Pembaca yang budiman, nama saya Intan dan sekarang saya tengah berumur 22 tahun. Saya pernah punya pengalaman yang indah, dan tidak akan pernah terlupakan seumur hidup saya. Inilah pengalaman saya merasakan hubungan sex yang pertama kali dalam hidup saya.
Ketika itu saya masih berumur 16 tahun dan sedang duduk di bangku SMU swasta di kota Yogyakarta. Pada saat itu sekolah akan mengadakan camping bersama di daerah "P" yang merupakan hutan yang sangat lebat. Singkat cerita setelah segala sesuatunya beres, kami segara berangkat pada pukul 07.00 pagi.
Setibanya di sana kami segera mendirikan tenda dan tentu saja saya ikut kelompok putri. Pak Iwan yang merupakan pembina Pramuka di sekolahku keliling untuk mengecek ke tenda para siswa untuk memastikan lebih lanjut. Pukul 15.00 kami mengadakan upacara pembukaan yang dihadiri oleh kepala sekolah. Pembukaan itu berlangsung dengan meriah.
Pada hari kedua acaranya adalah pengembaraan. Kami segera bersiap-siap untuk mengikuti acara tersebut. Selain route yang kami tempuh cukup jauh, pengembaraan itu pun dilakukan pada malam hari dan berakhir di sebuah tanah pemakaman. Katanya sich untuk pengetesan mental, ah.. saya tidak tahu lah.
Regu kami pun berangkat dengan berbekal senter, makanan sebagai bekal, serta baju hangat karena hawa disana sangat dingin sekali. Kami telah tiba di sebuah tanah pemakaman yang sangat luas dibanding tanah pemakaman yang ada di kota Yogyakarta. Pemakaman itu sampai memenuhi beberapa bukit saking luasnya. Disana kami disuruh masuk satu-persatu. Rasa takut kamudian menguasai diri saya, karena selain saya perempuan, pekuburan itu sudah sangat tua.
Setelah berjalan beberapa puluh meter, tiba-tiba sebuah tangan yang sangat kekar menarik tubuh saya dan yang satunya mendekap mulut saya, sehingga saya tidak dapat berteriak sedikit pun. Saya tidak dapat melihat sosok yang mendekap saya karena malam sudah terlalu gelap kecuali sinar temaram bulan purnama. Waktu itu waktu sudah sekitar jam 2 pagi. Saya dibawa jauh sekali hingga sampai ke sungai.
Tangan kekar itu lalu mengikat tangan saya dan menutup mata saya dengan kain. Saya mencoba berteriak, namun derasnya sungai membuat suara saya hampir tidak terdengar. Saya merasakan baju saya dibuka perlahan. Saya hanya dapat menangis tidak mampu berbuat apa-apa. Kemudian tangan kekar itu mulai membuka rok, membuat hawa dingin langsung menyergap tubuh saya dan saya langsung menggigil. Kemudian saya merasakan bibir saya dicium dam dilumat. Dalam keadaan panik seperti itu saya hanya dapat terdiam menangis dalam hati mengutuk keadaan yang membuat saya seperti ini.
Namun saya mulai berhenti menangis dan mulai merasakan kenikmatan ketika payudara saya yang masih terbungkus BH diusap-usap dengan lembut, sementara bibir masih dilumat. Akhirnya libido saya mulai naik, saya mulai mengeluarkan desisan-desisan tertahan. Akhirnya ikatan tangan pun dilepaskan. Saya hanya dapat meraba tubuh yang kekar sedang menikmati tubuh saya.
"Shh.. oh..!" hanya itu yang dapat keluar dari mulut saya ketika tangan itu mengusap vagina yang masih tersembunyi di balik celana saya dalam dengan lembut.
Akhirnya penutup mata dibuka setelah saya mulai 'jinak'. Namun alangkah kagetnya saya ketika saya ketahui kalau orang itu adalah Pak Iwan, pembina Pramuka di sekolah kami.
"Pak..?" kata saya ketakutan.
"Tenang Sayang.. Bapak akan membawamu ke puncak keindahan yang belum pernah kau rasakan..!" kata Pak Iwan mulai melepas kaitan BH.
Karena nafsu sudah merasuki tubuh ini, saya tidak menolak bahkan mulai melepas celana Pak Iwan. Bagai tahanan yang sudah lama terpenjara, anunya Pak Iwan tiba-tiba melonjak seakan hendak menghirup angin segar.
Pak Iwan mulai mengelus payudara saya dengan mencubit puntingnya, kontan gairah saya langsung memuncak. Namun Pak Iwan begitu pandai memainkan perasaan seorang wanita. Dia mulai menjilati payudara saya hingga saya kelojotan.
"Sshh.. Pak.. oh..!" hanya itu yang dapat keluar dari mulut ini, sementara tubuh saya mulai belingsatan.
Saya hanya mencengkram semak belukar karena tidak kuat menahan rasa geli dan nikmat yang tiada tara.
Pak Iwan kemudian menarik celana dalam saya hingga saya sudah bugil total. Perlahan diusapnya vagina saya yang mulai ditumbuhi bulu itu dengan lembut sekali.
"Ooughh.., Pak.. nikmat Pak. Terusin Pak..!" kata saya yang ditanggapi Pak Iwan dengan tersenyum menatap saya.
Gairah yang telah meledak ini membuat saya kehilangan akal sehat. Saya pun merasakan kenikmatan yang tiada tara ketika ada cairan kental mendesak keluar dari rahim saya. Mungkin itulah yang kata orang disebut orgasme. Ah.., saya tidak perduli, intinya saya langsung lemas bagai tidak bertulang.
