Santi si Kupu kupu Malam |
Santi gadis cantik, yang masih duduk di bangku SMU, telah di rengut keperawannya secara paksa. Santi takut kalau dirinya akan hamil, dia pun mendatangi Gina, teman sekolahnya yang memang menjajakan tubuhnya pada om om berkantong tebal. Santi pun jatuh kedalam dunia hitam pelacuran. Beragam tipe manusia, akan di hadapinya, dengan gaya permainan yang beragam pula ….
“kerjain ?, kerjain gimana “tanya Dodi, menatap kakaknya dan melewati acara televisi itu. Bram menjelaskan secara rinci rencananya pada Dodi. “wah, gua coba deh besok, tapi gua gak janji loh, kalau dia nolak bagaimana ? “tanya Dodi. “usaha dong, usaha, eloe rayu dikit…” kata kakaknya. Dodi menganguk anguk saja, dan matanya kembali menonton tanyangan layar kaca.
>>>
Gadis cantik itu, berjalan cepat keluar dari gedung sekolahnya. Dia berhenti di depan jalan raya, kepalanya bergoyang ke kiri dan kekanan, mencari sesuatu. Dia menemukan sedan merah milik Dodi. Dia menghampirinya dan masuk ke mobil itu. “hai, Santi sayang.. “kata Dodi menyapa gadis itu. Santi tersenyum.
Mobil warna merah itu bergerak, membawa sepasang anak SMU di dalamnya. “Dodi, kenapa kamu mau ajak aku rumah kamu “tanya Santi. “kakakku si Bram, berulang tahun, tidak di pestain, jadi aku membawa kamu ke rumah, yah hitung hitung buat menghibur dia “jawab Dodi. Santi tersenyum “oh jadi si Bram ultah yah “ujarnya.
Yah, Santi memang kenal dengan Bram sebelumnya. Awal pertama mereka bertemu di sebuah mall. Saat itu Bram mencoba mengoda Santi. Dan berhasil berkenalan dengan Santi. Tapi karena Bram sudah kuliah, sedang Dodi masih SMU setingkat Santi, akhirnya Dodi yang lebih mendekati Santi. Bram memang terkenal rusak, dia buaya. Dia berusaha mendidik adiknya mengikuti jejaknya.
>>>
“hebat “ujar Bram dalam hati, ketika melihat Dodi berhasil membawa Santi masuk ke dalam rumahnya. Santi tersenyum melihat Bram “selamat ulang tahun yah “. “oh terima kasih, sorry loh, gak ada pesta, apa apa “jawab Bram.
Mereka akhirnya duduk di sofa ruang tamu rumah itu. Kemudian Bram memulai pembicaraan..dan mulai bertambah akrab dengan Santi.
Mereka berbicara tentang, sekolahnya, temannya, hobinya dan sebagainya. Bram memang ahli, dia tak pernah ke habisan kata kata. Tampaknya Bram yang banyak bicara dari pada Dodi. “Dodi, ambilkan minuman dong, masa tamu secantik Santi, di biarkan ke hausan sih “perintah Dodi, sambil memberi kode kedipan mata.
Tak lama Dodi, telah kembali dengan tiga gelas sirop. Dia meletakan di Meja. “ayo di munum San “ujar Dodi. “terima kasih “jawab Santi sambil meraih gelas yang berisi Sirop, yang telah di oplos dengan obat perangsang yang keras. Obat perangsang itu, tak berbau dan tak berasa, tapi efeknya sangat kuat.
“eh sebentar yah, San saya mau ke WC nih, sakit perut “kata Dodi. Lalu meninggalkan Santi dengan kakaknya. Dodi melakukan sesuai rencana Bram. Ini akan memberi kesempatan Bram untuk bisa lebih mudah merayu Santi. Apalagi dengan bantuan obat perangsang yang berefek kuat itu.
