Nyoblos Caleg ala Dukun Sarmadji





Nyoblos Caleg ala Dukun Sarmadji
"Din, setelah dua orang ibu-anak itu, aku mau istirahat." kata Dukun Sarmadji dari dalam biliknya usai memberikan susuk pada seorang pasien.
Udin bergegas keluar menghampiri dua pasien berikutnya dan mempersilahkan masuk ke ruang praktek Dukun Sarmadji. Dukun Sarmadji adalah dukun yang terkenal di daerah Jawa Timur. Keahliannya sangat tersohor, dari pelet sampai santet. Dari pengelaris sampai jabatan, dia tiada bandingannya. Ruang praktiknya dipenuhi oleh benda-benda pusaka, dan segenap wewangian kemenyan serta sesaji bagi iblis sesembahannya menambah keangkeran dukun berusia 60 tahun dengan jambang lebat memenuhi wajahnya. Pasien berikutnya adalah Nyonya Dieta dan diantar oleh puterinya Lisa. Nyonya Dieta adalah wanita berumur 45 tahun yang sangat anggun. Dia sengaja datang ke Jawa Timur selain untuk menghadiri resepsi karibnya kemarin, juga mengunjungi Sang Dukun yang sakti mandraguna ini. Sengaja dia minta antar puterinya, karena kesibukan suaminya sebagai pengusaha yang mengharuskan melakukan perjalanan bisnis ke Eropa. Gaun malamnya menambah kecantikan yang tidak pernah pudar dari wanita berparas cantik ini. Di sampingnya adalah puteri sulungnya Lisa yang tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Menurun dari ibunya, Lisa yang masih 18 tahun ini juga memiliki kecantikan yang tidak kalah dengan Sang Ibu. Gadis ini tampil santai dengan kaos merek Zara yang ketat lengkap dengan jeans hitam yang lekat dengan pahanya yang masih ramping.

"Silahkan duduk Nyonya Dieta dan Dik Lisa...." kata Dukun Sarmadji mempersilahkan dua pasien terakhirnya ini untuk duduk di karpet tepat di depan meja praktiknya. Mata sang dukun yang tadinya lelah sontak kembali berbinar. Amboi, cantik benar dua makhluk ini. Mulus, dada montok, dan ah....ternyata tidak cuma mata sang dukun yang berbinar, penis Dukun Sarmadji pun ikut memberikan sinyal soal santapan malam yang indah dari dua wanita cantik ini.

Belum sempat dua pasiennya menyembunyikan kekagetan dengan kemampuan Sang Dukun menebak nama-nama mereka. Dukun Sarmadji kembali berkata,

"Nyonya Dieta tidak usah kuatir. Nyonya pasti bisa jadi anggota dewan tahun ini....Bukankah begitu yang nyonya inginkan?"
"Be..benar...Mbah Dukun. Darimana Mbah tahu maksud saya?" tanya Nyonya Dieta makin kaget sekaligus makin percaya pada kesaktian sang dukun. Nyonya Dieta memang salah satu caleg dari parpol pada pemilu tahun ini. Dan di saat peraturan bukan lagi pada nomor urut, melainkan suara terbanyak, membuat sang nyonya menjadi ketar-ketir.
"Hahahaha...iblis, setan dan jin mengetahui semua maksud di hati." kata Dukun Sarmadji bangga. "Tapi, ini tidak gampang, Nyonya...."
"Maksud Mbah Dukun? Bagaimana caranya? Apa saja akan saya lakukan untuk itu Mbah." kata Nyonya Dieta tidak sabar.
"Aura kharisma Nyonya tertutupi oleh tabir gelap sehingga tidak keluar. Harus ada banyak pengorbanan, dan sesembahan agar itu semua keluar. Tapi itu ada ritualnya, bisa diakali, Nyonya tidak perlu kuatir." Kali ini Dukun Sarmadji mulai ngawur. Semua kalimatnya sengaja dirancang untuk mendapatkan keuntungan dari dua wanita cantik ini. "Kamu dan puterimu harus total mengikuti ritual yang akan saya siapkan. Sanggup?"
"Sanggup,Mbah"
"Dik Lisa sanggup membantu Mama?" tanya dukun yang sedang horny ini pada puterinya.
"Sanggup,Mbah." Sahut Lisa demi sang mama tercintanya.
Mulailah Dukun Sarmadji komat-kamit sambil melempar kemenyan pada pembakarannya. Matanya tiba-tiba melotot. Dan suaranya menjadi parau.
"Kalian berdua ikut aku ke ruang sebelah....Sebelumnya Nyonya minum air dalam kendi ini. Air suci dari negeri jin Timur Tengah." Dukun Sarmadji menyodorkan kendi yang memang disiapkan khusus, dengan rerempahan yang mengandung unsur perangsang yang sangat kuat.

