Mungkin karena merasa usahanya tidak mendapat respon, maka dia ingin segera ke Pavilliun, entah mau ngapain. Saat Mas Surya bilas di kamar mandi sebelah kolam, istriku menerobos masuk, langsung memeluk dan menciumnya, tentu saja Mas Surya kaget tapi segera membalas dengan penuh nafsu. Ketika istriku memegang kejantanannya yang sudah menegang di balik celana dalamnya yang masih basah, dia terkejut karena tidak sebesar yang dibayangkan, agak kecewa juga dia, apalagi dibandingkan punyaku, tapi ketika dikeluarkannya ternyata bentuknya yang lurus ke depan, berbeda dengan penisku, dia langsung bergairah, karena bentuk seperti itulah kesukaannya.
Istriku langsung jongkok di depan Mas Surya, menjilati sebentar kepala dan batang kemaluannya, lalu mengulumnya, penis kecil Mas Surya masuk semua ke mulutnya hingga hidungnya bisa menyentuh rambut pubic-nya. Mas Surya mendesis dan meremas rambut basah istriku sambil mengocokkan penisnya di mulutnya. Mata Mas Surya menatap tajam penuh kagum ketika istriku melepas pakaian basahnya, sama sama telanjang kembali mereka berpelukan dan berciuman, tangan Mas Surya tiada hentinya meremas buah dada istriku, begitu juga mulutnya seakan tak mau melepaskan putingnya.
Mulanya dia menolak ketika istriku minta jilatan di vaginanya, tapi istriku tak peduli, dia memaksa posisi 69 sehingga ketika dia mengulum penis Mas Surya, vaginanya tepat di atas mukanya. Diawali dengan kocokan jari di vagina, tatapi akhirnya lidah Mas Surya mampir juga di vaginanya, bahkan menari nari pada klitoris istriku. Mendapat jilatan di vagina, kuluman dan kocokan istriku makin menjadi, membuat Mas Surya sering kali menghentikan jilatannya untuk merasakan nikmatnya kuluman istriku pada penisnya.
Akhirnya mereka bercinta di kamar mandi, dengan hanya beralaskan handuk, istriku mengocok Mas Surya yang telentang di bawahnya, tangannya tak pernah bosan menjelajahi kedua bukitnya. Ada rasa aneh ketika penis Mas Surya memasuki liang vagina istriku, tidak biasanya dia merasakan penis yang kecil seperti itu, tapi lama kelamaan dia bisa menikmati juga gerakan liar dari penis itu di vaginanya, ada kenikmatan berbeda antara ukuran besar dan kecil.
Mereka kemudian berganti posisi, gantian istriku telentang, Mas Surya menindih dan mengocoknya, seperti kata istrinya, permainan suaminya tidak terlalu banyak improvisasi, justru istriku yang banyak mengambil inisiatif, kedua kakinya di tumpangkan ke bahu Mas Surya, penisnya lebih dalam masuk ke vagina istriku, tidak lebih dari 7 kocokan kemudian, Mas Surya menyemprotkan spermanya dalam vagina istriku, tanpa permisi lagi, seenaknya saja dia menyemburkan cairannya di dalam, denyutannya cukup kuat untuk membuat istriku menjerit kaget bercampur nikmat, lalu tubuh Mas Surya melemas terkulai di atas tubuh istriku, agak kecewa juga dia karena belum mencapai orgasme tapi Mas Surya sudah selesai terlebih dahulu, dan sialnya lagi dia tidak berhasil membangkitkan kembali gairah Mas Surya, tubuhnya semakin berat menindih badannya, apalagi di atas lantai yang keras.
"Kamu memang hebat, pintar dan liar" bisik Mas Surya ketika istriku mendorong tubuhnya turun.
"Baru segitu aja sudah memuji, kamu akan kaget bagaimana istrimu mendapatkan kenikmatan dari suamiku di sana" teriak batin istriku, tapi dia menutupi dengan senyuman.
"Ingin aku mengulangi lagi di tempat dan suasana yang lebih nyaman, entah kapan, kalau kamu nggak keberatan" lanjut Mas Surya ketika mereka mengenakan kembali pakaiannya.
"Boleh asal Mas dengan syarat dan aturan main yang kutetapkan, ntar aku kasih tahu bila saatnya tiba, kalau bisa ketika di puncak ini" jawab istriku nakal.
