Lust in Broken Home




Lust in Broken Home
4 September 2008 


Carline

Namaku Carline (20thn) atau biasa juga dipanggil Fei Chen, terlahir sebagai keturunan Chinese di Indonesia. aku anak kedua dari 3 bersaudara yang semuanya perempuan, ciciku Christine (22 thn), adikku Evelyn (16 thn). Seperti umumnya gadis Chinese, kulit kami bertiga sangat putih dan mulus karena aku selalu merawatnya, tapi adikku yang terkenal paling putih diantara kami bertiga. Kata orang, wajah kami bertiga sangat innocent sehingga membuat penasaran para pria yang melihatnya, dan ciciku yang tercantik diantara kami bertiga. Aku agak tomboy, adikku malah sangat feminim, ciciku terkesan cuek. Papaku pengusaha garment home industri yang cukup sukses. Keluargaku mulai berantakan sejak aku mengetahui mamaku menjadi simpanan Pak Nurdin, sopir keluarga kami dan papa mengizinkannya karena dia kena penyakit impoten 5 tahun yg lalu sehingga tidak dapat memberi kepuasan pada mama. Umur papa dan mama memang terpaut jauh 10 tahun, sekarang mama berumur 38 tahun, dulu mereka menikah diusia muda karena menurut selentingan mereka kebablasan. Mama jadi sering menginap ditempat lain bersama sopir itu, sedangkan papa menyibukkan diri dengan pekerjaannya sehingga kami, ketiga anaknya sudah terlupakan. Dirumah seringkali hanya ada kami bertiga bersama para buruh garment papa, sopir truk dan kernetnya yang kerjanya malas-malasan dirumah karena kerjanya hanya order barang seminggu sekali. kalau papa dan mama sedang tidak dirumah, mereka seringkali menggoda kami bertiga sehingga kami semua sangat ketakutan kalau bertemu mereka.

Terus terang kami bertiga sangat risih terhadap mereka yang sering melihat kami dengan pandangan menelanjangi itu. Kami hanya berani memarahi mereka kalau kami semua ada dirumah atau kalau ada papa dan mama, kalau mereka tidak ada kami semua lebih suka diam dikamar karena bila keluar kamar para buruh itu sering menggoda kami secara kurang ajar. kejadian ini tidak diketahui papa atau mama karena kami sendiri malu untuk menceritakannya. Apalagi setelah hubungan mama dan sopir kami mulai diketahui buruh-buruhku, mereka seakan mendapat angin segar untuk lebih bisa bersikap semaunya pada kami bertiga yang notabene adalah putri majikan mereka sendiri. Mereka menganggap papa sangat pelit dan suka memeras tenaga mereka, padahal bagi kami sudah merupakan keharusan untuk bekerja keras, bukan memeras karena mereka bekerja pada papa, jadi sudah seharusnya begitu. Papaku tahu hal ini, tapi keluarga kami harus mempertahankan mereka bekerja pada kami karena kebetulan daerah rumah kami dikelilingi rumah-rumah penduduk pribumi yang rata-rata kumuh, jadi bila papa memecat mereka, bukan mustahil akan memicu kerusuhan yang sasarannya tentu rumahku.

Singkat cerita, sejak aku sering memergoki mama sedang disetubuhi Pak Nurdin, aku malah jadi ingin terus menontonnya, seakan adegan live sex, aku sering mengintipnya bila mereka ada dirumah, bagiku mulanya hanya ingin membandingkan penis Albert, pacarku dengan penis pria lain dan aku sangat terkejut karena ternyata penis Pak Nurdin jauh lebih besar dibanding penis Albert. Aku masih perawan karena aku dan Albert belum berani bersetubuh, kami hanya berani melakukan oral sex. Sejak aku sering mengintip itu, gairahku seringkali bangkit terutama bila melihat pria-pria pribumi yang kekar seperti Pak Nurdin, celakanya semua buruh dirumah kami rata-rata punya perawakan yang kekar dengan kulit yang gelap menghitam, mungkin karena sering bekerja dipanas matahari, sehingga dadaku sering bergolak bila sedang dirumah. Aku tidak tahu apa reaksi cici dan adikku terhadap mama, tapi aku tidak peduli, yang jelas reaksiku menjadi horny bila melihat mereka sedang berdua dirumah. Terlebih bila buruhku bekerja, mereka terbiasa bertelanjang dada, sungguh jauh beda dari Albert yang berdada kurus rata dengan kulit putihnya. Tapi aku tidak berani bertatapan langsung dengan mereka, karena aku takut melihat kegarangan wajah mereka, aku hanya berani melihat dari jendela kamarku. Kalaupun aku keluar dari kamarku, tentu kulit mukaku menjadi merah sekali karena mereka sering menggoda dan melecehkanku dengan ucapan yang jorok.

