Hari itu aku datang ke kantor sekitar pukul 9.30 pagi. Sebenarnya aku malas untuk masuk kerja hari ini, tetapi akan ada rapat bulanan yang diikuti semua departemen. Terlebih ayahku akan datang juga dalam rapat itu, jadi akupun harus masuk kerja.
Sebenarnya aku lebih suka pergi dengan teman kuliahku dulu di Amerika yang datang ke Jakarta. Dia ingin aku ajak jalan-jalan.. Tapi yach karena ada rapat sialan ini aku harus tunda deh sampai malam nanti. Aku sudah janjian dengan dia, akan aku jemput sehabis pulang kantor nanti. Eh.. Dia malah menolak dan bilang dia yang akan ke kantorku sore nanti. Dia bilang tidak apa harus menunggu karena dia bisa bertemu dengan sekretarisku, Lia.
Temanku itu, Jason, orang amrik asli. Pernah dia main ke kantorku dan tampaknya dia terpesona dengan kecantikan dan kesexyan Lia. Memang sekertarisku itu cantik dan sexy sekali. Dia berumur 24 tahun, berkulit putih dengan tinggi 175 cm. Posturnya yang tinggi dan langsing, didukung dengan buah dadanya yang besar(mungkin 36C).
Wajahnya sekilas mirip Lyra Virna bintang sinetron itu. Dia lulusan akademi sekretaris dan fasih berbahasa Inggris. Tak heran kalau si Jason suka sama dia dan selalu mengajak ngobrol kalau ketemu. Tetapi aku sudah peringatkan si bule itu, kalau sekertarisku tidak boleh diganggu. Hanya aku yang boleh menikmatinya.. (disamping tunangannya kali ye..).
Begitu masuk ke lobby, aku berharap melihat Noni di sana. Tapi ternyata yang ada di meja resepsionis bukan dia tapi si Agus office boy kantor.
"Selamat pagi Pak" Agus menyapaku.
"Pagi.. Lho kok kamu yang di sini, Noni mana?"
"Hari ini nggak masuk Pak"
"Kenapa?"
"Maaf Pak.. Saya nggak tahu"
Wah.. Kenapa ya si Noni nggak masuk hari ini. Apa karena dia tidak tahan lagi dengan perlakuanku pada dia.. pikirku. Begitu masuk ke ruanganku, aku telpon Ibu Diana atasan langsungnya.
"Bu Diana.. Noni kenapa kok tidak masuk?" tanyaku
"Oh.. Anu Pak Robert.. Anu. Si Noni minta ijin.. Apa.. Ibunya masuk rumah sakit.. Tadi pagi dia telpon saya." Ibu Diana ini memang selalu gugup kalau bicara denganku.
Dia sudah bekerja lama di kantor dan sudah berumur juga. Sejak ayahku merintis perusahaan ini, dia sudah bergabung.
"Terus kamu ijinkan?" tanyaku.
"Iiya Pak.. Maaf Pak.."
"Ya sudah. Ijin berapa hari?" tanyaku.
"Dua hari Pak"
"Apa?? Dua hari?? Tidak bisa!! Bilang sama dia harus masuk besok!!" perintahku.
"Baaiikk Pak Roobertt.."
Aku memang sedang nafsu dengan keindahan gadis belia Noni ini. Hari ini aku sudah berencana untuk memakainya sehabis meeting nanti. Beberapa kali memang aku pakai dia sewaktu jam kerja hanya untuk sekedar oral seks saja. Lain soalnya jika sudah jam pulang kantor. Jika sudah sepi aku setubuhi dia di kantorku sementara kadang kala pacarnya menunggu di lobby.
Eh.. Ternyata dia nggak masuk!! Ya sudah besok saja akan aku hukum dia. He.. He... Hm.. Memikirkan apa yang akan aku perbuat esok terhadap si Noni ini aku tersenyum sendiri. Aku harus kreatif nih.. Sekalian untuk jadi bahan cerita di Rumah Seks nanti.