“San, kamu itu cantik sekali yah, rambut kamu sepertinya halus sekali “rayu Bram, yang membuat Santi tersipu. “ih, Bram, kamu bisa aja..” kata Santi malu malu.
“ih, benar koq, gak bohong, sumpah “kata Bram, sambil meminta Santi meminum sirop itu lagi. Dan lagi lagi Santi mengangkat gelas itu, meminum sirop itu, tanpa curiga.
Obat perangsang itu sepertinya mulai bereaksi. Santi tampak gelisah. Dia duduk dengan tidak nyaman. Tapi Bram terus merayu dia, dengan cara memuji muji kecantikan dan ke indahan tubuhnya.
“Santi, kata Dodi, kalian pernah berciuman yah “tanya Bram. “eh, iyah … “jawab Santi dengan malu malu.
“wah, si Bram beruntung yah, bisa mencium cewek secantik kamu “ujar Bram, yang makin membuat Santi terlena. “ah, Bram kamu bisa aja, eh kamu lebih baik yah dari si Dodi “kata Santi. Bram tersenyum “boleh gak, aku mencium kamu “kata Bram.
Santi, sepertinya terkejut, dia menatap Bram. “boleh gak sayang, itung itung hadiah ultah saya “kata Bram.
Dorongan obat perangsang itu begitu kuat, membuat syaraf syaraf di otak Santi tak bisa berpikir jernih. Libidonya meningkat, tak terkontrol. Santi mengangguk, sambil memejamkan matanya. Tanpa membuang waktu Bram mulai mencium bibir mungilnya. Melumatnya memasukan lidahnya ke dalam mulut Santi. Matanya terpejam., Bram terus memainkan lidahnya di dalam mulut Santi. mengelitik langit langitnya.
Detak jantung Santi meningkat, Bram tahu dia mulai terangsang. Bram mulai meraba dadanya, dia merintih.”jangan Bram” Santi berkata lirih. Bram menjilat lehernya,”sayang, kamu jangan munafik, aku yakin m-*-m-*-k mu sudah basah.”
Bram tersenyum, dia meledek Santi dengan sinis.”m-*-m-*-k mu basah kan, ayo jawab jangan muna ’”kata Bram sambil meraba raba dadanya
Muka Santi memerah, dia menatap Bram dengan lirih. Santi diam, tak berkata kata. Bram tersenyum, Santi sudah sepenuhnya berada di bawah kendalinya.
Kembali Bram menciumi bibir Santi lagi. Santi pun membalasnya dengan penuh nafsu Dengan cepat Bram melepas kancing bajunya satu per satu. Santi sama sekali tak bisa menolak. Bajunya telah terbuka buka,dia memaki bra pink. Tangan Bram cekatan melepas bra pink itu. Kini matanya bebas menatap buah dada, ABG, SMU itu.
Buah dada yang sedang dalam masa pertumbuhan itu tak luput dari sentuhannya. Tubuh Santi gemetar, baru kali ini buah dadanya di sentuh tangan pria. Putingnya yang kecil ke merahan juga di mainkan dengan liar oleh jari Bram. Santi mendesah
“ahh.. geli Bram … “erang Santi. “geli tapi enak yah “seloroh Bram.
Lidah Bram pun menjulur, menjilat putting susu Santi yang tampak menonjol keluar. Santi sudah sepenuhnya di kuasai birahi. Bram dengan rakus melumat, menyedot buah dada Santi. Membuat Santi semakin birahi. Suara erangan nikmat Santi terdengar, menambah gairah Bram.
Puas dengan buah dadanya Bram pun melepas rok abu abunya, pangkal pahanya masih terbalut celana dalam pink. Tangan Bram dengan lembut meraba raba paha putih mulus Santi, Santi tak lagi berkuasa atas tubuh nya.
Kedua kakinya di buka lebar Bram, Bram dapat jelas melihat bercak basah, cairan nikmat yang merembes dari vagina perawan Santi. “sayang, saya akan buat kamu terbang..” ujar Bram di telinga Santi, lalu menjilati daun telinga Santi, sehingga membuatnya terangsang geli.
