Aku berdiri di belakang Mbak Eliz, sepertinya dia belum menyadari kehadiranku, kupeluk dari belakang, kudekap erat dan kuremas buah dadanya sambil menciumi tengkuknya, dia menggelinjang hebat, apalagi bersamaan dengan kuluman suaminya pada putingnya, desahannya berubah menjadi jeritan liar nan nikmat menggairahkan.
"Aaagghh..sshh..ehhmm" sambil menggoyang goyangkan kepalanya, rambut indahnya tergerai menutupi wajahnya yang kemudian disibakkan suaminya.

Aku berdiri di atas sofa, posisi penisku sejajar kepala Mbak Eliz, kusodorkan penisku yang tegang ke mulutnya, dia meraih dan mengocoknya, kulihat Mbak Eliz memandang ke arah suaminya sebelum akhirnya memasukkan penisku ke mulutnya, tanpa mengentikan goyangan pinggulnya. Penisku segera keluar masuk mulut Mbak Eliz, tepat di muka suaminya yang sedang meremas remas kedua buah dadanya, kini Mbak Eliz mendapat dua penis di atas dan dibawah. Istriku hanya berdiri tersenyum melihat kami bertiga dan memandangku saat merasakan nikmatnya kuluman Mbak Eliz.
Kupegang rambut indah Mbak Eliz yang tergerai di mukanya dan kukocokkan penisku ke mulutnya membuat dia tidak bisa bebas bergerak kecuali hanya bergoyang pinggul. Aku sudah tak mempedulikan lagi suaminya, yang hanya menonton bagaimana penisku mengisi mulut istrinya tercinta.

Hanya beberapa menit kami mengeroyok Mbak Eliz, ternyata sensasinya terlalu tinggi baginya, tak lama kemudian kurasakan cengkramannya pada penisku mengeras menegang, gerakannya tidak beraturan dan,
"Ooouugghh..yess..yaa..yaa.. oh Mass" jeritnya orgasme, dia menggeliat di pangkuan suaminya sambil tetap mencengkeram penisku. Tubuh Mbak Eliz melunglai memeluk suaminya, aku turun dan kucium pipinya yang masih bersandar di bahu sang suami, napasnya masih menderu, sempat kudengar dia berucap "terima kasih Mas", entah ditujukan ke aku atau suaminya.

"Giliranku" kata Lily, aku duduk di samping Mas Surya yang masih memangku istrinya. Lily berlutut di selangkanganku dan memasukkan penisku ke mulutnya, Mbak Eliz turun dari suaminya, menggenggam dan mengocok penisnya yang masih tegang dan basah karena vaginanya, dikulumnya penis itu seakan membersihkan dari cairannya. Istriku sambil mengulumku meraih penis Mas Surya yang masih dalam kuluman istrinya, lalu mengocoknya setelah ditinggalkan Mbak Eliz ke kamar mandi.

Mas Surya beralih ke belakang istriku, mengatur posisinya bersiap untuk doggie. Tak lama kemudian istriku sudah menerima kocokannya dari belakang, dengan liarnya menghentakkan tubuhnya ke tubuh istriku yang masih bergairah mengulumku, sesekali kulumannya terlepas karena sodokan keras Mas Surya. Desahannya tertahan penisku yang ada di mulutnya, gerakan Mas Surya makin ganas, ditariknya rambut istriku dan menyodoknya dengan keras, tubuh istriku terdongak karena sodokannya, tapi dia tidak pedulikan, sodokan kerasnya tidak melemah, semakin istriku menggeliat nikmat membuatnya semakin bersemangat.

Sambil mengocok, tangannya tak pernah lepas dari tubuh istriku, dielusnya punggung dan pantatnya lalu diremasnya kedua buah dadanya yang menggantung bebas. Dengan cepat istriku sudah bisa menyesuaikan dengan gaya permainan liar Mas Surya, kembali dia mengulum penisku, kupegang dan kuelus rambutnya, sesekali kutekan ke arah penis supaya masuk ke mulutnya sebanyak mungkin, meski dia tidak pernah bisa memasukkan semuanya.