Niat kotornya sudah mulai dijalankan. Di ruang sebelah ruang praktik utama terdapat gentong besar berisi bunga-bunga aneka macam. Dan sebuah dipan kayu, serta meja kecil di dekatnya. Lebih mirip kamar mandi. Dukun Sarmadji menyuruh Nyonya Dieta masuk mendekati gentong. Dan memberi perintah agar Lisa melihat dari depan pintu ruangan.

"Kita mulai dengan pembersihan seluruh tabir itu, Nyonya. Rapal terus mantra ini dalam hati sambil aku mengguyur badan Nyonya....Mojopahit agung, Ratu sesembahan jagad. Hong Silawe,Hong Silawe. " lanjut Sarmadji. Tangannya mengambil gayung di gentong dan mengguyur pada tubuh Nyonya Dieta. Air kembang pun dalam sekejap membasahi baju Nyonya Dieta. Semakin memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh Nyonya ini yang masih ramping dan terjaga.
"Edan..ngaceng kontolku rek." batin Dukun Sarmadji. Tangannya yang satu bergerak menggosok tubuh yang sudah basah itu. Dari rambut, dahi, hidung, bibir, leher, dan merambat ke dua gundukan di dada Nyonya Dieta. Sempat Nyonya Dieta terkaget dengan sentuhan tangan kasar sang dukun, tapi buru-buru dia konsentrasi lagi dengan rapalannya.
"Bagus terus konsentrasi Nyonya. Jangan sampai gagal, karena akan percuma ritual kita...Sekarang lepas baju Nyonya biar reramuan kembang ini meresap dalam kulit Nyonya." Perintah Dukun Sarmadji yang langsung dituruti oleh Nyonya yang sudah ngebet jadi anggota dewan ini. Nyonya Dieta benar-benar telanjang bulat sekarang. Tubuh putih mulus dengan kulit yang masih kencang.
Melihat mangsanya dalam kendali, Dukun Sarmadji semakin berani. Badannya dirapatkan, agar penisnya menempel di belahan pantat Sang Nyonya yang montok. Jemarinya semakin nakal memainkan puting Nyonya Dieta. Terus turun ke sela-sela paha Nyonya Dieta, memainkan vagina Sang Nyonya. Setelah 5 menit, tampak tubuh Nyonya Dieta bergetar, tanda-tanda bahwa ramuan perangsang sudah mulai bekerja. Dukun Sarmadji menuntun Nyonya Dieta ke dipan kayu yang ada di ruangan itu dengan semua letupan birahi yang semakin tidak tertahankan. Perhitungannya, tak lama lagi, Sang Nyonya akan tidak mampu berdiri karena melayang di antara alam sadar dan bawah sadarnya.



Nyonya Dieta

Setelah membaringkan mangsanya, Dukun Sarmadji meneruskan rangsangannya. Bibir tebalnya terus mencium seluruh tubuh Sang Nyonya. Wewangian kembang membuat nafsunya semakin tidak tertahankan lagi. Bibir dan lidahnya menyerbu bibir vagina Sang Nyonya. Edan, orang kaya emang beda. Jembutnya aja ditata. Wanginya juga beda, batin Dukun Sarmadji sesaat setelah melihat vagina Nyonya Dieta. Nyonya anggun ini mulai terangsang hebat. Tubuhnya menggeliat-geliat setiap sapuan lidah Sarmadji memutar-mutar klitorisnya. Pantatnya naik turun seakan ingin lidah Dukun Sarmadji tertancap lebih dalam.
"Eeeemmm...."Desah Nyonya Dieta penuh kenikmatan.
"Ini saatnya." Pikir Dukun Sarmadji membuka pakaian dan celananya dengan buru-buru lalu naik ke atas dipan, mengambil posisi di sela paha Dieta.
"Apa yang Mbah lakukan pada Mama?"Tiba-tiba semua perhatian Dukun Sarmadji terbelah oleh pertanyaan Lisa. Iya, ada anaknya yang nonton dari tadi. Beda ama ibunya, Lisa tentu saja masih sangat sadar.
"Tenang cah ayu. Mamamu harus melakukan ritual tertinggi kharisma asmaradana. Aku harus menyatu lewat persenggamaan untuk membongkar tabir jahat pada Mamamu. Mamamu harus ditolong. Kamu mau pengorbanan Mamamu tidak sia-sia bukan,Nduk?"
"Iya,Mbah."
"Sekarang diam di situ. Dan bantu perjuangan Mbah dan Mama dengan rapalan tadi...." perintah Dukun Sarmadji sambil mengembalikan konsentrasinya pada penisnya yang sudah berdiri tegak. Urat-urat penisnya semakin membesar, pertanda sudah sangat siap untuk melakukan penetrasi. Kepala penis Dukun Sarmadji yang mirip jamur raksasa berwarna hitam itu kini sudah berada di bibir vagina Nyonya Dieta. Bibir vagina yang sudah basah karena cairan itu merekah saat kepala penis Sang Dukun mulai membelah masuk. Dukun Sarmadji mengatur napasnya. Perjuangannya untuk menembus vagina Nyonya satu ini ternyata cukup sulit. Diameter penisnya terlalu besar untuk vagina Nyonya Dieta. Baru kepala penisnya yang mampu masuk.