Dahulu aku sering marah bila mereka mengolok-olokku, tapi anehnya sekarang aku malah merasa sudah biasa bila dilecehkan mereka, dadaku bergetar hebat bila mereka memandangku dengan penuh nafsu. Terbayang kembali diotakku adegan mama yang bertubuh putih dan masih kencang digumuli oleh nurdin sampai merintih-rintih, sepertinya nikmat sekali. Aku mulai berpikir ada kelainan pada diriku, tapi dorongan dalam dadaku ini sulit untuk dibendung sehingga pada akhirnya aku harus mengalah pada nafsuku sendiri. Aku mulai berani memakai rok 10 cm diatas lutut dalam rumah, padahal dulunya aku hanya memakai itu waktu jalan-jalan atau kepesta saja. Hasilnya mudah ditebak, mata para buruh-buruhku seperti mau loncat melihatku keluar kamar dengan pakaian begitu.
Dulah : ” waw, liat si amoy itu putih amat pahanya ya.. gua jadi pengen nih. hahaha”
Kodir : ” Iya, tumben ya si neng keluar pake rok pendek gitu”
Odet : “Woi, non, sering-sering dong pake rok mini gitu, putih tenan pahanya non. boleh dipegang gak nih?:
Suhe : ” gua bisa langsung ngecrot nih”
Arman : “Neng sini dong ngobrol sama kita-kita biar akrab, koq sombong banget sih”

Darahku berdesir mendengar komentar-komentar jorok mereka, tapi aku tidak berani meresponnya, aku dengan cepat berlari melintasi tempat kerja mereka diiringi tawa-tawa kurang ajar tapi anehnya lagi-lagi aku menikmatinya, terbayang dipikiranku bila aku disetubuhi mereka dengan penuh nafsu, tentu nikmat sekali. Vaginaku terasa berdenyut bila memikirkan itu. Saat aku balik kekamarku pun terdengar lagi celotehan kotor dan suit-suitan mereka. Aku segera berpikir untuk mengusir pikiran itu, bayangkan saja aku masih perawan, masa sebagai gadis suci malah mengobralnya pada pria-pria yang notabene adalah pekerjaku sendiri, sungguh sangat memalukan sekali. Aku langsung saja tertidur dikamarku, ada rasa menyesal dalam diriku. Hari berikutnya gairah itu datang kembali dan bahkan semakin tak terkendali. Aku sungguh telah menjadi gadis yang menderita exhibist, aku kegilaan memamerkan tubuhku pada pekerjaku dengan maksud supaya mereka melecehkanku, menggodaku atau bahkan agar mereka berani menyentuh tubuhku, menyetubuhiku dengan liar. Aku mulai tak dapat berpikir jernih, bahkan aku sudah tidak mempedulikan Albert. Aku seringkali menolak ajakan kencannya. Aku lebih suka dirumah terutama bila cici dan adikku sedang kuliah.

Suatu hari secara tidak sengaja aku mengintip dan menguping pembicaraan 5 orang buruhku yang kebetulan sedang membicarakanku sambil tertawa-tawa.
Odet : “Dir, gua hari ini koq belum liat neng Carline ya, padahal udah kangen liat badannya yang putih itu, aduh coba kalau gua bisa ngentotin dia, pasti enak banget kayaknya ya”
Kodir : ” Bukan cuma elu yang kepingin, gua juga udah lama pengen ngentotin si non kalau bisa sih bukan cuma Carline, tapi kakak dan adiknya juga. hahaha”
Dulah : ” Ternyata kita sama-sama punya minat ngentotin amoy ya.. hahahaha betul sekali deh, kayaknya badan mereka tu enak sekali ya buat kita gumulin seharian, putih-putih lagi, mulus pula dalamnya.hahaha”
Arman : “Ah si abang bisanya cuma ngomong aja, berani gak kalau beneran, bilang langsung sama non Carline, kali aja dia mau sama kita”
Suhe : ” Mimpi kali yee, mana ada amoy yang mau sama kita-kita, buat ngentot lagi, mustahil bang, kecuali kita yang mulai duluan ngerjain dia, biar dia juga tau rasa terlalu sombong sama kita, iya ga?”
Dulah : “Akur, sekalian kita kasi pelajaran sama bokapnya yang pelit itu, boleh aja gaji ga naek, tapi anaknya yang kita naekin. hahaha, kan adil namanya.”

