Cerita Pemandu Lagu Karaoke Yang Nakal – Padang, Singgalang–Malam semakin larut menunggu fajar menyingsing. Kota Padang yang diselimuti langit pekat, tidaklah sepekat kehidupan malamnya. Bermacam hiburan pilihan tersaji, menjanjikan kehidupan yang berbeda.
Tempat karaoke menjadi salah satu pilihan bagi ingin melepas lelah dan membutuhkan hiburan. Di tempat karaoke, tamu bisa memesan salah satu ruangan lengkap dengan sound system, televisi ukuran 29 inci atau layar yang lebih besar lagi. Dijamin puas menikmatinya.
Untuk memancing tamu datang, si pemilik tempat karaoke biasanya mempekerjakan pemandu yang seksi. Wanita-wanita ini diberi persenan oleh si pemilik untuk menemani tamu menyanyi. Terkadang mereka ini mendapat tambahan penghasilan berupa tips dari tamu.
Di balik itu, tidak dipungkiri lagi, tempat karaoke sering juga dijadikan ajang transaksi seks antara tamu dan pemandu. Kalau harga cocok, pemandu ini bisa diajak kencan.
Seperti salah satu sudut di selatan Kota Padang, kehidupan seperti siang hari. Muda-mudi larut dalam kegembiraannya. Biasanya pada akhir pekan, mereka akan pergi ke tempat tersebut dengan keluarga ataupun dengan teman dekat. Disana bernyani sepuasnya tanpa ada tetangga yang terganggu.
Di tempat seperti ini, karaoke tidak lagi menjadi ajang menyanyi yang murni. Dengan suara fals pun, setiap wanita bisa jadi ‘pemandu’ setiap tamu yamg datang. Meski bukan syarat, asal mau diajak kencan merupakan pertimbangan utama.
Bahkan ada di salah satu tempat karaoke tersebut, menawarkan paket striptease sebagai daya tarik. Akibatnya eksploitasi seks pun tak terelakkan. Meski sudah tahu melanggar, tapi banyak yang mani kucing-kucingan.
Kini hampir di setiap tempat karaoke yang ada di kota ini menyediakan wanita pendamping lady escort atau LC atau einger. Bahkan tidak sedikit pula yang menyajikan pelayanan paket, diantaranya restoran, billiard, hand job, petting, pijat memijat maupun ajakan kencan di luar jam kerja sesuai dengan tarif yang disepakati.
Seperti penuturan Sonya, 24 (bukan nama sebenarnya) yang bekerja sebagai LC di Salon “M”. Ia mengaku sudah dua tahun ini bekerja di salon tersebut sebagai wanita pendamping tamu yang datang.
Setiap tamu yang datang, pertama selalu ditawari dengan minuman dengan harga salon tersebut. Tamu tersebut tidak langsung ditawari untuk berkaraoke (semacam cara untuk menutupi). Melainkan dengan beragam fasilitas yang ada di salon itu. Seperti potong rambut dan creambath dengan harga berkisar antara Rp30ribu sampai Rp50ribu.
“Kita lihat dulu orangnya, jika gelagatnya tidak mencurigakan, maka akan kami tawari untuk berkaraoke. Khusus karaoke tempatnya memang agak jauh ke belakang dari tempat potong rambut,” jelasnya.
Tempat karaoke di Salon “M” ini berbentuk kamar-kamar segi empat berukuran 4×4. Di dalam kamar yang beralaskan karpet tersebut telah tersedia satu unit televisi, VCD/DVD yang dilengkapi dengan berbagai koleksi lagu terbaru yang jumlahnya ratusan dan satu kursi sofa panjang plus meja. Kamar-kamar tersebut ada yang dilengkapi dengan pendingin ruangan (VIP) dan ada juga yang tidak (Standar).
Tarifnya sesuai tempatnya. Untuk tempat standar per jamnya Rp60ribu. Sedangkan VIP per jamnya Rp90ribu di luar minuman. Untuk cewek yang mendampingi tamu didalam, bayarannya sesuai dengan kesepakatan.
