Alexander (356-323 S.M) yang bernama asli Alexandros Philippou Makedonon dan bergelar Alexander II of Macedon dikenal sepanjang masa. Semasa pemerintahannya, kerajaannya membentang dari Yunani sampai India dan Babylonia. Bahkan wilayah kerajaan Roma tak dapat menandingi luasnya wilayah kekuasaan Alexander. Banyak yang mengenal Alexander, tapi sedikit yang tahu bahwa Alexander adalah seorang raja HOMOSEKSUAL! Dia jatuh cinta pada sejumlah pria. Bahkan dia sering tampil telanjang bulat di hadapan para prajuritnya. Pernikahannya dengan beberapa wanita hanya untuk keperluan diplomatis saja. Tapi cinta sejatinya hanya dengan Hephaestion (357-324 S.M), teman mainnya sejak kecil. Kisah cinta homoseksualnya itu tercatat dalam sejarah! Berikut adalah cerita tentang saat-saat terakhir mereka, sebelum Hephaestion yang malang menemui ajalnya..

Saat itu tahun 324 S.M Alexander baru berusia sekitar 32, gagah dan tampan. Dia dipuja-puja oleh rakyat dan tentaranya. Tubuhnya tegap dan berotot berkat latihan militer yang dia kuasai, diabadikan dalam berbagai patung dirinya. Namun, banyak yang mengatakan bahwa Alexander sebenarnya pendek, tinggi badannya hanya 156 cm saja. Sedangkan Hephaestion, umurnya kira-kira sama dengan umur Alexander. Sejarah mencatat bahwa Hephaestion berperawakan tinggi serta luar biasa tampan. Itulah sebabnya Alexander jatuh cinta kepadanya. Hubungan cinta Hephaestion dengan sang raja sudah bukan rahasia lagi, dan tak ada yang menganggap hal itu aneh. Homoseksualitas adalah hal umum di kalangan masyarakat Yunani kuno. Alexander baru saja menaklukkan kerajaan Babylonia, butuh waktu lama untuk menaklukkan bekas wilayah kekuasaan Raja Darius itu. Berkat bantuan Hephaestion, yang telah diangkat sebagai tangan kanannya, Alexander berhasil mengekspansi wilayah kerajannya. Semua orang takut pada Alexander, sampai-sampai dia dijuluki monster bertanduk sepuluh (sesuai dengan bentuk helm perangnya).

Sebagai seorang raja, Alexander punya banyak tanggungjawab, salah satunya adalah menginspeksi semua ibukota jajahan kerajaannya. Pada akhir musim panas yang tragis itu, Alexander memutuskan untuk berkunjung ke kota Ecbatana. Nampaknya semua berjalan dengan baik dan Alexander puas sekali melihat perkembangan kota jajahannya itu. Sore harinya, beberapa jam sebelum jamuan minum besar, Alexander memanggil Hephaestion ke kamarnya.

"Anda memanggil saya, Yang Mulia?" tanyanya sopan, setelah menutup pintu di belakangnya. Meskipun Hephaestion merupakan kekasih tak resmi dari Alexander, dia juga merupakan bawahan Alexander. Jadi basa-basi formal amat diperlukan.

"Benar, Hephaestion. Ayo, mari duduk di sini, kekasihku. Tapi sebelumnya lepaskan semua pakaianmu itu," perintah Alexander yang telah lebih dulu berbaring di atas tempat tidurnya dalam keadaan telanjang bulat.

Hephaestion pun menghampiri Alexander tanpa rasa canggung sedikit pun. Melihat tangan Alexander yang terbuka menyambutnya, Hephaestion pun naik ke atas ranjang dan berbaring di samping tubuh kekasihnya itu. Melihat Alexander Agung telanjang bulat sudah bukan pemandangan baru untuk Hephaestion. Dia sudah sering sekali melihatnya dalam keadaan seperti itu, sejak mereka masih berumur belasan tahun. Saat itu mereka berdua masih menjadi murid Aristoteles yang termasyur itu. Hephaestion teringat ketika mereka diajarkan seks pertama kali oleh guru mereka itu..

