luar biasa, kemaluanmu pintar dan nikmat sekali, small hole but very strong" pujinya sambil membelai dadaku.
"Kamu juga. Kamu hebat. Bisa membuat aku orgasme beberapa kali, dan baru kali ini aku bisa orgasme beberapa kali dan merasakan penis raksasa. Hihi.."
"Jadi kamu suka dengan punyaku?" godanya sambil menggerakkan penisnya dan membelai belai wajahku.
"Yes Siof, you have very wonderfull penis, very big, hard and long" jawabku jujur dan memang sebelumnya aku hanya penasaran dan hanya bisa membayangkannya, tapi ternyata memang luar biasa.
Siof memang sangat pandai memperlakukan wanita. Dia tidak langsung mencabut penisnya, tapi malah mengajak mengobrol sembari penisnya makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai rambutku dan paling suka membelai tetekku. Aku merasakan cairan sperma yang bercampur cairanku mengalir keluar.
Bersambung . . . .