“Biasanya setiap menemani tamu bernyanyi, saya diberi tip Rp100ribu sampai Rp150ribu,” kata Sonya.
Dengan sedikit berbisik kepada Singgalang, ia pun mengatakan juga bersedia tubuhnya diraba-raba di dalam ruangan tersebut jika diinginkan. Tentu saja dengan bayaran yang spesial.
“Biasanya setiap tamu yang saya temani, jika sudah banyak minum, pasti meraba-meraba dan juga ingin diraba. Biasanya saya dibayar Rp200ribu. Kalau untuk bercinta, saya tidak berani. Kalau ketahuan bos, saya bisa dipecat,” ujarnya tertawa renyah.
Lain lagi dengan pengakuan Wiwid, 24 (juga bukan nama sebenarnya). Wiwid yang berperawakan seperti gadis indo ini bekerja di Salon “I” mengatakan, selain menemani tamunya bernyanyi, jika diminta, ia pun bersedia menari Striptease (menari telanjang) didepan tamunya itu.
“Kika dapat tamu yang tajir, setiap membuka pakaian yang menutup tubuh saya dihargainya dengan Rp100ribu,” ujarnya.
Jika mendapat tawaran kencan, Wiwid tidak menolak jika dilakukan di luar jam kerja. “Saya kerja dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Selepas itu, jika ada tawaran kencan dari seseorang akan saya terima. Untuk short time Rp500ribu dan long time Rp1.500.000,” katanya tersenyum.
Fenomena tempat karaoke yang telah berobah menjadi ajang seks terselubung ini, mungkin para penciptanya tak membayangkan kalau nantinya teknologi ini akan dekat dengan bisnis seks.
‘R’ salah seorang manejer karaoke di Padang mengatakan, pihaknya tidak memperkenankan tempatnya jadi tempat esek-esek. Kalau itu ketahuan, pemandu yang ia pekerjakan tentu dipecat karena telah membuat malu.
“Memang, bisa saja tempat karaoke jadi tempat transaksi seks. Namun, kami tidak pernah menyediakan pelacur,” katanya. Selama dalam jam kerja, mereka adalah karyawan. Setelah itu, merupakan urusan pribadinya.
Tempat karaoke menjadi salah satu pilihan bagi ingin melepas lelah dan membutuhkan hiburan. Di tempat karaoke, tamu bisa memesan salah satu ruangan lengkap dengan sound system, televisi ukuran 29 inci atau layar yang lebih besar lagi. Dijamin puas menikmatinya.
Untuk memancing tamu datang, si pemilik tempat karaoke biasanya mempekerjakan pemandu yang seksi. Wanita-wanita ini diberi persenan oleh si pemilik untuk menemani tamu menyanyi. Terkadang mereka ini mendapat tambahan penghasilan berupa tips dari tamu.
Di balik itu, tidak dipungkiri lagi, tempat karaoke sering juga dijadikan ajang transaksi seks antara tamu dan pemandu. Kalau harga cocok, pemandu ini bisa diajak kencan.
Seperti salah satu sudut di selatan Kota Padang, kehidupan seperti siang hari. Muda-mudi larut dalam kegembiraannya. Biasanya pada akhir pekan, mereka akan pergi ke tempat tersebut dengan keluarga ataupun dengan teman dekat. Disana bernyani sepuasnya tanpa ada tetangga yang terganggu.
Di tempat seperti ini, karaoke tidak lagi menjadi ajang menyanyi yang murni. Dengan suara fals pun, setiap wanita bisa jadi ‘pemandu’ setiap tamu yamg datang. Meski bukan syarat, asal mau diajak kencan merupakan pertimbangan utama.
Bahkan ada di salah satu tempat karaoke tersebut, menawarkan paket striptease sebagai daya tarik. Akibatnya eksploitasi seks pun tak terelakkan. Meski sudah tahu melanggar, tapi banyak yang mani kucing-kucingan.