"Penis merupakan alat prokreasi," Aristoteles berkata di hadapan kedua muridnya itu. Dengan penuh perhatian, Alexander dan Hephaestion duduk mendengarkan penjelasan guru mereka itu.
"Bahasa kotor untuk penis adalah kontol. Kalian hampir 16 tahun sekarang. Sudah saatnya saya mengajarkan tentang penis kepada kalian. Penis akan menegang setiap kali seorang pria melihat sesuatu yng membangkitkan nafsu birahinya, dinamakan ereksi. Norma di masyarakat kita memperbolehkan seorang pria dewasa untuk meniduri pria lain yang lebih muda usianya. Jadi, ereksi terhadap pria lain adalah normal."

Hephaestion tersipu-sipu mendengarnya, sebab kontolnya sendiri sudah tegang sejak tadi. Dan Aristoteles melihatnya! Dia lalu menyuruh Hephestion untuk berdiri di depan Alexander.

"Inilah yang dinamakan ereksi, Pangeran Alexander," katanya sambil menyibakkan kain penutup kontol Hephaestion. Muka anak muda itu berubah merah, malu sekali.

Alexander hanya terpaku, menatap kontol Hephaestion dengan penuh nafsu. Birahi pada usai remaja memang sangat normal. Tapi nafsu birahi remaja cenderung jauh lebih besar dan tak terkendalikan. Aristoteles sendiri adalah seorang homoseksual sejati. Tapi dia lebih cenderung menyukai bocah laki-laki, alias pedofil. Selama bertahun-tahun, sejak hari pertama dia mengajar kedua anak muda itu, Aristoteles selalu mencari cara untuk menikmati tubuh mereka. Dan hari itu merupakan hari yang tepat.

"Ereksi merupakan hal yang normal bagi setiap pria. Bahkan guru kalian ini pun bisa ereksi," sambung Aristoteles sambil tersenyum mesum.

Tanpa malu sedikit pun, dia menarik kain penutup kontolnya. Alexander dan Hephaestion memandangi kontol guru mereka dengan mata terbelalak dan penuh kekaguman. Kontol memang bukan pemandangan baru bagi mereka, namun mereka belum pernah melihat kontol guru mereka.

"Sekarang Guru akan mengajarkan tentang fellatio dan anal sex. Fellatio adalah oral seks yang dilakukan pada penis. Seperti ini contohnya."

Aristoteles berlutut di depan Hephaestion dan mulai mengulum kontol itu ke dalam mulutnya. Hepheastion yang sama sekali tidak mnegenal seks, terkejut dan ingin melangkah mundur, tapi Aristoles memegangi kedua kaki Hephaestion. Pemuda tampan itu hanya dapat berdiri dengan lutut yang bergetar, berusaha keras menahan rasa nikmat yang dirasakan kontolnya. Wajah Hephaestion menunujukkan raut kesakitan, tapi dia juga tersenyum. Alexander terpesona menyaksikan gurunya menyepong kontol sahabatnya itu. Penasaran, Alexander bangun dari kursinya dan berjongkok di depan gurunya. Mata Alexander berbinar-binar, mencoba mempelajari cara fellatio yang baik dan benar. Aristoteles, dengan berat hati, melepaskan kontol muridnya itu.

"Cara fellatio yaitu menghisap kontol sekuat-kuatnya sambil menjilat-jilati bagian kepala kontol. Selama fellatio, pastikan gigi kalian tidak mengenai kontol sebab rasanya akan sangat sakit sekali."
Berpaling pada Alexander, dia berkata, "Sekarang giliranmu, Alexander. Coba kau sedot kontol Hepaestion. Beri dia kenikmatan."

Tanpa ragu, Alexander langsung menyambar kontol Hephaestion yang sudah menegang damn belepotan ludah Aristoteles dan mulai menyedotnya sekuat mungkin.

