Neo Nightmare Campus: The Beginning




Neo Nightmare Campus: The Beginning
Tak ada seorangpun yang menginginkan kekurangan dalam dirinya, meski kesempurnaan juga mustahil dimiliki seutuhnya. Ada saja yang kurang, membuat kesempurnaan itu hanyalah angan. Hendra, cowok berotak cerdas dan bebas menggunakan kekayaan orang tuanya seperti mobil.motor atau pun ponsel, bukanlah barang langka baginya. Tapi apa guna semua itu jika selalu keberadaannya di lingkungan kampus atau tempat begaul selalu mendapat remehan dan ocehan semua temannya. Hendra selalu dibutuhkan oleh mereka saat membutuhkannya saja. Hendra anak seorang pengusaha. Dia anak tunggal di keluarga itu, umurnya sekitar 22 tahun, tingginya 165 cm berat 55 kg. badannya tegap bisa juga disebut macho,tapi dia memiliki wajah yang jauh dari ganteng oleh sebab itu banyak dijauhi oleh teman-temannya dan hingga banyak dari mereka yang benci dan jijik berteman dengannya. Kejadian ini terjadi pada saat Hendra ditelepon sahabat karibnya untuk memintanya untuk menjemput di kampus. Oh ya aku kenalin dulu namanya Sarif, dia anak panti asuhan yang dibangun orang tua Hendra, tingginya sekitar 166 cm berat 55 kg gak beda jauh dengan Hendra. Ia bergegas mengambil kunci mobilnya dan meluncur ke kampus tempatnya kuliah, namun dia tadi lebih awal pulangnya dan ke sana untuk menjemput Sarif. Setibanya di depan kampus, Hendra menelpon Sarif namun jaringan lagi ada gangguan, terpaksa dia masuk ke dalam mencari sahabat karibnya itu. Ketika menuju tempat biasa Sarif nongkrong, Hendra mendengar suara percakapan seseorang di dalam sebuah gudang. Ia mengendap-endap ke celah jendela yang sedikit terbuka dan mengintip siapa yang sedang berbicara itu. Mata Hendra terbelakak dan mulutnya melongo menyaksikan yang terjadi di dalam ruangan itu.


Vina

"Ah, sudah bangun kau?" secara serempak dua pria itu menyapa Vina, salah satu mahasiswi cantik di kampus. Sebuah suara yang ngobrol tadi dan lampu yang menyala terang mengagetkan gadis itu. Tampak seorang pria kekar datang menghampiri Vina. Vina mengenalinya kedua orang itu, seorang penjaga kampus dan penjaga kolam. Tak lain adalah Imron dan Abdul, mereka menyeringai mesum namun sangat menakutkan,

"Hahaha...", kedua pria bejat itu tertawa terbahak-bahak melihat mangsanya sudah tak berdaya.

Vina berusaha bangun, namun tangan dan kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak.

"Tenang saja non, nggak usah banyak gerak, sore ini kamu di sini dulu." Kata Imron sambil cengengesan.

Tidak sengaja Vina melihat ke dinding gudang ada sebuah cermin yang terpampang besar di sebelahnya, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu di atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya yang terentang ke sudut-sudut meja yang disusun rapi, seperti huruf Y terbalik. Seluruh tubuhnya tertutup koran dan kardus, namun ujung koran yang tersingkap memperlihatkan sebagian paha gadis itu. Ia saat itu menggunakan baju tshirt warna pink dan rok yang cuma bisa menutupi 5 cm di atas lutut bewarna abu-abu.

"Pak, Vina dimana? Kenapa saya begini?" tanya gadis itu dengan panik dan takut.

Ia mulai teringat saat berlari ke kantin untuk membeli minuman tadi, seseorang telah menariknya dari belakang dan menempelkan sesuatu yang berbau menyengat ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia kemudian tersadar di situ.

