Bagian 5: Conclusion (sebuah kesimpulan)
--
Terminal kedatangan bandara kota G,
Sandra |
“Hhhhh!” akhirnya ia baru bisa lega setelah duduk di dalam taxi.
“Apartemen xxx, pak” katanya pada pak sopir.
Untungnya barusan Didiet menelpon bahwa Paijo batal menjemputnya tanpa menyebutkan alasannya. Tadinya ia sudah membayangkan perjalanan ini akan semakin menjadi lebih menjengkelkannya. Setidaknya ia masih bisa punya waktu buat rilek sejenak sebelum memulai ‘perang dunia ke-lima’ dengan Didiet setibanya di apartemen nanti. Dua puluh lima menit kemudian ia tiba di apartemen. Senyum ramah dan sapaan dari petugas security di loby tak terlalu ia hiraukan. Ia melangkah cepat menuju ke Lift. Selama di dalam Lift ia berusaha mengingat ulang apa saja yang akan ia utarakan kepada suaminya nanti. Sambil menguatkan tekat untuk menolak setiap permintaan aneh Didiet sekalipun Didiet memaksanya melakukan itu. Ternyata Didiet sendiri yang membukakan pintu baginya.
“Hai” sapa Didiet seraya mengambil alih travelbag dari tangan Sandra. Lalu mendaratkan kecupan tipis di bibir istrinya.
Hari ini Sandra hanya memakai olesan tipis di wajahnya. Namun di mata Didiet itu hampir tak ada pengaruhnya. Kecantikan yang dimiliki Sandra memang luar biasa.
“Hmmm” Sandra menanggapinya dengan dingin. Begitu masuk pandangannya langsung memindai ke seluruh sudut ruangan. Namun ia tak menemukan apa yang ia cari.
“Mana anak itu?!” tanyanya ketus.
“Paijo maksudmu, Say? Ia masih tidur. Nanti saja kangen-kangenannya. Lebih baik engkau beristirahat dulu pagi ini”
“Apa!? Kangen-kangenan katamu?! Siapa juga yang kangen pada anak kampung itu!” Sandra langsung meledak sambil membesarkan mata.
“Aduhhh aku kan cuma bercanda, Say. Tapi aku justru suka melihat dirimu kalau sedang marah. Semakin menggemaskan!”
Wajah Sandra sempat merona. Tetapi ia tak mau kegombalan Didiet mempengaruhinya kali ini.
"Aku benar-benar tak percaya engkau melakukan semua ini! Buat apa engkau mengajak anak itu kembali!" ujar Sandra terus masuk ke gigi lima persneling dan tancap gas.
"Sabar say. Beri aku kesempatan untuk menjelaskannya padamu". Ujar Didiet dengan santai. Nyata sekali ia sama sekali tak terprovokasi oleh keberangan istrinya yang molek itu.
"Tidak perlu Dit! Aku sudah tahu semua rencanamu. Mungkin engkau bisa memaksa Nadine memenuhi hasrat liarmu pada anak itu namun tidak kepadaku!"
"Lho, Aku tak pernah memintamu datang kemari buat bercinta dengan Paijo."
"Paijo yang mengatakannya kemarin di telepon!"
"Ha ha ha! " Didiet tertawa geli.
"Dit! hentikan ini tidak lucu, tahu!"
"Ha ha Baik baik ....sabar dulu. Waktu itu kami hanya mengodamu."
"Maksudmu Paijo tak sungguh-sungguh ingin bercinta denganku, begitu!? Huh!!"
"Iya, Say "
"Aku tak percaya kalian berdua tak menginginkan itu! Buktinya Nadine?!"
"Itu soal lain. Sungguh! Aku sama sekali tak memaksa Nadine. Hari itu aku terlalu lelah buat melakukan kewajibanku sebagai suami kepada Nadine. Aku cuma menawarkan kepadanya. Kalaupun ia tak bersedia akupun tak akan memaksa. Dan Nadine sendiri setuju. Ia menganggap itu murni hanyalah karena seks! tak ada perasaan sama sekali terhadap Paijo".
"Aku sangat mengenal Nadine, Dit!. Ia tidak pernah menyukai Paijo. Kalau bukan karena ingin menyenangkan dirimu ia tak mungkin mau melakukannya dengan anak itu"
“Kenyataan yang terjadi Nadine justru sangat menginginkan persetubuhan malam itu. dan ia terpuaskan oleh anak itu. Sand, Paijo hanya memberi Nadine apa yang seharusnya Alfi rutin berikan padanya."
Sandra mengakui.Didiet memang benar. Belakangan ini Alfi memang sudah kewalahan mengatur waktu buat memenuhi kebutuhan biologis dari sekian banyak wanita yang ada di dalam kehidupannya. Bahkan Sandra baru sadar jika Nadine memang tidak di intimi Alfi selama lebih satu bulan terakhir ini. Bukankah dulu ia sendiri mengalami hal yang serupa tatkala Alfi jarang mendatanginya. Bagaimana ia begitu frustasi mengharapkan belaian Alfi sehingga akhirnya ia tergoda melakukan perselingkuh dengan Paijo. Jadi wajar saja bila Nadine akhirnya juga terseret dalam permasalahan yang sama dan memutuskan buat melakukan perselingkuhan.
"Tetapi bagaimana bila Alfi sampai mengetahui hal itu? Dan ia pasti akan kembali meradang"
"Seharusnya Alfi tak perlu cemburu bila ia memang sungguh-sungguh 'hanya' mencintaimu." ujar Didiet memberikan penekanan pada kata 'hanya' pada ucapannya.
Ya! Didiet benar lagi soal itu. renung Sandra. Meski Alfi menyatakan sangat menyintai dirinya namun Alfi belum pernah membuktikan kesetiaannya. Sampai saat ini ia masih saja menebarkan cinta kepada banyak wanita. Dan Sandra yakin jumlah kekasih Alfi akan selalu bertambah seiring dengan waktu.
"Aku maklum dengan kekuatiranmu itu. Namun tak semestinya engkau berprasangka buruk terlebih dahulu kepada kami berdua. Aku tak akan pernah memaksamu melakukan apa yang tak ingin engkau lakukan Say. Begitu juga dengan Paijo. Ia tahu engkau sudah menjatuhkan pilihanmu kepada Alfi. Dan ia sadar jika ia sudah tersingkir dalam persaingan memperebutkan dirimu ketika mengetahui engkau hamil oleh Alfi" ujar Didiet lagi
"Maaf aku Dit. Aku hanya tak ingin hubunganku dan Alfi kembali memburuk. Perbuatanmu mengajak Paijo kemari sungguh membuatku bingung dan kuatir, Dit"
"Tak usah di masukan ke dalam hati Say. Aku memang belum bercerita kepadamu apa alasanku membawanya kemari"
– – – – –
“Sewaktu engkau memberi kabar bahwa Alfi sudah pulang maka kuputuskan untuk langsung berangkat kemari dengan mengunakan pesawat dari kota H. Dalam perjalanan menuju ke kota H aku melintasi desanya bik Iyah. Aku berhenti sejenak di sebuah Puskesmas kecil di desa itu buat meminta obat karena kepalaku mendadak puyeng. Di sana aku malah menemukan Paijo sedang terbaring di ranjang puskesmas sambil menangis. Kulihat banyak bekas penganiayaan di sekujur tubuhnya. Mantri yang mengobatinya mengatakan bahwa Paijo telah menjadi korban penganiayaan oleh beberapa begundal suruhan seorang tuan tanah di sana. Darinya juga aku mengetahui kejadian sebenarnya bahwa ternyata bukan Paijo yang telah menghamili Surti. Gadis itu hamil oleh Ipung pacarnya sendiri yang merupakan anak tuan tanah kaya di kampungnya. Hal itu terjadi beberapa bulan sebelum Paijo datang ke rumah kita. Karena Ipung takut bertanggung jawab maka Surti mencari jalan buat menutupi aib tersebut. Paijo yang naïf, ia benar-benar tak tahu hanya dimanfaatkan oleh Surti. Surti menjebaknya dengan keintiman. Lalu satu bulan kemudian ia mengaku telah hamil. Surti juga tahu Paijo tak akan menolak bila dimintai tanggung jawab karena sangat ngebet padanya. Permasalahan baru muncul saat Paijo pulang ke desa, ternyata istrinya sudah diboyong oleh Ipung ke rumah besar orang tua-nya. Ipung yang tak senang akan kepulangan Paijo lalu memerintahkan beberapa karyawan perkebunan ayahnya buat mengusir Paijo dari kampung itu sekaligus menjauhkannya dari Surti untuk selama-lamanya. Tak ada seorangpun yang mau membelanya atau menolongnya saat ia di aniaya.”
"Bagaimana mungkin orang-orang di sana membiarkan hal seperti itu terjadi padahal mereka tahu Surti adalah istri Paijo?" timpal Sandra. Tanpa sadar timbul rasa ibanya terhadap nasib buruk yang selalu menimpa diri Paijo.
"Orang-orang di desanya segan terhadap keluarga Ipung yang kaya raya. Mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur tangan dengan urusan itu. Dan satu hal lagi faktanya pernikahan antara Paijo dan Surti sesungguhnya tidaklah syah sebab mereka tak pernah benar-benar dinikahkan oleh keluarga Surti. Tak ada penghulu bahkan tak ada buku nikah. Mereka cuma tinggal serumah tanpa ada ikatan resmi"
“Sungguh malang nasib anak itu. Tadinya kupikir setelah kusuruh pulang ia akan menemukan kebahagiaan di sana.”
“Namun itulah kenyataan hubungan antara Surti dan Paijo. Seakan kemalangan selalu identik dengan orang-orang seperti dia. Nasibnya tak seberuntung Alfi. Di desa itu tak ada seorangpun yang mau mengurusinya. Lantas karena kasihan akhirnya kuputuskan mengajaknya kemari bersamaku. Aku memang sengaja tak membawanya ke rumah kita di kota S karena aku tak ingin terjadi permasalahan lagi dengan Alfi. Namun demikian apabila engkau keberatan aku akan segera memindahkannya ke sebuah tempat kos" ujar Didiet mengakhiri penuturannya.
“Baiklah Dit. Aku bisa mengerti alasanmu mengajaknya kemari. Aku juga tak keberatan ia tinggal di sini buat sementara waktu asalkan engkau berjanji tak memintaku bercinta dengannya”
“Tentu Say. Bukankah sejak tadipun aku sudah mengatakannya. Akupun tak ingin membuatmu resah apalagi mengingat engkau sedang dalam keadaan hamil.”
---
Hari-hari berlalu dengan tentram. Sandra tak lagi mempermasalahkan lagi urusan Paijo. Tetapi meski demikian ia tetap menjaga jarak dengan anak itu. Hampir setiap malam ia dan Didiet bercinta. Namun hanya sebatas melakukan oral seks. karena Sandra takut akan terjadi masalah terhadap kandungannya. Sementara itu tanda-tanda kehamilannya mulai terlihat. Rasa mual mulai sering ia rasakan. Waktu berjalan hampir dua minggu dan sampai detik ini tak terjadi hal-hal yang dikuatirkan Sandra. Sandra baru bisa bernapas lega karena baik Didiet maupun Paijo benar-benar menunjukan konsistensinya terhadap omongan mereka. Dan yang paling menggembirakan buat Sandra karena lusa ia akan pulang ke kota S.
“Mengapa ia belum juga sarapan?” Tanya Sandra heran pada suatu pagi saat menemani Didiet sarapan.
“Kukira anak itu masih terluka. Bercinta dengan Nadine ternyata tak lantas membuatnya melupakan Surti. Entah bagaimana ia harus melewati hari-harinya setelah ini. Sampai sekarangpun anak itu masih sering menangisi kemalangannya meski ia melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Biarkan saja. Nanti juga ia akan makan kalau ia sudah merasa lapar” ujar Didiet menanggapi.
Sandra menemukan kenyataan bahwa kini Paijo benar-benar telah banyak berubah. Ia jadi sangat pendiam. Terkadang Sandra melihat anak itu sering melamun. Namun ia ragu buat memulai dialog dengan anak itu. Tak lama setelah Didiet pergi Lila menelponnya.