"Aarrgghh!!" Hephaestion mengerang-ngerang sambil menggeliat-geliat. Secara refleks, dia ingin menghindar namun Aristoteles memeganginya dan memastikan dia tidak kabur.
".. Aarrgghh.. Uuugghh.. Ooohh.." Hephaestion mulai terhanyut sedotan Alexander yang kuat itu dan membiarkan sahabatnya membawa dirinya ke puncak orgasme.
".. Aaahh.. Uuugghh.. Aaahh.. Uuuhh.." Tiba-tiba, Alexander menghentikan sedotannya dan memandang gurunya dengan wajah kebingungan.
"Guru, kontol Hephaestion mengeluarkan cairan yang asin. Di lidahku, cairan itu terasa licin. Cairan apa itu?"
"Alexander, cairan yang Hepheastion keluarkan itu namanya precum. Cairan itu dikeluarkan ketika kontol terangsang, digunakan untuk melumasi vagina atau lubang anus. Agar saat mengentot, kontol tidak akan tergesek-gesek terlalu keras. Guru juga mulai mengeluarkan precum. Lihat ini."

Tanpa malu, guru bejat itu menarik kulupnya turun dan mengekspos kepala kontolnya. Nampak kontol Aristoteles sudah basah dengan precum. Saat Alexander dan Hephaestion mendekat untuk mengamati kontol itu, cairan precum yang baru mengalir keluar. Dan kedua pemuda itu berdecak kagum, menyaksikan peristiwa mesum itu. Agar tidak terganggu, Aristotls melepas semua pakaiannya dan berdiri telanjang bulat. Dia juga menyarankan hal yang sama pada kedua muridnya itu. Kini, mereka bertiga sudah telanjang bulat dengan kontol ngaceng. Bagi Alexander dan Hephaestion, pelajaran hari itu merupakan pelajaran yang paling mengasyikkan.

"Alexander, lanjutan fellatio-mu. Lakukan sampai Hephaestion berejakulasi dan memuntahkan spermanya. Ingat, sperma atau pejuh itu harus kamu telan, sebab pejuh merupakan sumber kekuatan seorang pria. Dengan menelan pejuh berarti kamu telah menambah kekuatanmu. Rasanya agak asin atau pahit, tergantung masing-masing orang. Ayo, Alexander. Lakukan sekarang."

Dengan patuh, Alexander pun kembali menyepong kontol sahabatnya itu.

".. Mmm.. Mmmpphh.. Mmmpphh.."

Nampaknya dia sangat menikmati kontol. Aristoteles tersenyum-senyum, senang bahwa kedua muridnya sangat menyukai homoseksualitas. Itu berarti, nanti dia bisa mengentotin keduanya! Dasar Aristoteles bejat! Sesekali Aristoteles mengajarkan cara-cara ampuh merangsang kontol dan Alexander menurutinya. Hephaestion-lah yang keenakkan, mengerang-ngerang dan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang indah. Meskipun Alexander and Hephaestion masih muda, namun tubuh mereka mulai berotot, akibat latihan militer yang mereka jalani.

"Aaarrgghh.. Aarrgghh.." Hephaestion mulai mengerang-ngerang keras. Aristoteles tahu sekali bahwa muridnya itu akan ngecret. Namun Alexander masih polos dan tidak mengetahuinya. Dia terus menyedot sampai tiba-tiba.. Cccrroott!! Cccrroot!! CCcrroott!!

Sejumlah cairan panas tumpah ruah di dalam mulutnya. Secara insting, dia ingin memuntahkannya. Lagipula rasanya aneh. Namun Aristoteles menyuruhnya untuk menelan pejuh temannya itu. Maka Alexander menurut. GLUP! Pejuh Hephaestion bergerak turun ke dalam perut Alexander. Untuk sesaat Alexander dibingungkan oleh apa yang baru saja terjadi. Namun dia senang melihat semuanya puas.

"Rasanya aneh, Guru, tapi saya suka. Guru, bolehkah Hephaestion menyedot kontolku juga? Saya ingin merasakan di-fellatio."