"Tenang non Vina yang semok, non akan baik-baik saja. Hari ini kita bakalan akan menikmatinya bersama,hahahaha" kata Abdul cengengesan, "Udah dua minggu aku dan pak Imron menunggu kesempatan ini, sekarang kita akan nikmati hari yang menyenangkan ini, bener ga pak Imron?" kata Abdul dengan bangganya" kata Abdul sambil menyeringai.

"Sip dah!" timpal Imron.

"Enggak! Enggak! Saya akan melaporkan bapak ke polisi! Vina nggak mau!" gadis itu berusaha meronta, namun ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat baginya.



Sambil tertawa terkekeh, Abdul perlahan menarik koran dan kardus yang menutupi tubuh gadis itu, membuatnya terpekik karena penutup tubuhnya perlahan dibuka tanpa menghiraukan ancamannya.

"Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak, jangan Pak! Tolong..!" dengan sigap Abdul melepas semua pakaian Vina dan sekarang terserak dibawah meja, lalu menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalamnya sendiri, dan mengikatnya ke belakang dengan bra gadis itu.

"Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini majikanmu, tahu! Panggil aku tuan!" seru Abdul sambil menampar pipi Vina sampai gadis itu memekik kesakitan.

Abdul semakin beringas melihat tubuh Vina yang montok telanjang bulat. Kedua paha gadis manis itu terentang lebar mempertontonkan bibir kemaluannya yang jarang-jarang rambutnya. "Diam Sayang! Hari ini aku akan membalas semua sakit hatiku pada ayahmu yang sok alim itu karena besok anak perawannya sudah tidak perawan lagi!"

"Dul lu duluan gih, gua yang rekamin adegannya!"

"Ok bos!" Kata Abdul langsung melanjutkan aksinya..

Tanpa basa basi Abdul segera membuka pakaiannya sendiri, lalu melompat ke atas meja. Vina dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Abdul menindih tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Gadis itu bahkan tidak bisa untuk sekedar merapatkan pahanya yang terkangkang lebar. Pekikannya tertahan sumpalan celana dalam saat Abdul meremas buah dada gadis itu dengan kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu sama sekali tidak digubris. Abdul kemudian menempatkan kejantanannya tepat di depan bibir kemaluan Vina.

"Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar majikanmu ini ambil perawanmu..." sambil berkata begitu Abdul menghujamkan kejantanannya memasuki hangatnya keperawanan Vina. Sementara Imron mengabadikan moment itu dengan kameraphonenya.



Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan kejantanan Abdul yang terus menerobos masuk.

"Haanggkk..! Aahhkk..!" Napas gadis itu terputus-putus dan matanya yang bulat indah terbeliak lebar saat Vina merasakan perih tiba-tiba menyengat selangkangannya.

Tubuh semok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Abdul dengan perkasa menggenjotkan kejantanannya menikmati hangatnya kemaluan perawan Vina yang terasa begitu peret.

"Aahh... enak sekali tempikmu... aahh... Vinaaaan... enak kan non..? Terus ya non..?" Abdul mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan anak dari orang yang telah meremehkanya.

Vina sambil merintih tidak jelas menggelengkan kepala dan meronta berusaha menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan gadis itu kembali terpekik dan tersentak karena Abdul kini dengan kuat meremasi kedua payudaranya yang kencang menantang. Memang benar kata orang, gadis seperti Vina memang sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah dadanya yang tegak menantang bergerak naik turun seirama napasnya yang tersengal-sengal, tubuhnya yang montok telanjang bersimbah keringat, kedua pahanya yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang, bibir kemaluannya tampak megap-megap dijejali kejantanan Abdul yang begitu besar. Sementara dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-cucup tiap kali gadis itu terpekik tertahan. Vina dengan airmata berlinang merintih memohon ampun, namun tusukan demi tusukan terus menghajar selangkangannya yang semakin perih. Payudaranya yang biasanya tersenggol pun terasa sakit kini diremas-remas tanpa ampun. Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan orang yang dikenalnya merupakan seorang penjaga kolam, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik. Rasanya bagai bertahun-tahun Vina disetubuhi tanpa mampu melawan sedikitpun.