Saya masih lemas ketika Pak Iwan menyodorkan kemaluannya ke arah mulut saya. Dengan penuh nafsu saya mulai menjilati kemaluannya yang kira-kira panjangnya 21 cm dan berdiameter 5 cm itu. Otomatis gairah saya langsung naik, apalagi ketika Pak Iwan menjilati vagina saya. Kami sempat melakukan posisi 69.
"Ohh.., kau hebat In.. tan.., ouh..!" desahnya.
"Bapak Ju.. ju.. ga he.. bat..! Uhh..!" balas saya.
"Bapak mau keluar Intan. Jangan dilepas ya..?" pintanya sambil tetap melakukan kegiatannya pada kemaluan saya.
"Hh.., iya Pak.., Intan juga mau.. kel.. aahh..! Crot.. crot..!" saya kembali mengalami orgasme untuk yang kedua kalinya bersamaan dengan Pak Iwan.
Saat itu mulut saya serasa dipenuhi sperma Pak Iwan yang terasa manis. Langsung saya telan saja semua sprema itu tanpa tersisa.
Pak Iwan berbaring di samping tubuh saya sambil meremas kedua payudara saya. Kami berdua sama-sama lemas. Tapi belaian Pak Iwan kembali membangkitkan gairah saya. Tangan saya perlahan mulai mengocok penis Pak Iwan yang mulai tegak. Kini kami sudah sama-sama bergairah kembali. Pak Iwan membantu merenggangkan paha saya yang sudah pasrah menerima agresi kenikmatan Pak Iwan.
"Tahan ya Sayang..! Mungkin ini agak sakit..," kata Pak Iwan menghibur saya.
"Udah Pak.., masukin saja..! Intan sudah nggak tahan nich..!" pinta saya tidak sabaran.
Perlahan Pak Iwan mulai menyerang saya. Rasa sakit dan perih saya caba tahan dengan sedemikian rupa, tapi, "Aawww.., Pak..! Sa.. kit..!"
Pak Iwan kemudian menghentikan serangannya untuk memberikan kesempatan kepada saya untuk menarik napas sebentar.
Tiba-tiba, "Bleess..! Aauwww..!" pekik saya.
Seluruh kemaluan Pak Iwan telah menembus keperawanan saya, rasanya nyeri sekali.
Perlahan-lahan Pak Iwan mulai mengayunkan kemaluannya dengan teratur.
"Pak.., sakit..!" kata saya sambil menggigit jari.
Namun Pak Iwan seakan tidak mendengarkan perkataan saya, dia terus saja menggenjot kemaluan saya yang kesakitan. Namun setelah agak lama, saya tidak lagi merasa sakit karena telah berganti dengan rasa nikmat.
"Ohh.., Pak. Nikmat Pak..! Terus Pak..! Ohh..!" hanya itu yang dapat saya ucapkan karena kenikmatan telah menguasai diri saya malam itu.
Tiba-tiba saya merasakan dorongan yang mendesak dari dalam rahim saya ini. Rupanya saya akan orgasme lagi.
"Pak.., Intan mau keluar nih..!" kata saya memelas.
Tapi Pak Iwan tidak menggubris saya, dia terus menggenjot pantatnya hingga saya mengalami orgasme yang ketiga kalinya. Kaki saya melingkar di pinggang Pak Iwan memaksanya menghentikan kegiatannya.
Hingga ketika saya mulai melemaskan kaki ini, Pak Iwan kembali melaksanakan kegiatannya. Rupanya dia belum Orgasme. Dia terus menggenjot tubuh saya hingga saya belingsatan bagai cacing kepanasan.
"Oh.., terus Pak..! Nikmat sekali..!" ceracau saya yang membuat Pak Iwan tambah bergairah.
"Intan.. Bapak mau keluar nich..! Dikeluarin di dalam.., atau di luar saja..?"
"Oh.., di dalam saja Pak.., Intan juga mau keluar nih..!"
Pak Iwan semakin mempercepat genjotannya, sedang saya menggoyang-goyangkan pantat ini di atas batu sugai dengan gerakan memutar.
Hingga akhirnya, "Pak.., Intan mau keluar..!"
"Bapak juga Sayang..!" kata Pak Iwan sambil mempercepat ayunan pantatnya.
Tangannya meremas payudara saya dengan keras membuat saya tambah belingsatan.
"Crot.., crot..!" kami orgasme lagi dalam waktu yang bersamaan.
Terasa hangat sperma Pak Iwan di dalam vagina saya. Kemudian tanpa mengeluarkan kemaluannya, Pak Iwan terbaring lemas menindih tubuh saya yang bersimbah keringat. Udara pagi yang dingin telah kalah oleh gairah tubuh yang membara. Pak Iwan mencium bibir saya lagi.
"Hosh.. hosh.. kamu hebat Sayang. Hosh-hosh..!" kata Pak Iwan memeluk tubuh yang mungil ini.
"Bapak juga hebat." kata saya membalas ciuman Pak Iwan.
Pada saat itu saya baru menyadari kalau saya sudah tidak perawan lagi. Tapi toh saya tidak menyesal bercumbu dengan Pak Iwan. Dia memang laki-laki yang perkasa.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Saya mandi bersama Pak Iwan di sungai yang dingin. Pak Iwan masih sempat membuat saya orgasme sekali sebelum kami pulang ke bumi perkemahan.
Sejak saat itu setiap ada kesempatan, saya dan Pak Iwan pasti melakukannya lagi. Saya benar-benar ketagihan. Itulah pengalaman saya yang tidak akan pernah saya lupakan. Hingga saat ini pun saya dengan pacar saya sering melakukan hubungan badan.
TAMAT