Terdengar suara riuh rendah digudang tempat mereka bekerja, aku terkesima mendengarnya, serasa sumsumku mau copot dilanda gairah asing yang melanda tubuhku.
Kodir : “Tapi gimana caranya Dul, biar non Carline mau kita ewe bersama-sama, gua jadi gak tahan nih pengen melumat susunya, pasti badannya lebih putih lagi ya.. sedapp!”
Dulah : “Gimana kalau kita kasih obat perangsang aja diminumannya, trus dikamarnya kita kasih juga film porno yang maen keroyokan biar dia horny, baru kita sergap”
Arman : “Bagus juga tuh rencana, nanti biar gw rekam biar dia tutup mulut”
Odet : “Setuju, besok aja kita jalanin, gua punya obat perangsang super yang bisa bikin cewek kepingin semaleman, jangan lupa juga obat biar dia ga bunting, biar bisa kita pake terus. heheheh”
Dulah : “gua sih malah pengen buntingin tuh amoy, biar tau rasa terutama bapaknya yang pelit pasti pingsan liat anaknya kita entotin sampe bunting, malah kalau bisa semua anaknya kita buntingin, pasti rame ya dir”.
Kodir : “Wah kalo masalah bunting-buntingan gw mikir-mikir dulu deh, nanti malah kita yang kena bui, bapaknya kan banyak kenal pejabat polisi, kalau mau juga suruh aja temen-temen kita yang diterminal buat buntingin mereka, jadi bisa langsung kabur kalo ketauan, iya ga? yang penting kan kita puas ngentotin mereka”.
Odet : ” Udah deh bang, jangan ngehayal, non Carline aja belum dapet, udah mikir yang lain-lain, kita garap Carline dulu aja pas bokapnya ga dirumah, toh kayaknya tuh amoy udah pengen dientot, liat aja bajunya sekarang kan jadi berani liatin ke kita-kita, kalian sadari gak?”

Arman : “Betul juga lu det, gua koq baru sadar ya, dulu kan non Carline selalu pake celana panjang, jeans lagi kalau dirumah, lha, sekarang koq dia mau-maunya pake celana pendek dirumah, apa gak takut lagi sama kita?”
Kodir : ” hahaha bukan takut lagi mungkin man, tapi sengaja liatin sama kita.hahaha dulu ibunya juga gitu sama bang Nurdin, eh malah mau diewe, sekarang jadi kecanduan deh”
Dulah : ” dasar amoy-amoy munafik, sok kaya lagi, akhirnya malah kecanduan kontol bang nurdin, Mungkin anaknya juga bakal kayak gitu ya, kita coba besok, anaknya kan lebih muda, pasti lebih enak dibanding ibunya, siapatau malah jadi ketagihan kayak ibunya”
Odet : ” Pasti bang, udahlah kita jadiin aja rencana kita besok, kontol gua jadi tegang nih, kira-kira masih perawan gak ya si Carline itu”.
Arman : ” Ah, lu kayak gak tau aja pergaulan mereka, ke kita aja mereka nutup diri, tapi ke sesamanya kan ga, apalagi non Carline kan suka dugem sama pacarnya, pasti udah ga perawanlah…”

Aku segera kembali kekamarku, pikiranku meracau sekali mengingat obrolan mereka itu, dadaku serasa mau pecah menahan birahi yang menerpaku, tapi aku harus berpikir jernih, aku masih virgin dan aku tidak mau menyerahkan keperawananku begitu saja, tapi gairah ini seakan tidak peduli pada virginitas. Aku menutup mataku, tapi tetap tak dapat mengusir rasa itu dalam dadaku, akhirnya aku seperti kesetanan berfikir untuk besok, bukan untuk menghindari buruh-buruhku, tapi bersiap-siap menyambut apapun yang terjadi padaku. Paginya aku mandi membersihkan tubuhku lalu pergi kuliah seperti biasa pura-pura tidak tahu apa yang akan terjadi. Di kampus pun aku tidak sabar ingin cepat pulang. akhirnya jam 11 siang aku cepat-cepat memacu mobil new accordku ke rumah. Tiba dirumah aku langsung menuju kamarku, hari terasa panas sekali, dipicu gairah birahi aku berganti pakaianku, baju tanktop dan rok pendek seperti biasa kupakai. Sudah kebiasaanku minum segelas air sepulang kuliah, hari itupun aku minum segelas air putih yang sengaja sudah kusiapkan sejak pagi. Terasa segar, tapi sejam sesudahnya kepalaku menjadi pusing, aku sadar para buruhku sedang menjalankan rencananya, gairahku menjadi terbakar disela-sela panasnya udara hari itu, dadaku seakan meluap, tubuhkupun bereaksi seakan-akan tidak sabar ingin disentuh tangan-tangan kasar itu. Aku teringat film porno yang dibicarakan buruhku dan benar saja dimejaku telah ada setumpuk DVD porno, entah siapa yang menyimpannya dengan masuk kekamarku. Seakan tidak tahu aku memutar film-film itu, hampir pingsan aku menahan gejolak birahi yang melanda tubuhku, aku mulai bepikir para buruhku tentu menaruh obat perangsang pada air minumku.