"Hhh..! Vinaaaa..! Vina..! Sekarang aku bikin kamu hamil, sayangghh..! Aah... ambil non! Nih! Nih! Niih..!" tanpa dapat ditahan lagi Abdul menyemburkan spermanya dalam hangatnya kemaluan gadis itu sambil sekuat tenaga meremas kedua payudaranya, membuat Vina tergeliat-geliat dan terpekik-pekik tertahan sumpalan celana dalam di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar menyadari ia akan hamil. Perlahan pandangan gadis itu menjadi gelap. Vina kembali tersadar oleh dengusan napas di depan wajahnya. Sebelum sadar sepenuhnya, sengatan perih di selangkangannya membuat gadis itu terpekik dan meronta. Namun tangan dan kakinya tidak mau bergerak, dan pekikan-pekikannya tidak dapat keluar. Dengan gemas Abdul kembali menggenjotkan kejantanannya menikmati keperawanan Vina. Abdul tidak tahan lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu, memandanginya tergolek telanjang bugil tanpa daya di atas meja yang tersusun rapi. Pahanya yang putih mulus terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yang berambut jarang terlihat berbercak merah, tanda gadis itu memang betul-betul masih perawan, tadinya. Kedua payudara gadis itu berdiri tegak menjulang, dengan puting susu yang kemerahan menggemaskan. Sementara wajahnya yang manis dan bau tubuhnya yang harum alami sungguh membuat Abdul lupa diri. Dengan gadis seperti Vina, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli gadis itu suka atau tidak.

"Aah..! Ahk! Angkung (ampun)..! Aguh (aduh).. hakik (sakit).. angkung (ampun)..!" Vina merintih-rintih tidak jelas dengan mulut tersumpal celana dalam di sela-sela jeritan tertahan.

Tanpa mampu merapatkan pahanya yang terkangkang, gadis itu merasakan kemaluannya semakin perih tiap kali Abdul menggerakkan kejantanannya. Tiap detik, tiap genjotan terasa begitu menyakitkan, Vina berharap kembali pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu, namun tanpa daya ia merasakan bagian bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yang begitu besar.



Abdul semakin giat menggenjotkan kejantanannya dalam hangatnya kemaluan Vina yang peret dan mencucup-cucup menggiurkan. Daftar budak sex barunya Imron ini memang pintar memuaskan semua cowok belang di atas ranjang. Apalagi kalau nanti diajak tidur beramai-ramai bersama satu atau dua budak sex yang lain. Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis sekaligus membuat Abdul semakin bersemangat menyodok kemaluan Vina, semakin cepat, semakin dalam. Abdul merasakan kejantanannya menyentuh dasar kemaluan gadis itu bila disodokkan dalam-dalam. Vina sendiri hanya merintih tampak pasrah mempersembahkan kesuciannya pada Abdul. Airmata gadis itu tampak berlinang membasahi pipinya yang kemerahan. Tubuh telanjang gadis itu tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali kejantanan Abdul menyodok masuk dalam kemaluannya yang begitu sempit. Dengan menggeram seperti macan menerkam mangsa, Abdul dengan nikmat menyemburkan sperma dalam kehangatan tubuh Vina yang terpekik tertahan-tahan. Hampir dua jam Abdul dengan perkasanya memperkosa Vina, setidaknya lima kali gadis itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali ia pingsan ketika Abdul mencapai puncak, hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali dinikmati dengan buasnya. Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas, seperti ditusuk-tusuk besi yang merah membara. Payudaranya serasa lecet diremas habis-habisan, terkena semilir angin pun perih. Punggung gadis itu perih tergores kuku Abdul. Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak kunjung usai, bagai tidak mengenal lelah kejantanan Abdul terus bertubi-tubi menusuk dalam-dalam, kedua tangannya seperti capit kepiting terus mencengkeram buah dada Vina. Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak mampu berkutik, apalagi menghindar atau mencegah. Bahkan menjerit pun ia tidak mampu, tenaganya sudah habis dan sumpalan celana dalamnya sendiri membuat pekikannya hanya seperti erangan. Bagai berabad-abad Vina dibuat bulan-bulanan tanpa daya.



