Namaku adalah Han. Aku adalah perwira dari kerajaan Ming. Aku ditugaskan untuk mengantar ratusan pedagang dari wilayah utara ke negeri selatan yang bernama Majapahit. Kerajaan itu dikabarkan sebagai kerajaan terkuat di Asia tenggara karena berhasil mengalahkan pasukan Mongolia. Aku merasa tidak sabar untuk mengunjungi negeri tersebut. Aku terus-terusan menanyai kapten kapal pertanyaan yang sama setiap hari, yaitu kapan kita semua akan tiba dinegeri itu. Akhirnya jawaban yang aku harapkan terwujud. Sang kapten mengatakan bahwa kita akan tiba di negeri Majapahit pada keesokan paginya.

Maka malam itu juga aku beristirahat di kamar lebih cepat dari biasanya, agar aku dapat bangun dengan mudah dipagi hari. Namun tiba-tiba kapten kapal membangunkan aku pada malam itu. Ternyata kapalku diserang bajak laut. Aku segera berlari ke atas kapal dengan membawa pedangku. Terlihatlah puluhan kapal kecil disekeliling kapal besarku. Aku memerintahkan para tentara untuk mengeluarkan meriam dan menembaki kapal-kapal kecil tersebut. Meriam pun segera dipersiapkan dan pada saat aku memeberi aba-aba maka puluhan meriam pun ditembakkan. Namun kapal bajak laut yang kecil itu bergerak cepat sekali. Seluruh tembakan meriam tidak berhasil menghancurkan kapal mereka. Salah seorang perompak itu melempar pisau kecil dan tepat mengenai lengan kiriku.

Lalu mereka melempar bambu-bambu kecil yang berisi minyak. Kapalku langsung terbakar dan api itu merembes sampai karung-karung yang berisi bubuk mesiu untuk meriam.

"DUAR!!"

Kapalku meledak dan terbelah menjadi dua. Ombak laut bertambah besar dan kapalku mulai tenggelam. Aku berusaha memegang tiang kapal namun angin kencang meniupku terbang dan jatuh ke dalam air. Ombak menyeretku tanpa arah. Aku melihat puluhan bajak laut loncat ke dalam air dan menyelam, lalu beberapa diantaranya naik kembali ke kapal dengan membawakan emas, dan perak yang berasal dari kapalku.
"Siapakah mereka sebenarnya? Mengapa mereka bisa bergerak seperti ikan". Sebelum mataku tertutup aku melihat kapal mereka ada tulisan 'Ombak Menari'. Lalu aku pingsan.

Pada saat aku bangun hari sudah siang dan aku bisa merasa kalau aku tiduran diranjang. Aku mencoba bangun namun badanku terasa sakit semua. Seluruh badanku kaku dan tidak bisa bergerak. Bahkan mulutku tidak bisa terbuka. Tiba-tiba aku mendengar suara seorang kakek dan wanita berbicara tentang kondisiku.

"Aku harap dukun kita bisa kembali kesini sebelum malam tiba, kalau tidak maka pemuda ini akan mati karena racun dilengan kirinya" kata kakek itu.

Aku tidak dapat melihat siapa yang bicara karena mataku tertutup. Lalu aku kembali tidur. Saat aku bangun aku mendengar suara jangkrik, berarti malam sudah tiba. Lalu aku mendengar suara kakek itu lagi. Kali ini ia melarng semua orang untuk datang dan menggangu proses pengobatan. Lalu aku mendengar suara wanita itu lagi, dan setelah selesai ia bicara, ia masuk ke kamar ini. Lalu aku mendengar langkah kaki tanda semua orang meninggalkan wanita itu untuk mengobatiku.

Tak lama kemudian aku merasa ada getaran disampingku tanda wanita itu duduk disebelahku, lalu tiba-tiba bibirku terasa dicium oleh bibir wanita itu. Wah apa yang terjadi lalu lidah wanita itu mencoba membuka mulutku secara pelan-pelan dan tiba-tiba cairan pahit memenuhi mulutku. Ternyata wanita itu melakukan pemindahan obat dari mulutnya ke dalam mulutku, karena aku tidak bisa minum seperti biasanya. Walaupun obat itu pahit namun aku merasa nikmat dicium oleh wanita itu. Lalu setelah obat itu habis, aku merasa baju dan celanaku dibuka oleh wanita itu. Lalu ia membersihkan badanku dengan kain basah dan air hangat.

