Petualangan di Diskotik 1: Faktor X




Nama aku Feifei. Umurku 18tahun, masih skul di sma tapi mau lulus. Hehehe.
Gua termasuk cewe gaul masa kini, kemana aja udah aku jalanin, termasuk
dugem-X. hahaha…Mengerti kan maksud aku?
Dah lama aku bergaul ma temen-temen gaul lainnya sehingga yang namanya bir,
vodka, termasuk obat terlarang udah pernah aku coba.
Wild? To some extend, YES!
Nah, suatu malam…
Aku bersama 3 temen aku pergi ke sebuah tempat dugem di kota S. Tempat ini
bagus dan besar. Dan, yang namanya pergi ke tempat dugem, ada seragam
dinas yang harus kita pake, yaitu baju-baju cekci lha yau :PAku ingat
saat itu aku pake tanktop ketat (dengan back berbentuk X) warna hitam
dengan celana pendek jeans. Temen2 cewe aku juga pake baju seksi yang
super duper ketat dan tipis. Oh ya. Nama temen-teman aku itu Aline,
Ayu dan Anita (namanya juga samaran, hehehe asal karang aja). Aline
dan Anita kulitnya putih mulus, seperti aku. Sedang Ayu agak kecoklatan
namun wajahnya cantik juga. Anyway, u must want to know my breast, right?
Hihihi…agak kecil sih, 34B putih dengan puting kecoklatan. Namun meki
aku berwarna pink, kesukaan para cowo mupeng :-P

Sesampainya ditempat dugem, aku ma temen2 aku segera berbaur dan DANCING.
Irama house music yang berdentum membuat kami keasyikan bergoyang.
Saat asik berjoget seksi, beberapa cowok mendekat kearah kami sambil
tersenyum. Mereka menawarkan segelas minuman, yang dari aromanya langsung
aku tahu itu vodka putih. Yah, pas lagi haus. Kami bersama-sama kembali
bergoyang sambil sesekali meminum cairan beralkohol itu untuk mengurangi
rasa haus.

Saat ini, kita bertujuh (4 ce 3 co) sudah duduk di sofa sambil bersenda-
gurau. Kayak udah teman lama aja, padahal baru kenal.
Namun…
Tak lama kemudian, aku tiba-tiba merasa pusing ama gemetar. Wah…badan
gw lagi minta nih…
Aku lalu tanya sama temen-temen aku, ada yg bawa vitamin E ngga. Mereka
menggeleng sambil agak teler didalam pelukan cowok-cowok itu…
Maklum, pengaruh alkohol. Duh…repot nih…
Saat aku liat isi dompet, wah…ngga ada duitnya ! Sebel bangeeeet !
cuman tersisa sekitar 5rb-an! Yah…mana cukup buat beli vitamin E,
keluhku.
Temen-temen aku nampaknya mengerti kalau saat itu gw lagi ndak bawa
duit dan mereka lalu mengumpulkan uang buat bantuin gw beli
vitamin E.
Wah…benar-benar teman sejati. Hehehe…Sekitar 200rb-an udah
terkumpul dari pinjaman mereka.
Saat gw mau beranjak memesan vit. E, salah seorang cowok itu, sebut
saja Ucok (sekitar 25th-an), berkata kalau dia kenal orang yang bisa
jual dengan harga dibawah harga pasar. Kamu tenang aja, dijamin asli
kok, ujarnya singkat dengan nada yang meyakinkan sambil menepuk
pundakku.
Ya udah. Aku lalu ikut pergi ma Ucok, meninggalkan temen-temen aku yang
sedang asyik berpelukan dan bercengkrama. Kami berdua berjalan menuju
kearah wc, ada pintu keluar yang agak menjorok kedalam. Melalui pintu
itu aku digandeng ma cowok berkulit item ini keluar gedung.
“Wah, mau kemana sih?”, protesku ringan. Ucok cuman tersenyum manis.
Udara malam yang dingin mulai menusuk kulitku. Disekitarnya ada
beberapa lelaki yang sedang asik ngopi sambil main catur. Tatapan
penuh birahi para tukang becak ama security dipintu belakang itu,
ditambah dengan senyuman mereka membuatku takut. Mereka seakan
menelanjangi tubuhku yang terbalut pakaian seksi ini, membayangkan
apa yang ada dibaliknya.