Kami berganti posisi, istriku duduk di pangkuanku, tapi sebelum dia memasukkan penisku ke vaginanya, Mas Surya sudah mendahului menyapukan kepala penisnya, dan melesak kembali ke vaginanya. Istriku menoleh ke Mas Surya, dia hanya membalas dengan senyuman, kini Mas Surya mengocok istriku yang duduk di pangkuanku. Dia mendesis di pelukanku menerima kembali kocokan Mas Surya.

"Mbak suaminya nakal nih, merebut jatah suamiku" teriak istriku sambil mendesah ketika melihat Mbak Eliz keluar kamar mandi. Mbak Eliz terlihat makin cantik dengan rambutnya yang tergerai basah dan hanya berbalut handuk, buah dadanya makin kelihatan montok berisi tertutup handuk putih.
"Biarin aja, itulah balasan kalau kalian menggoda istri orang, tetangga lagi, bikin mereka kapok mas" jawab Mbak Eliz mencium suaminya lalu duduk di sampingku. Tak kuperhatikan buah dada istriku yang berayun-ayun di mukaku, kutarik tubuh Mbak Eliz mendekat, kulempar handuk penutup tubuhnya, aroma wangi tercium dari tubuh segarnya ketika kucium leher dan bibirnya, kami saling mengulum sambil aku memangku istriku yang menerima kocokan Mas Surya.
"Pindah ke kamar yuk, disini kurang bebas" usul Mbak Eliz
Tanpa menunggu jawaban, kudorong istriku turun dari pangkuanku lalu kutuntun Mbak Eliz menuju kamar, sekilas masih kulihat Mas Surya meneruskan kocokannya terhadap istriku, dia menyetubuhi istriku dari belakang sama sama berdiri, berpelukan dan berciuman.

Sesampai di kamar, kurebahkan tubuh telanjang Mbak Eliz dan langsung kutindih, kususuri tubuhnya yang segar sehabis mandi, terasa lebih menggairahkan, aku paling menyukai membenamkan mukaku di antara kedua bukit di dadanya yang montok. Tak lama kemudian istriku dan Mas Surya masuk kamar, ketika kami sedang ber-69 dengan Mbak Eliz di atas, mereka langsung mengambil posisi doggie. Istriku mengatur posisi tubuhnya hingga kepalanya di antara kakiku dan bisa mengulumku bergantian dengan Mbak Eliz ketika suaminya mengocoknya dari belakang, aku tak bisa melihat dengan jelas, tapi bisa merasakan ketika dua mulut dan dua lidah sedang berada di kejantananku baik secara bersamaan maupun bergantian, terasa kenikmatan yang berlebihan.

Ranjang serasa bergoyang ketika kudengar jeritan nikmat istriku akibat hentakan kuat dari Mas Surya, kulihat dari celah paha Mbak Eliz, Mas Surya menjambak rambut istriku hingga dia terdongak ke belakang dan menyodoknya dengan keras, buah dada istriku berayun-ayun tak beraturan karena sodokan itu.

"Mas, gantian dong" pinta Mbak Eliz pada suaminya, tanpa menunggu jawaban dia langsung turun dan nungging di samping istriku. Mas Surya melepaskan istriku dan bergeser di belakang istrinya, langsung penisnya melesak ke vagina Mbak Eliz dengan kecepatan tinggi seperti yang dia lakukan pada istriku, kontan Mbak Eliz menjerit seperti terkaget menerima perlakuan suaminya yang kasar itu, tapi tak ada tanda protes, justru kulihat expresi kenikmatan di wajahnya yang cantik. Kuraih buah dadanya yang montok berayun ayun dan kuremas sambil kupermainkan putingnya, membuat Mbak Eliz makin histeris dalam desahannya.

Istriku yang ditinggal Mas Surya, beralih ke atasku, mengatur posisinya sebelum akhirnya melesakkan penisku ke liang vaginanya. Jeritan nikmat keluar dari mulutnya saat penisku menerobos masuk. Setelah terdiam sesaat, mulailah goyangan pinggulnya di atasku, penisku terasa di remas remas, gerakan istriku semakin liar, kunikmati sambil meremas remas buah dada Mbak Eliz yang sedang mendapat kocokan dari suaminya.

