Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan penis yang telah menghantarkan aku ke awang awang itu dicabut sambil Siof menciumku lembut sekali. Benar benar aku terbuai dengan perlakuannya. Dibimbingnya aku ke kamar mandi. Saat aku berjalan rasanya masih ada yang mengganjal kemaluanku dan ternyata banyak sekali sperma yang mengalir di pahaku. Dan kami mandi bersama. Selesai kami ke tempat tidur dan Siof memutar lagu classic untuk menghantar kami tidur. Nyenyak sekali aku tidur dalam pelukannya, merasa aman, nyaman dan benar-benar malam ini aku terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya kubayangkan saja.
Pagi aku bangun masih dalam pelukannya. Ternyata Siof sudah bangun tapi tak mau mengusik tidurku. Katanya aku tidur nyenyak sekali, sambil membelai rambutku. Seterusnya kami bergegas ke kamar mandi, dan kulihat Siof langsung membuka kimono dan menghidupkan shower lalu mandi. Dia sudah tak tahan menahan pipis rupanya. Sambil badannya diguyur shower, dia juga pipis sambil nyengir setelah permisi. Aku cuma tertawa geli dan aku menggosok gigi dan ikut mandi juga.
Saat mandi kami saling menyabun dan bercumbu di bawah shower. Dan tak terlewatkan pula kami saling membersihkan kemaluan kami. Setelah selesai Siof keluar duluan, sedang aku masih menikmati shower dengan sedikit horny. Selesai dengan rambut yang sudah kering, aku masuk ke kamar, ternyata Siof sudah menyiapkan roti hangat dan kopi di meja dekat sofa, padahal masih belum jam enam. Hanya lampu duduk yang hidup, dan aku dipersilakan minum kopi dan makan roti sambil mengobrol, sarapan dan diiringi lagu lembut.
Setelah aku makan sepotong roti, dia lalu memintaku duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Terasa kecil sekali tubuhku. Sambil mengobrol, aku dimanja dengan belaiannya. Akhirnya setelah selesai makan, diraihnya daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya. Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai menyelinap di dalam kimonoku dan mulai meremas-remas lembut tetekku, diteruskan menarik tali kimonoku dan tangannya menelusuri antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sadar bahwa sesuatu yang aku duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung aku bangkit dan aku ingin melihat dengan jelas penisnya, selagi di bawah sinar lampu yang cukup terang. Aku bersimpuh di depan Siof dan kubuka tali kimononya dan kusibakkan.
Ohh, ternyata sudah mulai ereksi penisnya, walau masih belum begitu mengeras. Dan kepala penisnya sudah mulai sedikit mencuat keluar lalu aku raih dan aku belai dan kulupnya kututupkan lagi. Aku suka melihatnya dan sebelum penuh ereksinya langsung aku kulum penis Siof. Aku suka memainkan kulup penis yang tebal dengan lidahku saat penis belum sepenuhnya ereksi. Maka kutarik kulup ke ujung, membuat kepala penis Siof tertutup kulupnya dan segera kukulum sebelum ereksi penuh, kumainkan kulupnya dengan lidahku dan kuselipkan lidahku ke dalam kulupnya sambil lidahku berputar masuk di antara kulup dan kepala penisnya. Enak rasanya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya penisnya makin membengkak dan Siof mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh.
Dan rupanya Siof makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke tempat tidur. Sambil menarik tali kimonoku Siof mematikan lampu duduk dan menghidupkan lampu sorot di atas tempat tidur bagian bawah. Sebenarnya aku agak malu, tapi sudahlah, paling dia juga ingin gantian melihat dengan jelas kemaluanku. Dan ternyata benar, saat aku akan naik kakiku ditahannya sambil tersenyum. Manis juga, batinku, diteruskan dengan membuka kakiku dan Siof langsung menelungkup di antara pahaku.
"I love it and I like it Rin" ujarnya sambil membelai bulu kemaluanku yang jarang.
"Mengapa?"
"Sebab hanya sedikit bulu, dan bibir kemaluanmu bersih tak ada bulunya serta tebal bibirnya".
Aku merasakan Siof terus membelai bulu kemaluanku dan bibirnya. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik seperti mainan. Aku suka kemaluanku dimainkan berlama-lama, aku terkadang melirik apa yang dilakukan Siof. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir kemaluanku, aku makin terangsang dan aku merasakan makin banyak keluar cairan epitelku.