Aku merasa telapak tanggannya meraba-raba dada dan perutku yang berotot. Tak lama kemudian penisku berdiri sendiri. Lalu wanita itu tersenyum. Aku rasa ia melihat penisku yang berdiri. Lalu ia membersihkan penisku dengan cara mengosoknya dan mengocoknya. Aku tidak tahan dan akhirnya spermaku memuncrat sedikit keluar. Lalu wanita itu kembali tertawa kecil dan menjilati seluruh sperma serta mengulum penisku. Wah nikmatnya. Kedua bijiku dikunyah dan batangku dijilat. Tak lama kemudian aku mendengar ia membuka bajunya. Wah tiba-tiba aku merasa ada payudara yang empuk menekan didadaku. Tangannya yang lembut memegang tanganku. Penisku berdiri dan batangku menyentuh pantatnya. Ia berbaring dan menempel didadaku. Lalu ia berbalik badan dan kembali menjilati penisku. Tangannya menekan-nekan vaginanya sendiri. Aku bisa mencium baru harum vaginanya. Tak lama kemudian ada cairan menetes diwajahku. Cairan itu harum dan sebagian masuk kemulutku. Wah manis sekali rasanya. Ternyata itu adalah cairan yang keluar dari vaginanya. Ternyata wanita itu berorgasme.

Lalu Ia kembali bertukar posisi dan memasukan penisku ke vaginanya. Ia duduk dipahaku dan bergoyang atas dan bawah. Aku merasa penisku terkocok dalam vagina hangatnya. Tak lama kemudian ia bergerak maju mundur. Penisku sudah ingin meletuskan cairan sperma. Aku mendengar desahan kuat darinya dan tiba-tiba ia menggerakan pinggulnya tiga ratus enam puluh derajat. Wah aku tidak tahan lagi. Penisku dipijit dalam vagina hangatnya lalu spermaku pun memuncrat keluar dan aku merasa lemas. Tiba-tiba ia jatuh dan menempel ditubuhku, lalu ia memelukku dan kami tidur bersama. Tubuh hangatnya membuatku tidak merasa dingin dan darahku dalam tubuhku semua kembali berjalan lancar.

Pada keesokan paginya aku bisa menggerakkan badanku lagi. Saat aku bangun wanita itu masih tidur dan memelukku. Kulihat wajahnya yang ternyata luar biasa cantiknya. Badannya pun seksi dan kulitnya yang putih kecoklatan membuat penisku berdiri kembali. Lalu kucium bibirnya dan meraba pantatnya. Ia pun terbangun dan kaget. Ia berusaha bangun dari ranjang namun kurangkul tubuh seksinya dan menciumnya. Pada saat pertama ia memberontak sedikit dan mendesah, "Mmmhh" setelah itu badannya melemas dan pahanya memelukku. Kupeluk balik wanita itu dengan pelan-pelan dan kemudian penisku mulai masuk ke vaginannya. Tanganku meraba-raba pantat dan punggungnya, sedangkan payudaranya menempel didadaku.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah orang dari jauh. Wanita itu segera bangun dan memakai baju. Aku pun memakai baju kembali pura-pura tidur. Lalu tak lama kemudian orang-orang masuk ke kamarku dan membangunkanku. Aku lalu bangun dan berterima kasih kepada semua orang. Aku bertemu dengan kakek yang kemarin malam, ia berkata kepadaku bahwa aku perlu bersyukur karena dapat selamat dari bahaya.