Kini hampir di setiap tempat karaoke yang ada di kota ini menyediakan wanita pendamping lady escort atau LC atau einger. Bahkan tidak sedikit pula yang menyajikan pelayanan paket, diantaranya restoran, billiard, hand job, petting, pijat memijat maupun ajakan kencan di luar jam kerja sesuai dengan tarif yang disepakati.
Seperti penuturan Sonya, 24 (bukan nama sebenarnya) yang bekerja sebagai LC di Salon “M”. Ia mengaku sudah dua tahun ini bekerja di salon tersebut sebagai wanita pendamping tamu yang datang.
Setiap tamu yang datang, pertama selalu ditawari dengan minuman dengan harga salon tersebut. Tamu tersebut tidak langsung ditawari untuk berkaraoke (semacam cara untuk menutupi). Melainkan dengan beragam fasilitas yang ada di salon itu. Seperti potong rambut dan creambath dengan harga berkisar antara Rp30ribu sampai Rp50ribu.
“Kita lihat dulu orangnya, jika gelagatnya tidak mencurigakan, maka akan kami tawari untuk berkaraoke. Khusus karaoke tempatnya memang agak jauh ke belakang dari tempat potong rambut,” jelasnya.
Tempat karaoke di Salon “M” ini berbentuk kamar-kamar segi empat berukuran 4×4. Di dalam kamar yang beralaskan karpet tersebut telah tersedia satu unit televisi, VCD/DVD yang dilengkapi dengan berbagai koleksi lagu terbaru yang jumlahnya ratusan dan satu kursi sofa panjang plus meja. Kamar-kamar tersebut ada yang dilengkapi dengan pendingin ruangan (VIP) dan ada juga yang tidak (Standar).
Tarifnya sesuai tempatnya. Untuk tempat standar per jamnya Rp60ribu. Sedangkan VIP per jamnya Rp90ribu di luar minuman. Untuk cewek yang mendampingi tamu didalam, bayarannya sesuai dengan kesepakatan.
“Biasanya setiap menemani tamu bernyanyi, saya diberi tip Rp100ribu sampai Rp150ribu,” kata Sonya.
Dengan sedikit berbisik kepada Singgalang, ia pun mengatakan juga bersedia tubuhnya diraba-raba di dalam ruangan tersebut jika diinginkan. Tentu saja dengan bayaran yang spesial.
“Biasanya setiap tamu yang saya temani, jika sudah banyak minum, pasti meraba-meraba dan juga ingin diraba. Biasanya saya dibayar Rp200ribu. Kalau untuk bercinta, saya tidak berani. Kalau ketahuan bos, saya bisa dipecat,” ujarnya tertawa renyah.
Lain lagi dengan pengakuan Wiwid, 24 (juga bukan nama sebenarnya). Wiwid yang berperawakan seperti gadis indo ini bekerja di Salon “I” mengatakan, selain menemani tamunya bernyanyi, jika diminta, ia pun bersedia menari Striptease (menari telanjang) didepan tamunya itu.
“Kika dapat tamu yang tajir, setiap membuka pakaian yang menutup tubuh saya dihargainya dengan Rp100ribu,” ujarnya.
Jika mendapat tawaran kencan, Wiwid tidak menolak jika dilakukan di luar jam kerja. “Saya kerja dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Selepas itu, jika ada tawaran kencan dari seseorang akan saya terima. Untuk short time Rp500ribu dan long time Rp1.500.000,” katanya tersenyum.
Fenomena tempat karaoke yang telah berobah menjadi ajang seks terselubung ini, mungkin para penciptanya tak membayangkan kalau nantinya teknologi ini akan dekat dengan bisnis seks.
‘R’ salah seorang manejer karaoke di Padang mengatakan, pihaknya tidak memperkenankan tempatnya jadi tempat esek-esek. Kalau itu ketahuan, pemandu yang ia pekerjakan tentu dipecat karena telah membuat malu.
“Memang, bisa saja tempat karaoke jadi tempat transaksi seks. Namun, kami tidak pernah menyediakan pelacur,” katanya. Selama dalam jam kerja, mereka adalah karyawan. Setelah itu, merupakan urusan pribadinya.