Tersenyum puas, Aristoteles mengangguk-ngangguk. Permainan homoseks itu pun kembali dilanjutkan. Hephaestion berlutut sementara Alexander duduk. Mula-mula Hephaestion agak takut, namun dia ingat bagaimana Alexander telah memberikan kepuasan padanya. Merasa berhutang budi, pemuda lugu itu pun mencaplok kontol Alexander dan segera menyedotnya.

"Aarrgghh!! Uuugghh!!" Alexander langsung kelojotan.

Belum pernah dia merasakan sensasi seperti itu. Rasanya nikmat sekali saat lidah Hephaestion yang hangat membungkus kepala kontolnya dan terus menggosok-gosoknya. Sementara Hephaestion langsung menyukai kontol Alexander. Precum yang keluar dari kontol itu langsung dijilat habis. Hephaestion nampaknya seorang homoseksual asli.

Selama bermenit-menit, oral seks itu terjadi. Aristoteles hanya berdiri di dekat mereka sambil mengocok kontolnya.

".. Aaahh.. Uuuhh.. Ooohh.." erangnya, melihat persetubuhan sejenis antar kedua muridnya itu.

Tak kuasa menahan nafsunya, dia pun menarik kepala Alexander dan mengisyaratkan bahwa dia ingin dihisap Alexander. Sang pangeran muda itu pun menurut. Oral seks antara mereka bertiga pun dimulai. Siapa pun yang melihat pasti akan terangsang habis. Erangan nikmat keluar dari mulut mereka dan desah napas mereka menguat. Nafsu telah menyelubungi mereka dan sebentar lagi, mereka akan meledak.

Alexander yang pertama pucat dan bernapas tersengal-sengal. Kontolnya berkedut-kedut, minta pelepasan. Dan pelepasan itu pun tiba tepat pada saatnya.

"Aarrgghh!!"

Dan Ccrroott!! Cccrroott!! Cccrroott!!
Pejuhnya muncrat dan tumpah ke dalam mulut Hephaestion. Dengan rakus, Hephaestion menelannya habis. Aaahh.. Nikmat. Sementara Alexander masih diguncang orgasme, Arostoteles mencapai orgasmenya.

"AaarrgghhH!! Alexander, Guru akan ngecret! Aaahh!! Telan pejuh Guru.. Aarrgghh!!"

Dan Ccrroott!! Ccrroott!! Cccrroott!!
Aristoteles mengejang-ngejang dan mengerang-ngerang. Hephaestion yang sudah selesai menyepong Alexander, menatap gurunya dengan tatapan terpesona. Dia tak menyangka gurunya bisa berorgasme sehebat itu. Nampak sekali Aristoteles sangat menikmati sesi orgasmenya. Dan tuntaslah semua.

Mereka bertiga duduk di tanah, terengah-engah, bermandikan keringat. Namun Aristoteles masih belum puas, sampai dia merebut keperjakaan Alexander dan Hehaestion. Maka guru bejat itu pun berkata.

"Kini pelajaran anal sex. Anal sex adalah penetrasi lubang anus oleh kontol, biasanya pada sesama lelaki. Nama lainnya sodomi, diambil dari nama kota Sodom yang penduduknya senang saling menyodomi. Berhubung waktu kita tinggal sedikit, maka Guru hanya akan memperagakannya pada kalian berdua bergantian. Kalian lihat dan nikmati. Seusai sekolah, kalian bisa saling mempraktekkannya di rumah masing-masing. Saat kontol masuk ke dalam anus, rasanya akan sakit sekali. Tapi kalian harus tahan, sebab kalian ini laki-laki sejati! Untuk membantu kontol masuk lebih mudah, kalian harus ngeden seperti sedang buang air besar. Lalu nikmati entotannya sampai perut kalian penuh dengan sperma. Jangan takut, murid-muridku. Anal seks itu nikmat. Guru juga sering disodomi dan guru menyukainya. Kalian juga akan suka. Lihat saja. Guru akan mulai dengan Alexander."

Pemuda tampan itu maju ke depan dan membiarkan dirinya diatur oleh gurunya. Aristoteles menginginkan gaya anjing, maka Alexander disuruh berlutut dengan kedua kaki dan tangannya. Alexander merasa aneh, namun dia ingin sekali mempelajari anal seks. Anusnya berkedut-kedut saat kontol gurunya mulai memaksa masuk. Rasanya mulai sakit.