Meeting hari itu berlangsung sangat membosankan. Setiap kepala departemen memberikan presentasi tentang kinerja bagian masing-masing. Aku sudah tak sabar ingin cepat sore hari saja. Kulihat arloji Rolexku detiknya kok terasa lebih lambat dari biasanya. Tapi karena ayahku ada di ruangan itu, aku pasang wajah serius.. Walaupun dalam benakku yang terlintas bukan mengenai sales turnover, competitive analysis, dan lain sebagainya yang bikin orang ngantuk itu. Tetapi aku memikirkan mau aku ajak ke mana si bule gila anak buah george bush itu.
Yang menarik perhatianku, para manajer di ruangan itu tampak sesekali melirik ke Lia yang duduk di sebelahku. Memang dia hari itu berpakaian sexy nan mengundang hasrat setiap lelaki normal. Bajunya berleher agak sedikit rendah sehingga belahan buah dadanya yang ranum nampak menggoda. Juga roknya yang mini dan stokingnya menjadikan Lia begitu menjadi perhatian manajer-manajer di ruangan itu. Akupun tersenyum dalam hati.. Bolehlah kalian pelototin sekertarisku.. Asalkan tidak boleh sedikitpun menyentuhnya.
Setelah meeting selesai, akupun kembali ke ruanganku. Membalas e-mail termasuk beberapa e-mail dari pembaca forum sumbercerita ini. Tak lama Lia masuk ke ruanganku.
"Ada apa Lia?" tanyaku sambil masih mengetik e-mail di notebookku.
"Ini Pak.. Saya ada masalah sedikit" katanya.
"Coba ceritakan" kataku.
Lalu dia menceritakan bahwa dia merasa terganggu dengan perhatian yang berlebihan dari seorang karyawan di bagian IT bernama Junaedi. Ternyata Junaedi ini jatuh cinta berat sama Lia. Dia sering membelikan coklat, kue, kartu, bunga, dll. Yang paling mengesalkan Lia, si Junaedi ini sering telpon ke rumah atau ke HP, kirim SMS dll.
"Padahal dia tahu saya sudah bertunangan Pak.. Tapi dia tetap nekat terus" Lia menambahkan.
"Yach habis kamu cantik sih " kataku.
Lia tersenyum senang mendengar pujianku. Memang satu dua minggu terakhir ini Lia nampak cemburu karena perhatianku terfokus ke Noni. Sudah agak jarang aku berikan dia kenikmatan birahi seperti dulu. Tapi hari itu aku jadi horny sekali melihat dia. Mungkin karena kecewa Noni tidak ada, atau juga karena cara para manajer menelanjangi Lia dengan mata mereka yang membuat aku bergairah. Tetapi tentu saja penampilan Lia hari itu juga ok banget.
Tiba-tiba saja ada ide terlintas di benakku. Aku tahu kalau Lia ini seorang eksibisionis. Dia memang suka kalau keindahan tubuhnya dikagumi orang, hanya dia tidak mau kalau disentuh orang lain kecuali tunangannya dan aku tentunya. Pernah aku setubuhi dia di depan anak SMA, dan dia tampak sangat menikmatinya. Dia sendiri yang punya ide seperti itu, dan menawarkan kepada anak cowok SMA yang kita temui di mal untuk melihat dan memfoto kita saat bersetubuh.
Dapat dibayangkan betapa hornynya anak itu melihat Lia yang dengan sengaja menggoda dia saat bersetubuh denganku. Entah berapa kali anak tanggung itu beronani ria.., tanpa mendapatkan kesempatan sekalipun untuk menyentuh Lia. Mungkin hanya sedikit saat Lia meminta dia untuk membuka pengait BHnya yang ada di bagian depan itu.
"Bagaimana kalau kita kerjain si Junaedi seperti anak SMA dulu itu?" usulku sambil tersenyum nakal.
"Hm.. Nanti kalau dia bilang-bilang sama yang lain gimana Pak?" Lia tampak senang dengan ide itu walaupun agak cemas dengan resikonya.