"Aaaaah...seret juga milikmu,Dieta sayang. penis suamimu payah rupanya. Tahan sedikit ya. Mbah akan beri kenikmatan hebat..." bisik Sarmadji pada telinga Dieta. Di lingkarkannya tangan gempal Sang Dukun pada pantat montok Nyonya Dieta. Dadanya bersandar pada dua payudara Dieta. Dan dengan hentakan keras, dibantu tekanan tangannya, penis Sarmadji melesak masuk.
"Eeeeemmmphmm,...mm..mm."Desah Dieta sambil merem melek.

Pengaruh ramuan perangsang plus hentakan tadi rupanya membuat sensasi luar biasa bagi Dieta. Sarmadji pun merasa nikmat luar biasa. Dibanding milik istri mudanya pun, milik Dieta masih lebih legit. Mungkin karena orang kota pandai merawat diri, pikir Sarmadji sambil menikmati pijatan vagina Dieta.
"Plok...plok...plok...plak...plak...plak.." suara perut Dukun Sarmadji bertemu kulit putih Dieta. Sesekali Dukun Sarmadji menelan ludahnya sendiri melihat batang besarnya yang hitam pekat keluar masuk vagina Dieta yang putih mulus. Kontras, menimbulkan sensasi yang luar biasa.
"Ooooh...Mbah." Dieta mengeluh panjang.

Tubuhnya mengejang hebat. Orgasme melanda wanita molek ini rupanya, batin Sarmadji. Terasa cairan hangat mengalir deras membasahi batang penis Sarmadji. Sarmadji mengejamkan matanya menikmati sensasi hebat ini. Ia sengaja membiarkan Dieta menggelinjang dalam orgasmenya.
"Sekarang saatnya,sayang. Jurus entotan mautku. 6 isteriku sendiri tidak ada yang bisa tahan..."Bisik Dukun Sarmadji sambil tersenyum setelah melihat orgasme Dieta sudah reda. Sarmadji mulai mempercepat genjotannya. Naik turun tanpa lelah. Pantat Dieta pun mengikuti irama genjotan Dukun Sarmadji. Sesekali sengaja dia tarik penisnya hingga hanya menyisakan kepalanya. Membuat pantat Nyonya Dieta terangkat seakan tidak rela barang besar itu keluar dari vaginanya.
Dukun Sarmadji menarik tubuh Dieta hingga mengubah posisi menjadi duduk. Sambil memeluk pinggul Dieta, Sarmadji meneruskan sodokannya. Dieta pun mengimbangi dengan meliuk-liukkan pinggulnya. Gerakan pantat Dieta membuat penis dukun tua itu seperti diremas-remas. Karena hasratnya yang sudah memuncak. Nyonya Dieta mendorong Sarmadji rebah. Dan kini Nyonya anggun itu mengambil kendali dengan liarnya. Rambut panjangnya terurai berkibar-kibar. Peluhnya membuat kulit putihnya seakan mengkilap.

