Ujian kenaikan kelas telah berakhir dan dengan nilai raport yang pas-pasan aku pun merangkak naik ke kelas 3. Berbeda denganku, Sonya, yang kali ini nilai raportnya naik dan menjadi rangking 3 di kelasnya melenggang mulus naik ke kelas 2 SMP, begitu juga dengan adiknya, Tia, yang nilai raportnya sama bagusnya dengan kakaknya, naik ke kelas 3 SD. Hal ini membuat bapak dan ibu Sis merasa gembira dan bangga terhadap anak-anak gadisnya.


"Tia, Sonya, papa dan mama sangat bangga pada kalian yang rajin belajar selama ini, untuk itu papa akan mengajak kalian berlibur ke Bali!" kata Pak Sis yang disambut dengan sorakan kebahagiaan oleh Tia dan Sonya.


"Si abang juga harus ikut ya Pa!" kata ibu Sis kepadaku yang langsung ditimpali oleh Pak Sis, "Iya, kamu juga harus ikut karena kata ibu, selama ini kamulah yang selalu membantu Tia dan Sonya dalam belajar, jadi kamu juga pantas mendapatkan hadiah!"


"Maaf Pak, Bu, kelihatannya saya tidak bisa ikut kali ini karena saya harus ke Jakarta berkumpul bersama keluarga, saya sudah kangen untuk bertemu ayah ibu serta adik-adik" Jawabku.


"Iya ya Pa, si abang ini khan sudah lama bersama keluarga kita, jadi dia pasti ingin berkumpul dengan keluarganya selama liburan ini." Kata Ibu Sis.


"Baiklah kalau begitu, sampaikan salam kami kepada orang tuamu ya!" Kata Pak Sis.


"Baik Pak!" jawabku.


Akhirnya, aku pun bisa berkumpul kembali dan menikmati masa liburan yang menyenangkan bersama keluargaku. Selama berlibur, kadang-kadang aku teringat masa indah bersama Sonya, di mana aku selalu memberinya kenikmatan oral seks sampai tubuh kecil itu menggelinjang-gelinjang tak karuan kala getar orgasme yang dahsyat melanda dirinya. Selama itu pun aku tidak pernah menagih janji Sonya untuk mengajak adiknya agar mau kuberikan pelajaran "os" ku. Setiap ada kesempatan yang menurutnya "aman" ia pasti memintaku untuk "memberinya", dan tentu saja selalu kuturuti karena aku juga sangat menikmatinya. Semakin hari permintaannya semakin sering, mungkin seiring dengan bertambah dewasanya Sonya dan hormon-hormon tubuhnya pun mulai aktif mengakibatkan nafsunya pun meningkat sampai-sampai terkadang aku harus menolaknya karena menurutku keadaan di rumah sedang "belum-aman".


Selain memberinya "os", aku juga sering mengajaknya menonton film yang bertema blowjob dan cumshots sambil memberinya semacam pengertian. Aku sangat berharap bahwa suatu hari nanti Sonya dengan kesadarannya sendiri, tanpa paksaan mau mengkaraoke milikku. Reaksi Sonya ketika menonton film-film tadi sebenarnya biasa-biasa saja karena memang ia telah sering kali kuperlihatkan adegan seperti itu, tetapi reaksinya berubah ketika suatu hari aku memperlihatkan kepadanya film bukkake jepang yang kupinjam dari temanku yang memang anak orang kaya itu.


Aku berani mengajaknya nonton malam itu karena bapak dan ibu Sis sedang menginap di luar kota sedangkan si Was, pembantu, sudah tidur di kamar belakang. Biasanya ketika menonton film blowjob dan cumshots, Sonya masih bisa bersenda gurau denganku sambil menggelitiki pinggangku dengan jarinya yang nakal secara tiba-tiba di tengah adegan yang sedang seru sehingga suasana pun berubah jadi canda dan tawa yang sering pula kuakhiri dengan memberinya "os".


Kali ini Sonya tampak terlihat serius, ia bertanya mengapa banyak sekali laki-lakinya yang hanya mengenakan celana dalam saja sedangkan perempuannya hanya satu dengan berpakaian semacam jas hujan yang tipis di ruangan yang besar itu. Aku pun segera menjelaskan bahwa tidak perlu khawatir, perempuan itu tidak akan disakiti, lalu kudekap dia dari samping sambil menemaninya menonton.


Kali ini tidak ada canda dan tawa karena Sonya terlihat sangat serius, ia sangat ingin mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap wanita tadi. Aku tersenyum kagum melihat rasa keingintahuan yang sangat besar dari gadis kecil yang cantik ini, sambil masih kudekap kubelai lembut kedua lengannya.