“Hai, bang. Dapat amoy ya?”
sapa salah seorang tukang becak itu yang disambut dengan tawa para
teman-temannya. Huh…Sebel. Apa maksudnya sih? Aku lalu terus
berjalan dibelakang si Ucok ini.
Tak lama berjalan, kita berhenti disebuah pojokkan jalan yang sepi
dan gelap. Aku mulai resah nih. “Jangan…jangan…” segala pikiran
negatif mulai mengganggu perasaan aku. Ucok nampak tenang-tenang saja
sambil sesekali memencet-mencet handphone. Entah apa yang sedang
dilakukannya.
Lalu, beberapa menit kemudian, sebuah mobil mendekat dan “din din”,
bunyi klakson itu seakan hendak memberikan sebuah kode. Ucok lalu
menggandeng aku dan menuntunku untuk masuk kedalam mobil. Awalnya
sih aku menolak tapi setelah sedikit dipaksa dan diyakinkan, ya
udahlah. Mana udah ga tahan nih…pengen segera minum vitamin E-nya.

“Malam non.”, sapa beberapa lelaki yang ada didalam mobil itu.
Ada 3 orang, termasuk si Ucok ini. Aku mengangguk penuh curiga.
“Mana duitnya non?”, tanya salah seorang cowok tadi, yang belakangan
aku tahu namanya Ujang. Sama itemnya dengan si Ucok ini, cuman
rambutnya lebih panjang alias gondrong. Telinganya ditindih
anting2 kecil.
Aku lalu menyerahkan 100rb ke tangannya.
“Wah…kl cuman segini dapatnya cuman mie instan mbak.”, ujarnya
singkat. Temen-temennya pada tertawa juga. DHEG! Aku seakan tersadar
dari hipnotis. Ketiga lelaki ini pasti punya niat ngga baik. Masa
uang 100rb tidak cukup buat beli vitamin E. Duh…gimana ya. Aku
lalu menyerahkan lagi selembar 100rb.
“Yee…ini mah cuman dapat 2 mie instan.”.
Aku menjadi takut. Keringatku mulai membasahi kening.
“Udah gini aja. Uang itu buat mbaknya saja, bahkan kita beri beberapa
vitamin E-nya gratis. Tapi mbaknya musti mau anu…”, ujar Ujang sambil
disambut dengan gelak tawa teman-temannya.
“Udah ah. Batal. Aku ngga jadi beli.”, sahutku ketus.
“Lho nda bisa gitu mbak. Situ udah masuk mobil berarti harus beli. Nih,
vitamin E yang asli, 500rb. Ya atau tidak?”
“Mahal sekali. Ndak ah.”, tukasku sambil segera membuka pintu.
Ujang dengan cepat menutup kembali pintu mobilnya dan berkata dengan
lebih keras,”Mbak jangan main-main ama kita-kita ya. Bayar 500rb atau
glek…”, katanya sambil mengeluarkan pisau lipat.
Aduh, tampang mereka membuat aku takut setengah mati.
Ucok dengan santai meraba pantatku, meremasnya sebentar lalu menarik
keluar dompet aku dan melihat isinya. “Wah, amoy ini ngga bawa uang bos.
Cuman ada 5rb plus beberapa kartu kredit.”. Para cowok brengsek yang
lain pada rebutan melihat dompet aku. “Hm…non cakep juga ya difoto
studio ini.”. Lagi-lagi aku dengar gelak tawa yang menjijikkan.
“Kalian mau apa sih?”, ujarku gemetar.
“Bayar 500rb, dapat vitamin E. Ente ngga bisa keluar tanpa bayar segitu.”,
sahut sang supir, namanya Abdul. “Kalau ngga bisa bayar pake duit, bayar
pake yang lain juga boleh non.”. Untuk yang kesekian kalinya, gelak tawa
yang menjijikkan itu menggema di mobil tersebut.
“Non kan tidak bisa bayar. Kita tidak pernah mau tidak dibayar.
Nah…ente nurut aja baru boleh keluar.”.
Aku menggeleng keras dan berusaha keluar, tetapi tangan Ujang jauh lebih
kuat dan menarikku kembali ke kursi.
“Sudah mbak. Tenang aja. Situ kan ndak bisa bayar Rp. 500rb. Daripada
membuat kita-kita menjadi BT, lebih baik bayar pake yang lain aja.”,
ujar si Ucok santai.