Satu sentuhan dengan tekanan, tepat di selangkangan celana dalam pink milik Santi. Suara erangan birahi keluar dari mulut ABG itu. “ahh, Bram.. ahhh “. Lidah Bram terus aktif menyapu, putting susu Santi, buah dadanya tanpak mengeras karena
nafsu. Di sertai getaran getaran jari Bram di atas selangkangan celana dalamnya, membuat tubuh Santi bergejolak.
“ohh.. ahhh.. sudah Bram aku mau pipis..” erang Santi ketika jarinya bergerak cepat di selangkangan celana dalamnya. Bram tidak berhenti, jari itu bergetar semakin liar, Putting susunya juga di jilat cepat. Tubuh Santi mengejang, Santi menjerit histeris, pantat indahnya terangkat, mengejang lalu jatuh terduduk kembali.
Rasa nikmat yang baru pertama kali di rasakannya. Nafasnya masih memburu, di sertai degup jantungnya yang cepat. Bram pun menciumi bibir indah Santi “bagaimana sayang, kamu merasa nikmat..” tanyanya. Santi tak bisa menjawab pertanyaan itu, dia hanya diam pasrah.
Tangan Bram lalu melepas celana dalam pink Santi yang telah basah itu. Bram melihat bukit kemaluan Santi dengan bulu bulu tispis. Dengan dua jarinya, bibir tebal vaginanya di kuak lebar oleh Bram. Santi mengerang. Lidah Bram menjulur, menjilati klitorisnya. Lagi lagi Santi mengerang nikmat.
Jilatan lidah Bram di klitorisnya terus membangkitkan nafsu birahi Santi sebentar saja, Gadis itu telah kembali birahi. Santi terus mengerang kenikmatan. Pengaruh obat perangsang itu begitu kuat. Lendir vagina Santi mengalir terus. Dan tubuhnya kembali menegang. “ahh… enak… ahhh ahhh..enak..” erangnya.
Lidah Bram terus bergerak menyapu klitoris, dan membawa Santi kembali mengejang kerena orgasme. Tubuhnya kembali lemas.
Saat itu Dodi sudah berdiri, dan melihat tubuh bugil Santi terduduk lemas di atas Sofa. Santi yang melihat Dodi tiba tiba, berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka dengan roknya. Tapi Bram menarik rok itu. “Dodi buka celana eloe “perintah kakaknya. Dodi pun melakukan apa yang di suruh kakaknya.
Penis Dodi telah tegang. Dodi mendekati Santi. “San, jilatin k-*-*-t-*-l nya. Santi menolak “tidak, aku tidak bisa “. “ayo di coba, nanti aku jilati lagi m-*-m-*-k eloe “rayu Bram. Tapi Santi tetap menolak. Bram hanya tersenyum.
Tiba tiba, Bram mengangkat tubuh Santi, dan memangkunya. Tubuh Santi terasa lemah, dia tak banyak melawan. Dan kedua kakinya di buka lebar oleh Bram. “Dodi, sekarang eleo bisa e-*-t-*-t-in Santi “kata Bram sambil tertawa. Santi meronta dalam pangkuan Bram, tapi dia seperti kehilangan tenaga. “jangan.. tolong jangan…” ibanya
Dodi semakin mendekat tubuh muda itu, Dodi menatap, wajah cantik Santi, dan kepala penisnya sudah menempel di bibir vaginanya. Santi memejamkan matanya, dan dia bersuara lemah “tolong.. jangan, jangan Dodi… “ibanya. Penis Dodi perlahan mendesak masuk, membuka belahan vagina Santi. Santi meringis, Penis itu bergerak masuk lebih dalam. “ahhh.. sakit.. tolong hentikan..” erang Santi, ketika penis Dodi, telah masuk seluruhnya dalam liang Santi.