Terlihat di layar kaca, para pria melakukan onani dan mengeluarkan spermanya di dalam sebuah gelas besar yang sekarang mulai terisi setengahnya, sementara wanita satu-satunya dalam ruangan tadi juga tengah sibuk memberikan blowjob kepada beberapa pria lain yang tempatnya agak jauh dari gelas besar tadi.


Aku melihat raut kebingungan pada wajah Sonya mengenai apa sebenarnya yang sedang ia tonton, tetapi ia berusaha untuk tidak bertanya kepadaku seolah-olah ia ingin menemukan sendiri jawaban dari kebingungannya. Sonya terlihat takjub tatkala ia melihat bahwa gelas besar itu telah terisi penuh dengan sperma seluruh laki-laki yang ada di ruangan itu.


Kali ini terlihat wanita itu mendekati dan berdiri tepat di hadapan gelas besar yang sudah terisi penuh sperma itu dan ia didatangi oleh seorang laki-laki yang memakai baju lengkap (mungkin sang sutradara) yang berbicara pada si wanita tadi yang terlihat mengangguk-angguk dan tersenyum tanda mengerti.


Seusai memberikan mungkin semacam arahan (karena dalam bahasa Jepang, aku jadi kurang ngerti), sutradara itu pun pergi dan kamera didekatkan pada si wanita cantik yang kini sudah memegang gelas besar penuh sperma tadi dengan kedua tangannya. Wanita cantik itu kembali tersenyum di depan kamera dan membungkukkan badan tanda memberi hormat lalu.. lalu ia mulai meminum seluruh sperma yang ada di dalam gelas besar tadi.


Ketika pertama kali aku menontonnya di tempat temanku, aku benar-benar kaget setengah mati akan apa yang kulihat, tapi sekarang aku sudah bisa lebih mengontrol diriku, apalagi sekarang aku berada di depan Sonya. Aku segera melihat ke arah Sonya untuk mengetahui bagaimana reaksinya, dengan mata yang terus menatap ke arah layar kaca kembali terlihat raut wajahnya berubah dari serius menjadi raut wajah orang yang sedang terkejut, matanya terbelalak dan mulutnya membuka tapi tidak terucap satu kalimat pun, yang terdengar hanyalah suara desah keterkejutan, "Haah!?"


Sonya terus memperhatikan si wanita yang pada akhirnya berhasil menghabiskan seluruh sperma yang terdapat di gelas besar itu dengan meminumnya lalu ketika selesai ia tersenyum puas penuh kemenangan dan mengangkat gelas besar yang kini kosong itu tinggi-tinggi dibarengi dengan suara gemuruh tepuk tangan para lelaki yang ikut menyumbangkan seluruh sperma tadi.


Film itu pun selesai dan seperti biasa aku segera membereskan semuanya sementara Sonya terlihat masih duduk sendiri di sofa diam membisu seolah-olah ada sesuatu yang tengah mengganggu pikirannya. Setelah semuanya beres, aku datangi Sonya sambil kupegang kedua bahunya dan bertanya,"kenapa Sonya cantik?" kok kayak orang yang kebingungan sich?" Ia hanya menatapku dengan pandangan kosong tak menjawab pertanyaanku. "Tadi Sonya udah lihat khan bahwa abang tidak bohong!" wanita sangat menyukai meminum sperma dan Mbak yang tadi Sonya lihat sudah membuktikannya!" jelasku.


Sonya tetap diam tidak menjawab dan aku sungguh tidak tahu apa yang dipikirkannya, segera kuangkat badannya dan membawanya ke kamar tidurnya pelan-pelan agar adiknya, Tia, tidak terbangun. Setelah kuselimuti tubuhnya aku mengucapkan selamat tidur sambil sebelumnya kuberi dia ciuman lembut selamat malam di bibirnya yang tipis itu. Semenjak menonton film itu, perilaku Sonya menjadi agak aneh, ia menjadi agak pendiam dan terlihat ia menahan diri untuk tidak meminta "os" padaku.


Aku tahu hal itu dan menghormati keputusannya dan mungkin hal inilah yang membuat hubungan kami semakin dekat dan membuat rasa sayangku padanya semakin besar. Kira-kira dua minggu sampai aku berpisah dengan Sonya karena berlibur, aktivitas "os" untuk Sonya diistirahatkan dan ini membuatku sangat merindukan kehadirannya.