"Hong Silawe,...uuuggh...mmm..mmmph...Hong Silawe...aaaaahhh..." Dalam gerakan liarnya pun Dieta tidak lupa membaca manteranya.
Dukun Sarmadji tersenyum dan menikmati itu sebagai pemandangan yang begitu erotis. Dua tangannya meraih dua payudara Dieta yang terayun turun naik. Meremasnya dengan gemas. Sesekali tubuhnya terangkat untuk memberi kesempatan bibirnya mengulum dua puting yang menggoda itu. Nyonya Dieta mengerang dengan hebatnya. Sebuah percumbuan yang hebat ini mungkin baru kali ini dia alami seumur hidupnya.
"Ooooohh....ooohh...uuuggh.Hong....aaaaah...Silawe..Ratu...jagaaaad...aaaah" Dieta semakin meracau tak karuan. Tubuhnya mulai tak kuasa kembali menahan kent*tan dahsyat ini. Dieta terus meliuk di atas tubuh tua Sang Dukun. Pantatnya mengayun dengan irama yang semakin kacau. Dan, kedua tangannya memegang rambut panjangnya.
"Bagus, sayang...terus rapal.rapal...aaah...rapal..kita sampai bareng, Dietaku....hhhhmmpphh.."Dukun Sarmadji pun merasakan penisnya mulai berkedut.
Sambil mencengkram keras pinggul Nyonya Dieta. Dukun Sarmadji membantu mempercepat kocokan dari bawah. Tubuh Dukun Sarmadji mulai menegang. Dan sambil bangkit mendekap Nyonya Dieta, Dukun Sarmadji mengeluh keras,

"Aaaaaaaaagghhh...ghh...Dieta..."
"aaaaagggh....mmmmph...mmmp...aaaaah."Nyonya Dieta pun menyambut pelukan Sang Dukun.

Tubuhnya bergetar untuk kedua kalinya. Rupanya inilah kali kedua Dieta mendapat orgasme hebat di dipan kayu ini. Badan seksi Nyonya yang anggun ini pun ambruk didekapan Sarmadji yang masih merem melek menikmati sisa orgasmenya dari caleg cantik ini. Dua-tiga menit ia memeluk Dieta, membiarkan penisnya menikmati hangatnya liang peranakan Dieta. Setelah menidurkan Nyonya Dieta yang kelelahan di dipan, Sang Dukun melepaskan penisnya dari vagina Nyonya Dieta. Ia bangkit dari dipan dan menghampiri Lisa yang mandi keringat menyaksikan mamanya disetubuhi dengan hebat tadi. Kaos ketat Lisa yang basah keringat menampakan kemolekan gadis yang baru merekah ini.

Lisa

"Hong Silawe...Silawe...mamamu sudah melakukan ritual paling beratnya, Cah Ayu. Biarkan dia istirahat dulu." kata Dukun Sarmadji sambil menggamit tangan Lisa yang masih terpaku dengan apa yang baru dia lihat tadi.
Dukun Sarmadji menuju karpet besar di area meja praktiknya. Ia kemudian meneguk air teh dalam gelas seng yang besar di mejanya. Dipandanginya Lisa yang duduk di karpet. Benar-benar sangat cantik daun muda ini. Rambutnya yang dipotong pendek dengan tubuh yang langsing dan padat, memperlihatkan energi muda dari gadis yang sporty ini. Dengan masih telanjang, Dukun Sarmadji mendekati Lisa yang duduk memandangnya. Batang penisnya mulai menegang lagi, ingin merasakan nikmatnya vagina belia ini.

"Lisa, dengarkan aku. Tinggal selangkah lagi. Dan semua ritual ini bergantung kamu sebagai puterinya. Kamu ikuti saja perintahku. Kita tuntaskan ritual agung ini.Siaap?"
"I...i...ya..Iya Mbah..." Lisa menjawab, gadis ini agak tergagap karena pandangannya yang terfokus pada penis Mbah Dukun yang kembali perkasa. Kilatan bekas cairan vagina mamanya masih nampak dari batang penis Dukun Sarmadji.
"Hong Silawe...Silawe...kemari Nduk. Hisap kontol ini dengan mulutmu. Lakukan dengan benar ya Cah Ayu." perintah Dukun Sarmadji sambil menyodorkan penisnya di depan mulut mungil Lisa yang masih duduk bengong di karpet tebal ruang praktiknya.