"Hi, La. Ada apa ?"
"Ada yang perlu kusampaikan padamu. Ini berkaitan dengan pemeriksaan kehamilanmu tempo hari”
"Apakah ada kelainan atau ..." tanya Sandra cemas.
"Tenang janinmu sehat kok."
"Hhh! Syukurlah! Aku tadi sudah kuatir kalau-kalau ada masalah dengan janinku"
"Tidak. Aku hanya memberi tahumu bahwa sesuai dengan perhitungan kalenderku saat ini kehamilanmu telah memasuki usia sembilan minggu"
"Apakah tidak salah La? Bukankah seharusnya ini baru akan masuk minggu ke-5?"
"Tidak Sand. perhitunganku akurat untuk itu" tegas Lila
"Minggu ke-9? Ituu. .be rar ti...."
"Ya Sand, Sudah terjadi pembuahan sebelum Alfi ‘mencampurimu’. Dan bisa kupastikan ayah dari janinmu yang sesungguhnya adalah…. Paijo"
Pernyataan Lila sungguh sangat mengejutkan Sandra.
"Tidak mungkinn,La!..A.aku tahu persis aku belum hamil pada saat itu"
"Engkau keliru. Alat test kehamilan yang engkau pakai tak bisa dijadikan patokan.
Usia kandungan ditentukan dari kapan terakhir seorang wanita tak mendapatkan haidnya."
Hening. Sandra tahu ucapan Lila selalu didukung oleh bukti klinis. Lila tahu saat itu Sandra sedang memikirkan semua yang ia sampaikan barusan.
“Maafkan aku Sand. Aku tak memberitahumu soal ini sejak awal. Aku tak ingin merusak kebahagianmu dan Alfi saat itu. Aku sebenarnya tak ingin hal itu menjadi dilema dan beban pikiranmu namun aku harus tetap harus mengatakannya padamu”
“Tidak apa-apa, La. Aku bisa mengerti. Aku justru berterima kasih atas perhatianmu” ujar Sandra.
Lila sudah melakukan sesuatu hal benar. Ia harus tahu ayah biologis dari janin yang dikandungnya. Sehingga dengan begitu apabila dikemudian hari ada permasalahan yang membutuhkan pertolongan dari sang ayah biologis anaknya, dia tahu harus mencari siapa. Untungnya Nadine memakai kontrasepsi saat bercinta dengan anak itu jika tidak dia juga pasti akan terbuahi oleh Paijo.
“Ada satu berita lagi buatmu, Sand. Namun yang satu ini akan sangat mengembirakan. Aku melihat ada dua janin di rahimmu”
“OHH! K KKEMBARR! Benarkahh, Laa?!”pekik Sandra girang.
“Aku tak mungkin salah lihat. Mudah-mudahan saat engkau pulang nanti kita bisa melihatnya semakin jelas melalui alat USG. Sekali lagi selamat buatmu ya, Sand”
“La, a..akuu tak tahu harus bicara apa. Di satu sisi aku benar-benar bahagia mendapati aku bakal memiliki dua orang bayi namun di sisi lain akupun merasa kuatir jika suatu saat Alfi mengetahui bahwa sesungguhnya bukan dia yang berhasil menghamiliku”
“Menurutku saat ini nikmati saja dulu kebahagiaanmu. Perlahan-lahan kita cari cara buat memberi pengertian pada Alfi. Oya jangan lupa atur menu makananmu sebab janinmu memerlukan asupan nutrisi sejak dini ”
“Terima kasih, La. Oya bagaimana dengan kandunganmu sendiri?”
“Ini sudah masuk bulannya bagi dia lahir. Hmmm…Kira-kira dia akan mirip denganku atau Alfi ya, Sand?”tanya Lila.
“Mudah-mudahan ia lebih mirip ke kamu, La. Biar kalau sudah gede dia ga minder-an sama Alfina dan Fini hi hi”
“Hi hi benar juga katamu. Eh Sand..sudah dulu ya. Aku jadi ingat ada yang harus aku beli buat Fili”
“Fili? Engkau memberinya nama itu? Hi hi Baiklah kalau begitu.. Daagg!”
--
Setelah menutup pembicaraan Sandra termenung memikirkan semua rankaian kejadian ini. Sungguh tak ia sangka ternyata justru Paijo yang berhasil membuahinya. Tidak tanggung-tanggung, Paijo justru memberinya dua orang bayi sekaligus. Ia benar-benar menjadi serba salah bagaimana harus bersikap kepada anak itu. Soalnya akhir-akhir ini ia telah memperlakukan anak itu secara kurang baik. Lalu bagaimana juga dengan Alfi? Bagaimana reaksinya bila mendengar berita ini. Sandra jadi benar-benar bingung.
"Buu...ibu tidak apa-apa?"
Terdengar seseorang menegurnya.
"Eh ohh kamu Jo. Ya aku tidak apa-apa. Kenapa?" Sandra benar-benar tak menyadari kehadiran anak itu di situ.
"Syukurlah sedari tadi saya sudah memanggil ibu berkali-kali tapi ibu tak menyahut"
"Ohh begitukah? Em ada apa Jo?"
"Saya cuma mau mengembalikan ini sama ibu" ujar Paijo sambil menyodorkan sebuah amplop.
"Apa ini Jo?"
"Itu uang yang dulu ibu kasih ke saya buat istri saya melahirkan. Saya kembalikan ke ibu karena ternyata sudah tidak diperlukan lagi"
"Tak perlu dikembalikan. Jo"
"Tapi buu"
"Simpan saja. Suatu saat engkau pasti membutuhkannya"
"Terima kasih bu. Tapi kalau ibu tak keberatan saya mau titip uang dari ibu ini buat bu de saja."
Sandra mengeleng-gelengkan kepala. Anak ini tak jauh berbeda dengan Alfi. Agak keras kepala. Namun memiliki hati yang baik.
"Hmmm...Baiklah jika itu keinginanmu. Begitu aku pulang lusa langsung akan kusampaikan pada bik Iyah"
"Terima kasih bu. Saya juga sekalian mau pamit ke ibu karena mulai minggu depan saya tidak tinggal di sini lagi"
"Lho kamu mau kemana?"
"Saya diterima kerja sebagai buruh angkut di sebuah pertambangan milik temannya pak Didiet di pulau K."
"Pulau K? itu jauh sekali, Jo"
"Iya. justru itu saya minta tolong ibu. Siapa tahu saya bakal lama baru bisa bertemu sama bu de lagi"
"Apakah engkau sudah pikirkan matang-matang keputusanmu itu? Bekerja di tempat seperti itu begitu berat bagi anak seusiamu"
Aneh! pikir Sandra. Mengapa jauh di lubuk sanubarinya muncul perasaan tak tega melihat anak ini pergi? Mengapa ia tak ingin Paijo harus terus menerus berkutat dalam penderitaan selama hidupnya? Jelas itu lebih dari sekedar hanya rasa kasihan.
"Tidak apa-apa kok bu. Saya harus kerja supaya bu de bangga sama saya. Dengan begitu saya juga bisa ngasih ke bu de uang yang banyak. he he" Paijo mengucapkan hal itu dengan kebanggaan.
"Jo kamu sebenarnya anak yang berbakti. Baik-baiklah kamu di rantauan dan pandai-pandailah membawa diri, ya".
"Ya bu, terima kasih atas nasehatnya"
Paijo sudah akan melangkah keluar namun ia berbalik lagi.
"Oya saya lupa beri selamat sama ibu."
"Selamat buat apa, Jo?"
"Selamat karena ibu bakal dapat momongan"
"Oh i..tu iya. terima kasih" Sandra tergagap.
"Wahh wah kang Alfi memang hebat. Bisa punya momongan begitu banyak " ujar Paijo berkata sendiri. Paijo masih terus bergumam terkagum-kagum sambil melangkah ke luar.
Sandra memandang punggung Paijo tanpa dapat berkata-kata. Anak itu begitu tulus menyatakan kebahagian buatnya.
--
Siangnya
Ia ingat bukankah tadi siang Paijo berencana menyikat lantai kamar mandi karena kuatir Sandra sampai jatuh terpleset gara-gara lantai yang licin. Aneh! mengapa anak itu begitu lama?. Jangan-jangan dia malah onani di dalam situ. Dasar! pikir Sandra. Timbul keisengannya. Ia ingin mengagetkan Paijo. Perlahan ia mengendap ke dekat kamar mandi. Lamat-lamat telinganya mendengar suara tangisan dari balik pintu kamar mandi. Karena penasaran akan apa yang terjadi di dalam kamar mandi, Sandra mendorong pintu itu.
"Joo apa yang terjadi?." Tanya Sandra heran melihat Paijo duduk meringkuk sambil sesegukan di lantai kamar mandi. Kepalanya tertunduk masuk di dalam lipatan tangannya yang ditopang kedua lutut. Celananya basah semua. Paijo tak menjawab. Ia terus larut dalam tangisnya. Sandra bingung harus berbuat apa sampai akhirnya ia melihat sebuah hp di pangkuan Paijo.
"Boleh kulihat?" tanyanya. Meski Paijo tak menjawab. Sandra tetap meraih benda itu. Ternyata ada sebuah sms. Dari Surti rupanya.
Tertulis di situ ;
"Kang mas Paijo, sebelumnya Surti minta maaf. Surti hanya mau mengabarkan jika Surti dan kang Ipung sudah menikah pagi tadi. Surti mohon jangan hubungi Surti lagi setelah ini. Terima kasih atas pengorbanan kang mas selama ini. Salam Surti."
Jelas ini biang keladinya!. Dasar perempuan tak tahu balas budi! umpat Sandra dalam hati. Seharusnya dia tak perlu lagi menghubungi Paijo setelah mencampakannya seperti sampah. Yang jelas kabar itu hanya akan melukai perasaan Paijo saja.
"Joo..sabar ya. Tabahkan hatimu" bujuk Sandra
"Surtiii..huu huuu." Dengan perasaan pilu Paijo menyebut nama wanita yang ia sayangi itu di sela tangisannya. Sandra sungguh merasa iba. Anak semuda itu tak seharusnya mengalami penderitaan batin begitu bertubi-tubi. Jiwanya masih sangat rapuh dan labil.
"Tak usah engkau tangisi perempuan seperti itu Jo. Dia dan keluarganya hanya memanfaatkan dirimu saja selama ini!"
"Tapi..saya hks cinta sekali sama Surtii, bu.. hks.. hks" jawab Paijo tersengal-sengal karena pernapasannya terbuka dan tertutup sendiri akibat dari reaksi metabolisme dari tangisnya yang berlangsung terlalu lama.
"Tapi dia tak menyintaimu,Jo. Dan yang ada di kandungan Surti bukanlah anakmu. Itu adalah anaknya Ipung"
"Berarti saya.. hks.. sudah tidak punya harapan lagiii. Kalau begitu biar saya mati saja buu! huu huuu"
"Aduhhh Joo! Engkau tidak boleh putus asa seperti itu!."
Sandra jadi kuatir anak itu akan bertindak nekat karena tak mampu menahan kesedihannya. Tak ada jalan lain buat menghentikan itu pikir Sandra. Ia harus memberitahu Paijo soal kehamilannya.
"Joo, ada sesuatu yang ingin kuberitahukan kepadamu"
“hks hks huuuu...huu” Paijo terus menangis.
"Ketahuilah Jo bahwa janin yang ada dirahimku sebenarnya adalah.... anakmu" lanjut Sandra.
Paijo mengangkat kepalanya.
"A.anak saya? ibu kok ngomong begitu hks…? Kan ibu sendiri yang bilang kalau saya mandul huu huu"
Setelah mengatakan itu Paijo kembali meraung pedih. Ia menjadi semakin sedih dan merasa tak berguna sebab yang ia tahu ia sudah gagal dan janin di rahim Sandra itu adalah buah percintaan antara Sandra dengan Alfi.
"Dengarkan aku dulu, Jo. Aku mengatakan yang sesungguhnya. Memang kamu yang telah membuatku hamil" ujar Sandra sambil meraih wajah anak itu dengan kedua tangannya.
