Pinokio maju ke depan hendak berlari menjauh dari wanita itu. Tapi wanita itu mendorongnya dengan keras kembali ke arah dinding. Pelan namun pasti, wanita itu melepaskan satu persatu pakaiannya. Kedua buah dadanya yang berisi itu segera menantang kedua pandangan mata Pinokio. Melotot tak berkedip kedua mata Pinokio menjawab tantangan itu. Pakaian yang terlepas makin kebawah. Pinokio makin penasaran tapi tetap diam memperhatikan semua pemandangan menggiurkan yang ada di depannya. Hingga akhirnya tak selembar benang lagi yang tersisa di tubuh molek wanita itu. Kulitnya putih mulus tak berkerut sedikitpun. Pinokio terperangah pada daerah kemaluan wanita itu. Bulu-bulu halus tampak menghiasi sekitarnya.
Wanita itu berputar menunjukkan seluruh yang dimilikinya. Lalu mendekat tubuh Pinokio yang juga sudah telajang. Kedua tangannya memegang tangan Pinokio dan meletakkannya pada kedua buah dadanya yang sintal itu. Membimbing kedua tangan Pinokio untuk mengusap dan mengelus setiap centi bagian tubuhnya. Setelah itu tangan wanita itu melepas tangan Pinokio. Terus bergerak dibawah kendali Pinokio sendiri. Menyusuri tiap bagian tubuh wanita itu. Yang kanan masih meremas-remas buah dada wanita itu. Yang kiri mengelus daerah kemaluannya, ke atas dan kebawah. Tangan-tangan yang terampil membuat boneka itu sekarang sudah mengenal keterampilan lainnya.
"Ssshh.. Ahh..", desah wanita itu.
Tangan kiri Pinokio mulai merasakan sesuatu yang hangat dan basah dibalik bulu-bulu di sekitar kemaluan wanita itu. Tangan wanita itu kembali membimbing tangan kiri Pinokio. Menuntunnya untuk memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang vagina wanita itu. Dan menggerakkannya ke atas kebawah menyodok-nyodok dalamnya liang yang ada di dalam vagina wanita itu.
"Mmmhh.. Sshh.. Terus.. Enaak.. Aaahh", desah wanita itu tak karuan.
Tanpa disadari Pinokio, penisnya telah kembali mendongkak ke atas. Mengeras, membesar dan memanjang. Tapi wanita itu mengetahuinya. Segera ia tarik Pinokio ke sebuah meja kosong di dekatnya. Wanita itu lalu duduk diatasnya dengan membuka kedua pahanya lebar-lebar. Ia genggam penis Pinokio dan memasukkannya pelan-pelan ke dalam vaginanya. Ketika ujung penis Pinokio telah masuk, wanita itu menarik pinggul Pinokio. Maju mundur sedikit demi sedikit akhirnya..
Bless..
Amblaslah seluruh batang kemaluan Pinokio ke dalam lubang vagina wanita itu.
"Ahh.. ", jeritan nikmat dari wanita itu bergema di ruangan bawah tanah itu.
Wanita itu terus membimbing pinggul Pinokio agar maju mundur. Bersamaan dengan itu penis Pinokio ikut pula keluar masuk lubang vagina wanita itu. Kulit saling bergesek dengan kulit. Sebuah sensasi yang baru kali ini dirasakan Pinokio. Setiap kali Pinokio menggerakkan maju pinggulnya, penisnya melesak jauh ke dalam liang vagina wanita itu. Sensasi nikmatnya ia rasakan hingga ke ubun-ubun.
Merasakan bahwa Pinokio makin pintar memainkan pinggulnya, wanita itu segera melepas tangannya dari pinggul Pinokio. Wanita itu membaringkan badannya ke meja. Ia dapat merasakan vaginanya penuh terisi oleh batang kemaluan Pinokio. Bahkan ujung penis Pinokio dapat ia rasakan hingga di bagian terdalam dari vaginanya. Penis Pinokio yang bertubi-tubi menghujam ke lubang vaginanya, mendorong hasratnya makin meledak-ledak.