Ujang lalu duduk disebelah gw dan melepas celana jeansnya. Ough…
penisnya yang hitam dan besar itu langsung menyembul tegak.
Aku jijik melihatnya. Teman-temannya yang lain, termasuk si Ucok,
mengikutinya. Duh, mimpi apa aku semalam ya. T_T
“Jangan perkosa saja bang…ampuuun”, pintaku memelas.
“Sudah kamu diem saja. Turuti aja dan tidak akan terjadi apapun.”.
Aku semakin tegang dan mau nangis saja. Tapi herannya, air mataku
tidak bisa keluar. Ada sesuatu yang menahan emosi aku dan yang muncul
malah ada gejolak desiran aneh. Duh, apa yang sedang terjadi? kena
hipnotiskah aku? Inikah ilmu pelet? Ataukah ada obat perangsang didalam
gelas vodka tadi? Segala pikiran ini berkecamuk didalam kepala aku.
Sekarang disebelah kanan dan kiri aku ada Ujang dan Ucok. Mereka
sudah ngga pake celana lagi. Dua penis hitam menyembul dengan kerasnya.
Ukurannya lumayan gedhe lagi. Wah wah…Aku tegang banget !
“Nah, Cok. Kau cek itu meki. Udah siap belon?”, tukas Ujang. Sambil
tersenyum Ucok lalu dengan lancang menyusupkan jemarinya kedalam celana
jeans aku. Aku tahan dengan sekuat tenaga tapi lengan-lengan para lelaki
brengsek itu betul2 kuat. Ujang memegang kedua tanganku dengan kuat
lalu merentangkannya.
“Wah…keti kau putih mulus ya…dada kau asik juga tuh..”, goda Ujang.
Ah semprul banget ini orang…
Aku lalu merasakan desiran aneh merengkuh tubuhku. Jemari Ucok mulai masuk
kedalam celana aku dan menyusup ke belahan vaginaku dan mulai menggosoknya
perlahan.
“Uh…masih kering bos.”, ujarnya penuh nada kecewa. Ya iyalah. Sapa
lagi yang mau dipaksa begini. Bego banget.
Ucok lalu berdiri didepan aku dan mulai memposisikan penisnya yang besar
itu didepan mulutku.
“Ayo mbak. Diisep. Situ bayar pake ini aja. CEPAT!”, bentak
dia. Ujang lalu melepaskan tanganku dan mulai mengkocok pelan penisnya.
Duh…Aku bingung mau ngapain. Tegang…
“Semakin cepat selesai, semakin cepet ente bisa keluar dari sini.
Jadi jangan lama-lama.”, sahut Abdul pendek. Dia mengamati kami
sambil menoleh kebelakang dari tempat duduk supir.
Setelah termangu selama beberapa detik, aku akhirnya beranikan diri
untuk mulai memegang penis besar itu dan kujilati perlahan ujungnya.
“Ya…gitu baru nonik yang baik…”, gelak tawa ketiganya membuatku
sebel.
Untung penis itu tidak terlalu bau. Aku jilatin perlahan lalu aku masukin
ujungnya kedalam mulut. “Ah…enak mbak…lebih dalam dunk..”, pinta
Ucok. Aku lalu kembali memasukkan penis itu kedalam mulutku dan mulai
mengoralnya. Aku sedot maju mundur sambil aku jilatin ujungnya. Tangan
kiriku meremasi pelirnya dan tangan kanan aku memeluk kakinya buat
pegangan.
“Ah…shs….enaknya …uh…”, erang Ucok keenakan.
“Mbak udah pengalaman yah…sip….kayak kemarin jang…”
Kemarin???
Ujang nampaknya tidak tinggal diam. Dia lalu mulai meremasi payudara
kanan aku dengan cukup keras. Gemas. “Uh…”, aku melenguh…sakit !
Tapi ah biar cepet muncrat aku terus sedot penisnya si Ucok.
Tak puas hanya dengan payudara kanan, Ujang lalu melingkarkan lengkan
kirinya melalui punggungku dan sekarang kedua telapak tangannya sedang
asik memerah kedua payudara aku. Dia juga menciumi leherku dan
mencumbuinya. Setelah cukup lama, dia lalu menyusupkan jemari kirinya
kedalam tanktop aku dan mulai memainkan puting susu aku dari dalam.