Kini Imron yang daritadi hanya menonton dan merekam persetubuhan Abdul dan Vina, mematikan ponsel kameranya lalu mendekati mereka. Tangannya mulai menggerayangi tubuh mulus Vina, mulai dari paha dan terus naik meremasi payudaranya yang montok itu. Mulutnya juga turut menciumi serta menjilati setiap inci kulit tubuhnya yang putih mulus bak pualam. Lidahnya yang kasap menyapu-nyapu puting gadis itu sehingga benda mungil kecoklatan itu semakin mengeras saja dibuatnya. Mulut Vina mengap-mengap mengeluarkan suara desahan yang semakin tak karuan, tangannya meremasi rambut Imron yang sedang mengenyot payudaranya. Ia sudah benar-benar terangsang hingga hanyut menikmati perkosaan itu, tubuhnya menggelinjang-gelinjang, butir-butir keringat nampak keluar dari pori-pori kulitnya memberi kesan basah yang menggairahkan.

"Oouuhh.." dengan panjang keluar dari mulut Vina

Ia merasakan tangan Imron meremas dada kanannya dan mengisapi puting kirinya. Titik sensitifnya terangsang berat. Dengan reflek ia membusungkan dada sesampai-sampainya. Tampaknya mereka tidak diam melihat Vina bereaksi demikian. Segera Imron menghisap salah satu putingnya lebih kuat lagi. Hal itu tentu saja membuat gadis itu semakin terangsang. Ia merasakan penis Abdul menyodok semakin ganas ke dalam liang vaginanya. Birahi gadis itu kian melayang-layang dan ia makin pasrah dan menikmati cara mereka menikmati tubuhnya. Kemaluannya semain basah sehingga setiap alat kelaminnya bertumbukkan dengan Abdul selalu menimbulkan bunyi kecipak. Tampaknya Abdul mengetahui hal ini. Perlahan salah satu jarinya masuk ke anus Vina. Semakin lama anus gadis itu semakin licin dan jari Abdul dapat keluar masuk mudah. Akhirnya penis dan jari-jari pria itu keluar masuk di kedua liang tubuh Vina. Entah mengapa Vina sendiri malah semakin menyodorkan kedua liangku ke arahnya, sepasang paha jenjangnya merangkul pinggang pria itu seakan tidak rela lepas darinya. Mulut Imron semakin merambat naik menjilat dan mencupangi leher jenjangnya hingga akhirnya mulut mereka bertemu. Vina tak sanggup menahan lidah Imron yang menyeruak masuk ke mulutnya dan langsung menyapu telak langit-langit mulutnya.



"Mmhh...mmppff!" desahan tertahan terdengar dari mulut Vina yang sedang berpagutan dengan Imron

Secara refleks, ia menggerakkan lidahnya beradu dengan lidah penjaga kampus itu. Ia hanya bisa terdiam tak bergerak, pikirannya melayang jauh. Birahinya semakin mengalir di dalam dirinya, tubuhnya semakin sensitif dan haus akan sentuhan. Terlintas di pikirannya berharap mendapatkan yang lebih lagi. Ia merasakan buaian tangan kasar kedua orang itu di sekujur tubuhnya sehingga membuat daerah sensitif di selangkanganku semakin basah saja.

"Nikmatin Non.. nanti bakal lebih lagi, saya kan belum nyoblos Non" bisik Imron seraya menjilat dalam-dalam telinga Vina.