"Ah.. Oh.. Sshh.. Aahh.. Terus.. Terus.. Kamu memang boneka yang kuingin-inginkan.. Mmh.. Aaah.. ", racau wanita itu.
Hasrat telah sampai puncaknya. Bersamaan dengan itu ia mengejang dan bangkit terduduk kembali serta merangkul erat tubuh Pinokio. Pinokio pun merasakan hal yang hampir mirip. Dalam keadaan tubuh yang sama-sama mengejang, keduanya saling memicu satu sama lain. Bersama-sama keduanya mencapai titik puncak kenikmatan tertinggi.
Dalam rangkulan Pinokio, wanita itu berkata,
"Kamu memang hebat! Boneka semacam engkaulah yang kucari selama ini! Engkau akan menjadi boneka kesayanganku dalam kamarku! Tinggalkan kehidupanmu ini dan kembali sajalah jadi boneka!" kata-kata itu bagaikan sambaran petir di kepala Pinokio.
Ia dulunya adalah boneka. Pinokio sudah merasa bahagia karena dapat hidup sebagai manusia. Kembali menjadi boneka bukanlah keinginannya lagi.
"Tidak.. Tidak.. Aku tak mau jadi boneka lagi.. Oh.. Tidaak!", jerit Pinokio.
Terbangunlah ia dari tidurnya dengan nafas terengah-engah dan keringat yang membasahi tubuhnya. Pinokio baru sadar bahwa ia baru saja bermimpi. Tapi ia masih merasakan semua yang ada dalam mimpi seperti sebuah kenyataan saja. Pinokio merasakan celana bagian depannya telah sangat basah. Bukan oleh air seni tapi oleh cairan lengket yang berbau aneh. Pinokio benar-benar tak mengerti apa yang telah terjadi. Mimpi yang mirip kenyataan ataukah kenyataan dalam sebuah mimpi. Yang pasti adalah mimpi yang basah.. Mimpi basah.
*****
Sejak melihat gambaran tubuh wanita telanjang serta gambar-gambar porno dari majalah pinjaman, Pinokio semakin gampang melamun. Konsentrasi seringkali berantakan di tengah-tengah aktivitasnya. Pikirannya mudah melayang membayangkan yang tidak-tidak. Khayalannya pada tubuh wanita yang menggiurkan sedikit demi sedikit merusak boneka-boneka karyanya.
Pinokio makin kesulitan menghasilkan boneka-boneka lucu untuk anak-anak. Disaat ia memaksakan diri untuk membuat boneka-boneka anak yang lucu, hasilnya malah sebaliknya. Boneka-boneka yang semestinya lucu menjadi boneka-boneka yang sangar dan amat menakutkan. Moodnya sangat mempengaruhi hasil karyanya. Meski begitu, disaat moodnya hanya dipenuhi oleh nafsu birahi yang tak tersalurkan, Pinokio masih sempat membuat boneka yang dapat menjadi masterpiece. Boneka Chuckie menjadi karya Pinokio yang sempat dilupakan orang karena pada saat itu Boneka Chuckie dianggap sebagai titisan setan.
Disaat lain dimana Pinokio mengikuti moodnya, boneka yang dihasilkannya bahkan menjadi tidak cocok lagi dikonsumsi anak-anak. Boneka buatan Pinokio masih tetap indah, tapi berkesan pornografi. Bagaimana tidak, boneka anak laki-laki dengan wajah imut ia buat telanjang dan berpose sedang memegang penisnya sendiri. Dan yang paling tak senonoh lagi adalah saat ia membuat boneka sepasang anak laki-laki dan perempuan lagi telanjang dan saling menindih satu sama lainnya.