Dodi pun menikmati, jepitan erat vagina Santi. Dia mulai mengoyang, menarik keluar batang penisnya, dan mendorong masuk kembali dengan cepat. Santi mengerang, setiap kali penis Dodi, menusuk liang vaginanya. Dari belakang, tubuh Santi di peluk erat oleh Bram, yang meremas remas buah dada muda itu.
Gerakan Dodi pun makin lama semakin liar. Penisnya terus bergerak keluar masuk, membuat Santi terus menerus, mengerang ke sakitan. Dodi tak peduli yang di rasakan hanya nikmat tubuh muda Santi. Penisnya terus bergerak keluar masuk. Gerakkan Dodi semakin cepat, menghentak hentak keras, dan tiba tiba menekan habis batang penisnya dalam liang vagina Santi. Dia Diam.
Saat itu, Santi merasakan cairaan hangat sprema Dodi, telah memenuhi vaginanya. Perlahan Dodi, mencabut batang penisnya, dan sebagian dari spremanya keluar dari liang vagina Sani, berserta darah perawan Santi.
Bram, melepaskan pelukkan-nya. Dan membiarkan Santi terkulai lemas di atas Sofa. Bram sambil tersenyum membuka kancing celana blue jean belelnya, perlahan resleting celana itu di turunkan, Bram melepas celananya, penisnya yang lebih besar dari Dodi, telah tegak mengacung.
Tangan Bram, menarik tubuh Santi, sehingga kembali terduduk. Bram menyodorkan penis itu tepat di depan mulut Santi. “kulum k-*-*-t-*-l gua “pintanya pada Santi. Santi membuang muka “aku gak bisa…” katanya. Jari Bram, menyentuh vagina Santi, satu jarinya menerobos masuk, liang vaginanya. Santi mengerang “ahh perih..”.
“ayo, sayang.. coba jilat.. “pinta Bram, terus mendesak kepala penisnya ke wajah Santi. Santi meronta. Dan tiba tiba, dua jari Bram mendesak masuk ke liang vagina Santi. “ahhh … sakit…. jangan… “erangnya. “kalau gitu, eleo jilat dan kulum k-*-*-t-*-l gua, kalau gak tiga jari gua masuk ke lobang m-*-m-*-k eleo “ancam Bram.
“jangan jangan.. saya jilat..” kata Santi, lalu menjulurkan lidahnya menjilati ujung penis Bram. “ohh.. enak juga lidah eleo sayang..” erang Santi. Santi tak berani berhenti, perlahan Bram mulai menekan masuk penisnya ke mulut Santi. Santi meronta, tapi tangan Bram memegang erat kepalanya. Dengan terus mendorong dorong batang penisnya di mulut Santi.
Sekarang Santi tak bisa lagi menolak, penis itu mulai bergerak cepat di dalam mulutnya, maju mundur dengan cepat, disertai dengusan nafas Bram yang penuh dengan nasfu.
Dodi pun tak ketinggalan, dia duduk di sebelah Santi, dan memainkan buah dada, Santi, meremasnya, menjilatnya, dengan penuh nafsu.
Setelah penis itu cukup lama bergerak, dalam mulut Santi, sekarang Bram mengarahkan penisnya ke liang vagina Santi. “jangan.. sudah… jangan tolong..” Santi mengiba iba. Tapi Bram tak peduli, penisnya terus mendekat ke liang vagina Santi. “ahhh.. sakit… jangan… sudah.. “rintih Santi. Penis Bram sudah menancap di liang vagian Santi.
Penis Dodi pun sudah kembali tegang, dan kini Dodi berusaha, memasukan penis itu di mulut Santi.
Santi meronta, tapi Bram meremas buah dadanya keras, “sakittt.. ahhh … sakit..”.erangan Santi terdengar keras. “buka mulut eloe, isep k-*-*-t-*-l Dodi, cepat.. “bentak Bram. Mau tak mau Santi membuka mulutnya menerima penis Dodi.