Gairah yang memang sudah ada sejak semula menjadi kian bertambah dipicu perangsang dan film porno yang mereka berikan cukup untuk membuatku segera keluar kamar dan melihat para buruhku, berharap mereka cukup jantan untuk bertanggung jawab atas birahi yang mereka timbulkan padaku, karena aku masih sadar bahwa aku seorang gadis tidak boleh meminta lebih dulu apalagi masalah birahi, gengsiku masih tinggi. Jadi kubiarkan saja mata mereka melumat tubuhku ketika aku lewat gudang tempat kerja mereka, mereka bersorak ketika melihatku.
“Neng, kepanasan ya, sini dong, biar kita bukain baju neng, pasti asik”, Arman mulai menggodaku.
Mereka semua bertelanjang dada karena memang sudah kebiasaan mereka bekerja apalagi hari panas begini.
“Sini aja lah non, kita tau koq non kepanasan, kita bikin asik yuk non, mama non juga mau koq di telanjangin sama Nurdin”, Kodir yang sudah terlihat horny berusaha membujukku.
“Ada apa bang? buka aja jendelanya biar ga panas, papa kan belum beli ac buat ruangan ini”, kataku pura-pura ketus tidak mengerti.
“Non carline bukain jendelanya dong, kita udah ga kuat kepanasan nih”, Odet cengar-cengir mesum memandangku.
“Kalian tau masalah mama? gimana mulanya sampai mama bisa begitu sama Pak Nurdin?” teriakku ketika sadar ucapan mereka tadi telah menyinggung-nyinggung mama, aku sudah tidak tahan lagi menahan gejolak nafsuku.
“Sini Non, biar gua ceritain mama lu yang jadi lonte sekarang, tapi buka dulu baju lu, nanti kita ajarin juga ke Non…pasti demen deh”, teriak Dulah dengan muka garangnya.

Dengan langkah ingin tahu akupun menuruti perintah Dulah, aku masuk ke gudang tempat kerja mereka, tempat yang selama ini aku tidak berani memasukinya, kotor dan bau keringat diruangan itu.
“Heh, lu masih belum buka baju, ayo buka! atau mau kita yang bukain?”, Dulah kembali teriak seakan memberi sugesti padaku.
Keempat temannya serentak mendekatiku dan menarik tanganku
“Sini non biar abang yang buka, ga usah malu-malu ya, nanti juga non kalau ketagihan pasti mau buka sendiri”, Arman yang mulai menyentuh punggungku.
“Bang, kalau mau cerita, cerita aja, kenapa harus buka-buka baju segala”, kataku seolah mempertahankan kehormatanku.
“Harus neng!, karena kita juga tau neng Carline lagi horny, nanti kalau diceritain, neng bisa lebih horny lagi, kan lebih enak kalau sambil telanjang, kalau mau kita telanjang sama-sama aja gimana?” kodir mulai melecehkanku lagi.
Mereka rupanya sudah menebak bahwa aku sudah ingin digarap sehingga tanpa tedeng aling-aling lagi Dulah berkata, “Udahlah ga usah banyak bacot, buka cepet Non, karena kita semua mau nyoba ngentotin lu sekalian meriksa amoy kayak lu masih perawan atau ga? lu pasti bisa dipake kan?”
Seharusnya aku marah dan takut mendengarnya, tapi aku malah senang tapi pura-pura ketakutan.
“Saya masih perawan bang, jangan perkosa saya bang, ampun! Nanti papa marah”, kataku dengan wajah tegang.