Mendengar kata 'lebih lagi' Vina seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggulnya diangkat-angkat, ingin Imron melakukan lebih dari sekedar menjilat, seakan ditusuk oleh satu penis milik Abdul belumlah cukup dan masih meminta Imron menyetubuhinya juga. Tidak berapa lama kemudian Vina merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhnya menegang, dipeluknya Imron yang sedang mencupangi lehernya dengan kuatnya.

"Aaagghh..Pak...saya...oohh" jeritnya keras dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan di dalam kewanitaannya. Tubuhnya akhirnya melemas lungai di atas meja.

"Oohhh...uuhhh...siip!!" Abdul menyusul semenit kemudian dengan frekuensi genjotan yang semakin cepat hingga akhirnya ia menarik lepas penisnya.

'Cret...cret!' cairan putih kental muncrat membasahi perut Vina yang rata, Abdul melenguh merasakan orgasmenya. Vina masih terengah-engah setelah diterpa gelombang orgasme dahsyat barusan. Nampak kedua buah dadanya yang indah itu naik turun mengikuti irama nafasnya.



Mereka lalu menurunkan tubuh telanjang gadis itu ke lantai. Kini Vina berlutut dengan kedua pria bejat itu berdiri di hadapannya dengan penis tertodong ke wajahnya.

"Bersihin Non!" perintah Abdul mendekatkan penisnya yang basah blepotan cairan orgasme itu ke wajah Vina

Dengan tangan agak bergetar Vina meraih penis itu dan mulai mendekatkannya ke bibirnya yang tipis. Ia mengeluarkan lidahnya dan mulai menyapukannya pada permukaan penis yang basah itu dari kepala hingga buah zakarnya. Ia juga memasukkan penis yang mulai lemas itu ke mulutnya dan dihisap-hisap, ia dapat merasakan aroma cairan kewanitaannya sendiri pada benda itu. Imron meraih tangan Vina dan menggenggamkannya pada penisnya, tanpa disuruh lagi Vina mengocoki penis Imron sambil mulutnya terus aktif melakukan cleaning service terhadap penis Abdul. Rupanya ditodong kedua penis itu telah menimbulkan sensasi aneh dalam diri Vina, ia merasakan suatu keinginan yang selama ini terpendam dalam dirinya yaitu berhubungan dengan lebih dari satu pria sekaligus, saat itulah hasrat liar itu terwujud meskipun sebenarnya dalam keadaan terpaksa. Baru sekitar tiga menitan mengoral penis Abdul, ia lalu berpindah ke penis Imron yang sedikit lebih besar. Dikulumnya penis itu sambil tangan yang satunya mengocok-ngocok penis Abdul yang berangsur-angsur mulai mengeras lagi.

"Tuh kan...udah mulai keenakan, saya bilang juga pasti ketagihan sama kontol kita hahaha!" ejek Imron yang membuat panas telinga gadis itu, "ayo manis ada yang lebih asyik lagi, sini!"

Imron mengeluarkan penisnya yang sudah basah dari mulut Vina lalu ia berbaring di lantai dan menyuruh gadis itu menaiki penisnya yang mengacung tegak. Dengan perlahan Vina mengarahkan penis itu memasuki vaginanya diiringi erangan nikmat dari mulutnya. Penis Imron akhirnya terbenam seluruhnya di vagina gadis itu.



"Uugghh...sempitnya, asoy...ayo goyang manis!" perintah Imron sambil tangannya meremas payudara kanan gadis itu.

"Ahhh...ahhh!" mulut Vina mulai mengeluarkan desahan seiring dengan tubuhnya yang mulai naik turun.

Mulut Vina yang mengap-mengap tidak disia-siakan Abdul yang menjejali mulut itu dengan penisnya. Namun pria itu tidak berlama-lama menikmati servis oral Vina, setelah dirasa penisnya cukup keras, ia menarik lepas penisnya lalu menuju ke belakang. Rupanya ia mengincar pantat Vina yang agak menungging, dilebarkannya anus gadis itu sambil tangan yang satunya mengarahkan penisnya ke sana.