Akhirnya tubuh Santi harus menerima penis kakak beradik itu. Satu mengaduk aduk vaginanya, satu menyodok nyodok mulutnya. Gerakkan penis Bram kasar, bergerak cepat di liang vagina milik Santi. Santi tak hentinya mengerang kesakitan. Penis itu bergerak cepat, rasa perih dan panas melanda vaginanya.
Gerakan penis itu semakin cepat, sampai akhirnya memuntahkan spermanya di liang vagina Santi. Sedang satu penis lagi masih bergerak cepat di mulutnya, siap menembakkan spermanya. “ahhh.. gua udah mau keluar… “erang Dodi. Tubuh Dodi mengejang. Dan sperma itu tertampung di mulut Santi.
Perlahan Dodi menarik penisnya keluar dari mulutnya, Santi berusaha memuntahkan sperma itu, dari mulutnya. Dan kedua kakak beradik tertawa melihat Santi.
Dengan tubuh yang lemah, Santi berusaha memakai pakaiannya, Perlahan dia memakai celana dalamnya, roknya, dan bajunya. “loh, koq sudah pakai baju, emang eloe sudah puas, sayang..” seloroh Bram. “saya, mau pulang..” pintanya.
Santi berusaha berdiri, lalu berjalan, dia berjalan sempoyongan. Tapi Bram, menarik tanganya, dan membawanya ke kamar. Santi meronta, tapi tenaganya lemah sekali. Dan Bram mendorong, tubuh lemah Santi hingga terbaring di kasur ranjangnya.
Bram kembali menindih tubuh Santi. Membuka bajunya, dan melumat buah dadanya dengan nafsu.
“tolong… sudah, saya sakit… jangan.. tolong..” erangnya. Bram tersenyum, penisnya tampak sudah tegang lagi. Bram bermain cepat, rok santi di singkapnya ke atas, dan celana dalamnya di singkap ke samping. Penis besarnya langsung melesak masuk ke vaginanya yang terlihat memar kemerahan. Santi kembali menjerit dan terdengar keras.
Vaginanya di paksa menerima penis Bram. Bram pun kembali memperkosa dengan penuh nafsu, dan goyangannya semakin kasar. Santi terus mengerang kesakitan. Tangan Bram pun meremas remas buah dada Santi. Dan tubuh Santi terus di dera rasa sakit.Erangan Santi semakin terdengar lemah.
Penis Bram masih terus mengaduk aduk vagina Santi yang terluka. Sampai penis itu terpuaskan. Bram melepas seluruh hawa nafsunya. Vaginanya kembali di penuhi sperma Bram.
“Dodi, eloe masih mau..” tanya kakaknya. Dodi mengeleng. “kalau gitu, kita antar dia pulang oke “kata Bram. Bram bersiap kembali, memakai pakaiannya kembali. Lalu membawa tubuh Santi yang setengah pingsan itu, ke dalam mobilnya.
Mobil berjalan, kencang, dan berhenti tepat di depan sekolah Santi. Suasana tampak sepi, Tak ada seorang pun terlihat disana. Mereka pun melepaskan Santi di sana.
Dan tubuh lemah Santi pun jatuh terduduk di pinggir jalan, depan sekolahnya.
Mobil Dodi segeara meluncur cepat, meninggalkan tubuh lemah Santi begitu saja.
Dengan sisa tenaganya Santi berjalan tertatih tatih masuk kegedung sekolahnya. Dia berjalan ke belakang, di mana di situ ada gudang. Santi masuk kegudang itu. Dia duduk di sebuah kursi tua.
Dari dalam tas sekolahnya dia melihat ke layar HP,nya sudah jam 1.00 malam. Untuk pulang ke rumah dia tidak berani. Santi berusaha tenang, walau seluruh tubuhnya terasa sakit. Tulang tulangnya seperti lepas.