“Ah…”, erangku kecil…sambil mulutku penuh dengan penis hitam Ucok.
kok enak ya? geli dan nikmat…duh…apa sih yang terjadi dengan aku?
Tak lama kemudian, aku merasa penis Ucok berdenyut-denyut. Aku semakin
kuat menyedot dan memainkan lidahku agar “siksaan” ini segera berakhir.
“Mbak…oh….shit…aku keluar mbak…ahhhhhhhhhhhhhhh”, jerik Ucok
keenakan. Dia memegang kepalaku dari belakang dan mendorongnya kedepan
sehingga aku tersedak merasakan penis besar itu semakin masuk kedalam
kerongkongan aku dan menyemprotkan spermanya. Ugh…kurang ajar betul…
Semprotan demi semprotan sperma mulai mengalir dan membasahi batang
tenggorokan aku. Dengan cepat aku cabut mulutku dan menarik nafas
panjang…Lalu aku tersedak dan segera meludahkan cairan asin yang
putih kental itu keluar sebanyak mungkin. Yeks !
Setelah itu, Ucok terduduk disebelah kiriku sambil tersengal-sengal.
Ujang lalu menarik lepas tanktop hitamku dan melepas bra hitam aku.
Sambil berlutut didepan aku, dia mulai menyedot puting payudaraku secara
bergantian kanan dan kiri. Tak lupa dia memainkan lidahnya disekitar
lingkaran putingku.
“Wow…susu kau asik sekali moy…”
“Ah…uh…”, erangku nikmat. Aku tahan agar ngga sampe keluar erangan
itu. Aku mulai menikmati permainan seks dengan orang asing ini.
Oh…tidak! Tidak mungkin! Ada semacam perang batin dipikiran aku. Aku
hendak menolak dan berontak, namun apa daya, ada sebuah “kekuatan”
yang membuat tubuhku memintanya ! Tidak!
Setelah cukup lama menikmati payudara aku, dia lalu mulai melepas
resleting celana pendek aku dan melepasnya. CD hitam aku pun tak lupa
diplorotnya. Aku udah berusaha menahan namun mereka jauh lebih kuat.
Sekarang aku sudah bugil diatas kursi mobil jahanam itu.
“Wow…non sexy banget. Putih mulus, bahkan ketiaknya juga ikutan
mulus. Ini meki kok tidak ada rambutnya ya? Hahahaha…dicukur abis !”,
ujar Ujang kegirangan, disertai dengan tawa kedua orang temannya.
Aku berusaha menutup segala aurat tubuhku tetapi tidak bisa.
Aku TIDAK TAHU! mengapa aku membiarkan semuanya terjadi tanpa perlawanan!
Mengapa? Apa yang sedang terjadi?
Ujang lalu mulai menjilati meki aku yang berwarna pink itu. Didorongnya
lidahnya dari bawah keatas, persis di belahan meki aku.
“Ah…mas…”, erangku semakin keras. Aku dengar ketiga orang brengsek
itu sedang tertawa-tawa, penuh kemenangan. Ucok melepas kemejanya lalu
meremasi payudara kiri aku dan menyedotnya dengan lembut.
“Uh..”, erangku semakin keras. Serangan birahi dari atas dan bawah ini
sungguh hebat. Kedua lelaki itu sungguh tahu bagaimana membuat gadis
seperti aku bertekuk lutut atas nama kenikmatan seksual. Jilatan di meki
aku sungguh enak, aku tidak aku apa yang sebenarnya dilakukan Ujang tapi
yang pasti aku sungguh merasakan kenikmatan.
“Meki amoy ini semakin banjir bos!”, goda Ujang ke Abdul, yang tetap diam
mengamati kami. Jilatan demi jilatan di meki aku sungguh nikmat, membuat aku
memejamkan mata menikmatinya, ditambah dengan pilinan jemari Ucok ke
puting kananku sedang mulutnya mengenyoti yang kiri. Tak sadar, aku
mengangkat kedua lengan aku ke atas untuk berpegangan pada sandaran kursi
mobil. Hm, tentu pemandangan ini sangat sexy buat mereka. Ucok terus
memilin puting kananku, dan sekarang dia mulai menjilati dan menciumi
ketiak aku.
“Ah..mas…”, erangku semakin keras. Geli, enak, nikmat !