Paijo menghentikan tangisnya sambil menatap Sandra.
"Maafkan aku. Aku-pun baru pagi ini tahu itu dari Lila. Terapi tempo hari ternyata berhasil. Bahkan kamu memberiku bayi kembar "sambung Sandra.
"Kem..baarr? Ibu bukan cuma mau nyenengin saya, kan?" tanya Paijo dengan perasaan bercampur aduk.
"Percayalah. Jo."
"Tapi bagaimana dengan Surti buu"
"Soal Surti. Kamu harus bisa merelakannya. Mungkin ia memang bukan jodohmu. Suatu saat engkau pasti akan menemukan pengganti Surti. Kamu masih memiliki bik Iyah yang menyayangimu seperti putranya sendiri. Dan kamu masih memiliki ini" ujar Sandra sambil menunjuk ke perutnya.
"Engkau maukan bertemu dengan kedua anakmu kelak?" tanya Sandra.
Paijo mengangguk dengan air matanya masih meleleh di pipi.
"Iya bu saya pingin melihat mereka setelah lahir"
"Nah! kalau begitu kamu harus tetap melanjutkan hidupmu. Bukankah tadinya engkau begitu bersemangat bekerja dan mencari uang buat bu de-mu. Seharusnya engkau bertambah giat setelah tahu engkau bakal menjadi seorang ayah"
"Iya buu. Terima kasih." jawab Paijo sambil mengusap sisa-sisa air matanya dengan mempergunakan ujung bajunya.
"Sudah tidak sedih lagi kan?"
Ia kembali mengangguk kecil. Sandra tahu tak segampang itu meredakan kesedihan anak ini. Tapi ia sedikit agak lega melihat Paijo mulai tenang. Sepertinya nasehatnya kali ini mengena. Sandra yakin anak itu mau mendengarkan ucapannya.
"Tapi Buu"
"Apa lagi Jo?"
"Jangan bilang ke siapa-siapa"
"Soal apa?"
"Soal siapa sebenarnya ayah kedua anak saya ini. Biarlah kang Alfi dan yang lain tetap mengira ayah bayi di dalam perut ibu adalah kang Alfi. "
"Kenapa kamu mau aku melakukan hal itu Jo?"
"Saya tidak ingin dia jadi sedih seperti yang saya alami sekarang. Lantas akan menjadi masalah baru buat keluarga ibu"
“Tapi ini tak adil buat kamu, Jo"
"Tidak apa-apa bu. Saya rela demi ibu dan kedua anak saya"
"Ohh Jo ..kamu ternyata adalah seorang calon bapak yang baik. Terima kasih karena sudah mau memikirkan aku." Sandra haru sekaligus iba. Haruskah Paijo menderita lagi setelah apa yang ia alami selama ini. Namun di sisi lain pendapat Paijo barusan benar adanya dan ia sendiri juga tak ingin Alfi kembali ngambek dan menimbulkan konflik baru yang berkepanjangan
"Segera ganti pakaianmu. Nanti engkau keburu masuk angin".
"Baik bu"
--
Tuuttt.. tutt… ti…Handphone Sandra berbunyi. Ia melihat avatar Alfi tampil dilayar. Duh! Kangennya ia pada anak itu. Saat ini Alfi pasti sedang asyik bersama Niken. Sandra menduga demikian karena itu sudah menjadi kebiasaan Alfi selama ini. Sebenarnya satu minggu ini adalah jatah Alfi buat Sandra sendiri. Namun karena saat ini ia pergi ke kota G jadi Alfi bebas kemanapun ia ingin pergi.
“Apa kabar kamu hari ini, sayang?” Tanya Sandra mengawali percakapan.
“Baik kak, Kakak sendiri bagaimana?”
“Juga baik sayang. Eng..lagi ngapain kamu Fi?”
“Alfi baru pulang dari sekolah. masih di rumah menunggu kak Nadine pulang kerja”
“Lho tadinya kakak pikir kamu pergi ke rumah kak Niken-mu, Fi”
“Ngga kak,. Alfi pingin dulu ngabisin waktu beberapa minggu ini sama kak Nadine. Lagian Alfi kangen banget sama kak Nadine”
“Kok, tumben?”
Ini aneh? Pikir Sandra. Tak biasanya Alfi mengambil keputusan seperti itu. Ia selalu lebih memilih untuk meniduri Niken bila sudah dihadapkan pilihan antara Niken atau para wanitanya yang lain.
“Iya kak. Soalnya Alfi merasa bersalah sama kak Nadine dan kak Dian. Alfi berlaku tidak adil pada mereka selama ini. Terutama kak Nadine. Sudah banyak pengorbanan yang ia lakukan sejak dia Alfi nodai. Ia harus rela menjadi istri kedua kak Didiet karena hamil oleh Alfi.”
“Aduhh sayangg. Ada apa kamu mendadak berpikiran seperti itu?”
“Setelah peristiwa Paijo dulu Alfi jadi sadar betapa Alfi mencintai kakak. Dan Alfi tak ingin hal serupa terjadi pada kak Nadine dan kak Dian sebab Alfi juga sangat sayang sama mereka.”
“Lho kan si Paijo sudah tak ada lagi jadi kenapa kamu begitu kuatir?”
“Alfi tahu itu. Tapi di hati kecil Alfi tetap merasa jika sesuatu telah terjadi”
“Kakak tak mengerti maksudmu, Fi”
“Alfi takut ada orang lain ….” Ujar Alfi ragu meneruskan kata-katanya
“Kamu mengira kak Nadine-mu telah berselingkuh, Fi?” Tanya Sandra kuatir jika Alfi mengendus perselingkuhan Nadine dan Paijo. Siapa tahu Paijo tanpa sengaja meninggalkan bekas cupangan di tubuh Nadine.
“Alfi tidak menuduh kak. Alfi hanya kuatir saja kok kak. Tetapi seandainya itu memang terjadi, Alfi tak akan menyalahkan kak Nadine karena itu memang kesalahan Alfi sendiri.”
“Syukurlah kalau kamu sadar kalau permasalahan yang timbul akhir-akhir ini akibat perbuatanmu sendiri dan hal itu telah menyusahkan kami semua” Ujar Sandra lega. Setidaknya peristiwa dulu bisa membuat Alfi mengintropeksi dirinya. Meski demikian Sandra beranggapan Alfi tetap tidak perlu tahu mengetahui hubungan Nadine dan Paijo selama di kota G sebab ia masih ragu jika Alfi memang sudah bisa menerima hal itu.
“Iya kak. Karena itu Alfi di menanti mereka sini buat menebus kesalahan Alfi pada mereka berdua”
“Ya sudah. Eh Fii, kamu kangen ngga sama kakak? Kakak pinginn bangett kamu gituinn” rengek Sandra. Mereka memang masih harus menahan diri setidaknya selama satu bulan lagi buat bercinta secara penuh menunggu hingga usia kandungan Sandra benar-benar sudah cukup kuat.
“Alfi juga kangen banget sama kakak. Kasihan kakak. Tapi Alfi juga binggung dan sedih karena ngga bisa nolong kakak.”
“Eh.. KAK!” tiba-tiba Alfi berteriak kegirangan.
“Iya ada apa Fi?’
“Kenapa kita ngga minta sama kak Didiet aja yang ngegituin kakak. punya kak Didiet kan pendek jadi ngga bakalan ngebentur rahim kakak”
“Iya juga sih! Tapi kakak ngga mau!.”
“Lho kenapa kak?”
“Habisnya ngga enak! Enaknya sama titit kamu”
“Paling tidak saat ini kakak ngga terlalu menderita seperti sekarang”
“Pokoknya kakak ngga mau. masalahnya kak Didiet-mu selalu saja ‘dapet’ duluan jadinya sama saja dengan ngga di apa-apain”
“Duh bagaimana ya? Seandainya saja si Paijo ada di sini…” keluh Alfi dalam kebinggungannya.
“Paijoo? Sayangg, Kamu bicara apaaa?!!”
“Iya kak, kalau saja saat ini ada si Paijo. Pasti kesulitan kita bakal teratasi”
“Kenapa kamu bicara seperti itu? Kakak ngga mau lagi berhubungan dengan dia. Kakak kapok! Kakak ngga mau lagi kehilangan kamu.”
“Paling tidak ia bisa memenuhi kebutuhan kakak. Dan aman buat kakak bercinta sama dia karena tititnya ngga bisa membentur rahim kakak Apalagi dia itu punya titit yang enak banget kan kak?..”
“Aaa Alfi! Kamu tega banget ngegoda kakak. Kakak kan jadi tambah basah!”
“Bukannya kamu bilang kamu tidak suka sama paijo. Emang kamu ngga cemburu Fi. Kalau aku di gituin lagi sama Paijo?hi hi”
“Cemburu sih iya. Tapi Alfi ngga kuatir seperti tempo hari sebab Alfi tahu cinta kakak hanya buat Alfi seorang. Yang penting sekarang buat Alfi adalah kebutuhan buat kakak dulu. Alfi rela melakukan apapun demi kakak agar kakak bahagia.”
“Bener nihh kamu ngga cemburu?. Kakak bisa saja mencari seseorang di sini yang mirip Paijo. Engg… terus kakak selingkuh sama orang itu”
“Ngga papa Kak. Alfi rela. Jika perlu Alfi bisa minta sama kak Didiet buat membawa Paijo datang kesitu buat nemani kakak selama di sana..”
“Sudah Ah. Kok ngomongnya ngelantur terus. Entar bener-bener kejadian deh!”
“Lho siapa bilang Alfi sedang bercanda. Alfi serius kok kak”
“Iya iya sudah! Kakak tahu kamu rela dan mau berkorban buat kakak. Tapi saat ini kakak hanya pingin kamu yang menuntaskan hasrat kakak saat kakak pulang”
--
Sore hari itu
Didiet baru saja menelpon dan mengatakan jika ia bakal pulang kemalaman karena harus meninjau pekerjaannya ke lapangan.
"Kamu makan malam saja dulu Say. tak perlu menungguku" pesannya pada Sandra.
Sandra mengetuk kamar Paijo.
"Joo ayo temani aku makan malam" Ia sengaja mengajak Paijo makan bersamanya karena tak ingin Paijo terus menerus sendirian. Seseorang yang sedang mengalami kesedihan berat semacam itu harus kerap di awasi.
Tak lama kemudian Paijo membuka pintu.
"Saya belum lapar buu. Silakan ibu makan terlebih dahulu. Saya nyusul belakangan saja "
Sandra melihat mata Paijo yang masih bengkak. Ia baru menangis lagi. Ia pasti masih terus memikirkan soal Surti.
"Duhh..Lihat tuh! Ternyata bapakmu habis nangis" Goda Sandra seolah-olah sedang berkata pada perutnya sendiri.
"Saya tidak nangis kok bu" sangkal Paijo sambil menunduk malu.
"Bilang langsung ke mereka kalau bapaknya tidak bakal sedih dan nangis lagi" ujar Sandra menunjuk ke perutnya. Tingkah Sandra itu mau tak mau membuat Paijo tersenyum dan menahan ketawa.
“Ayoo.Joo!”
"B..bapak tidak bakal sedih lagi" ucap Paijo sekenanya.
"Kok ngomongnya dari situ? Dia ngga bisa dengar kalau seperti itu Jo. Sini!"desak Sandra. Paijo mendekatkan kepalanya ke perut Sandra.
"Nakk, bapak tidak bakalan sedih dan nangis lagi" ujar Paijo dengan lebih serius mengulangi ucapannya sambil mengusap-usap perut Sandra.
"Argg Joo. Geli!" pekik Sandra. Entah mengapa mendadak gairahnya mendadak ketika Paijo mengusap perutnya Meski itu hanya sebuah gerakan sederhana dan spontan namun berdampak sangat besar bagi Sandra. Menyambar bagaikan percikan api dari sebuah pematik di tengah galonan bensin.
"Iya buu. Maaf.." ujar Paijo menjauhkan kepalanya. Sandra senang melihat senyum Paijo. Setidaknya ia bisa sedikit meringankan beban anak itu.