".. Aaarrgghh!! Oohh!! Aaarrgghh!!"

Dan PLOP! Mereka berdua menghela napas lega, namun jalan masih panjang. Saat Aristoteles mulai menggenjot adalah saat-saat penderitaan Alexander. Pangeran muda itu merasa sangat kesakitan, seolah-olah pantatnya akan sobek dan terbelah. Hephaestion sampai ketakutan melihat raut wajah Alexander yang menunjukkan rasa sakit yang teramat sangat. Namun Aristoteles mengatakan bahwa itu normal. Aristoteles mengerang-ngerang semnetara kontolnya keluar masuk lubang Aleander. Tapi kemudian ia berhenti dan menarik kontolnya keluar. PLOP!

Hephaestion dipanggil maju ke depan, dan dia pun disuruh nungging seperti anjing. Teman Alexander itu diposisikan berdempetan dengan Alexander, agar Aristotels bisa dengan mudah berganti pantat. Pemuda malang itu mengerang kesakitan ketika anusnya yang perjaka itu diserang kontol gurunya. Alexander hanya meringis saja, teringat akan rasa sakit pada anusnya. Hephaestion terus saja mengerang-mgerang, seperti orang yang sedang disiksa. Namun kontol kedua pemuda itu terus menerus ngaceng, menikmati sesi homoseks mereka. Meskipun sakit, namun mereka tetap menginginkannya. Secara alamiah, mereka berdua memegangi kontol masing-masing dan terus mengocoknya sementara Aristoteles mengentotin mereka secara bergantian.

Menit-menit berlalu dan Aristotels mulai tak tahan lagi. Dia harus ngecret!

"Aarrgghh!! Guru akan ngecret!! Siap-siap!!"

Dan Cccrroott!! CCcrroott!!
Aristoteles menembakkan pejuhnya ke dalam pantat Alexander. Baru pertama kali disodomi dan dibanjiri sperma, Alexander melenguh-lenguh keenakkan. Namun belum tuntas Aristotels ngecret, dia langsung mencabutnya dan menusukkan kontolnya yang masih menyemprotkan sperma masuk ke dalam pantat Hephaestion.

Cccrroott!! Cccrroott!! Cccrroott!!
Arsitoteles mengerang-erang sambil kelojotan. Nikmat sekali ngentotin 2 pantat dan ngecret di dalam 2 pantat sekaligus! Hephaestion sangat menikmati sodokan kontol gurunya. Dia sangat senang menerima pejuh gurunya, berkeyakinan bahwa kepintaran gurunya akan berpindah pada dirinya.

".. Aaahh.." desah Aristoteles saat pejuhnya habis. PLOP! Kontolnya pun tercabut.

Sementara itu Hephaestion dan Alexander masih diburu orgasme dan mereka akan ngecret sebentar lagi. Alexander ngecret duluan. Spermanya tersembur ke depan, jauh sekali. Aristoteles kagum melihat pancuran pejuh anak muda.

"Aarrgghh!! Aarrgghh!!" erang Alexander, mengejang-ngejang, mirip kuda liar.

Melihat sahabatnya disiksa orgasme memicu Hephaestion untuk ngecret. Dia pun segera menembakkan spermanya. Pejuh Hephaestion tersemprot ke depan juga, anmun pejuh Alexander tersemprot lebih jauh. Dan usailah pelajaran homoseks mereka.

Hephaestion tersenyum-senyum sendiri saat dia mengingat masa-masa indah itu. Dipeluknya tubuh Alexander dan membiarkan kantuk membawa dirinya. Degup jantung Alexander terdengar jelas berhubung kepala Hephaestion berbaring di atas dada telanjang Alexander. Alexander membelai-belai rambut kekasihnya itu, dan berharap mereka dapat bersama untuk selama-lamanya. Tragis sekali bahwa mereka tidak menyadari bahwa malam itu adalah malam terakhir mereka bersama-sama.

Bersambung . . . .