Tanpa terasa, Santi mulai terlelap karena lelah. Suara anak anak SMU, yang baru tiba di sekolah itu, membangunkan Santi. Santi kembali melihat layar Hpnya lagi. Waktu sudah menunjukkan puluk 6.50 pagi. Santi diam, menunggu, dia menunggu bel tanda masuk berbunyi.
Tepat pukul 7.00 bel berbunyi. Santi masih diam. Setelah lewat beberapa saat, dan yakin seluruh murid sudah masuk kelas.
Santi memberanikan diri keluar dari gudang itu. Walau rasa nyeri masih mendera vaginanya. Dia berusaha berjalan dengan cepat, hingga keluar dari gedung sekolahnya dan langsung menuju ke rumahnya dengan mengunakan jasa kendaraan umum.
>>>
Setibanya di rumah, Santi berjalan mengendap endap, memasuki rumahnya. Dia berjalan terus dan masuk ke kamarnya. Berhasil, yah.. Santi telah tiba di kamarnya.
Tiba tiba suara ibunya memanggilnya “Santi.. dari mana saja kamu ? “. “eh anu, Santi belajar di rumah teman bu..” jawabnya.
“kamu, jangan bohong sama ibu yah.., kalau ayah kamu tahu kamu bisa di pukul tahu.” hardik ibunya. “ayah, ayah saya sudah meninggal bu, suami ibu bukan ayah saya..” kata Santi dengan nada tinggi. “Santi apa apaan kamu bicara seperti itu, walau dia ayah tiri kamu, tapi dia yang biayain hidup kita, apa kamu mau jadi gelandangan, jadi pelacur di jalanan..” bentak ibunya, Santi menatap wajah merah ibunya, “jadi pelacur, mungkin bu, kalau ibu mengharapakan Santi jadi pelacur …” kata Santi.
“kurang ajar “kata ibunya…PLAAKK!! Satu tamparan ibunya mendarat di pipinya. Santi terjatuh dan berbaring di ranjang. Sambil menutup mukanya dengan bantal, gadis SMU ini menangis. Ibunya yang masih emosi, pun tak bisa berbuat apa apa, ada rasa sesal di hati ibunya, telah menampar buah hatinya sendiri. Dia memilih untuk tidak berkonfrontasi lebih lanjut dengan putrinya, lalu keluar dari kamar Santi.
Santi terlelap, saat dia bangun, saat waktu telah sore, Santi bergegas ke kamar mandi, dia membuka pakaiannya, dan di selangkangan celana dalamnya dia melihat bercak bercak, darah yang telah mengering. Air mata Santi meleleh. Dalam hati Santi memaki maki kakak beradik yang telah menghancurkan hidupnya ini.
Santi menyiram tubuhnya dengan air dingin, dia mandi sebersih bersih, membasuh vaginanya, yang masih terasa sakit dan pedih. Kemudian setelah selesai membersihkan tubuhnya, dan mengenakan baju tidurnya, dia kembali ke kamarnya.
Santi, duduk di depan meja belajarnya, pikirannya mumet. Bagaimana kalau saya hamil ?. apa yang harus saya lakukan ?
Tiba tiba ayah tirinya. seorang pria berumur 50 tahunan, berbadan tegap itu, masuk ke kamar Santi. Seperti biasa, Santi tampak acuh dengan ayah tirinya. “Santi, kamu tidak boleh begitu dengan ibu kamu, kalau kamu ada masalah, coba bicarakan sama ayah, ayah pasti bantu kamu, sayang” kata ayah tiri Santi, sambil membelai belai rambut Santi.
Santi menatap wajah ayahnya. Mata Santi jelas melihat mata ayahnya nanar, menatap belahan dadanya dari lobang leher kaos t-shirt yang di gunakannya. Dasar buaya, maki Santi dalam hati, sambil berdiri. “Santi tidak ada masalah, kemarin, saya kemalaman belajar di rumah teman, jadi tak berani pulang “ujar Santi.