Ugh! Tiba-tiba wajah Sandra berubah pucat. Rasa mual itu mulai datang lagi. Kali ini dorongan buat muntah begitu besar. Sandra bergegas menuju ke kamar mandi.
“Hoekss!!” seketika itu juga ia tak mampu menahan dorongan untuk muntah.
“Buu?”
Paijo tidak tinggal diam. Di ambilnya sebotol minyak angin miliknya dan didekatkannya ke hidung Sandra. Namun sepertinya itu saja tak cukup.
“Hoekkkk!!...Hoeeeeekkk!!...” serangan itu kembali. Sebenarnya Paijo sudah cukup berpengalaman dan tahu bagaimana mengatasi situasi seperti ini tatkala mantan istrinya tengah mengalami hal yang sama dulu. Ia ingat ia selalu memberikan pijatan di sekitar pundak Surti. Tetapi ia agak ragu buat menyentuh Sandra. Sehingga ia hanya berdiri saja dengan kebinggungan di situ.
“Hoeeeeeeekk!!....aduuhhh Joo..” rintih si cantik itu. Sudah lebih dua menit metabolisme alami yang amat mengganggu itu tak juga kunjung reda malahan semakin menjadi-jadi. Tak ada yang bisa ia muntahkan lagi namun dorongan itu tak terhentikan. Dan hal itu mulai menyakitkan. Lama-kelamaan wajah Sandra yang putih menjadi semakin pucat. Akhirnya Paijo tak tahan lagi melihat penderitaan wanita yang sedang mengandung anaknya itu.. Dengan tangan gemetar diraihnya pundak Sandra.
“Hhhhh…” Sandra merasakan kenyamanan ketika jemari Paijo menekan syaraf-syaraf pundaknya. Sedikit demi sedikit Sandra kembali bisa bernapas lega. Hampir lima menit Paijo melakukan hal itu. Setelah yakin rasa mual Sandra benar-benar mereda, Paijo membimbingnya kembali ke kamar. Kemudian ia bergegas ke pantry menyeduhkan teh hangat buat Sandra.
“Nah, ibu istirahat saja dulu. Saya mau keluar sebentar” katanya sambil menyerahkan cangkir teh kepada Sandra. Belum sempat Sandra bertanya ia sudah menghilang.
Lima belas menit Sandra duduk sendiri di kamar itu. Sesekali ia menyeruput teh seduhan Paijo bila rasa mual itu kembali muncul. Entah mengapa ia belum ingin kembali ke kamarnya sendiri. Tak lama kemudian Paijo muncul sambil membawa sebuah mangkuk.
“Aww….rujaaak!” pekik Sandra girang. Entah dari mana Paijo memperolehnya di saat seperti ini, namun memang ini yang ia idamkan saat ini. Dengan cepat ia rebut mangkuk tersebut dari tangan Paijo. Pertama sepotong kecil mangga muda langsung dicomotnya. Rasa asam kecut yang melanda lidahnya bercampur sedikit rasa pedas itu dengan cepat memunahkan rasa mualnya. Paijo sendiri jadi ikut-ikut memeramkan mata karena ia tahu rasa buah itu memang sangat asam.
“Kok kurang pedas, Jo?”
“Lho itu tadi sudah di kasih cabe tiga biji kok bu”
“Masih kurang! Tambahin cabenya, Joo”” rengek Sandra.
“Saya tidak mau ibu malah sakit perut.”
“Sedikiiiit saja Joo”
“Tidak boleh!” jawab Paijo dengan tegas. Baru kali ini Sandra merasakan Paijo bersikap seperti itu padanya. Tapi ia justru senang sekali dengan perhatian anak itu padanya. Mereka duduk bersisian di tepi ranjang. Paijo dengan sabarnya menunggui Sandra menyantap rujaknya.
"Joo.." panggil Sandra sambil meletakan mangkuk yang telah kosong di atas meja di samping tempat tidur.
"Ya buu?"
“Terima kasih ya karena sudah mau repot buat aku”
“He he ndak apa apa kok buu..lagian kan ibu hamil gara-gara saya” jawab Paijo tersenyum malu.
"Oya Jo, Aku mau menanyakan sesuatu padamu"
"Tanya soal apa bu?"
"Eng..Sewaktu Surti hamil muda dulu apakah kalian .....melakukannya?"
"Melakukann apaa bu?"
"Uh em tidak jadi Jo. Sudah lupakan saja " ujar Sandra merasa jengah sendiri.
"M..maksudd ibu n ngentott?" tanya Paijo hati-hati.
"he e .." jawab Sandra lirih nyaris tak terdengar.
"Kenapa ibu tanyakan itu?"
"Soalnya aku sudahh tiga minggu tidak.." ujar Sandra sambil menggigit bibirnya sendiri. Sejak Paijo menyentuh lembut perutnya juga saat melakukan pemijatan tadi hasratnya semakin tak terkendali.
"I.buu..lagi kepinginn yaa?"
"Tapi a..ku takutt keguguran, Jo"
"Eng..Sebenarnya sewaktu Surti sedang hamil muda dulu kami sering melakukannya " ujar Paijo mencoba mengingat-ingat kejadian saat dengan Surti dulu.
"Benarkah?"
"Iya. Malahan hampir setiap hari. Mulanya saya yang takut bakal terjadi apa-apa dengan kandungannya tapi karena Surti yang minta jadi saya terpaksa nurutin. Eh bu sebentar lagi pak Didiet kan pulang berarti kan sudah ndak masalahkan?."
"Dia pasti sudah capek buat itu”
"Kalau begitu saya antar ibu ke bandara sekarang. Saya yakin kita masih dapat tiket buat ibu ke kota S"
"Tidak usah Jo"
"Lho kenapa bu?, saya pikir pak Didiet pasti ngasih izin ke ibu. Mumpung ini masih agak sore"
"Kamu salah mengerti Jo. aku bukannya ingin suamiku atau Alfi yang melakukannya. Aku ingin ..kamu, Jo"
"Sayaa bu?!” Tanya Paijo keget.
Jantungnya berdetak cepat. Seketika itu juga gairahnya meninggi dan celana usangnya menjadi sesak. Ia memang rindu sekali pada wanita cantik ini. Namun ia mendadak teringat perkataan Nadine kepadanya tempo hari. Ia tak ingin melakukan kesalahan lagi. Sandra mengangguk mengiyakan. Wajahnya bersemu dadu karena rasa malu semakin membuat Paijo tak tahan memandangnya.
“Tapii..buu saya sudah janji sama kang Alfi tidak bakal ngeganggu ibu lagi. Kemarinpun saya sudah sekali lagi berbuat salah sewaktu nidurin bu Nadine. Saya takutt salah lagi...." ujar Paijo berusaha bertahan. Ia tak ingin gegabah dan menuruti hawa nafsunya. Dan ia tak yakin akan keinginan Sandra ini. Yang ia tahu Sandra hanya tidur dengannya dulu itu hanya karena ingin hamil. Apalagi sekarang sudah ada Alfi yang ia akui tak bakal mampu ia tandingi.
"Tidak apa-apa, Joo… Soal Nadine, engkau justru telah menolong dia dan saat ini pun aku tengah mengalami hal yang sama. Apakah engkau tidak kasihan terhadap diriku. Aku tersiksa sekalii akhir-akhir ini… " pinta Sandra sebelum Paijo sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Buuu?" Paijo masih kebinggungan buat memutuskan. Ia sungguh tak tahu di titik mana ia harus bertahan.
"Intimi aku malam inii, ya kang mas?"
Paijo terkejut sekali. Sandra memanggilnya dengan sebutan 'Kang Mas'?!. Itu adalah panggilan Surti kepadanya selama ini. Sandra tak pernah melakukan ini padanya sebelum-sebelum ini.
“Di.a.jenggg…akuu…akuu ” jawab Paijo.
Sandra tersenyum mendengar Paijo balas memanggilnya dengan sebutan itu. Ia paham apa yang harus ia lakukan dalam situasi seperti ini. Sandra dapat melihat dengan jelas tonjolan besar pada celana Paijo. Ia mendekat ke arah pemuda kampung yang kebinggungan itu. Wajah nan cantik itu maju hingga hanya beberapa inchi dihadapan Paijo. Sandra memejamkan matanya sementara bibirnya yang merah merekah itu sudah terbuka menunggu kedatangan bibir Paijo. Naluri Paijo akhirnya mengatakan bahwa ini adalah saatnya buat ia bertindak. Meski mulanya agak ragu, Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Sandra.. seraya sedikit memiringkan kepalanya... Dan...
Hal itu terjadi....
Bibir Sandra memagut liar bibir Paijo. Kenyatannya selama tiga minggu tak bersetubuh dan hanya melakukan oral dengan Alfi dan Didiet tidaklah cukup buat meredam gairahnya dan menjadikan dirinya benar-benar haus akan belaian. Yang vaginanya sangat butuhkan adalah kenikmatan langsung dari sebuah alat vital pria. Dan penis Paijo yang sangat beruntung malam ini karena sebentar lagi bakal di lumat habis-habisan dan spermanya bakal di hisap sampai kering buat menuntaskan rasa dahaga vaginanya. Kali ini ia tak lagi ragu buat melakukan hubungan intim. Bukankah sebelum ia menyadari tentang kehamilannya itu dari Lila, ia dan Alfi selalu berhubungan intim di minggu-minggu awal kehamilannya dan hal itu tak menyebabkan permasalahan bagi janin pada kandungannya. Apalagi cuma melakukannya dengan Paijo. Ucapan Alfi ada benarnya. Titit Paijo memang tak bakalan bisa membentur rahimnya.
Paijo |
“Buka bajuku Kang mas” pinta Sandra tanpa melepas kontol Paijo dari genggamannya sambil sesekali melakukan gerakan kocokan.
Sementara tangan kirinya meraih belakang kepala Paijo dan menarik kepala Paijo buat kembali melakukan ciuman. Bukanlah perkara gampang buat Paijo mempereteli busana tanpa melihat. Di tengah gairah yang membakar hasratnya saat ini jemarinya hanya bisa mengandalkan nalurinya agar pekerjaannya cepat selesai. Alhasil meski agak lama ia berhasil juga menanggalkan semuanya. Yang pertama menjadi sasarannya tentu saja payudara indah Sandra.
“Oughhhhh…”leguh Sandra ketika salah satu putting payudaranya berada dalam kemutan mulut Paijo. Tetapi sedetik kemudian ia langsung menolak kepala Paijo menjauh dari dadanya.
“Jenggg?” Tanya Paijo heran.
“Kangmas aku sudah tidak tahan lagiii…” rengek Sandra. Meski tak biasanya Sandra langsung main tembak seperti ini namun Paijo paham apa yang diinginkan calon ibu dari kedua anaknya itu
Ia mengangguk. Sandra sudah rebah terlentang. Paijo mengatur posisi tubuhnya. Ia masuk di antara ke dua paha montok nan putih istri Didiet itu. Ujung penisnya ia arahkan tepat ke sebuah bukit kecil itu berbentuk bagaikan kue serabi dengan saus lezat meleleh dari bagian tengahnya yang terbelah. Pada detik-detik penyatuan itu pandangannya bertemu dengan Sandra.
“Masukinn sekarangg kanggg mass..Ough!” rintih Sandra semakin tak sabaran sambil berusaha menarik pinggul Paijo ke arahnya.
Akhirnya Paijopun menurunkan pinggulnya. Blessss!!! ...
"Arggggg !!!" Sandra dan Paijo terpekik berbarengan saat penyatuan itu berlangsung. Organ intim mereka telah kembali bersatu. Merasakan jutaan sengatan kenikmatan pada kemaluan mereka setelah sekian lama berpisah. Setelah terjadi gejolak hebat dalam rumah tangga Sandra hal itu yang nyaris tak mungkin lagi terjadi.
"Ougghhhhh kangg masssss.!!" Sandra terpekik dilanda orgasmenya yang pertama.