“Sshh…ah….uh…”
“mbak aku keluar mbak…ah….”, kudengar Ujang berteriak kencang. Aku
membuka mata aku. Memangnya dia aku apain kok bisa orgasm? Oh…setelah aku
liat, ternyata selain memberi aku oral seks yang enak, dia sedang mengkocok
penisnya sendiri dan memainkan putingnya. Hahaha…masturbasi toh mas?
Setelah kelojotan selama beberapa detik, dia lalu terduduk lemas. Wajahnya
jelas terlihat lelah tapi keenakan. Aku diem aja. Ucok juga sudah ngga
menikmati payudara aku yang putingnya udah menegang ini.
“Sudah mas?”, tanyaku pelan sambil berusaha memunguti pakaian-pakaian aku
yang tadi dilempar ke bangku paling belakang. Ujang diam saja tapi dia
menunjuk ke Abdul. Duh…tinggal satu lagi yang musti aku bikin crot nih…
Abdul, yang nampaknya adalah bos dari kedua lelaki brengsek ini, segera
keluar dari bangku supir lalu masuk ke deretan tengah ini. Dengan cepat
dia membuka pakaian dan celananya. Wow ! penisnya yang panjang segera
menyembul dengan cepat, seakan merasa lega bisa keluar dari tempat
yang sesak…
“Sekarang giliran aku. Meki-nya udah siap, jang?”, tanya dia dingin. Ujang
mengangguk pelan. Abdul tersenyum. Aku bingung, apa maksudnya ini?
“Non, lenganmu diangkat keatas kayak tadi dong.”, pinta Abdul pelan. Aku
diam. Tak sabar, Ucok lalu mengangkat lenganku dan membuat aku memegang
sandaran kursi, persis posisi aku tadi. Huh…tentu pandangan ini sangat
menggoda mereka.
Abdul lalu membuka paha aku dan mulai menusukkan penisnya yang panjang
kedalam meki aku. Aku kaget dan menolak. Dengan sekuat tenaga aku menutupkan
paha aku dan kedua tangan aku memegangnya, menjaganya agar tetap rapat.
Dengan santai Abdul menepuk bahu aku beberapa kali, seakan hendak
menenangkan diriku.
Entah kenapa, setelah itu ada desiran kuat mengalir didalam pikiran aku.
Aku lalu membiarkan dia membuka pahaku dan membuatku kembali berpose sexy
seperti yang dia inginkan tadi.
Aku saat itu, entah mengapa, menjadi sangat bergairah.
Ucok yang duduk disebelah kiriku mulai meremas payudara kiri aku dan
memainkan putingnya. Ujang, tak mau kalah, melakukan hal yang sama,
tetapi dari sebelah kanan untuk payudara kanan aku.
“Ah…mas…uh…stt…”, erang aku penuh kenikmatan seksual. Oh mengapa
aku bisa menikmati ini? Sungguh aneh! Jilatan dan sedotan lembut di kedua
payudara aku yang dilakukan oleh kedua lelaki setan ini sungguh menggoda.
Oh, nikmatnya. Betul2 tegang aku dibuatnya. Terkadang ketiak aku yang putih
mulus ini dijilati dan diciumi dengan lembut, membuat aku semakin
tersangsang.
Setelah beberapa saat dicumbui demikian, Abdul lalu kembali memposisikan
penisnya dan menusukkannya dengan mudah kedalam meki aku merah ini.
Penis panjang itu masuk perlahan, memberiku sensasi kenikmatan yang
tinggi.
“Ohhhhh…sshhttt….shhh..”, erangku.
Setelah itu, dengan cepat Abdul mulai menyetubuhi aku. Dipegangnya kedua
lutut aku dan pantatnya bergerak maju mundur dengan cepat dan ganas.
Oh, enaknya. Penis panjang itu menembus masuk hingga menyentuh ujung
rahim aku.
“Oh…ah….enaknya mas…ah…..”, erangku tak lagi malu-malu. Gairah
ini sungguh menggebu-gebu. Ujang dan Ucok masih asik menyedot dan
menciumi payudaraku yang putih. Lengan aku masih tetap terangkat dan
berpegangan pada sandaran kursi.