Lisa masih terdiam terpaku. Dadanya naik turun, dengan nafas masih memburu. Terasa vaginanya basah karena cairan. Ada perasaan aneh menyaksikan pergumulan Mama yang begitu dicintainya dengan lelaki tua itu. Pergumulan itu begitu membuat rasa keingintahuannya muncul, meskipun rasa takut begitu dominan saat ini. Pengalaman pertama yang justru didapatkannya dari mama dan lelaki tua yang lebih pantas menjadi kakeknya itu.
"Nduk, ayo, keburu roh gaib yang mau membuka tirai penghalang cita-cita mamamu pergi.." kata Dukun Samardji mendekat. Penisnya yang berdiri begitu tegak dengan urat-urat besar dan warna hitam pekat, terlihat begitu menakutkan bagi sang dara. Bandot tua ini sudah tidak tahan untuk mencicipi tubuh anak kota yang begitu terawat. Begitu putih seperti mamanya. Begitu langsing dan terawat.

"Lisa takut Mbah..." desah Lisa perlahan, sambil kedua telapak tangannya saling meremas.
Dukun Sarmadji menghela nafasnya. Dia mengelus rambut hitam mangsanya dengan senyum manis.
"Tidak usah takut Cah Ayu. Semua tidak menyakitkan. Kamu harus melakukannya sebelum pengorbanan mamamu dan Mbah percuma. Kamu sayang mamamu, bukan?" Sang Dukun pun menebar jebakan mautnya membuat Lisa tidak memiliki pilihan kecuali menganggukkan kepala.
Dan dengan sigap, Dukun Sarmadji mendekatkan penisnya di depan bibir mungil itu. "Jangan sampai kena gigi ya Cah Ayu. Kulum, sedot dan pakai lidahmu...begitu ritualnya."
Masih dengan ragu-ragu Lisa memegang penis yang hingga begitu besarnya tidak cukup dalam genggamannya. Dukun Sarmadji segera mendorong kepala Lisa maju mundur.
"Hong Silawe...Silawe...setan belang, jangkrik monyong....terus Nduk." kata Sarmadji keenakan. Lisa terus mengulum batang penis Sarmadji. Setiap sedotan membuat lelaki bejat itu merem melek. Terkadang, saking tidak sabarnya Sarmadji mendorong terlalu keras hingga separoh batangnya menyodok masuk ke dalam tenggorokan Lisa. Air liur Lisa membasahi hangat penisnya, menggantikan sisa-sisa cairan kemaluan mamanya sendiri.
"Hoooo oooh...bener gitu caranya Cah Ayu..." Sarmadji makin kelojotan, batang penisnya semakin membesar sehingga nyaris membuat Lisa kesulitan bernapas tiap kali dukun cabul itu memaksa batangnya memenuhi mulutnya. Tangan Sarmadji meremas-remas rambut pendek Lisa.

"Ah, beruntungnya aku. Anak ini cantiiiiik banget. Mirip artis sinetron Agnes Monica. Mungil, namun seksi," pikir Sarmadji.
"Sekarang jilati kantong bola kontol Mbah sayang....di situ tempat semua pengasih untuk membuka tirai penghalang Mama..." lanjut Sarmadji. Dan Lisa pun menurut. Dua buah zakar Sarmadji dikulumnya bergantian. Membuatnya tidak kuasa menahan semua kenikmatan ini. Dia pun menjadi semakin bergairah dan bernafsunya.

"Sekarang giliran Mbah...." tanpa ba-bi-bu karena diselimuti nafsunya. Tangan-tangan dan lidah Sarmadji berebutan menjamah tubuh gadis cantik yang baru tumbuh-tumbuhnya ini.
"Mbah, Lisa malu..." Ketika dua tangan Mbah Sarmadji berusaha melucuti kaos ketatnya. Tangan-tangan mungil Lisa berusaha menahannya. Namun, Sarmadji tidak peduli lagi. Diserangnya ketiak kiri-kanan sang gadis sambil menarik kaosnya. Breeet....terlihatlah dada putih mulus dengan dua gundukan yang indah bentuknya masih dalam perlindungan BH hitam berendanya. Tidak sebesar mamanya memang, tapi bentuknya begitu paripurna, pikir Sarmadji. Belum pernah dijamah laki-laki. Masih bentuk alami yang mengundang tangan-tangan kasarnya meremas dengan gemas.
"Demi mamamu sayang....demi mamamu." Sarmadji membaringkan tubuh Lisa yang didera kebingungan dan rasa nikmat yang pertama kali dia rasakan itu ke karpet. Ciuman dukun tua itu memborbardir bibir mungil Lisa, dan seluruh bagian lehernya. Dan dua tangannya yang lebih kuat menarik lepas BH itu dari dua payudara yang ingin disentuhnya langsung. Kulit ketemu kulit. Sarmadji berhenti sejenak. Pemandangan yang luar biasa membuatnya tertegun. Bahkan ketika malam pertamanya saat mengambil kegadisan isteri pertamanya, tidak pernah dia menemukan sensasi sehebat ini.
"Hong Silawe...Silawe. Kamu cantik sekali Nduk. Dua payudaramu ini harus disedot untuk mengeluarkan hawa penolong mamamu...." Seperti tak sabar, bibir tebal Sarmadji pun menyerbu dua puting payudara Lisa bergantian. Tangannya pun bergantian meremasnya. Kadang gerakan halus melingkar searah jarum jam di sekitar puting, kadang remasan terhadap semua bagian payudara Sarmadji.
"Aaaahh...Mbah." Lisa mulai terhayut dalam permainan Mbah Sarmadji yang begitu membuat dirinya melambung. Dua putingnya sudah mancung karena rangsangan hebat Sang Dukun yang kaya pengalaman ini.