Anak ini telah menuntaskan hasrat dan gairahnya yang telah terkukung selama beberapa minggu ini hanya dalam waktu kurang dari satu menit setelah penetrasi dan ia belum lagi menggerakan pinggungnya. Paijo memang memiliki sebuah kelebihan buat menaklukan banyak wanita di atas ranjang termasuk dirinya. Bahkan Nadine yang kekeuh saja akhirnyapun menggelepar takluk di dalam dekapannya. Hanya saja nasibnya tak seberuntung Alfi. Cuma satu kekurangan Paijo. Penisnya memang tak sepanjang milik Alfi sehingga tak mampu menyentuh dasar vagina Sandra dan Nadine. Namun itu sudah cukup untuk membuat para wanita itu mendapatkan kenikmatan yang begitu tinggi.
"Kang mas kocokin tititnyaa" rengek Sandra setelah orgasme pembukanya tadi mereda. Ia sungguh ketagihan merasakan benda bertintik itu menggelitik seluruh cerukan yang ada di dalam liang intimnya.
Paijo mulai mengocok. Ia lakukan itu dengan begitu lembut kerena ia ingat ada anaknya diperut dalam perut Sandra. Benda hitam legam itu bergerak keluar sedikit namun masuk kembali secara maksimal hingga pubik bertemu pubik. Setiap gerakannya membuat cairan kenikmatan Sandra membanjir. Begitu banyaknya hingga tertumpah-tumpah di seprey. Paijo tak juga menaikan tempo kocokannya. Ia tetap konsisten dalam gerakan lambat nan syahdu. Sementara Sandra semakin menggelepar di bawah tindihannya..
"Argggg kangg masssss.!!"pekik kenikmatan Sandra kembali terdengar. Paijo kembali menekan penisnya dalam-dalam dan menahan gerakannya. Penisnya yang berdenyut-denyut kuat semakin menambah rasa nikmat bagi Sandra saat itu.
"Uhhh...diajeng dapett lagii?"
"Iyaaa kangg masss.... Titit kang mass enak sekaliiii!!."
Setidaknya persetubuhan itu sudah berjalan lima belas menit ketika Sandra kembali memperoleh orgasmenya yang ke tiga..
"Dicabut sekarang, jeng?" tanya Paijo sepertinya ragu buat meneruskan persetubuhan itu. Ia ingin mengakhirinya karena kuatir akan keselamatan janin di dalam kandungan
Sandra meski ia sendiri belum memperoleh orgasme. Ia sengaja mati-matian bertahan dan mengkesampingkan kepuasan dirinya karena ia ingin wanita yang mengandung anaknya itu terpuaskan dulu.
"Jangan dulu kang mas! Aku masih mau lagi. Lagian Kang mas kan juga belum dapet?" ujar Sandra sambil mengusap dada pemuda perkasa itu dengan jemarinya yang lembut.
"Tapii jeng…"
"Tidak apa-apa kang mas. Kita terus lakukan secara perlahan saja. Aku ingin sekali merasakan denyutan titit kang mas di dalam tubuhku sewaktu kang mas dapet" ujar Sandra. Ia dapat melihat wajah Paijo yang begitu pucat karena menahan ejakulasinya. Ia jadi heran bercampur kagum pada anak ini. Paijo tampak begitu berbeda dengan sosok yang pernah menggaulinya beberapa bulan yang lalu. Paijo yang ini begitu santun bahkan mampu bersikap bagai seorang gentleman.
"Baiklah jeng"
Mereka kembali bergumul. Sandra mulai bisa mengendalikan situasi setelah memperoleh tiga kali orgasme. Ia mulai mempergunakan kekuatan otot-otot panggulnya hingga kewanitaannya. Vaginanya menghisap dasyat penis hitam Paijo.
"Uhhhh! Jengg..enakkk..ekkkk.."rintih Paijo.
"Enakk sayanggg?" tanya Sandra bergairah.
Entah mengapa ia-pun menjadi sangat suka pada rintihan kenikmatan katrok ala Paijo pada saat mereka bersetubuh. Hal itu memancing gairahnya semakin tinggi dalam percintaan ini.
"Iyaaa jeeng enak sekaliii "
"Kalauu beginii sayangg?" goda Sandra sambil melakukan kocokan balasan yang lembut dari arah bawah.
"Arggg jeeng...enakkk!" Paijo semakin terpekik.
Yang dilakukan Sandra barusan bukanlah kocokan yang sederhana. kontolnya mendapatkan tekanan yang besar di dalam situ. Tubuh sintal Sandra dengan tinggi 174 sentimeter membelit tubuh kerempeng Paijo yang hanya 153 sentimeter itu. Menguasai dan mendominasi hampir seluruh bagian tubuh Paijo dan hanya menyisakan bagian lutut hingga ke telapak kaki yang terbebas. Tubuh Paijo bagaikan seekor anak kambing yang tak berdaya di dalam belitan seekor pyton besar. Sandra membelit tubuhnya dan sekaligus menelan bulat-bulat organ vital bocah itu.
Akhirnya anak itu mendekap pinggang Sandra. Sandra mengenali gejala itu. Anak itu sudah akan orgasme. Ia segera melumat bibir Paijo sambil balik mendekapnya. Lalu mengayunkan pinggulnya ke atas dan ke bawah secara kuat. sementara itu bagian kewanitaannya bekerja mencekik dan mengunci erat titit pemuda itu. Paijo terpekik namun suaranya teredam oleh bekapan bibir Sandra. Saat itu ia menerima dua kenikmatan sekaligus dari bagian atas dan...bawah! Penisnya berdenyut keras. Lalu memuntahkan lahar panas dari ujung kepundan lubang pipisnya. croottt!...crottt...crottt!! Mata pemuda itu sempat terbelalak sekejap lalu mendelik selanjutnya terpejam erat. Begitu dasyat orgasme yang melanda Paijo. Tubuhnya ikut terhentak-hentak setiap kali kontolnya memancutkan spermanya.
“Semprotinn..kangmass sayangg…habiskann semua..benih kangmas buatkuu..” desah Sandra sambil menikmati proses orgasme yang di alami Paijo kali ini.
Liang senggamanya begitu penuh oleh titit dan jutaan benih subur Paijo. Gumpalan cairan yang sama dengan cairan yang pernah membuahi rahimnya. Sandra menganggap Paijo memang pantas mendapatkan itu. Ia seakan ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dua janin yang berhasil anak itu tanamkan ke dalam rahimnya saat ini. Tubuh mereka terus saling melekat satu sama lain dalam posisi missionary sambil berciuman ketat. Jika dulu Sandra selalu meminta Paijo menjauh agar ia bisa melakukan proses pembuahan namun kini hal itu tak perlu lagi. Sandra membiarkan Paijo meresapi sisa-sisa kenikmatan itu hingga tuntas di dalam dekapan tubuh cantiknya.
“Pejuh kang mas banyak sekalii”ujar Sandra ketika ciuman mereka terlepas.
"Habis tempik diajeng enak sekali "puji Paijo
"Benarkah? Kang mas suka tempikku? masih peret ya?"
"Iya jeng. Peret sekali. Bahkan lebih peret dari punya Surti"
Wow! Lebih peret dari gadis seusia Surti? Sandra jadi melambung mendengar itu. Ia yakin sekali Paijo berkata apa adanya.
"Bagaimana Dian dan Nadine?" Ini kesempatan bagi Sandra untuk mencari tahu mengenai hal itu. Soalnya selama ini Alfi tak pernah mau mengatakannya.
"Bu Dian itu asyik tapi 'ngisep'-nya ndak sekuat diajeng apalagi kalau dia sudah ‘dapet’. Kalau bu Nadine hampir sama seperti diajeng, tempiknya masih peret sekali meski sudah pernah melahirkan, tapi saya ndak begitu suka sebab dia mintanya selalu yang aneh-aneh. Buat saya tetap punya diajeng yang paling enak"
"Hi hi hi terima kasih kang mas sudah memilih aku" Sandra tersenyum geli.
Ia paham apa maksud Paijo. Nadine memang menginginkan begitu banyak variasi pada saat berhubungan intim. Padahal baik Paijo maupun Alfi lebih suka melakukannya dalam posisi missionari karena posisi ini sederhana, tidak harus retok namun full body contact. Sedangkan Sandra sendiri memang lebih suka posisi itu karena secara psikologis ia merasa di dominasi dan dikuasai oleh pasangannya pada saat persetubuhan berlangsung dan itu memberikannya rasa nikmat yang sangat kuat. Sedangkan Dian kemungkinan saat itu ia memang tak terlalu antusias bercinta dengan Paijo.
“Tapi bu Dian itu manis sekali orangnya” sambung Paijo seakan ia ingin menegaskan bahwa keintiman bukanlah segala-galanya baginya. Ada hal-hal lain yang membuatnya suka akan seseorang.
“Hi hi ketahuan sekarang. Kang mas punya perasaan sama dia kan?”
Paijo tersipu-sipu malu. Memang keisengan Dian tempo hari telah meninggalkan kesan yang mendalam baginya.
“Kang mas pasti kangen sama dia kan?”
“Iya jeng saya kangen sekali sama bu Dian”
“Bagaimana kalau kuminta ia datang kemari menemui kang mas sebelum keberangkatan kang mas ke pulau K?”
“B.benarkah jeng?… tapi… apakah bu Dian mau datang buat saya?”
“Kang mas tenang saja serakan semuanya padaku”
“Baiklah jeng”
Mereka masih terus berdekapan dengan kemaluan Paijo masih menancap ketat di dalam vagina lembut Sandra.
“Kang maasss..”
“Ya jeng?”
"Punya kang mas masih tegang dan berdenyut-denyut di dalam punyaku. Kang mas masih mau ngegituin aku lagi kan?"
"Iya jeng. Aku masih pingin terus ngentot sama diajeng"
“Kalau begitu kita terusin lagi ya kang mas? Berikan rahimku beberapa kali lagi semprotan cinta kangmas”
Untuk kesekian kalinya mereka kembali bergumul. Ketika bercinta dengan Nadine, Paijo tak begitu gairah dan cenderung berlaku pasif. Justru Nadine yang begitu meletup-letup malam itu. Mungkin saja hal itu terjadi karena Paijo masih terpengaruh oleh persoalannya dengan Surti. Tapi kali ini sangat berbeda. Semangat dan kepercayaan dirinya terpompa setelah tahu bahwa dialah ayah dari janin di dalam rahim Sandra. Dan penyerahan diri Sandra benar-benar telah menghapus segala bentuk kesedihan dan kekecewaannya terhadap Surti. Dulu ia mengira Surti adalah hal terbaik dalam hidupnya. Ternyata anggapannya itu salah. Kini ia sadar jika ia begitu merindukan wanita ini lebih dari rasa kengennya terhadap Surti.
"Ouhhhhhh Kangg massss sayanggggggg!" rintih Sandra merasakan kenikmatan dasyat hasil kombinasi kombinasi sempurna dari kontol bertindik dan stamina prima Paijo.
Tidak sia-sia Paijo mengikuti terapi sehat yang di anjurkan Lila baginya tempo hari. Dan itu masih ia terus lakukan sampai dengan saat ini. Ternyata setelah berjalan beberapa bulan barulah kelihatan hasilnya. Sungguh luar biasa penisnya masih terus berdiri tegak dalam hisapan gelombang multiorgasme Sandra yang sudah berlangsung hampir satu jam! Hingga suatu ketika...
"Jengg aku sudah ngga kuat lagiii!!" rintih Paijo. Tampaknya ia memang sudah berada di waktu yang tepat karena Sandra-pun sudah sampai di puncak klimaksnya.
"Lepassiinnnn kangg mass!! Sekaranggggg!! Arghhhhhh!!!!"pekik Sandra
Penis Paijo mengembang kempis berkontraksi sekaligus melontarkan stok sperma miliknya yang masih lumayan banyak. Mendobrak katup penahan terakhir. Lalu meluncur dengan kecepatan tinggi di dalam saluran pipis Paijo berebutan buat mencapai ujung diiringi rasa geli dan nikmat yang tiada tara. Croottttt!!..crotttttt…crooottt…..
“Argggggggg “pekik nikmat dari Paijo membahana. Sekitar lima belas semprotan dengan gumpalan besar susul menyusul menghantam dinding rahim Sandra.