Siof terus memainkan kemaluanku seolah tak puas-puas memperhatikan kemaluanku, kadang kadang disentuh sedikit klit-ku, membuat aku penasaran. Tak sadar pinggulku mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat aku mengangkat pinggulku, langsung disambut dengan bibir Siof. Terasa dia menghisap lubang kemaluanku yang aku yakini sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk kemaluanku, masing-masing bibir dihisap-hisap. Dan saat dihisapnya klit-ku dengan ujung lidahnya, cepat sekali menggelitik ujung klit-ku, benar benar aku tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadar berteriak..
"Aauuhh!!". Benar benar hebat Siof merangsangku, dan aku sudah tak tahan lagi.
"Please.. Sioff.. please.. fuck.. mee.. again.." ujarku sambil menarik bantal.
Siof langsung menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan penis raksasanya ke arah kemaluanku. Aku masih sempat melirik saat dia memegang penisnya untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir kemaluanku. Kali ini aku berdebar karena berharap. Dan saat kepala penisnya telah menyentuh di antara bibir kemaluanku, aku menahan nafas untuk menikmatinya.
Dan dilepasnya dari pegangan saat kepala penisnya mulai menyelinap di antara bibir kemaluanku dan menyelusup lubang vaginaku hingga aku berdebar nikmat. Pelan-pelan ditekannya dan Siof mulai mencium bibirku lembut. Kali ini aku lebih dapat menikmatinya. Makin ke dalam.. Oh, nikmat sekali. Kurapatkan pahaku supaya penisnya tidak terlalu masuk ke dalam. Siof langsung menjepit kedua pahaku hingga terasa sekali kontol Siof menekan dinding vaginaku.
Penisnya semakin masuk. Belum semuanya masuk, Siof menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulku naik mencegahnya agar tidak lepas. Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah Siof puas menggodaku, tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan memompanya hingga aku kewalahan. Dan dengan hentakan keras dan dengan merapatkan serta digoyang goyangkan, tangan satunya meremas tetekku, bibirnya dahsyat menciumi leherku. Akhirnya aku mengelepar-gelepar. Dan sampailah aku kepuncak. Orgasme.
Tak tahan aku berteriak, terus Siof menyerangku dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya aku melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenagaku dengan orgasme berkepanjangan.
Akhirnya Siof pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatnya. Aku terkulai lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar aku tidak menyesal bercinta dengan Siof, dia memang benar-benar hebat dan mahir dalam bercinta, dia dapat mengolah tubuhku menuju kenikmatan yang tiada tara, atau memang aku yang kurang pengalaman dalam bercinta di tempat tidur, sebab pengalamanku tidur dengan dua lelaki sebelumnya, keduanya tak ada yang menandinginya.
Lamunanku lepas saat paha Siof mulai kembali menjepit kedua pahaku dan dirapatkan tubuhnya menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk tubuhnya yang besar dan tangannya kembali meremas tetekku. Pelan-pelan mulai dipompakan kontolnya. Kali ini aku ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhku. Tangannya terus menelusuri permukaan tubuhku. Dadanya yang berbulu lebat merangsang dadaku setiap kali bergeseran mengenai putingku. Dan kontolnya dipompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh, luar biasa.
Lama kelamaan tubuhku yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Aku berusaha menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai menggapai apa saja yang kudapat. Siof makin meningkatkan cumbuannya dan memompakan kontolnya makin cepat. Gesekan di dinding vaginaku makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini leherku digigitnya agak kuat dan dimasukkan seluruh batang kontolnya serta digoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di klit-ku. Maka jebol lah bendungan, aku mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba Siof dengan cepat memopakan lagi.
Kembali aku berteriak sekuatku menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, aku meronta sekenaku. Gila, batinku, Siof benar-benar membuat aku kewalahan. Kugigit pundaknya saat aku dihujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat. Sesaat Siof menurunkan gerakannya, tapi saat itu dibaliknya tubuhku hingga aku di atas tubuhnya. Aku terkulai di atas tubuh Siof.