Setelah hampir 30 menit dicumbu. Tubuh Lisa menggeliat namun dengan kaki masih terkatup. Sang Mbah pun menggelar serangan kilat tahap berikutnya. Salah satu tangannya mulai mengarah ke selangkangan Lisa. Dibelainya selangkangan gadis itu dari luar. Mulut dan tangan Sarmadji mulai bergeser posisi turun, ke perut dengan dua tangannya masih bergantian memutar-mutar puting Lisa. Lisa pun makin menggelinjang. vaginanya pun semakin basah.
"Mbah, sudah jangan Mbah..."Lisa tiba-tiba tercekat dalam sadarnya. Tangannya memegang dua tangan Sarmadji yang sudah berhasil membuka kancing dan resliting celana jeans yang membungkus bagian bawah tubuhnya. Sial, hebat juga kesadaran bocah ini, pikir Sarmadji. Rupanya penaklukannya menjadi tidak mudah sekarang.
"Kamu mengacaukan semuanya!!!!" bentak Sarmadji dengan membuat mimik wajah paling angkernya. "Roh marah dan pengorbanan mamamu sia-sia malam ini...Sudahlah, lenyap mimpi mamamu!!!"
Lisa yang terduduk sambil meringkuk pada dua pahanya tertegun melihat akting top markotop sang dukun. Perasaan bersalahnya mulai muncul. Diliriknya tubuh mamanya di dipan yang masih mandi peluh karena percintaan hebatnya tadi.

"Ah, mama sudah berjuang keras, dan tak pantas aku menghancurkannya," batin Lisa.

Melihat lawannya bingung, Sarmadji pun semakin memasang akting cuek dan marah. Dan ia membalikkan badannya menuju meja persembahannya. Lisa pun terlihat mulai panik.
"Maaf,Mbah. Lisa cuma takut. Nggak pernah Lisa seperti ini...."Lisa pun menubruk tubuh Mbah Sarmadji dari belakang. Tak sengaja dua tangan mungil itu bersentuhan dengan penis Mbah yang sudah lapar ini. Sarmadji pun tersenyum.....
"Masih bisa diatur asal Lisa benar-benar siap dalam upacara ini. Sekarang Mbah bersila di sini. Lisa berdiri tiga kaki dari posisi Mbah. Lakukan perintah Mbah...." kata Mbah Sarmadji dengan nada tinggi. Lisa menurut.
"Apa perintah Mbah...?"Tanya Lisa setelah berada di jarak yang diinginkan Sarmadji.