Liburan yang menyenangkan bersama keluargaku berakhir sudah, dan aku sudah harus cepat-cepat kembali ke kota kembang untuk persiapan sekolahku. Sore itu, ketika tiba di rumah, bapak dan ibu Sis menyambutku dengan hangat, mereka menanyakan kabar keluargaku dan kusampaikan bahwa mereka baik-baik saja lalu kuberikan oleh-oleh yang sudah dipersiapkan keluargaku khusus untuk bapak dan ibu Sis sekeluarga.


Aku bertanya ke mana Sonya dan Tia, karena aku tidak melihat mereka lalu ibu Sis menjawab bahwa Sonya dan Tia tadi diantar pergi berenang dan ditemani si Was. Ibu Sis juga merasa kaget ketika mendengar tiba-tiba Sonya ingin mengajak Tia, bapak dan ibu Sis untuk berolah raga renang, karena biasanya Sonya kurang menyukai olah raga.


Aku tersenyum senang mendengarnya karena akulah orang yang menganjurkannya agar berolah raga renang, karena selain menyenangkan berenang bisa membuat tubuh menjadi sehat dan juga membentuk tubuh menjadi indah. Bapak dan ibu Sis kemudian menyuruhku untuk beristirahat di kamar yang biasa kutempati, sementara mereka sibuk membereskan oleh-oleh yang kubawakan. Selesai membereskan barang bawaanku, aku pun tertidur karena lelah. Kira-kira pukul 20 aku bangun dari tidurku lalu beranjak menuju ruang makan, tetapi ketika melewati ruang tengah, aku bertemu dengan Tia dan Sonya yang sedang menonton TV. Mereka terlihat begitu senang melihatku dan langsung keduanya berlari ke arahku.


"Abaang, apa kabar, Sonya kangeen sekali sama abang!" kata Sonya sambil memeluk pinggangku dengan erat.


"Iya, Tia juga kangen sama abang!" kata Tia yang memeluk paha kiriku juga dengan erat.


"Halo anak-anak manis, abang juga kangen sama Sonya dan Tia!" kataku sambil membelai sayang kepala keduanya.


"Papa dan mama mana?" tanyaku.


"Sedang pergi!" kata Tia.


"Iya, ke kondangan perkawinan!" Sonya menimpali.


"Kalian kok ngga ikut?" tanyaku lagi.


"Tia capek!"


"Sonya juga bang, tadi khan kita abis berenang, jadi sekarang pengen istirahat sambil nonton kartun di rumah" jelas Sonya.


"Was mana?" tanyaku lagi.


"Udah tidur!" jawab Tia.


"Iya, dia juga khan capek berdiri terus di pinggir kolam ngeliatin kita berenang!" kata Sonya.


"Ya sudah, sekarang makan dulu yuk, abang sudah lapar nich!"


Mereka setuju, tapi dasar manja, Tia tetap bergelayutan di kaki kiriku, sehingga setiap aku melangkah ia pun ikut terangkat oleh kakiku sementara Sonya bergantungan di punggungku, mereka berdua tertawa-tawa gembira dan minta digendong keliling ruang tamu dua kali dulu baru menuju ruang makan, malam itu aku bahagia karena bisa membuat dua bidadari kecilku itu merasa gembira.


Selesai makan dan membereskan ruang makan, kami kembali ke ruang tengah untuk bersantai sambil menonton film kartun bersama-sama. Aku dan Sonya duduk di Sofa, sementara Tia duduk di karpet sambil memegang remote TV.


"Bang, waktu liburan, abang pernah mikirin Sonya nggak?" Sonya bertanya padaku.


Aku menatap ke arahnya dan menjawab "Iya sayang, tentu saja abang teringat sama Sonya dan juga Tia".


Mendengar jawabanku ia tersenyum senang.


"Memangnya ada apa cantik?" tanyaku.


"Iya, soalnya Sonya juga teringat terus sama abang", jawabnya.


"Itu namanya Sonya kangen sama abang" sambutku sambil menyentuhkan punggung tanganku dengan lembut ke pipinya yang mulus.


Tiba-tiba, Tia bangkit dari karpet dan berlari ke arah belakang sofa lalu berdiri tepat di belakangku, ia mengalungkan kedua lengannya di leherku dan menangkupkan wajahnya di pundak kiriku sambil berkata, "abaang, itu ada film hantu di TV, Tia takuut!".


"Tenang Tia, di sini khan ada abang dan Kak Sonya, jadi Tia tidak perlu takut", kataku sambil membelai kepalanya.


Bersambung...