Mereka tertawa bergelak mendengar kata-kataku yang terdengar aneh.
“Dasar amoy sombong, udah horny juga masih pura-pura malah bawa-bawa bapaknya segala, lu tuh malah mau kita bikin bunting tau!! harusnya lu seneng dapet hadiah anak dari kita.”
“Coba neng abang periksa apa bener nih masih perawan? duh mulusnya dada neng, pasti pentilnya merah ya”
Kodir berani meraba dadaku yang masih memakai tanktop. Anehnya aku seakan terkena hipnotis akibat sentuhan itu, aku diam saja ketika tangan-tangan kasar mereka melucuti pakaianku satupersatu hingga aku hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.
“Bang, ampun, Fei Chen ga mau hamil, jangan bang, Fei janji gakan sombong lagi sama abang-abang”, rintihku masih pura-pura.
Rintihanku ternyata membiuat mereka semakin beringas.
“Hehehe telat neng, kontol kita udah ngaceng nih, ga kan hamil koq, abang punya obatnya”, Odet berkata sambil mulai membuka celana panjangnya, terlihat gembungan besar dalam celana dalamnya, bulu kudukku bergidik melihatnya, tapi tulangku terasa lemas sekali.
“kalo lu hamil pun apa peduli gua, lo emang harus kita bikin hamil biar ga pada sombong, ayo det sekalian buka semuanya, gila putih banget euy, mulus lagi, gua mau ngecrot banyak nih, pasti dalemnya lebih mulus lagi”, kata Odet lagi.

Secara tiba-tiba aku merasa dadaku dingin ketika Odet menarik braku sampai terlepas. mereka tertawa-tawa sambil membuka celana masing-masing.
“Buset! baru sekarang gua liat susu amoy, putih banget non! pentilnya pink lagi, pasti memek non juga pink ya”, Kodir berkata keras sekali.
Dadaku memang cuma berukuran 32B, tapi bentuknya bulat tegak menantang. Sesaat kemudian Dulah melepas celana dalamku sambil tidak henti menjilat payudaraku yang sudah mengeras.
“Non, kita maen dikamar lu aja yah, biar ada kasurnya, masa lu mau kita entotin dimeja”, Dulah berkata sambil memanggul tubuhku seperti ringan sekali.
Diiringi tertawa temannya aku beramai-ramai di gotong kekamarku lalu mereka mengunci pintu kamarku dari dalam.
“Dul, periksa dulu bener ga dia masih perawan”, Arman berkata penasaran.
“Ayo lu tengkarak diranjang lu, gua periksa dulu memek lu..”, kata Dulah.
Aku menuruti kata-kata dulah, aku telentang diatas ranjangku.
“Wah, bener kata lu dul, memeknya pink, mirip film bokep jepang, jembutnya tipis lagi, neng buka pahanya donk, biar kita semua liat memek neng”, Kodir menyuruhku mengangkang sambil tangannyapun ikut membuka pahaku.
Dengan sangat malu aku membuka kedua belah pahaku, terasa angin menyentuh lubang vaginaku. aku merasa sangat terhina dalam keadaan ini, mengangkang dan dipelototi mata buas para buruhku.Tapi dadaku sudah terbakar nafsu sehingga aku malah menikmatinya.

“Anjrit, ni amoy emang masih perawan, rejeki nomplok nih dir, memeknya udah basah gini lagi. Heh Non lu ga pernah sama pacar lu gitu?”, Dulah bertanya padaku
Aku menggeleng lemah.
“Hahaha kita beruntung amat ya dapet barang mewah gini, siapa yang mau duluan hayo?”, kata Dulah.
Suhe berkata lantang, “Ga usah rebutan, suruh aja nih amoy pilih sendiri kontol mana yang beruntung dapetin perawannya”.
Semua buruhku ternyata sudah telanjang bulat, aku merasa ini akhir masa keperawananku, terlihat penis-penis yang rata-rata hitam itu sudah tegak mengeras.
Kodir yang maju lebih dulu, ” neng, jilat dulu kontol kita ya”
Dia memasukkan penisnya dalam mulutku, terasa lain ketika aku mengoral Albert, mulutku terasa lebih penuh oleh penis Kodir yang melesak sampai tenggorokanku, lidahku terbiasa bermain dalam mulutku ketika aku mengoralnya membuat Kodir merem melek menikmatinya.
“Duh enak bener neng, udah biasa ya, gimana rasanya kontol gua? enak kan?”, Kodir meracau.
Aku merasakan aroma menyengat pada penis kodir, tapi aku menikmatinya.
” Hai, gantian donk Dir, kita-kita juga mau dikaraoke sama non Carline”, yang lain teriak-teriak minta jatah, akhirnya satu persatu penis mereka masuk dalam mulutku, sampai mulutku terasa bau aroma penis mereka.