“Shit…meki ente enak banget….hangat becek dan sempit non…aouh….”,
erang Abdul keenakan. Penisnya dengan cepat mengkocok vaginaku. Ukuran
penisnya yang cukup besar membuat bibir vagina aku bagian luar agak terlipat
kedalam saat penisnya masuk. OH….sungguh nikmat dan menggairahkan.
Aku tak pernah menyangka bakal membiarkan ketiga lelaki asing ini menikmati
tubuh aku yang indah…bahkan aku sendiri menyukainya!
Genjotan demi genjotan berlangsung selama beberapa waktu. Mobil ini tentu
terlihat bergoyang dengan irama tertentu. Aku sungguh keenakan, merasakan
payudara aku disedot dan dicumbu dari kanan dan kiri, sedangkan meki aku
ditusuk oleh penis panjang dan cukup besar milik si Abdul ini.
Oh….Sekilas aku teringat saat-saat aku bersetubuh dengan pacar aku, namun
tentu, ngga sebesar ini. Kali ini meki aku terasa penuh dan tersumpal
dengan rapi!
Tak lama kemudian, aku merasakan veggy aku berdenyut-denyut terus. Ditambah
ada gejolak “liar” yang seakan ingin lepas dari tubuhku. Oh yes….
terus donk….batin aku. Beberapa detik kemudian, aku merasakan akan
mencapai orgasm. Lenganku memeluk leher Ucok dan Ujang dengan erat dan
“Ohhhhhhhhhhhhhhh masssssss ohhhhhhhhhhh….”,
pekikku. Veggy aku terasa mengalirkan cairan-cairan yang membuatnya terasa
geli plus nikmat tiada tara. Punggung aku melengkung menyalurkan gairah
puncak yang penuh kenikmatan ini. Mata aku terpejam dan bibir aku bergetar
selama beberapa detik. Lalu aku terhempas ke kursi, capek….Terdengar
sayup-sayup tawa para lelaki brengsek itu. Abdul semakin cepat mengkocok
penisnya didalam veggy aku. Kali ini aku merasa agak sakit, mungkin terlalu
kasar dia. Akhirnya, selang beberapa detik kemudian, sambil berteriak
keras, dia menusukkan penisnya semakin dalam di veggy aku dan meledaklah…
semburan spermanya tak begitu terasa memang, tapi kemudian aku merasakan
ada aliran cairan menuju kedalam tubuhku. Oh sialan! keluar kok ya didalam!
Duh…kalo keluar Abdul Jr gimana nih? Sebeeellll! Dia lalu rebah
diatas tubuhku.

“Makasih non atas pelayanan tubuhmu.”, ujar Abdul singkat, dingin. Aku
diam saja. Kita sudah berpakaian lagi sekarang. Ucok lalu mencium pipi
kiriku dan menyusupkan sebungkus plastik berisi beberapa pil vitamin E
kedalam payudara kiri aku. Tak lupa dia meremasnya sambil memaikan
puting aku. Aku diam saja. Ujang mengambil uang 200rb yang tadi aku
berikan dan disetorkannya ke “sang bos”.
Tanpa banyak bicara, Ucok lalu membuka pintu mobil dan menggandeng
aku turun. Ups…terasa ada cairan sperma yang mengalir keluar dari meki aku.
Sialan betul si Abdul itu! Kami lalu berjalan menuju ke gedung. Mobil
jahanam itu lalu ikut pergi dan menghilang ditelan kegelapan malam.
“Wah…udah selesai toh? Kapan-kapan ajak kita donk. Pengen coba
amoy nih…”, goda salah seorang lelaki yang dari tadi ngopi disana,
disambut tawa teman-temannya. Ucok kembali cuman tersenyum singkat
dan menarikku agar segera masuk kedalam gedung.
“Woi…dari mana aja kalian? Hayooooo….”, goya Anita. Pandangannya
menatapku seperti sinar-X. Dengan sayu aku diam saja lalu duduk
disebelahnya. Cape!
“Bau keringatan lagi…ih…”, goda Anita lagi yang disambut tertawa para
cowok disana. Untungnya mereka ngga meneruskan candaan itu dan kembali
sibuk dengan pasangan masing-masing. Aku merogoh payudara aku dan mengambil
sebungkus plastik yang ternyata penuh dengan vitamin E.
Wah…lumayan banyak juga ya. Aku ambil sebutir dan dengan seteguk vodka,
aku menelannya….
By: Sex888



© Karya Sex888