Akhirnya mereka berdua keluar kamar mandi, istriku melihat tirai sudah terbuka pertanda kami sudah selesai dan keadaan aman, tugas sudah diselesaikan dengan baik. Ketika menuju Pavilliun, istriku teringat kalau celana dalamnya tertinggal di kamar mandi, segera dia kembali, langsung saja dia masuk. Ternyata si Bobby salah satu adik tetanggaku yang baru tamat kuliah berada di dalam, mereka berdua sama sama kaget, apalagi terlihat Bobby memegang celana dalam istriku sambil meremas selangkangannya.
"Ada apa Bob?" Tanya istriku menutupi kekagetannya
"Aku tahu yang Mbak lakukan sama Mas Surya barusan, aku sudah intip sejak Mbak mengikutinya masuk sini, jadi aku tahu semuanya" kata Bobby dengan pandangan nakal
"Lalu?" Tanya istriku menyelidik
"Apa Mas Hendra atau Mbak Eliz tahu? bagaimana kalau mereka mengetahuinya?" ada nada ancaman.
"Jangan bilang mereka ya Bob, please" kata istriku pura pura terkejut dan takut untuk mengetahui apa maunya
"Aku akan tutup mulut kalau ada imbalannya" Bobby berkata dengan angkernya
"OK, berapa yang kamu mau asal keep this secret" tantang istriku
"Aku nggak butuh duit dari Mbak meski aku tidak punya duit, aku Cuma minta hal yang sama dengan Mas Surya" jawab Bobby, tentu saja mengagetkan istriku.
"Bobby!!, apa maksudmu" Tanya istriku pura pura bodoh
"Ya apa yang Mbak lakukan sama Mas Sur, aku minta yang sama, tapi aku nggak maksa kok, terserah Mbak Lily saja" jawab Bobby enteng menggoda.
Bobby sebenarnya tampan, hitam manis dan badannya atletis karena dia punya hobby aerobik, sebenarnya bisa saja istriku melayani kemauan Bobby, toh beberapa gigolo yang kami booking banyak yang usianya tak beda dari dia, bahkan lebih muda, masih kuliah lagi, tapi istriku tak mau merusak hubungan dengan kakaknya, ada rasa segan.
Istriku terdiam mempertimbangkan, sebenarnya bukan takut dia cerita ke aku atau Mbak Eliz, tapi lebih banyak pada etika berteman dan bertetangga.
"Mbak gak rugi deh, aku masih perjaka kok, belum pernah melakukan yang gituan, paling juga onani" bujuk Bobby
"Bobby, kalau kamu benar masih perjaka, Mbak malah nggak mau melayani, sebaiknya kamu berikan pada orang yang kamu cintai, istrimu kelak, tapi Mbak akan memberi imbalan tutup mulutmu dengan cara Mbak sendiri dan Mbak jamin kamu pasti menyukainya, tapi yang pasti bukan yang satu itu, asal kamu melupakan semua yang pernah terjadi di sini, baik antara aku dan Mas Surya maupun aku sama kamu, tidak pernah terjadi apa apa disini, oke?" istriku yang nakal mencoba bernegosiasi sambil mendekati Bobby.
Dia masih terdiam ketika istriku memeluk dan mencium kedua pipinya, terasa jantungnya yang berdetak kencang, apalagi ketika istriku mendekapnya erat, buah dadanya menempel rapat di dada Bobby. Dia diam saja dan membalas ketika bibir Bobby melumat bibirnya, tangan istriku segera menjelajah di selangkangan Bobby ketika Bobby mulai menjamah buah dadanya.
"Aku belum pernah melakukan ini" katanya terbata bata, tangannya agak gemetaran ketika meremas buah dada istriku.
Istriku bersandar di dinding, dia nurut saja ketika Bobby melepas kaosnya, bahkan dia mulai mendesis ketika Bobby meremas dan mengulum kedua buah dada dan putingnya. Terasa kaku dan kasar remasan dan kuluman Bobby, tapi istriku menikmati permainan perjaka ini, dibiarkannya Bobby menikmati seluruh tubuhnya, bibirnya, lidahnya, elusannya, tak sejengkalpun tubuh istriku luput dari jamahannya, kecuali bagian selangkangan yang masih tertutup celana pendek. Berulang kali Bobby berusaha melepasnya tapi istriku selalu menolak, dan terus mencoba lagi hingga akhirnya istriku menyerah.