Rupanya mereka kuat sekali karena kalau aku mengoral Albert, dalam 10 menit spermanya sudah keluar, tapi para penis buruhku ini malah terasa makin membesar dan mengeluarkan cairan pelumas dari kepala penisnya yang sudah disunat itu, sungguh berbeda dengan albert, penisnya tidak berkepala karena dia tidak disunat sehingga cairan pelumasnya masih dalam kulit penisnya. Benar-benar sensasi yang membuat darahku berdesir melihat penis-penis hitam yang mengkitat didepan wajahku. Penis Dulah yang terbesar tapi tidak sepanjang penis arman, sementara penis yang lainnya mirip-mirip, tapi tetap lebih besar dari milik albert yang hanya kira-kira 10 cm waktu ereksi. ini rata-rata bisa sampai 20 cm, duakali lipat dari segi panjangnya dan juga besarnya
“Nah non ayo pilih penis yang mana yang non mau buat pertama kalinya?”, Suhe memintaku memilih penis dari buruh-buruh yang mengelilingiku.
Aku kembali merasa terhina dengan kata-kata itu.
Aku menggeleng lemah lirih sekali aku berkata, “Yang mana aja bang, Fei udah ga tahan” tanpa sadar aku mengakuinya.
“Iya gua tau, tuh memek lu udah keliatan basah. Dir, ambil saputangan disitu, kita tutup aja matanya biar ga liat siapa yang ambil perawannya, iyakan Non, yang penting nanti kita bikin lu enak waktu diperawanin”, Dulah menyuruh Kodir, matakupun ditutup oleh saputanganku sendiri.
Farahku bergolak menikmati sensasi ini, dalam keadaan terhina aku malah tidak tahu siapa yang pertama menyetubuhiku, tanpa sadar pula aku makin membuka kedua pahaku hingga lubang vaginaku terasa sedikit terbuka. Terdengar tawa-tawa kurang ajar yang makin melecehkanku.

“Tuh kan anak pasti mirip ibunya, ni cewek bakal jadi calon lonte kita hahaha, ayo kita undi siapa yang beruntung”, terdengar suara mereka tertawa-tawa aku tidak melihat apa yang mereka lakukan tetapi sesaat kemudian terasa ada lidah yang menjilati vaginaku.
Aku semakin tidak tahan,, para buruhku seakan mau mempermainkanku, mereka tidak bersuara sama sekali sehingga aku tidak tahu saat ada benda tumpul yang berusaha menerobos vaginaku, aku tahu sesaat lagi aku akan melepas virginku, aku berusaha supaya tidak tegang dan melemaskan otot-otot tubuhku.aku merasakan penis itu berusaha menerobos vaginaku yang masih sempit tertutup.Penis itu menekan kuat sekali sampai aku merasa ada yang pedih sekali, aku mengerang kesakitan, penis yang telah terbenam itu tiba-tiba dicabut keluar dari vaginaku, perih sekali rasanya. Lalu aku merasakan penis memasuki vaginaku kembali, rasa nikmat mulai menjalari sekujur tubuhku disela-sela perihnya vaginaku.penis itu maju mundur sebentar lalu keluar lagi, lalu penis itu masuk lagi. Aku mulai sadar pastilah kelima buruhku sedang bergantian menggagahiku, karena penis ketiga ini terasa berbeda dari yang sebelumnya, begitupun dengan peniis-penis sesudahnya. Setelah kelima penis itu bergiliran memasuki lubang vaginaku, terdengar suara riuh rendah buruhku yang telah berhasil memerawaniku.
“Neng sekarang buka penutup matanya, pasti neng mau liat kan?\” aku mengangguk pelan, lalu kubuka penutup mataku.
Aku kaget sekali waktu kulihat darah merah tua mengalir diantara kedua pahaku, dipenis kelima buruhkupun ada darahku.