"Aahh...jangan disitu!" Vina menengok ke belakang dengan wajah cemas.

"Ssshh...udah nikmatin aja, pasti nantinya enak, kan tadi saya udah bilang!" kata Imron menarik wajah gadis itu dan mengecup bibirnya.

Perlahan tapi pasti, penis Abdul mulai menerobos masuk ke anus gadis itu. Vina meringis dan merintih, air matanya sampai keluar menahan rasa nyeri pertama kalinya lubang belakangnya diperawani. Setelah masuk setengahnya, tiba-tiba Abdul mengehentakkan pinggulnya sehingga penisnya melesak masuk seluruhnya ke pantas Vina. Kontan gadis itu pun menjerit kesakitan. Tanpa membuang-buang waktu, kedua pria itu memacu tubuhnya seperti menunggangi kuda. Dua penis besar bergerak keluar-masuk vagina dan anusnya bagaikan mesin. Setelah seperempat jam Abdul mencapai orgasme lebih dulu, mungkin karena sempitnya himpitan lubang belakang. Ia menggeram dan menumpahkan spermanya di pantat gadis itu. Setelah itu Imron menelentangkan tubuh Vina ke lantai tanpa melepas penisnya, ia meneruskan genjotannya hingga lima menit kemudian. Lenguhan panjang terdengar dari mulut si penjaga kampus, ia menarik lepas penisnya lalu buru-buru mendekati wajah gadis itu. 'cret...cret' beberapa kali semprotan sperma membasahi wajah Vina, Imron juga membuka mulut gadis itu memaksanya menelan spermanya.



Dari sela-sela jendela yang terbuka Hendra menyaksikan secara saksama dan memotret adegan demi adegan perkosaan itu, jantungnya berdebar-debar melihat semua itu. Tangannya sebentar-sebentar turun ke bawah mengocok penisnya dari balik celana panjangnya. Ia tidak menghiraukan sahabatnya lagi yang tadinya sempat sms dan mulai mulai mengaktifkan modus ofline pada hp nya dan lupa bahwa Sarif sedang menunggunya di parkiran depan kampus. Dengan lemas Abdul duduk di sisi Vina yang terisak-isak. Sungguh luar biasa budak barunya ini, hampir tiga jam gadis ini mampu melayaninya. Dari jam tiga sampai jam 5.27. Kalau saja tadi tidak minum obat kuat, mungkin saja ia tidak dapat bangun. Sambil tersenyum lebar, Abdul dan Imron bangkit dan mengenakan pakaian. Gadis itu sendiri masih telanjang bulat dengan tangan dan kaki terikat terentang lebar. Ceceran cairan putih itu masih memenuhi wajah dan perutnya.

"non, sekarang harus nurut apa kata kita, jika tidak non tau sendiri akibatnya. Kami akan menyebarkan foto dan video yang direkam pak Imron tadi, ngerti ga?!" Abdul membentak Vina

Vina membalas dengan anggukan lemah

"lepasin saya... saya mau pulang!" isak gadis itu menghiba.

Mereka pun akhirnya memperbolehkan gadis itu pulang. Sebelum Vina mengambil pakaiannya yang tercecer Abdul mengancam akan menghancurkan keluarganya jika dia mengadukan kejadian ini. Hendra buru-buru menjauh dan bersembunyi di balik sebuah dinding melihat mereka mulai keluar dari gudang itu. Dirasakannya bagian selangkangannya mulai basah karena terangsang berat menonton liveshow perkosaan barusan. Ia melihat lagi hasil-hasil potretannya di HPnya, sebagian agak buram, tapi sebagian ada yang jelas. Sebuah senyuman mulai menghiasi wajah buruknya, sang iblis telah merasuk ke dalam dirinya membisikkan sebuah rencana jahat. Ia kini telah memegang kartu as Vina di tangannya dan ini berarti....

By: Dony Bro
-------------------------




© Karya Dony Bro