"OK, kamu boleh melakukannya tapi tetap tidak yang satu itu" tegas istriku, dan tak lama kemudian istriku kembali telanjang di kamar itu, di depan orang yang berbeda, konyolnya lagi kini dia telanjang di depan orang yang masih berpakaian lengkap dan bersepatu cats. Rupanya Bobby Cuma mengelus dan menciumi paha dan pantat istriku, dia tidak melakukan jilatan di vagina maupun sentuhan di klitoris seperti perkiraan istriku semula.
Bobby paling suka menciumi pipi, leher dan melumat bibir istriku, juga meremas dan mengulum kedua buah dadanya.
Sambil saling melumat bibir, istriku membuka resliting celana Bobby dan mengeluarkan kejantanannya, terkaget dia mendapati kenyataan bahwa penis Bobby cukup besar, mungkin sama dengan punyaku, dia jongkok di depan Bobby dan mengocok dengan tangannya.
"It's show time" kata istriku, lalu dia mulai menjilati sekujur penis Bobby, jilatan nakalnya menjelajah ke seluruh bagian kejantanannya, membuat Bobby mendesis desis dan meremas rambut istriku.
"Ooohh.. sshh" desisan keluar dari mulutnya ketika istriku memasukkan penis itu ke mulutnya, penis yang besar itu makin tegang dan membesar dalam genggaman dan kocokan mulut istriku.
Kalau tidak mengingat siapa Bobby dan hubungan baik dengan kakaknya, ingin rasanya memasukkan penisnya ke vagina, untuk melampiaskan birahi yang tidak terselesaikan dengan Mas Surya tadi. Sambil mengocok dengan mulut, tanpa setahu Bobby istriku mempermainkan jarinya di klitoris, dia memerlukan sesuatu di vaginanya, ingin rasanya mengajak ber-69 supaya sama sama nikmat.
Belum lima menit istriku mengocoknya, tiba tiba Bobby teriak dan langsung menyemprotkan spermanya di mulut istriku, segera ditariknya keluar penisnya hingga beberapa semprotan sperma mengenai muka dan rambutnya, dimasukkannya kembali penis Bobby ke mulutnya, beberapa tetesan masih keluar mengisi mulut istriku, banyak juga sperma yang disemprotkan Bobby, maklum baru pertama kali melakukan seperti ini. Istriku bukannya mengeluarkan penis dari mulutnya ketika semprotannya habis, tapi justru mempermainkan dengan lidahnya, kontan saja Bobby teriak kegelian dan mencabut dengan paksa penisnya dari mulut istriku.
"Gimana? puas nggak?" goda istriku sambil mengusap sisa sperma yang ada di bibirnya.
"Gila, 100% mbak" jawab Bobby dengan nada puas
"Udah keluar sana, Mbak mau mandi bersihin spermamu yang ada di tubuh Mbak ini, lagian ntar mereka tahu" kata istriku sambil berdiri dan menyalakan shower.
"Aku di sini aja mbak, sambil lihat Mbak mandi" kata Bobby
"Ah nggak nggak nggak bisa, ini diluar perjanjian" jawab istriku ketus, sebenarnya dia khawatir kalau Bobby bisa segera recovery dan minta kelanjutannya, kan bisa berabe, maklum masih darah muda, disamping itu dia juga takut terhanyut emosi dan nafsu birahi dengan melayani permintaan Bobby untuk bercinta. Akhirnya Bobby keluar dan istriku melanjutkan mandi, itulah sebabnya ketika dia datang dengan menenteng pakaian, rambutnya basah dan hanya berbalut handuk.
Mendengar ceritanya barusan, kuceritakan juga pengakuan dari Mbak Eliz tentang keluarga yang saling selingkuh, kulihat pandangan isriku berbinar, entah apa yang ada dalam pikirannya. Nafsuku naik kembali ingin aku menuntaskan birahi istriku yang tak terselesaikan, tapi dia menolak.
"Jangan sekarang Pa, ntar aja, aku ingin ngerjain Mas Surya, kita bertiga, Papa setuju kan" pinta istriku, tak ada alasan bagiku untuk menolak karena dia sudah membantuku dengan Mbak Eliz.
"Sekarang kita harus pikirkan bagaimana menyingkirkan Mbak Eliz sementara, Papa ada ide nggak?" kata istriku.
"Aku bisa aja mengajak Mbak Eliz jalan jalan keluar, tapi kalau kamu minta kita bertiga ya kita harus pikirkan lagi alasannya" jawabku
"Kita pikir nanti deh, sekarang kita keluar cari makan, sekarang sudah hampir jam 1 saatnya makan, siapa tahu kita dapat ide" usul istriku setelah kami saling terdiam berpikir beberapa lama.
Bersambung ...