“Nah sekarang lu udah bebas kita entotin, hahaha lu pasti bingung siapa yang pertama tadi? mulai sekarang lu harus mau kita entotin, sekarang lu telentang lagi kayak tadi, buka mata lu lebar-lebar biar lu tau enaknya kontol kita”, Dulah dengan kasar mendorong tubuhku sampai terjengkang keatas kasurku, rupanya dia sudah ingin menggagahiku lagi.
Aku menurut saja meskipun vaginaku masih terasa sakit, diiringi sorak para buruhku aku kembali membuka kedua pahaku memperlihatkan vaginaku yang sudah berdarah.Penis Dulah begitu besar ketika menyeruak memasukiku, aku terpejam menikmatinya, aku tidak sadar telah merintih-rintih menikmatinya.
“he Non, memek lu ternyata enak juga ya, lebih enak dari memek perek terminal Dir, coba kalau semua amoy kayak lu, pasti laku dah”, Odet yang dari tadi memperhatikan kami mengelus-elus kedua putingku lalu menyedotnya.
Suhe yang bertugas memegangi kakikupun sibuk mengelus-elus kedua pahaku, sementara Dulah menindihku diantara kedua pahaku, arman sibuk mengocok-ngocok penisnya dan kodir menyuruhku mengulum penisnya. Seluruh otot ditubuhku seakan copot ketika aku merasakan arus orgasme pada vaginaku. Inikah rasanya orgasme… nikmat sekali. Dulah semakin mempercepat gerakannya, terasa penisnya sudah keras sekali dalam tubuhku, lima belas menit kemudian terasa ada aliran hangat membanjiri rahimku, rupanya Dulah sudah mencapai klimaks. Spermanya banyak sekali dirahimku sampai yang meleleh keluar vaginakupun banyak.

“Wuah bener-bener enek ni amoy, gua udah lama nungguin saat ini, anjrit banget Dir lu cobain deh”, Dulah melepaskan penisnya dari vaginaku, melelehlah sperma dulah bercampur darah dan mungkin juga cairan orgasmeku.
“Neng, sekarang giliran abang ya, Dul lu tega, memeknya udah disiram begini, dibersihin dulu ya neng”, Kata kodir sambil mengambil tisu dan mulai mengorek vaginaku.
Setelah bersih Kodir memintaku dalam posisi nungging. Aku yang sudah dikuasai birahi sudah tidak peduli siapa yang menyetubuhiku, aku hanya ingin merasakan orgasme lagi.dan lagi, pantas saja mamaku betah bersama Nurdin. Aku menuruti Kodir, lalu dia memasukkan penisnya dalam vaginaku, masih terasa ngilu pada posisi dogi ini, tapi karena vaginaku sudah licin oleh sperma dulah, penis Kodir pun berhasil memasuki vaginaku.
“hhmmmmm, bang”, aku melenguh sejadi-jadinya saat kenikmatan itu menguasai tubuhku.
Penis Kodir yang panjang bergerak maju mundur menggedor rahimku, sementara tangan-tangan jahil odet, arman dan suhe masih sibuk menggerayangi sekujur tubuhku. Tiba-tiba tubuhku mengejang saat puncak kenikmatan datang, tawapun kembali meledak dikamarku.
“Si non udah ngerasa keenakan tuh, terusin Dir, lebih dalem lagi, liat matanya sampe merem melek gitu.enak ya non?,” ucap Odet setengah melecehkanku.
Tanpa mempedulikannya aku mengangguk.
“Mmhhhh enak bang… aduuuhh”, tak terasa glombang orgasme kembali menimpaku.

Inilah keuntungan jadi wanita, bisa orgasme berulang-ulang. Penis Kodir masih saja terus menyodok-nyodok vaginaku, dia telah tahu titik lemah wanita, aku melenguh sejadi-jadinya menikmati perlakuan ini.
“Non, daripada ribut-ribut nih emut aja kontol gua”, Odet memegangi penisnya menuju mulutku.
Benar-benar tak sadar aku membuka mulutku menyambut penis Odet yang tampak berurat tegang. Dia memaju mundurkan pantatnya sehingga penisnya pun ikut maju mundur dalam mulutku.
“Non Carline keliatan cantik sekali kalo lagi kayak gini ya, liat susunya bergerak-gerak”, aku tak tahu siapa yang nyeletuk begitu.
“Neng Carline…… gua mau keluar nih, didalem ya neng”, sperma Kodir akhirnya muncrat-muncrat dalam vaginaku.
Mulutku tetap mengulum penis Odet karena gerakan odet pun semakin cepat sampai akhirnya diapun menyemprotkan spermanya dalam mulutku, terasa asin, jijik sekali.
“Telen aja non, nanti kebiasa malah jadi enak koq”, Odet rupanya tahu aku mau memuntahkan spermanya.