“oh, kalau begitu, tak apa apa, baiklah..” kata ayah tirinya. Santi hanya diam menatap ayahnya. “oh yah, lain kali, kalau mau nginap, telpon dulu, biar ibumu gak kawatir.” Kata ayahnya lagi. “baik ayah “kata Santi. Dan ayahnya pun keluar dari kamar tidur Santi.
Santi masih merasakan sakit di vaginanya, dan masih terasa pedih. Dia berjalan keluar kamar, mengambil es batu dari lemari es, dan kembali masuk ke kamarnya. Dia mengunci pintu kamar tidurnya. Lalu berbaring di atas ranjangnya, dan membuka celana dalamnya. Santi teringat es batu bisa menghilangkan rasa sakit.
Santi membuka lebar kakinya dan di tempelkan es batu tsb ke vaginanya. Pertama rasa dingin itu membuat vaginanya terasa pedih, namun semakin lama rasa pedihnya hilang. Santi terus melakukan itu, untuk mengurangi rasa sakit di vaginanya.
Sampai akhirnya Santi terlelap. Dan tertidur dalam mimpinya. Rasa senang, nafsu, takut, marah dan sedih, tertuang dalam mimpinya.
>>>>>>>>…..
“ha.. Bram, bagaimana kamu bisa kemari “kata Santi yang tiba tiba melihat Bram ada di kamarnya. Bram hanya tersenyum, lalu dia menjilati vagina santi yang terbuka. Santi ingin menjerit, tapi suara tak ada yang keluar. Lidah Bram terus mengaduk aduk vaginanya, membuat Santi menjadi birahi.
Lidah itu demikan lembut menstimulasi klitorisnya, sehingga Santi mengejang dan orgasme. Tubuh Bram kemudian berada di atas tubuhnya, dengan penis besarnya telah berada dalam tubuhnya. Santi merasakan nikmat sekali, atas apa yang di lakukan Bram
Santi dengan mata terpejam,mengejang, tubuhnya bergoyang, menerima perlakuan Bram.
“dasar, pelacur murahan “terdengan suara ibunya. Santi membuka matanya, terlihat ibu dan ayah tirinya. Ditangan ayah tirinya terdapat sebatang rotan. “pak, pukul dia, anak kurang ajar..” hardik ibunya. Ayah tirinya segera mengayunkan rotan di tangannya. Santi menjerit, melengking ke sakitan.
>>>>>>…
Dia terbangun dari tidurnya, dengan peluh membasahi tubuhnya.
>>>
Santi terduduk di ranjang, matanya melirik jam weker yang ada di meja belajarnya. 5.30 pagi. Santi berjalan ke kamar mandi. dia baru teringat, dia tidur tak memakai celana dalam, dia berjongkok, hendak buang air. Ketika tanganya menyentuh vaginanya, terasa lendir membasahi vaginanya, Santi pun merasakan nikmat.
Jarinya bermain di vaginanya sendiri. Birahinya terangkat. Makin cepat jarinya memainkan klitorisnya, semakin nikmat pula yang dirasakannya.
Jari jarinya juga masuk ke liang vaginanya, terus dan terus. Santi terus bermasturbasi, sampai tubuhnya mengejang di kamar mandi itu.
Setelah itu dia mandi, dan kembali mengenakan seragam sekolahnya, putih abu abu.
Setelah selesai sarapan pagi, Santi meraih tas sekolahnya, dia berpamitan pada ibu dan ayah tirinya. Santi berjalan dengan langkah gontai ke sekolahnya. Dengan pikiran yang kacau balau.
Saya sudah tak perawan, aduh gimana nih, apa mesti lapor polisi, saya diperkosa, saya malu akan jadi berita di koran, aduh bagaimana kalau saya hamil. Kenapa saya bermasturbasi. Tapi ada kenikmatan disana. Segala macam pikiran, menghantuinya.
Tapi Santi harus tegar dan berani menerima keadaan ini..