"Kakek, siapakah perompak laut itu, Mereka begitu kuat dan bergerak cepat" tanyaku.
"Mereka adalah penguasa samudra ini. Nama mereka adalah Ombak Menari. Mereka tidak takut badai maupun bahaya lain depan mereka"

Lalu setelah lama aku berbincang-bincang wanita yang meniduriku itu datang dan memperkenalkan diri. Namanya adalah Wanti. Tingginya sepundakku, rambutnya panjang, dan badannya super seksi. Aku berterima kasih kepadanya karena ia menolongku. Tak lama kemudian aku mendengar ada rombongan pedagang akan berangkat ke negeri China. Maka aku pun segera pamit karena aku harus melaporkan seluruh kejadian kepada atasanku. Lalu aku kembali ke kamar bersama Wanti. Ia membantuku memakai baju besi ku. Lalu setelah itu ia menangis karena akan kehilanganku. Aku lalu memeluknya dan berkata,

"Kalau kita berjodoh, kita pasti akan bertemu kembali".

Lalu aku memberinya sebuah kalung giok. Ia pun memberikan kalung mutiara. Lalu kami berciuman. Setelah itu aku berangkat. Didalam kapal aku terus memikirkannya sampai aku tiba dipelabuhan. Aku segera melapor pada atasanku.

Seminggu kemudian aku mendapat perintah dari atasanku untuk memimpin tiga ribu pasukan untuk pergi ke kerajaan Majapahit. Ternyata kerajaan Majapahit dan Ming memutuskan untuk mengabungkan kekuatan untuk menghancurkan kelompok perompak Ombak Menari beberapa hari yang lalu. Aku merasa senang karena dapat bertemu kembali dengan Wanti. Keesokan harinya kupimpin tiga kapal raksasa yang pada setiap kapal berisi seribu tentara. Aku terus memikirkan Wanti didalam kamarku. Tanpa disadari hari-hari pun berlalu dan kapten kapal menginformasikan bahwa kami sudah sampai.

Aku berlari ke atas kapal dan kemudian aku melihat desa-desa dipantai terbakar ludes. Aku menjadi kaget dan segera pergi kesana. Kutanya beberapa orang disana dan ternyata perompak Ombak Menari merampok mereka beberapa hari yang lalu, semua warga desa dibunuh dan para wanita diculik. Aku menjadi marah dan mencabut pedangku serta membelah pohon kelapa didaerah itu. Beberapa hari berikutnya pasukan Majapahit tiba dan bergabung dengan pasukanku. Aku menjadi binggung karena pasukan itu semua telanjang dada dan tidak mengenai baju besi. Kapal mereka jauh lebih kecil dari kapal raksasaku. Namun aku memerlukan mereka sebagai penunjuk arah.

Akhirnya malam itu kami berangkat ke sarang perompak itu. Beberapa jam berikutnya terlihat sebuah batu karang sebesar gunung dan ada goa pada batu karang itu. Ternyata itu adalah sarang perompak. Aku memerintahkan tentaraku menembaki sarang perampok dengan meriam secara ganas dan menghancurkan semua gerbang kayu yang mereka dirikan. Pos penjaga pun hancur karena tembakan meriamku, lalu muncullah puluhan kapal kecil menyerang ke arahku. Kapal Majapahit langsung menahan serangan mereka. Tentara Majapahit ternyata lebih gesit dan membantai para perompak itu. Pada saat itu aku baru sadar bahwa tentara itu tidak memakai baju besi agar dapat bergerak dengan mudah.

Perang didaratan memang berbeda dengan perang dilaut. Aku langsung memerintah kapten kapal untuk melaju kapal secepat kilat. Kapal raksasaku tidak terpengaruh sama sekali oleh ranjau kayu berduri yang disediakan oleh para perompak. Kapal-kapalku tiba dibatu karang raksasa itu dan ribuan tentara menyerang bersamaku membantai para perampok. Pedangku langsung kucabutkan dan memenggal semua musuh. Kami terus menyerang sampai ke bagian dalam sarang mereka.

Akhirnya aku melihat ketua perampok itu. Badannya besar dan berotot. Ia membawa palu raksasa dan menyerangku. Ia berhasil memukulku beberapa kali namun baju besiku menahan serangannya. Tak lama kemudian aku melangkah ke sebuah batu besar dan loncat ke arahnya sekaligus melukai lehernya. Ia berteriak kesakitan dan mengayunkan palu raksasanya ke arahku. Aku terhempas dan muntah darah. Baju besiku hancur. Pada saat aku berdiri aku melihat darah dilehernya mengucur deras, lalu ia pun mati.