"Kamu bisa menari Nduk? Liukkan tubuhmu, menarilah untuk menggoda sang roh gaib datang lagi.....yak, terus raba badan neng sendiri. Yah, begitu....mulai lepas celana jeans itu!" Sarmadji menikmati ABG cantik ini menari begitu erotisnya, meliukkan pinggulnya yang ramping, dengan dua payudara yang bergantung bebas naik turun mengikuti gerakan Lisa.
"Rebahkan tubuhmu di karpet itu,Nduk..." kata Sarmadji lirih sambil menahan nafsunya yang sudah melambung.
Tubuh seksi Lisa yang mengkilap basah oleh keringat dan air liur Sarmadji rebah tidak jauh dari Sarmadji. Lelaki tua ini pun merangkak menghampiri ibu jari kaki Lisa. Dengan lembut dikulumnya jari-jari kaki Lisa, terus bibirnya menelusuri betis, dan terus menaiki paha sang dara jelita ini.
"Uuuuugh..."Terdengar desisan tertahan dari Lisa. Sarmadji tidak menyia-nyiakan keadaan. Lidahnya pun menyodok-nyodok vagina Lisa yang terlindung dibalik CD hitam berenda itu. Lisa semakin kelojotan. Dan dengan cepat, tangan Sarmadji menarik turun CD Lisa dan melemparnya ke karpet.
"Jangan takut Nduk. Semua akan lancar" bisik Sarmadji ketika Lisa menunjukkan keraguan. Selanjutnya, lidah Sarmadji menyibak rambut vagina Lisa yang tertata rapi ini. Menerobos masuk, menjilati klitoris Lisa. Lisa benar-benar melayang menikmati permainan lidah yang dahsyat dari Sang Dukun. Melihat Lisa mulai menggelinjang, Sarmadji terus melanjutkan serangannya. Lidah Sarmadji menusuk-nusuk liang vagina Lisa yang semakin banjir itu. Tanpa bisa mengontrol dirinya, tanpa terasa tangan Lisa sudah menjambak rambut panjang sang dukun. Dan semakin dekat dengan kenikmatan, semakin keras tangan Lisa menarik rambut Sarmadji.
"Aaaaaahh...hhh..Mbah.." lenguh Lisa.

Tubuhnya bergetar. Perasaan yang luar biasa.

Dia mengalami orgasme pertamanya dalam hidupnya sebagai wanita. Sarmadji tersenyum. Dia membiarkan sekian detik Lisa menggelepar dalam kenikmatan. Sarmadji pun merangkak mendekati bibir Lisa, dan menciumnya lembut.



"Sekarang saatnya upacara utama,Nduk. Kamu siap?"
Mangsanya terdiam, masih dalam kenikmatan luar biasa yang tidak pernah dirasakannya. Sarmadji pun mengarahkan kepala penisnya yang mirip jamur besar itu di bibir vagina Lisa. Lisa melenguh saat bibir vaginanya membuka perlahan, saat penis raksasa itu mulai menembus vaginanya.
"Lisa takut,Mbah..." desis Lisa melihat penis besar yang terasa tidak mungkin bisa masuk ke dalam lubang vaginanya itu.
"Sabar Cah Ayu. Sakit cuma di awal. Pengorbanan untuk mamamu..."Sarmadji begitu lihai memainkan perasaan sang dara ini. Dia pun mempersiapkan pergerakan penisnya. Perlahan kepala penis Sarmadji mulai masuk.
"Aaaah...sakiiiiittt...ttt..tt..,Mbah." teriak Lisa. Sarmadji sudah tidak begitu menggubrisnya. Dia dan senjata pamungkasnya sudah begitu sibuk menikmati sensasi menembus keperawanan gadis seksi ini. penis Sarmadji pun terus bergerak pelan namun pasti diiringi rintihan kesakitan Lisa.
"Sabar,sayang.....Heeeeeehhh...hhhh..."Mbah Sarmadji pun menghentakkan pinggulnya dengan kekuatan penuh.
"Aaaaaahhh.....Mbah...Sakiiiit."

Bleeeeessss...seluruh batang penis Sarmadji yang besar itu tenggelam dalam vagina Lisa yang begitu terasa sangat sempit. Air mata Lisa mengalir di sela dua matanya merasakan perih selaput daranya dirobek benda besar yang tidak pernah dibayangkan bisa berada dalam liang vaginannya. Setelah sejenak membiarkan vagina Lisa beradaptasi, Mbah Sarmadji mulai menggoyangkan pantatnya naik turun. Tampak batang besar penis Sarmadji keluar masuk dengan kokohnya. Cairan vagina bercampur darah perawan Lisa. Rapatnya vagina Lisa membuat Dukun sableng ini merem melek menikmati semua kenikmatan yang mungkin sebelumnya hanya bisa didapatkan dalam mimpi. Lisa kelojotan menerima hantaman penis Sarmadji yang terus menerjang tanpa ampun seolah ingin membongkar rapatnya vagina perawan Lisa. Peluh membasahi dua insan yang berjauhan usia itu.