Hal-hal itu membuat toko bonekanya makin lama makin sepi. Di waktu itu, orang-orang benar-benar menganggap boneka karya Pinokio sudah keterlaluan dan terlalu mesum. Banyak orang tua yang melarang anak-anaknya bermain ke toko boneka Pinokio. Padahal dahulu toko Pinokio sering ramai didatangi anak-anak, meski tak semua membelinya.
Tak hanya usahanya saja yang menjadi kacau. Kehidupan sosial Pinokio juga menjadi makin runyam. Diwaktu Pinokio berkumpul dengan teman-teman ceweknya, bayangan yang ada dalam majalah porno yang pernah ia lihatnya seringkali ikut muncul. Lamunannya makin menjadi ketika melihat pakaian teman ceweknya yang ketat. Bayangan Pinokio selalu tertuju pada lekuk-lekuk tubuh teman ceweknya tanpa selembar benang pun.
Bila sudah demikian, batang kemaluan Pinokio akan segera berdiri keras, membesar dan memanjang. Pada saat kumpul bersama teman-temannya, tonjolan penis di permukaan celananya akan menjadi sebuah pemandangan yang amat memalukan bagi Pinokio. Khawatir akan hal tersebut, Pinokio semakin menghindari kegiatan kumpul-kumpul bersama temannya. Terutama bila yang mengajak Pinokio adalah teman-teman ceweknya.
Pinokio menjadi lebih senang menyepi sendiri di rumahnya. Atau menyepi masuk hutan. Selain mencari kayu untuk bahan-bahan bonekanya, Pinokio juga dapat menenangkan pikiran. Di dalam hutan yang sepi, Pinokio mampu menjernihkan pikirannya dari berbagai hal yang berbau nafsu seks. Bayangan akan tubuh wanita yang amat menggoda nafsunya dapat lenyap dan terisi oleh rasa bahagianya menikmati alam bebas dalam hutan.
Telah seharian Pinokio masuk ke dalam hutan. Sekarung potongan kayu telah berada di punggungnya. Pinokio sudah bermaksud untuk balik ke rumah ketika mendengar suara orang yang dikenalnya secara samar-samar. Suara itu berasal dari semak-semak di pinggir hutan. Di bawah pepohonan tinggi yang membisu.
Pinokio menjadi penasaran akan sura tersebut. Diletakkannya karung kayu yang ia bawa dan menuju asalnya suara samar-samar itu. Semakin mendekat semakin jelas suara tersebut. Suara perbincangan antara sepasang kekasih. Pinokio dapat mengenal bahwa yang pria adalah temannya yang bernama Gigolo. Tetapi ia tak bisa memastikan siapa yang diajak Gigolo berbincang.
Tak ingin mengganggu apalagi mengejutkan sepasang kekasih itu, Pinokio merangkak mengendap-endap diantara semak-semak. Akhirnya dari balik semak-semak rimbun yang berjarak kurang dari beberapa depa dari duduknya sepasang kekasih itu, Pinokio dapat melihatnya dengan jelas. Tebakannya tepat, yang pria adalah temannya yang bernama Gigolo. Pemuda seumuran Pinokio yang rupawan dan memiliki tubuh tegap perkasa. Gigolo benar-benar merupakan pemuda ideal yang banyak digandrungi gadis-gadis di daerah tempat tinggal Pinokio.
Pinokio merasa agak kaget tatkala ia mengalihkan perhatiannya ke arah ceweknya. Cewek itu adalah Hostesla, janda kaya yang amat cantik berumur sekitar 35 tahunan. Hostesla adalah pemilik toko yang menjual alat-alat kecantikan. Pinokio berpikir bahwa kecantikan Hostesla tak lepas dari perawatan rutin tubuhnya.
Dengan sangat jelas, Pinokio dapat mengintip semua yang dilakukan Gigolo dan Hostesla. Keduanya saling bercumbu dalam keadaan duduk bersandar di pohon cemara yang besar. Terdengar pula rayuan gombal keluar dari mulut Gigolo. Hostesla menyambutnya dengan perangai yang lebih berani dan menggoda.