Dengan sisa tenagaku dan sisa rangsangan, aku keluarkan penis Siof dari vaginaku. Dan kuraih batang penis Siof. Tanpa pikir panjang, penis yang masih berlumuran cairanku sendiri kukulum dan kukocok. Dan pinggulku diraihnya hingga akhirnya aku telungkup di atas Siof lagi dengan posisi terbalik. Kembali kemaluanku yang berlumuran cairan jadi mainnanya, aku makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kontolnya. Dipeluknya pinggulku hingga sekali lagi aku orgasme. Dihisapnya klit-ku sambil ujung lidah Siof menari cepat sekali. Tubuhku mengejang dan kujepit kepala Siof dengan kedua pahaku dan kurapatkan pinggulku agar bibir kemaluanku merapat ke bibir Siof.
Ingin aku berteriak tapi tak bisa karena mulutku penuh, dan tanpa sadar aku menggigit agak kuat penisnya dan kucengkeram kuat dengan tanganku saat aku masih menikmati orgasme. Tubuh Siof pun mengejang dan kulihat kakinya menggeliat-geliat serta pinggulnya bergoyang kuat. Aku masih menikmatinya saat seluruh bibir kemaluanku dihisapnya dan ujung lidahnya menyentuh klit-ku hingga aku tersentak.
Dengan pancaran kuat sperma Siof memenuhi dalam rongga mulutku, bahkan ke tenggorokanku. Belum sempat aku mengeluarkan penisnya dari mulutku, terjadilah semburan berikutnya. Dan selanjutnya terus kukocok kuat dan kuarahkan semburan maninya ke wajahku. Sebagian besar sperma yang keluar di mulutku masuk tertelan. Kulihat semburannya makin sedikit dan makin melemah pancarannya walau masih banyak dan kental sekali yang keluar. Terus kukocok dan kuperas-peras serta kembali kumasukkan penisnya ke mulut dan kuhisap kuat-kuat.
Siof menggelinjang dan berteriak keras. Rupanya dia menikmati apa yang aku lakukan. Aku ingin membalas kenikmatan yang telah diberikannya padaku. Akhirnya penisnya mulai melemas dan tetesan maninya habis. Baru kali ini aku sampai menelan sperma. Walaupun sebelumnya aku sudah sering melakukan oral, namun baru kali ini aku menelan sperma.
Wajahku penuh sperma Siof, dan sebagian dari mulut yang tak tertelan meleleh keluar. Tanpa sadar kuratakan sperma yang melekat di wajahku dan kukulum kembali penis Siof yamg sudah melemah, kuhisap sisa sisa sperma yang masih tersisa di dalam dan yang berceceran di kepala penisnya yang sudah mulai tertutup kulupnya.
Tubuh Siof melemah. Tangannya telentang, tapi bibirnya masih sesekali menghisap menempel di bibir kemaluanku. Aku pun terkulai lemas di atas tubuh Siof dengan tetap memainkan penisnya di wajahku sambil menikmati bibir Siof yang masih menempel di bibir kemaluanku. Nikmat luar biasa, lemas. Tapi sungguh kami mendapatkan kepuasan yang tiada tara khususnya aku.
Aku benar benar sudah dibuat gila oleh Siof, bau khas sperma yang biasanya kurang kusuka, kali ini kunikmati bahkan menelannya, baik yang memancar langsung ke tenggorokanku maupun saat aku menghisap habis sisa-sisa setelah penisnya melemas. Kuletakkan penis Siof yang telah lemas di bibirku dan kupeluk kedua pahanya. Akhirnya aku terlelap sesaat setelah kelelahan. Saat aku terbangun, ternyata wajahku terasa kaku karena sperma yang mengering dan kemaluanku masih menganga menempel di bibir Siof, karena saat tertidur posisi kakiku masih mengangkangi wajahnya.
Demikianlah pembaca, selama satu minggu paling tidak kami dua kali bertarung dalam sehari atau kadang bahkan empat kali, seperti tak ada puasnya. Setelah sembuh benar dia meneruskan bisnisnya dan bila Siof sedang di Jakarta, kami tak pernah melewatkan kesempatan untuk bercinta. Melampiaskan kangen? Ya, aku kangen dengan penisnya yang besar dan pemiliknya yang pandai mengolah tubuhku. Dan dia pun kangen dengan vaginaku yang katanya sempit dan menghisap kuat. Dan itu masih terus berlanjut sampai dengan aku menceritakan kisahku ini, dan entah sampai kapan aku pun tak pernah tahu.
Tamat