Aku lalu memimpin pasukanku menelusuri seluruh daerah itu dan kami menemukan para budak yang diculik. Aku melihat Wanti, lalu aku berlari ke arahnya. Iapun melihatku dan berlari ke arahku. Lalu kami berpelukan, dan air matanya mengucur deras membasahi dadaku. Setelah itu aku pun kaget dan terbenggong-benggong. Aku melihat harta rampasan berupa emas, perak, dan sebagainya yang disusun setinggi bukit. Harta rampasan itu berasal dari pedagang China, Thailand, India, Srilanka, dan sebagainya. Lalu aku pun kembali ke kerajaan Ming.

Wanti kubawa juga ke China karena keluarganya sudah habis terbantai. Pada malam harinya ia duduk diranjang dan menangis didalam kapal, lalu aku memeluknya. Ia pun membalas pelukanku. Aku lalu menciumannya, tangannya langsung memelukku. Lidahnya kali ini bergerak ganas didalam mulutku, liurnya yang semanis gula kuhisap semuanya dan bau harum dari badannya membangkit selera seksku. Kamipun menelanjangkan diri kami masing-masing. Setelah lama berciuman, aku menghisap puting payudaranya. Ia pun mendesah kuat dan menjambak rambutku. Aku lalu bergerak makin bawah dan menjilati pahanya. Pahanya yang seksi dan kecoklatan itu membangkitkan seleraku.

Lalu kami bertukar ke posisi 69. Aku menghisap dan menjilati vaginanya. Ia pun mengulum batang dan biji penisku. Ia pun kejang-kejang dan cairan manis yang pernah kurasa, sekali lagi tumpah ke dalam mulutku. Setelah lama kemudian aku menjilati pantatnya. Pantatnya menjadi basah karena keringatnya dan air liurku. Lidahku masuk kepantatnya seperti cacing kepanasan. Ia pun mendesah, dan setelah itu aku memasukan penisku kepantatnya. Ia berbaring diranjang dan aku mencumbui pantatnya dengan gaya push-up. Tangannya memegang erat tanganku, dan ia mendesah keras karena sakit.

"Ah.. Ah.. Sayangku".

Kujilati punggung dan bahunya serta lehernya yang penuh keringat. Beberapa saat kemudian aku menarik keluar penisku dari pantatnya dan memasukan ke vaginanya. Lalu aku melanjutkan cumbuanku.

"Ah.. Nikmat.. Lagi.. Lagi.. Lagi.. Sayangku"

Mendengar hal itu cumbuan ku makin lama makin ganas. Kedua tanganku menekan bahu dan punggungnya. Cumbuanku membuat ia kelenger lemas di ranjang. Setelah agak lama kedua tanganku berpindah posisi dan meremas payudaranya.

"Uh.. Uh.. Nikmat" desahnya.

Lalu setelah itu akupun membalikkan badannya dan menjepitkan pahanya ke pinggangku. Aku lalu mencumbui vaginanya dengan keras, dan kedua tanganku meremas-remas payudaranya. Ia terus mendesah kuat dan tangannya memegang erat lenganku. Badannya lemas terbaring di ranjang. Tak lama kemudian aku mencapai tahap orgasme dan sperma hangatku memuncrat keluar dalam vaginanya. Aku pun jatuh dan menekan payudaranya. Lalu kami berpelukan. Ia pun bertanya,

"Sayang, apakah kamu mencintaiku?".
Aku menjawab"Tentu saja sayang. Kau akan kukawini setelah kita sampai ke China". Kukecup bibirnya dan ia tersenyum lalu tidur. Setelah itu aku baru mencabut keluar penisku dari vaginanya.

Aku lalu berpakaian dan naik ke atas kapal. Terlihatlah kapal-kapal Majapahit, dan mereka memohon pamit untuk kembali ke Nusantara setelah mengantar kapalku sekian lama. Lalu dalam sekejap, kapal mereka melaju balik dengan cepat dan dalam sekejap mata semua kapal mereka tak terlihat lagi.
Kapten kapal berkata padaku, "Mereka sangat mahir dalam mengontrol kapal mereka".
Aku pun berkata, "Mereka adalah Penguasa Samudra".

Tamat