Desir angin segar alam bebas tak mampu lagi mendinginkan nafsu Gigolo dan Hostesla yang sudah mendidih. Malu-malu mau, pakaian Hostesla dilucuti Gigolo satu persatu. Ketika pakaian bagian atas Hostesla tak tersisa lagi, Gigolo merangsekkan bibirnya pada payudaranya yang mempesona itu. Gigolo mengulumnya hingga desah keras keluar dari mulut Hostesla.
"Ahh.. ".
Pinokio yang belum tahu soal seks mengira Gigolo telah menyakiti Hostesla. Pinokio kebingungan harus bertindak apa. Dalam kebingungannya, Pinokio sempat melepaskan perhatian dari arah pergumulan Gigolo dan Hostesla. Pinokio berpikir untuk menolong Hostesla dari keganasan Gigolo. Keputusan sudah ia ambil, tapi saat Pinokio akan melaksanakan niatnya, ia melihat sebuah pemandangan yang mengagetkannya.
Gigolo dan Hostesla sudah bugil dan Hostesla terlihat menindih Gigolo. Kelihatan pinggulnya bergerak maju-mundur dan naik-turun. Pinokio juga dapat memperhatikan kalau penis Gigolo sudah tertancap pada vagina Hostesla. Gigolo dan Hostesla terus asyik merajut hasrat dan nafsu tak lagi mengindahkan keadaan alam terbuka. Apalagi tahu bahwa permainan seks yang mereka lakukan diperhatikan Pinokio, teman Gigolo.
Pinokio mengurungkan niatnya. Dari apa yang ia lihat dan dengar kemudian, Pinokio sadar bahwa Gigolo dan Hostesla sedang menikmati permainan itu. Dan Pinokio merasa tak perlu campur tangan atau terlibat dalam permainan itu. Tapi Pinokio juga tak mau beranjak dari tempat itu. Ia melotot memperhatikan permainan itu dan tak ingin kehilangan lagi momen yang membuat jantungnya berdegup cukup cepat.
Hostesla menarik pinggulnya hingga terlepaslah penis Gigolo dari vaginanya. Tapi pertunjukan belum usai. Hostesla berdiri dan agak berjongkok memegang pohon tempatnya berteduh. Gigolo berdiri mengikutinya dengan memegang penisnya yang masih mendongkak keras. Dari belakang tubuh Hostesla, Gigolo memasukkan penisnya ke lobang vaginanya. Lalu Gigolo mendorong-dorongkan pinggulnya.
Clep.. Clep.. Clep..
Bunyi penis Gigolo keluar masuk vagina Hostesla. Ditambah desah yang saling susul menyusul diantara keduanya, memecah kesunyian hutan.
Kali ini tak ada yang terlepas dari penglihatan Pinokio. Semuanya terekam di otaknya. Gigolo menyudahi permainan itu dengan mencabut penisnya dari vagina Hostesla. Lalu menggosok-gosok penisnya hingga keluar cairan putih yang menyembur ke arah pantat Hostesla. Diikuti pula oleh desah panjang kepuasan, baik dari mulut Gigolo maupun Hostesla.
Pinokio masih belum beranjak dari tempat mengintipnya. Bahkan setelah tontonan gratis itu bubar dan kedua pemerannya telah menghilang dari pandangannya. Pinokio masih mencoba mencerna apa yang telah ia lihat. Dan ia baru menyadari bahwa penisnya sendiri juga telah membesar dan memanjang. Pinokio mencoba merubah posisi tubuhnya dan terlentang agar penisnya tak lagi tertekan oleh tubuhnya.
Tapi malang tak dapat dicegah. Bagian tangan dan kaki Pinokio terkena duri-duri dari semak-semak di sekitarnya. Ia pun segera pulang ke rumah sambil meringis kesakitan oleh perihnya duri yang mengenainya.
Bersambung . . . .