"Kang mas perkasa sekalii malam ini. Aku benar-benar puas dan mengaku takluk" pujinya sambil mengelus-elus dada pejantan kampung itu.
“Kucabut dulu ya jeng. Biar anak kita ndak berat” kata Paijo. Sandra tersenyum dan mengangguk.
Plop…..Paijo melepas penisnya meninggalkan lubang merah indah menganga di selangkangan Sandra yang penuh dengan spermanya. Lalu rebah terlentang bersisian dengan wanita luar biasa ‘membakar’ itu. Keduanya berusaha meredakan nafas yang memburu. Butir-butir peluh membanjiri sekujur tubuh mereka. Sandra terperangah kagum. Yang terjadi barusan benar-benar adalah sebuah percintaan yang sangat mengguncang. Paijo memberinya rangkaian orgasme yang sempurna. Sedangkan bagi Paijo sendiri. Ia baru merasakan persetubuhan pada tingkatan seperti ini. Mungkin hanya baru titit Alfi yang selama ini pernah dan bisa merasakan puncak orgasme Sandra. Ia memutar tubuhnya ke samping sehingga menghadap ke arah Paijo. Lalu merapatkan tubuhnya. Sementara kepalanya ia rebahkan ke bahu anak itu. Sepuluh menit berlalu. Tiba-tiba Sandra bangkit. Diraihnya penis Paijo yang sudah agak melembek. Lalu dikocoknya benda hitam di dalam genggamannya dengan lembut. Anak ini! lubang pipisnya begitu lebar. Gumam Sandra gemas. Ia bisa melihat jauh ke dalam. Dan dari dalam situ cairan sperma kembali meluber keluar.
"Biar kubersihkan pake mulutku ya kang mass" tanpa menunggu jawaban dari Paijo, Sandra langsung memasukan titit hitam berlumur lendir itu ke dalam mulutnya.
"Engghh...apa jeng tidak jijiiik?"tanya Paijo di sela-sela rintihannya.
"Glk..clk..tidakk..punya kang mas...gurihh maniss Glkk clkk" Jawab Sandra singkat. Lalu dengan gemas kembali melahap penis anak itu bagaikan sebuah lolipop yang sangat lezat.
Paijo tak ingin bertanya-tanya lagi. Ia biarkan Sandra menikmati kejantanannya. Menghisap dan menjilati sisa-sisa sperma di sepanjang batang kemaluannya. Tak ada yang terlewatkan. Terutama yang terselip di seputar kulupnya. Semuanya tandas Sandra telan . Kuluman Sandra tak hanya berdampak membersihkan namun juga menjadikan alat vital anak itu kembali berdiri dengan kukuhnya. Dan memang hal itu yang diinginkan oleh Sandra. Hingga lima menit berlalu...
"Entot aku lagi seperti tadi kang mas" bisik Sandra lalu terlentang sambil membuka ke dua pahanya lebar-lebar Paijo masuk di antara kedua paha montok wanita cantik itu. Lalu mengambil lagi posisi missionary.
Penisnya tanpa perlu dituntun melesak perlahan ke dalam belahan vagina Sandra. Sandra langsung melingkarkan ke dua pahanya melilit pantat Paijo ketika penyatuan itu terjadi. Mereka kembali melakukannya dalam beberapa jam ke depan. Pemuda miskin, putus sekolah, berkulit hitam legam terbakar sinar matahari, namun beruntung mendapatkan kehangatan dari wanita cantik bertubuh molek bagai top model seperti Sandra. Setelah sesi itu berakhir, Sandra bangkit dan memungut pakaiannya dari lantai. Ia harus pindah ke kamarnya jika tak ingin persetubuhan mereka terus terjadi hingga pagi harinya. Paijo-pun seakan mengerti akan hal itu. Ia juga ingat jika Sandra sedang hamil anaknya.
"Buuu" panggil Paijo kembali memanggil Sandra dengan sebutan 'ibu'
"Ya Jo?"
"Terima kasih" ucap pemuda itu.
Sandra tersenyum lalu menutup pintu kamar Paijo.
--
Pukul dua puluh satu lewat tigapuluh.
Saat Sandra kembali ke kamar ia berpapasan dengan Didiet. Sepertinya suaminya itu baru saja tiba dan nampak sedang melepas dasinya.
"S...sayy?" Didiet terbengong melihat Sandra melintasinya tanpa busana.
Tadinya ia mengira Sandra sedang berada di kamar mandi tak tahunya istrinya justru masuk dari arah luar kamar.
"Apakah aku melewatkan sesuatu Say?" tanyanya menduga-duga.
Sandra tak menjawab. Ia naik ke atas tempat tidur dengan cuek seolah tak melihat kehadiran suaminya di situ.
"Say! Sayy! Jawab aku dooong" kejar Didiet penasaran.
"Bodoh ahh!" jawab Sandra sambil tersenyum nakal.
Didiet buru-buru melucuti semua pakaiannya. Lalu menyusul naik ke atas kasur. Ia yakin sekali telah terjadi sesuatu antara istrinya dan Paijo. Ia dapat melihat tanda-tanda itu di sekujur tubuh Sandra. Keringat yang bercucuran ditambah puting susu yang masih menegang dan warna merah. Ia hanya perlu menambah bukti yang paling meyakinkannya.
“Ngapain sich!” Tanya Sandra melihat Didiet memposisikan wajahnya ke bagian kewanitaannya..
"Sayy.. buka sedikit dongg, " bisiknya tak sabaran.
Sandra-pun membuka pahanya lebar sehingga dengan begitu suaminya leluasa melakukan investigasi tubuhnya.
Jantung Didiet berdetak cepat saat melihat area pubik dan permukaan vagina istrinya yang memerah memar. Ia tahu hal itu diakibatkan oleh sebuah persetubuhan yang panjang. Jemarinya gemetar berusaha membuka belahan cantik itu. Gila! ternyata masih banyak sekali sperma yang tertinggal di situ. Begitu kental sehingga tak tertumpah saat Sandra berjalan menuju ke kamar tadi.
"Sayy engkau curanggg! Kemarin-kemarin kan engkau bilang tak menginginkan dia! Tetapi ternyata .." Didiet berteriak kecewa bagai anak kecil tak dibelikan permen oleh ibunya.
Ia memang sama sekali tak menduga jika akhirnya Sandra kembali mau bercinta dengan Paijo.
"Seperti yang pernah engkau katakan itu cuma sex! dan aku membutuhkannya seperti halnya Nadine".
"Tetapi setidaknya engkau kan memberi tahuku sehingga aku bisa pulang lebih awal sehingga bisa menyaksikan kalian melakukannya"
"Hmm. Semuanya terjadi begitu saja tanpa kurencanakan. Lagian aku tak ingin mengganggu kesibukanmu di kantor"
"Engkau pasti sengaja melakukannya untuk membuatku penasaran, kan?”
“Siapa suruh meninggalkan istri cantik dengan pria lain dalam satu rumah. Pake acara lembur segala? Tanggung sendiri akibatnya.”
“Eng ..kapan kalian mulai, Say?"
"Sejak jam enam sore"
"Benar-benar sial sekali aku!." gerutu Didiet.
Berarti setidaknya sudah empat jam mereka bergumul. Hal yang tak direncanakan seperti ini memang memiliki tingkat akumulasi gairah yang tinggi. Namun tetap saja sia-sia sebab ia tak menyaksikan sekejab-pun pertunjukan hebat tersebut.
"Say ...katakan padaku apakah engkau p puasss?"
"Iya" jawab Sandra singkat.
"Mmaksudku… apakah engkau terpuaskan oleh kontolnya yang berukuran standar itu?" tanya Didiet seakan belum percaya.
Padahal saat bercinta dengan Nadine tempo hari, Paijo telah menunjukan kehebatannya seperti apa yang Sandra tuturkan barusan. Baginya itu terlalu luar biasa. Pemuda itu tak mungkin bakalan mampu menandingi kehebatan Alfi. Dan Ia masih menganggap keintiman yang panas malam itu dikarenakan Nadine sedang dalam keadaan tak terkendali.
"Engkau bercanda?. Yang terjadi barusan itu adalah salah satu seks terbaik dalam hidupku. Dia itu benar-benar sebuah mesin cinta yang tercipta buat menaklukan para wanita di atas ranjang. Soal ukuran…Memang Paijo tak memiliki kemaluan sebesar atau sepanjang miliknya si Alfi. Namun dia punya keunggulan tersendiri yang tak dimiliki oleh Alfi. Engkau tahu Dit? Tititnya itu enakk bangettt! Aku tak tahu mana yang lebih enak antara dia dan Alfi. Mungkin saja miliknya adalah titit ter-enak yang pernah masuk ke dalam punyaku. Bayangkan selama dua jam terakhir aku di hajarnya sampai mengalami orgasme ngga putus-putus. Jika saja aku sedang tidak hamil kami pasti akan melakoninya di sepanjang malam ini."
"Apaaa?!! D..diaa mampu membuatmu mengalami multiorgasme?! Argghhh Sayyyyy!" pekik Didiet histeris.
Gairahnya naik dengan cepat hanya dengan mendengar penjelasan Sandra. Sementara itu tangannya mulai mengocok liar kontolnya sendiri. Sandra memang sengaja membiarkan suaminya larut sendiri dulu dalam imajinasi dan fantasinya. Kini Didiet baru percaya apa yang dikatakan Nadine tempo hari soal sesuatu yang luar bisa tersimpan pada penis bocah itu. Sandra sendiri baru bertindak setelah melihat Penis Didiet sudah berwarna keunguan. Ia merunduk Didietpun melepaskan pegangan jemarinya. Dan mulut Sandra-pun mengambil alih kontolnya yang terawat bersih itu. Tak perlu menunggu lama. Didiet sudah terlalu ‘high’ saat itu. Pria itu telah sampai pada puncak kenikmatan.
"Arggggghhh sayy!" Jerit Didiet sambil mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi seiring ujung penisnya memuncratkan sperma. Sandra berupaya memberikan hisapan terbaiknya. Tak melepaskannya hingga penis Didiet memuntahkan tetes sperma terakhirnya.
“Nikmat?” Tanya Sandra genit sambil menjilat beberapa tetes sperma suaminya yang belepotan di sekitar bibirnya.
"Hss..hss Yaa terima kasih, Say” jawab Didiet dengan napas masih terengah-engah.
“E.ee kamu mau ngapain lagii, sich?” Tanya Sandra melihat Didiet beringsut hendak menindihnya.
“Aku kangen banget padamu " jawab Didiet berusaha masuk ke posisi misionari.
"Tidak bisa!. Aku masih kuatir akan ada efeknya terhadap kandunganku" ujar Sandra engan cepat merapatkan ke dua kakinya sehingga upaya Didiet terhalang.
"Tapi kenapa anak itu engkau beri sedangkan aku tidak boleh? Padahal ukuranku kan sama dengan anak itu" protes Didiet meminta keadilan pada istrinya..
"Tetap saja beda. Titit Paijo enak dan punyamu biasa saja"
"Lho? Lantas apa hubungannya dengan resiko keguguran?"
"Paling tidak rasa enaknya harus seimbang dengan resikonya. " jawab Sandra seenaknya.
“Ah! Engkau hanya mengada-ada. Say! Pleaseee. Satu kali saja , say” rayu Didiet
“Tidak bisa!”
"Jadii benar-benar tidak bisa?"
"Tidak!"
"Yah! Baiklah aku menyerah deh! Sepertinya aku hanya akan bisa menikmati jemari tanganku sendiri sambil menonton kalian" gerutu Didiet lesu.
Soal keputusan yang satu ini Sandra tak bisa lagi di ajak tawar menawar. Ia tak bakalan bisa merasakan vagina istrinya hingga beberapa bulan ke depan. Tak mengapalah. pikir Didiet. Sebab toh ia masih punya istri yang lain yaitu Nadine.
"Setidaknya engkau bisa menikmati hal itu kan?"
"Kalau begitu aku bisa melihat kalian melakukannya sekali lagi, kan?" rayu Didiet untung-untungan.