"Ah.. Nggak mungkin dia berani begitu.. Terlebih dia juga nggak punya bukti"
"Iya Pak. Kalau begitu boleh.. Biar tau rasa dia.. Masa jelek begitu mau sama saya" kata Lia tersenyum. Hm.. Memang binal sekertarisku ini.
Hari itu sekitar jam 3.30 aku pulang kantor. Aman.. Karena ayahku sudah pulang sejak meeting selesai tadi siang. Aku ajak Lia tentu saja dengan alasan mau ketemu klien. Sebenarnya aku tak perlu pakai alasan-alasan segala, tetapi Lia merasa nggak enak dengan rekan-rekan sekretaris lainnya. Jadi aku pura-pura bilang ke dia untuk bawa bahan presentasi buat si klien di depan teman-temannya. Sebenarnya aku yakin kalau kelakuanku dan si Lia ini sudah jadi rahasia umum di sini, tapi yach memang si Lia ini ada-ada saja..
Tak lupa aku ajak si Junaedi. Aku telpon Pak Erwan manajer IT untuk meminjam Junaedi dengan alasan untuk memperbaiki PCku yang rusak di apartemenku. Memang PCku suka ngadat.. Nggak tau kenapa.
Aku dan Lia sudah siap menunggu di depan lift, baru si Junaedi nongol sambil membawa perkakas reparasinya. Kurang ajar juga nih anak, pikirku. Masak bos disuruh nunggu.
"Maaf Pak.. Tadi ada yang ketinggalan" katanya beralasan.
Kamipun langsung meluncur dengan Mercy silver metalik kesayanganku menembus jalanan kota Jakarta. Lia duduk didepan disebelahku, sedang Junaedi duduk dibelakang. Sabuk pengaman yang dikenakan Lia makin membuat buah dada putih 36Cnya mencuat. Mata Junaedi sudah lirik sana-lirik sini, tampak dari kaca spionku. Dia melirik paha mulus milik Lia yang terbungkus stoking. Dari cara duduknya tampak Lia memang sengaja menggoda dia.
Sebelumnya aku akan coba gambarkan tentang si Junaedi ini. Dia berumur 22 tahun, dan tampangnya "nerdy" sekali. Yach seperti professor linglung begitulah.. Memang orangnya pintar, tapi yach itu tadi.. Penampilannya ancur-ancuran. Pantas dia kerja di IT yang berhubungan dengan mesin bukan orang.
Dia sering diledek dan diganggu oleh teman-temannya, terutama sih oleh Lia. Mungkin karena dia kesal kok bisa ditaksir orang macam Junaedi ini. Omongan "najis", "hey jelek..", "gila lu ngaca dulu donk.. Mana nafsu gua ama lo" itu yang pernah aku dengar diucapkan Lia padanya. Pernah aku dengar si Junaedi ini nangis karena nggak tahan dimaki-maki Lia. Gara-garanya si Junaedi nekat mau traktir Lia waktu sehabis gajian. Bukannya diterima eh.. Malah dimaki secara kasar oleh Lia di depan umum.
"Daripada traktir gue mendingan lo nabung deh buat operasi plastik.. Kalau lo jadi ganteng kayak Pak Robert mungkin gue baru mau ama lo" desas-desusnya sih begitu yang dikatakan Lia saat itu. Wah.. Memang sekertarisku ini lain dari yang lain. Cantik bukan main tapi juga kejam sama orang yang lebih rendah dari dia. Juga liar di atas ranjang.. Hm.. Really my type of girl..
Singkat cerita, kamipun sampai di apartemenku. Di dalam lift Lia sudah mulai beraksi. Dia menciumiku sambil matanya tak henti menatap Junaedi yang tak berkedip menatap. Lia tampak senang sekali melihat Junaedi sudah mulai bernafsu. Pintu lift terbuka di lantai 10, dua orang masuk.., sehingga Liapun melepas ciumannya, tetapi tetap aku rangkul pundaknya sambil kuelus-elus. Lia tersenyum menggoda sementara Junaedi wajahnya mulai memerah..
Bersambung . . . .