Melihat istriku bergoyang liar dan menggairahkan, Mas Surya rupanya tergoda juga untuk kembali menikmati istriku yang memang lebih liar dibandingkan istrinya, ditinggalkannya istrinya yang sedang mendesah nikmat, tak dipedulikannya suara protes dan kecewa dari Mbak Eliz. Dia berdiri di samping Lily yang sedang terbakar kenikmatan, menyodorkan penisnya yang masih basah dari Mbak Eliz ke mulutnya, istriku segera meraih penis itu dan langsung mengulumnya sambil tetap bergoyang pinggul dan turun naik di atasku.

Penis Mas Surya yang tidak terlalu besar segera masuk semua ke mulutnya tanpa hambatan, dia tidak mengalami kesulitan meng-handle dua penis secara bersamaan. Kedua penis mengocoknya di atas dan dibawah secara bersamaan, Mbak Eliz yang cemberut segera kutarik dalam dekapanku, dia merebahkan kepalanya di dadaku sambil memandangi penis suaminya meluncur di mulut istriku. Mbak Eliz berlutut di sisi istriku, kedua wanita itu bergantian mengulum dan menjilati penis Mas Surya dengan rakusnya.

Kami berimprovisasi dengan berbagai gaya dan posisi di semua tempat di kamar itu, sepertinya sudah menjadi kodrat bahwa aku lebih sering menikmati Mbak Elis dan Mas surya lebih menyukai istriku.
Tak ada aturan, yang capek boleh berhenti yang masih kuat silahkan melanjutkan, permainan selalu bervariasi, kadang MMF, FFM atau MMFF. Anehnya, Mas Surya yang tadi cepat orgasme, dengan berame rame seperti ini justru bisa bertahan lebih lama, bahkan istriku sempat dibuat kewalahan.

Kami saling mereguk dan memberi kenikmatan yang seolah tak pernah habis dinikmati. Selama di kamar tak seutas benang menutupi tubuh kami, bahkan ketika Room Boy mengantar makan malam, hanya Mas Surya yang berbalut handuk yang menerimanya, karena aku lagi sibuk mereguk kenikmatan dengan istriku dan istrinya.

Setelah memberi tahu teman teman di Villa bahwa mungkin kami pulang pagi karena terjebak kemacetan di Cianjur, malam itu kami habiskan dengan pesta penuh nafsu seakan there is no tomorrow. Kami bebas melakukan dengan siapa saja, dimana saja, posisi apa saja, its wild sex, meski cuma kami berempat.

Yang paling mengesankan adalah bercinta bertukar pasangan di keremangan malam yang dingin di udara terbuka, karena tempat kami memang jauh di pojok yang jarang dilewati orang. Dinginnya angin malam tak mampu mengusir gairah nafsu kami yang memang sedang memuncak.

Keesokan harinya kami kembali ke Villa pukul 11 pagi, beberapa pertanyaan muncul mengiringi kedatangan kami, karena memang HP kami matikan untuk menghindari gangguan. Tak ada yang curiga dengan apa yang telah kami lakukan semalam, bahkan beberapa ibu ibu kasihan melihat kami yang kelihatan kurang tidur dan capek, mereka mengira kita kecapekan karena terjebak macet sehingga menginap di Cianjur, padahal itu jauh dari realita, justru kami kurang tidur dan capek karena nikmat.

Akhirnya kami kembali membaur dengan tetangga lainnya, terhadap Mas Surya dan Mbak Eliz kami bersikap sewajarnya seperti tidak terjadi apa apa, begitu juga mereka, tidak ada perubahan sikap kami pada mereka, paling tidak didepan banyak orang.

Sesekali aku masih bisa mencuri cium ataupun pelukan ataupun rabaan dari Mbak Eliz saat berdua, istriku hanya tersenyum saja melihat tingkah lakuku itu.

Kami masih berkeinginan untuk melakukannya lagi di lain waktu dan kesempatan, tak perlu menunggu liburan atau di puncak.

Tamat