"Tentu saja, tapi besok. Soalnya sekarang aku sudah cepek banget." jawab Sandra menolak permintaan Didiet sekaligus mengodanya. Ia tahu suaminya itu masih bergairah sekali. Lalu ia menarik selimut dan tertidur dengan senyum kepuasan tersungging.
"Duhh lagi-lagi siaal"
--
Pagi harinya
Sandra menelpon ke rumah. Dan Nadine yang mengangkat. “Hi..Nad. Bagaimana ke adaan rumah?”
“Hi hi beres kok Sand, ada apa sih?”
“Aku cuma mau mengingatkan Alfi jika aku pulang besok. Aku ingin dia menjemputku”
“Ok nanti sepulang sekolah, akan kukatakan padanya. Oya, Sand.. kau tahu Alfi berperilaku aneh sejak kemarin”
“Aneh bagaimana, Nad? Apa mungkin ia tahu kamu selingkuh!?” Tanya Sandra kuatir.
“Hi hi hi kamu kok cemas gitu? calm sedikit donk. Yang ingin kusampaikan ini adalah berita baik kok”
“Soalnya akhir-akhir ini aku selalu saja mendapat kabar-kabar yang membuatku risau. Oya ada apa memangnya dengan Alfi”
“Hi hi begini ceritanya…Aku tiba bersama Alfina siang kemarin. Mulanya aku heran ia masih di rumah padahal seperti engkau ketahui biasanya bila engkau tak ada ia selalu pergi ke rumah Niken. Ia mengambil alih Alfina dariku lalu mengajaknya bercengkrama bersama bik Iyah di ruang keluarga. Aku baru terkejut ketika aku memasuki kamar tidurku, kudapati hamparan bunga mawar putih dan merah di atas tempat tidur. Harum alami bunga-bunga tersebut bercampur dengan asap aromaterapi merebak kesetiap penjuru kamar. Alfi menyusulku ke dalam kamar dengan minyak zaitun di tangannya. Rupanya ia berniat memberiku pijatan. Meski diliputi keheranan akan perlakuannya yang tak biasa itu, aku menurut saja. Aku melepas seluruh pakaianku. Lalu tidur tengkurap di atas ranjang”
“Biar kutebak… engkau pasti terangsang lantas setelah itu kalian bercinta dengan hot-nya,kan?” Sela Sandra.
“Hi hi Dugaanmu meleset, Sand. Tidak ada seks sama sekali siang itu. Sepertinya Alfi tak berniat merangsangku dengan pijatannya. ia hanya ingin aku merasakan kenyaman. Tak kusangka pijatannya seperti layaknya pijatan seorang pemijat professional.. Aku sampai merem melek karena di susupi rasa nyaman dan kantuk. Alfi terus menyelusuri tiap inci tubuhku dengan jemarinya hingga aku tertidur lelap di tengah pijatannya itu.”
“Mungkin sekitar satu sampai dua jam aku tertidur akibat pijatan dari Alfi tadi. Dan ketika aku terjaga dari lelapku hari telah menjelang sore. Lalu aku memutuskan untuk mandi agar tubuhnu kembali segar. Kemudian aku menuju ke kamar mandi. Di sana aku kembali dikejutkan saat melihat jacuzi-ku sudah dalam keadaan sudah terisi penuh cairan rempah dan di kelilingi oleh belasan lilin beraneka warna yang sudah dalam keadaan menyala. Aku juga menemukan sebuah kartu ucapan dalam keadaan terbuka di atas tumpukan handuk yang di dalamnya tertulis;
‘Kakak sayang,
Tak usah tanya-tanya kenapa Alfi lakukan ini. Kakak hanya perlu tahu bahwa
kakak memang layak mendapatkannya. Setelah ini dandan yang cantik ya, Alfi
menunggu buat makan malam..
Alfi’
“Aku masih diliputi keheranan mengapa anak itu melakukan ini semua sebab seingatku hari ini bukanlah hari ulang tahunku. Tapi sepertinya Alfi sedang berniat memanjakanku hari itu. Dan karena ia sudah mempersiapkan itu semua maka aku langsung memanfaatkan kesempatan itu. Setelah kupikir aku memang sangat membutuh waktu buat memanjakan diri. Melepas sejenak dari tugas rutinku sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga.”
“Hi hi hi tak kusangka ia romantis seperti itu, Nad.”Sela Sandra
“Aku juga demikian. Ternyata anak itu benar-benar mengerti akan diriku. Kuperhatikan secara seksama semua yang ia persiapkan buatku memang cocok dengan kulitku.”
“Puas merendam diri aku kembali ke kamar dan berdadan layaknya akan pergi ke sebuah pesta sesuai dengan permintaannya. Kupilih baju terusan mini dengan dada sedikit terbuka berwarna hitam. Kutahu ia paling senang melihatku mengenakan baju itu.”
“Kejutan lain berlanjut sore harinya. Kupikir tadinya ia akan mentraktirku makan ke restoran. Ternyata ia sudah menungguku di meja makan kita yang sudah tertata rapi lengkap dengan dinner set mewah milikmu diatasnya di antara beberapa lilin yang menyala. Aku tak tahu kapan ia mempersiapkan itu semua. Aku benar-benar merasa tersanjung terus menerus menerima kejutan-kejutan darinya itu.”
“Alfi menyambutku. Ia sudah berdandan rapi menggunakan pakaian terbaiknya. Lalu ia menarikan kursi buatku duduk. Sedangkan ia sendiri mengambil duduk bersebrangan meja denganku. Kejadian selanjutnya membuatku nyaris tertawa ketika melihat bik Iyah berdandan ala pelayan bangsawan eropa muncul membawa Appetizer. Kami mulai dengan hidangan pembuka yang berupa soup dan shrim coktail. Bik Iyah terus melayani kami berdua dengan sigap. Setelah hidangan pembuaka selesai ia mengambil setiap piring bekas lalu menggantinya dengan T-Bone Steak sebagai ‘main course’. Alfi memang tahu betul selera kita, Sand. Selain dagingnya yang empuk saus garlic-nya benar-benar lezattt! ..Terakhir hidangan malam itu ditutup dengan sepotong tiramisu dan ice cream. Aku menduga mereka pasti telah berlatih keras buat melakukan ini semua. Satu persatu hidangan tersaji dengan begitu sempurna. Ketika kutanyakan pada Alfi bagaimana ia melakukan itu semua. Ia hanya menjawab kakak nikmati saja semua. Aduuh Sanddd...aaaku benar-benar terlena dalam buayan romantisme-nya itu!”
“Wah wah Aku jadi kepingin cepat pulang agar bisa dia mesrai sepertimu.” Sela Sandra ikut terbawa suasana romantisme mendengar penuturan sahabatnya itu. “Lantas apa yang terjadi selanjutnya, Nad?”
“Ya memang itu belum selesai. Setelah usai makan malam kami pindah ke ruang tengah. Alfi menawarkan padaku beberapa pilihan film yang dibelinya. Sementara Bik Iyah menidurkan Alfina di baby room, kami bebas berduaan nonton hingga pukul sepuluh malam. Lalu kami pindah ke kamar tidur. ia kembali memberiku pijatan. Tetapi tidak seperti siang tadi. Kali ini Ia melakukannya dengan tubuh bugil. Dan titik-titik pijatannya selalu ia arahkan ke sekitar bagian intimku. Semakin lama pijatannya semakin ‘Hot’ dan lebih pantas di sebut sebagai upaya merangsang itu membuatku benar-benar kebelet kepingin segera ia intimi. Lalu kami melakukannya. Alfi memintaku berdiri di atas ke dua lututku sambil berpegangan pada kepala ranjang. Sedangkan ia sendiri juga berdiri di atas kedua lututnya dan mengambil posisi di belakangku. Aku langsung orgasme begitu ia utuh memasukiku.”
“Glkk..Nadd..aku jadi basah mendengarnya..terusss..teruss..” Tanya Sandra tak sabar mendengar kelanjutan kisah Nadine.
“Dan semua itu belum berakhir, Sand. Puncaknya aku mendapat kejutan besar setelah kami bercinta selama kurang lebih satu jam-an. Alfi melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan selama bercinta dengan kita bertiga, Sand.”
“Apa itu, Nadd?” Tanya Sandra semakin penasaran.
“Ia memasukiku dari belakang tetapi bukan melewati jalan biasa”
“ANAL maksudmu Nad?!”pekik Sandra tertahan
“He em”
“Oww Nad! Sakitkahh?!”
“Lumayann tapi sensasinya luar biasa. Aku tetap orgasme kuat dalam kesakitanku.”
“Pagi ini, ketika aku terbangun aku menemukan di sebelahku sarapan buatku sudah terhidang di atas sebuah meja kecil. Di atasnya ada semangkuk bubur ayam lengkap dengan emping kesukaanku plus satu poci teh hangat. Kuduga ia sudah berangkat ke sekolah. Sempat-sempatnya ia mempersiapkan itu semuanya saat aku masih terlelap. Dan kulihat ada sebuah kartu ucapan terselip di antara gelas dan poci. Sebuah kartu ucapan yang lain. Isi tertulisnya begini;
‘Kakak yang cantik,
Apakah kebahagiaan semalam mampu menghapus kesalahan yang pernah Alfi
lakukan pada kakak selama ini?
Apabila tidak,
Alfi rela bila kakak mencari pengganti bagi diri Alfi,
Alfi siap terluka melihat kakak besama yang lain.
Alfi’
“Dari situ aku tahu ternyata ia melakukan itu ia ingin aku memaafkannya karena ia merasa bersalahnya padaku selama ini. Tapi aku tetap tak mengerti mengapa semuanya begitu mendadak?”
“Mungkin saja karena Alfi takut bila terus-terusan tak ia jamahi kamu juga akan berselingkuh sebagaimana halnya Dian dan diriku dulu”jawab Sandra.
“Duh Sand, jika benar demikian aku justru yang merasa bersalah padanya. Susah payah ia men’servis’ku habis-habisan padahal aku sudah berselingkuh dengan Paijo dan ia pasti telah menguras uang tabungannya buat semua ini”
“Hi hi Kalau begitu balik dirimu yang harus memberinya keintiman penebusan buatnya siang ini”
“Iya juga. Aku rasanya tak sabar menantinya pulang sekolah hari ini”
“Beruntung sekali kamu, Nad”
“Eh bagaimana denganmu? Apakah engkau masih ‘virgin’ selama di sana?”goda Nadine
“Kau benar Nad. Aku telah bercinta dengannya semalam”
“Hi hi hi apa kubilang kamu juga pasti menyerah, kan?”
“Apa yang telah engkau lakukan pada anak itu, Nad?. Aku seakan tak melihat lagi sosok Paijo yang kukenal dulu. Anak itu begitu banyak berubah. Tak hanya kemampuan bercintanya yang meningkat hebat namun juga kelakuannya juga semakin baik”
“Hi hi hi hanya sebuah terapi kepribadian, kok. Tapi diselingi dengan percintaan”
“Sebenarnya aku juga heran kenapa aku bisa jatuh kembali ke dalam pelukannya. Aku tak ingin membanding-bandingkannya anak itu dengan Alfi. Yang jelas dia juga punya pesona kuat buat menaklukan banyak wanita. Aku hanya kuatir jika Alfi sampai tahu aku berhubungan lagi dengan rivalnya itu.”
“Ngga usah terlalu dipikirkan, Sand. Anggap saja sebagai selingan selama kita menemani Didiet di kota yang membosankan itu”.
“Iya selingan indah rumah tangga utuh hi hi hi..Eh..Nad, Sudah dulu ya ngobrolnya”
“Lho kok buru-buru amat, sich?”.
“Iya nihh soalnya akuu…”
“Aaa aku tahu! Kamu pasti mau ‘anu’sama Paijo kan?”
“Hi hi hi Memangnya mau ngapain lagi. Gara-gara mendengar ceritamu aku jadi basah!”.
