Sebut saja aku Diana. Umurku 19 tahun dan aku kuliah di salah satu universitas terkenal di Jakarta. Aku akan menceritakan dilemma yang kuhadapi gara-gara kekurangan uang untuk biaya kuliah, aku pun melayani nafsu para lelaki hidung belang, bahkan wanita lesbi/biseks pun kulayani demi mendapat uang.
Kisahku ini berawal pada saat aku kekurangan uang untuk masuk ke perguruan tinggi ternama di Jakarta. Aku berasal dari sebuah kota kecil di luar Pulau Jawa. Orangtuaku kesulitan dalam membiayaiku. Padahal aku benar-benar menginginkan pendidikan gelar sarjana itu. Aku sudah berusaha mencari beasiswa, tapi sulit sekali. Aku cuma mendapat diskon uang pangkal, padahal biaya untuk merantau di luar kota dan biaya per semester tidak sedikit. Namun, karena kegigihanku, aku memutuskan untuk terus berjuang kuliah. Aku punya keyakinan bisa mencari kerja part time atau beasiswa saat kuliah.
Semester pertama aku kuliah masih baik-baik saja. Saat kuliah memang ada kesulitan biaya tapi masih bisa kuatasi, tapi saat memasuki semester kedua, aku benar-benar terpuruk, aku tak dapat kerja, perlu perlengkapan kuliah dll. Sampai suatu saat,, aku sedang surfing ke internet mencari materi tugas kuliah, tanpa sengaja masuk ke situs porno. Kulihat-lihat di sana banyak pria hidung belang yang membutuhkan teman kencan dan bersedia memberi bayaran. Kupikir iseng-iseng kutulis no telpnya. Siapa tahu saat terdesak bisa terpakai.
Dua minggu berlalu, aku belum bisa memperbaiki situasi keuanganku. Orangtuaku tak pernah kuhubungi. Aku tak mau mereka cemas, padahal mereka sendiri susah mencari uang. Jadi, mau tak mau aku memberanikan diri mengirim sms kepada pria tersebut, umurnya 27 tahun. Namanya Adit.
Singkat kata, kami pun ketemuan, wajahnya mirip actor Risky hanggono, hanay saja ia lebih hitam, katanya sih ada keturunan Arab. Kuutarakan permasalahanku. Ia hanya tertawa. Ia berjanji akan membiayai keperluan kuliahku kalau aku mau tidur dengannya. Aku agak ragu. Ku tawari dia bagaimana kalau kencan saja. Tapi ia tak mau, ia maunya ML denganku.
“Tapi, aku masih perawan.”
“Beneran? Hari gini susah cari perawan.”
”Bener.”
“Kalo kebukti lo perawan, gw rela ngasih dobel buat lo!”
“Tapi..” aku ragu.
Adit pun mengeluarkan segepok uang dari tasnya. Wow! Uang itu cukup untuk membeli keperluanku. Karena sudah putus asa, akupun bersedia melayaninya.
Malam minggu itulah aku merelakan keperawananku untuk Adit. Kami masuk ke sebuah hotel, di sana kami pun check in. Saat masuk kamar, aku sempat berubah pikiran, tapi mendapat serangan ciuman bertubi-tubi dari Adit membuatku tak berdaya. Mulutku dihisapnya. Lidahnya menyapu seluruh permukaan mulutku. Sementara tangan Adit telah meremas-remas pantatku. Aku mulai terangsang.
Dalam hitungan detik, Adit sudah telanjang bulat. Tubuhnya kekar berbulu. Sementara ******nya sangat besar, sekitar 20cm dengan diameter 5 cm. Aku jadi takut. Adit malahan tersenyum. Ia mulai membuka kaos dan celanaku. Sekarang aku hanay memakai BH dan CD.
Diremas-remasnya payudaraku yang masih terbungkus BH. Ia pun memasukkan tangannya ke CDku.
“Punyamu lebet ya?”
Aku begitu malu,, hanya diam saja.
Akhirnya BH dan CD ku dibukanya. Kami sudah sama-sama bugil. Ia menggendongku menuju ranjang. Di sana ia menindih tubuhku.
Ia kembali melumat bibirku, loidah kami saling berpagutan. Jujur sajua aku tak terbiasa tapi demi uang akupun mulai berusaha menikmatinya. Setelah puas berciuman, ia menjilati leherku. Dijilatinya payudaraku dengan lembut . Aku mulai melayang. Dihisapnya putting coklatku sambil diremas-remas membuat putting susuku menegang. Tak lama, ia menempelkan k******nya ke payudaraku. Setelah itu ia menempelkan ******nya ke memekku. Disentuhnya klitorisku dengan ****** besarnya. Aku benar-benar tak kuat saat ia menggosok-gosokkan ******nya ke daerah paling sensitifku.
Akhirnya, memekku sudah sangat basah. Adit mulai memasukkan ******nya ke memekku. Aku benar-benar kesakitan saat kepala ******nya masuk.
“Dit, ampun.. jangan. Sakit!”
“Tenag aja. Memek lo sempit, enak. Gw bayar dobel buat memek perawan kayak lo. OK!”
“Sakiit..! Ouch…..Oh…!” raungku sambil menarik sprei menahan sakit.
“awalnya emang seret, lo tahan ya.” Adit melumat bibirku algi, supaya aku tak berteriak kesakitan.
Dan tiba-tiba “Blesh!” ******nya pun masuk ke memekku. Kurasakan selaput darhku pasti sudah robek. Aku pun menangis. Melihatku menangis, Adit tak berhenti, ia justru makin liar. Memekku digenjotnya begitu liar dan cepat. Payudaraku disedot olehnya membuat aku terdiam. Aku mulai merasakan tanda-tanda orgasme.. 5 menit kemudian “CROT! CROT!” Aku pun orgasme untuk pertama klalinya.
Adit makin bernafsu emlihatku sudah orgasme. Ia membalikkan posisi, sekarang aku berada di atas, aku disuruh menjilati dadanya yang berbulu. Aku jijik tapi kepalaku didorongnya sampai menyentuh dadanya. Dengan terpaksa, aku mmulai menjilati dadanya. Aku sangat takut kalau disuruh menjilati ******nya. Aku pasti tak sanggup. 10 menit kemudian, tubuh kami sama-sama mengejang, akupun orgasme lagi. Ia melepaskan ******nya dan membalikkan tubuhku ke bawah. ******nya diarahkan ke payudaraku Spermanya membasahi dadaku, Adit menjilati seluaruh sperma nya setelah itu ia berbaring sambil memelukku. Sekilas kulihat darahku menempel di sprei. Aku jadi kesal dengan diriku yang begitu rendah. Esok paginya kami main 1 ronde lagi. Memekku jadi sakit dibantainya. Sebelum check out, kami mandi kucing. Aku disuruh nungging di kamar mandi dan ia menyodomiku.
Setelah itu kami saling menyabuni tubuh pasangan. Setelah puas, aku dibayar 2 juta olehnya. Aku cukup terkejut melihat uang sebesar itu. Sejak itu, aku makin tenggelam ke dunia sex, bahkan cewek-cewek lesbian/biseks pun kulayan.