"Uuuuugh...hh..eeeemph."Lisa melenguh ketika Mbah Sarmadji menarik tubuhnya dalam posisi duduk. Seperti insting alamiah, tubuh Lisa seakan paham untuk mengambil peran dalam pergumulan posisi ini. Pantat Lisa naik turun, pinggulnya meliuk memperkuat remasan vagina Lisa terhadap batang penis Sarmadji. Sarmadji pun menyambut dari bawah dengan sodokan terhebat penisnya.
"Hong Silawe..Silawe...weee...wwweee...wenaaaakkk,Nduk." Sarmadji meracau penuh kenikmatan. 10 menit dalam deru nafas Lisa semakin ga karuan. Tangannya memeluk Sarmadji.
"Aaaaahhh...hhh.....hhh..Mbaaaaah.." Lisa orgasme untuk kedua kalinya. Sarmadji menyambut pelukan Lisa dengan lembut. Mengurangi daya sodokan untuk memberikan kesempatan gadis ini menikmati pengalaman orgasme keduanya yang indah, Sarmadji memberi kecupan hangat di bibir gadis cantiknya.
"Gimana,Nduk? Siiiiiiap dengan ritual kenikmatan berikutnya sayang?" bisik Sarmadji diiringi anggukan lemah Lisa. Dengan sigap Sarmadji menidurkan tubuh Lisa dengan tetap memegang pinggul gadis cantik itu dengan dua tangannya yang kuat. Lalu ia mengangkat dua kaki Lisa dan meletakkannya ke pundaknya dengan posisi penis masih di dalam liang Lisa.
"Eeeeemmphh...phh..aaahh..." Lisa mendesah ketika dalam posisi barunya Mbah Sarmadji mempercepat genjotannya. Semakin cepat batang Sarmadji keluar masuk, diiringi naik turunnya payudara Lisa. Cairan vagina Lisa semakin memberi pelumas bagi rudal raksasa ini untuk mengaduk-aduknya, memaksimalkan kenimatan dua insan itu.
"Aaaaaah...enak sekali vaginamu Cah Ayu." bisik Sarmadji sambil meraih puting Lisa dengan bibirnya di sela genjotan itu.
Hampir 30 menit Sarmadji tanpa kenal lelah terus menyetubuhi gadis cantik itu. Peluhnya bahkan menetes jatuh di perut langsing Lisa, bercampur dengan keringat sang gadis. Kulit Lisa terlihat semakin mengkilap karena peluh yang membasahi semua bagian tubuhnya. Nafas keduanya saling bersahutan dengan sesekali diiringi erangan penuh kenikmatan.



Hingga entah sodokan yang ke berapa ratus kali, tubuh Lisa kembali mulai menunjukkan tanda-tanda orgasme bakal kembali melanda.
"Eeeeergghh..aaaaahh...Mbah...Lisa ga tahan lagi." desah Lisa sambil mencengkram karpet dengan kuku-kuku tangannya.
"Saaaabaar, sayang....aaaahh..aahh..Mbah juga mau sampai." Sarmadji mempercepat genjotannya. Urat-urat penisnya berkedut tak mampu dibendungnya.
Dengan semua kekuatannya yang tersisa, dihentakkannya penisnya dalam-dalam hingga mentok ke dasar rahim Lisa. Diiringi teriakan orgasme yang dahsyat,

"Aaaaaahhhhh......aaaahhh....Lisa....Silawe...Aaahhh..Hoong...Lisaaaa...."
Lisa pun mengejang hebat, cairan vaginanya muncrat bertumbukan dengan tumpahan sperma Dukun Sarmadji yang sepertinya memenuhi liang kenikmatannya. Tubuh Sarmadji roboh di atas pelukan Lisa. Lemas, puas, dan nikmat. Sarmadji pelan-pelan mencabut penisnya dari vagina Lisa. Senyuman kemenangannya tersungging di pipinya saat melihat sisa-sisa spermanya menetes keluar dari vagina gadis cantik itu, berbaur dengan cairan vagina dan darah perawan.
"Mandilah, di kamar mandi itu. Upacara kita sukses Nduk. Mamamu akan mendapatkan semua yang diinginkannya." kata Sarmadji sambil melemparkan kaos dan jeans pada Lisa yang masih terlentang di karpet. Gadis ini masih tak percaya dengan apa yang dialaminya. Dipungutnya pakaiannya, dan dengan langkah kaki yang masih lemas dia masuk ke bilik kamar mandi di mana sang mama masih lelap dalam kebugilannya.
"Gua juga dah dapat yang gua inginkan. Nyoblos memang nikmat, daripada nyoblos di TPS mending nyoblos langsung calegnya hehehe!" kata Sarmadji dalam hatinya sambil ketawa kecil.


By: A_Jaswadi



© Karya A_Jaswadi