Aku mengangguk sambil berusaha menelan cairan spermanya yang kental. masih mending makan telor mentah pikirku karena baunya aneh sekali. Baru kali itu aku menelan sperma, dengan Albert dia selalu keluar diluar mulutku. Sekarang tubuhku sudah penuh lelehan sperma, dan Arman yang sedari tadi mengocok-ngocok penisnya mulai maju mendekatiku.
“Neng masih tetep nungging ya, gua mau coba anus lu”, kata Arman membuatku kaget sekali.
“Jangan bang, jangan lewat situ, takut”, cegahku sambil menutupi anusku dengan tangan.
Dulah terlihat menyeringai, dia sudah ada dikasurku, sambil memegangi tanganku dia berkata, “Elu nurut aja deh,biar kita jebol semua lubang dibadan lu, nanti juga lu kebiasa, jadi hari ini sekalian aja bukan cuma memek sama mulut lu tapi juga anus lu”.
Tenaga dulah sangat kuat bagiku, dalam posisi tak bisa bergerak penis Arman masuk dalam anusku, berkali-kali gagal sampai Arman meludahi anusku.
“Anjing lu susah bener”, omel Arman.
Setengah berteriak menahan sakit aku sampai menggigit bibirku.
“Tahan neng, dikit lagi”, arman terus menyodok anusku.
Dan dia berhasil menerobos anusku dan langsung orgasme karena daritadi dia sudah lama mengocok penisnya.
“Gila sempit banget nih bool, baru masuk aja gua udah ngecrot”, katanya kecewa.
Semua menertawakannya, jangan-jangan lu ga tahan lama man”.

Aku merasa lega setelah semua sudah membuang hajat najisnya. Dalam keadaan telanjang bulat aku masih telentang dikasurku dengan posisi kaki mengangkang, rasa nyeri, perih dan linu masih ada dalam vaginaku.
“hari ini neng boleh istirahatin memek neng ya, lain kali kita maennya semaleman. Mulai sekarang lu harus layanin kita semua kapanpun, dimanapun kecuali kalo lu lagi haid, itu juga lu harus buktiin dulu kalo lu bener-bener haid, Suhe ambil kanera itu cepat”, Tak lama Dulah memotret tubuh telanjangku dengan kamera digital milikku.
“Non, kamera ini kita pinjem dulu, kalo lu macem-macem, inget gua punya kamera yang isinya tubuh lu hahhahaha”, kata Dulah.
Aku menghela nafas panjang, kenapa harus begitu pikirku, tanpa kamerapun aku masih mau disetubuhi mereka, tapi ah aku tidak ambil pusing jadi kubiarkan saja mereka mengambil kamera dan mengambil foto bugilku.
“Tapi jangan sampai tersebar ya bang, Fei malu kalo sampe ketauan”, aku memohon.
“Tenang aja non, ini rahasia kita koq, ini cuma buat jaga-jaga aja”, Odet menimpaliku.
“Lah, masih takut ketauan segala, mama lu juga sekarang malah terang-terangan, Udah sekarang lu gua suntik dulu biar ga hamil, karena kita masih mau entotin lu laen kalim ayo cepat tengkurap!”, perintah Dulah, yang segera kuikuti karena akupun tidak ingin hamil oleh mereka.

Setelah disuntik aku diberi sebutir pil yang katanya supaya aku terlindungi dari penyakit. Aku tidak tahu mereka mendapat obat seperti itu darimana tapi aku tidak mau ada resiko hamil, jadi kuturuti saja anjuran mereka. Hari sudah sore, tak terasa sudah 4 jam yang lalu aku digilir para buruhku, aku masih tergolek dikamarku tanpa busana. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan. Aku mandi setelah cici dan adikku pulang. Sejak saat itu sikapku pada buruhku berubah 180 derajat, seakan aku sudah menjadi milik mereka. Setiap rumahku sepi, aku berani berkeliaran dirumah tanpa pakaian, dan merekapun berani memasuki kamarku, menyetubuhiku dengan bebas. Kalau aku berkunjung ke gudangpun, mereka tidak ragu lagi meraba-raba pahaku yang sengaja kuperlihatkan pada mereka, mereka pun tidak ragu lagi menyetubuhiku digudang. Demikianlah pembaca sekalian, sampai sekarang aku selalu ketagihan untuk disetubuhi. Merekapun punya jadwal tidur bersamaku. Cerita berikutnya aku membawa cici dan adikku untuk disetubuhi bersama-sama, tunggu kelanjutan cerita ini pada kesempatan berikutnya.

By: Carline



© Karya Carline