“Iya deh kalau begitu. Selamat bercinta, Sand”
--
Sorenya
Didiet baru pada sorenya saat Didiet pulang. Ia menemukan istrinya yang molek di atas ranjang tengah digenjot oleh Paijo. Ternyata ia sudah terlambat beberapa jam. Mereka sudah memulainya sejak seusai pembicaraan Sandra dengan Nadine siang tadi. Untungnya pergumulan itu belum juga berakhir. Akhirnya apa yang Didiet inginkan selama ini tercapai juga. Ia dapat melihat bagaimana penis berukuran standar milik Paijo memberi istrinya multiorgasme dalam kurun waktu yang panjang. Wowww!! Didiet terpekik takjub ketika melihat sperma Paijo terpancar balik keluar dari vagina Sandra. Ia tahu multiorgasme Sandra yang menyebabkan itu. Pada kondisi seperti itu liang senggama Sandra menciut secara maksimal sehingga tak ada ruang lagi bagi benda lain selain kontol Paijo. Lalu denyutan demi denyutan yang kuat vagina Sandra menyebabkan seluruh cairan yang berada di dalam akan terpompa lalu tersemprot keluar dari sela-sela tautan alat vital keduanya. Malam itupun ia mendapatkan ‘belas kasihan’ Sandra buat menuntaskan hasratnya melalui persetubuhan dengan istrinya itu. Liang senggama Sandra terasa begitu likat oleh sperma Paijo. Didiet menggigil dalam sengatan kenikmatan sambil membayangkan hisapan dasyat itu yang juga telah menyengat penis Paijo selama beberapa jam ini.
“Kau rasakan itu, Say? Bayangkan betapa sering dia menyiramkan cairan kelaki-lakiannya di dalam tubuhku. Seakan tak pernah ada habisnya meski vaginaku terus meminum-nya …Oughhh” Kata-kata nakal Sandra terus terbisik di telinganya di tengah persetubuhan itu. Sepuluh menit berlalu. Didiet sudah sampai pada akhir pelawanannya. Sandra dapat merasakan itu. Ia mengunci pergerakan penis standar suaminya itu dengan mengerahkan kekuatan otot-otot kewanitaannya.
“Argggg…Sandddd!!” erang Didiet seketika itu juga orgasme dasyat melanda dirinya.
Kukungan fantasinya tak hanya semakin mempercepat terjadinya ejakulasinya namun juga membuatnya menjadi lebih nikmat berkali-lipat. Tubuhnya mengenjan beberapa kali sebelum ia benar-benar hilang kesadarannya di atas tubuh molek istrinya itu. Orgasmenya telah mengakhiri semua ‘percintaan panas’ di malam itu.
--
Malamnya
"Dit?" tanya Sandra setelah Paijo pindah ke kamarnya sendiri.
"Ya?"
"Mengapa engkau berikan pekerjaan seperti itu pada Paijo?"
"Aku tak pernah menawarkannya. Secara kebetulan saja ia mendengar pembicaraanku dengan temanku di telepon soal itu. Ia sendiri yang justru menginginkan pekerjaan itu. Aku-pun sudah berusaha mencegah dan memberikan gambaran berbagai kesulitan yang bakal ia hadapi di sana. Namun ia tetap bersikeras ingin pergi"
"Kasihan anak ituu..." desah Sandra.
"Sudahlah. Semua itu sudah menjadi pilihannya sendiri. Kita tak dapat memaksakan keinginan kita kepadanya. Mungkin juga ada baiknya untuk sementara waktu ia tak bersama-sama kita. Setidaknya apa yang terjadi antara dia dan engkau selama dua hari ini telah memberinya semangat untuk melanjutkan hidupnya. Sebaiknya beristirahatlah, Say. Ini sudah pukul sebelas. Engkau harus menjaga kesehatanmu demi si 'kecil'"
Sandra merenungkan ucapan suaminya itu. Ia sendiri merasa aneh mengapa ia menjadi sangat menikmati apa yang terjadi akhir-akhir ini. Terlibat dalam sebuah percintaan segitiga antara dirinya, Alfi dan Paijo di tengah pernikahan anehnya dengan Didiet. Tetapi ia tak dapat memilih hanya salah satu di antara ke tiganya. Dan ia merasa ia tak harus melakukan itu. Ia justru ingin memiliki semuanya sekaligus. Alfi pemuda yang sangat ia cintai dan puja bagai sang dewa cintanya, Lalu Paijo pasangan selingkuhnya yang sekaligus ayah dari janin yang sedang dikandungnya dan yang terakhir adalah Didiet suaminya yang syah yang telah menciptakan semua keliaran ini. Sebuah hubungan yang dianggap sangat janggal bagi kebanyakan orang tetapi Sandra menganggap apa yang terjadi sekarang ini adalah momen terbaik dalam hidupnya. Ia bahagia. Malam ini ia bisa menutup matanya dengan perasaan nyaman.
--
Pagi-pagi sekali Didiet bangun dan tak melihat istrinya berada di sisinya. Ia pasti pindah ke kamar bocah itu! duga Didiet. Dan benar saja ia menemukan Sandra dan Paijo sedang bergumul di ranjang Paijo. Didiet mengeleng-geleng heran bercampur takjub. Sandra begitu bergairah. Seandainya saja Paijo dan Alfi bisa akur justru semuanya tak memiliki rasa dan warna. Keduanya masih sempat bercinta selama dua jam-an dan berlanjut dengan acara mandi plus bersetubuh bersama di bawah siraman shower sebelum akhirnya semua keintiman itu benar-benar berhenti. Sandra-pun harus bergegas berpakaian dan berkemas buat mengejar keberangkatannya hari itu. Tak hanya itu keduanya masih kerap berciuman di sepanjang perjalanan menuju bandara.
"Say, ini sudah pukul sembilan lewat sepuluh" ujar Didiet mengingatkan. Ia masih harus menunggu Sandra dan Paijo menyelesaikan ciuman perpisahan mereka sesaat sebelum mereka meninggalkan mobil di parkiran. Ia kuatir Sandra akan terlambat karena pesawat akan take off pada pukul sembilan lewat dua puluh lima menit.
"Empp..Ya.."sahut Sandra. Didiet lega akhirnya tautan bibir mereka terlepas juga.
“Dit”
“Ya, Say. Ada apa?”
“Kalian jangan dulu pergi dari sini.”
“Lho, ngapain lagi kami berdua di tempat ini?”
“Kira-kira satu jam lagi penerbangan Dian akan tiba”
“Apa? Dian mau datang kemari?”
“Iya aku yang minta ia kemari.Dan aku juga belum memberitahunya jika ada Paijo di sini” ujar Sandra sambil tersenyum nakal.
“O..oww…Aku tahu Say!..aku tahuu! Dasar! engkau memang kelinci nakalku” Didiet tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. Memang ia yang memulai setiap keliaran yang terjadi selama ini namun ada akhirnya selalu Sandra-lah yang mengambil alih dan mengendalikannya permainan.
“Nah! Aku sudah berusaha membantu kalian. Selanjutnya tinggal kalian yang berupaya membuatnya betah selama di sini”
Sandra tiba-tiba menahan langkahnya sesaat sebelum masuk melalui pintu sekurity. Ia menoleh ke arah Paijo
"Jo..."
"Iya bu?"
"Engkau mau-kan pulang menemui aku bila kamu sedang cuti?"
"Ohh...buuuu...saya mau bu..saya janji akan datang buat ibu" jawab Paijo dengan senyum kebahagiaan mengembang. Itu berarti yang telah terjadi selama dua hari ini bukanlah sebuah persetubuhan yang terakhir dari Sandra buatnya.
--
Sandra mengangkat handphone-nya.
“An, kamu jadi kemarikan?” Tanya Sandra agak berbisik karena tak ingin orang di sekitarnya mendengar perkataannya.
“Iya, jadi. Sekarang ini sedang boarding, kok.” Terdengar jawaban Dian dari seberang pembicaraan.
“Apakah Alfi bersama-mu minggu-minggu ini?”
“Tidak sepulang dari singapore aku menginap di rumah ibuku. Rencananya besok aku baru akan menginap di rumahmu.”
“Baguslah jika begitu.”
“Apanya yang bagus, Sand. Tahu ngga saat ini aku sedang h o r n y bangett!. Tetapi engkau justru meminta aku pergi menemani Didiet”
“Entar si Didiet bisa mengantikan keintiman buatmu”
“Hhhhhh!”terdengar helahan lesu Dian.
“Hi hi hi tenang saja dia sudah menyiapkan sesuatu agar engkau ‘bahagia’ selama di sini”
“Benarkah? Memangnya Didiet sudah mulai mengkonsumsi Viagra, ya?” cibir Dian
“Nanti engkau akan tahu sendiri setelah tiba di sini. Aku jamin kamu pasti keget dan puas!”
“Aku jadi penasaran”
“Oya An, apakah engkau jadi menemui Lila buat memasang kembali alat KB-mu?” Seingat Sandra tempo hari Dian berniat memasang alat kontrasepsinya.
“Aku belum sempat, Sand. Tetapi Didiet kan bisa memakai pengaman. Eh, kok mendadak menanyakan itu. Ada apa memangnya?
“Tidak apa-apa”
“Eh, Sand. Sudah dulu ya. Aku sudah mau masuk ke pesawat nih. Dag!”
“Baiklah, dag!” Sandra-pun mematikan handphone-nya lalu melangkah memasuki pintu pesawat seraya tersenyum bahagia.
Alfi sayangg. Tunggulah kakak pulang buatmu!
--
Selesai
selanjutnya
Chapter ke- 15
Lidya & Sabrina, 2 Bunga terakhir buat Alfi
Bagian 1 : Memoar sang bunga liar
Dan nikmati juga sebuah kisah yang lain ini
Pertualangan Paijo
Bagian 1 : Asmara di Perantauan
------------------------------------
25 komentar
baca dulu aaah………..
Hehe.. akhirnya keluar juga serial ini…
5 of 5 stars….
perfect
Serial lanjutannya gw tunggu2 bangeeett Gan…
Bikin miss-V gw banjir.
Hemm..hh…ahkkkshh..
gw mau komen serius nih, tapi malah bingung merangkai kata-kata. he he he…
kalo masalah xxxnya gw rasa udah kurang banget, ga pernah bisa lagi se’ngangkat’ adegan xxx pertama sandra dengan alfi. itu bagi gw aja sih… ga tau pembaca yang laen. ^_^
but, you know what…? sama sekali ga ada masalah dengan itu. dengan bagusnya jalan cerita dan bagaimana cara penyampaiannya, cerita ini benar2 mampu menghanyutkan…
gw terus aja berkata dalam hati, “Anjirr… fantasinya dalem banget…”
pokoknya, so far, cerita ini masih the best buat gw!
keep inspiring me Dr.H!
tapi tetep aja gw mengharapkan cerita yang solid kayak gini dengan adegan xxx yang tetep ‘ngangkat’ punya.
kayaknya serial paijo : asmara di perantauan layak dinantikan… ga pake lama bos…!
awsome ^^
jd bgt toh… jadi malu kmrn2 dah marah2 ama bung dr.H ^^V
erm…. tp akhir2 ini… koq caritanya agak kurang hot dibagian esex2nya ya??? (hmm…. kiritik lagi ni jadinya) ^^V
di hot-in lagi dunk bung dr.H biar makin muantebh ^^
i love this story ^^ BRAVO dr.H!!!
Maju terus DR.H
Best story of the moon…
Dr. H is amazing..
entah cuman perasaanq aja apa bukan. Sepertinya bahasa yang dipakai banyak bahasa baku ya (agak kaku).
Buat pak dokter, pertahankan gaya menulis anda, bahasa yg digunakan juga sudah pas (pake bahasa baku lebih berkelas). Nggak usah coba disama – samakan dengan karya orang lain. Punya anda sudah bagus, malah menurut saya yg paling bagus.. top markotob dah hehehehe..
Lanjooooooeeetttttt!!!!
lanjutan jgn lama ya, jgn di akhiri cerita nya sampai di sini!
penasaran jg apakah dian akan ml sma paijo, penasaran apakah dian & nadine hamil sama benih nya paijo
terus di lanjutin cerita nya ya boss ku baik hati
please, pak dr yg baik hati