Aku yang sudah sangat terangsang berusaha ikut bergerak mengimbangi tusukan-tusukan Parjo di selangkanganku dengan menggerakkan pantatku yang tercengkeram oleh kedua tangannya. Parjo terus mengayunkan pantatnya naik-turun di atas perutku dengan seluruh berat tubuhnya tertumpu di atas perutku. Dadanya yang bidang ketat menghimpit kedua payudaraku. Napasku terasa sesak sulit bernapas karena tertindih berat tubuhnya. Apalagi mulut Parjo yang masuk melumat bibirku berusaha menyedot-nyedot lidahku.

Aku bisa bernapas lega saat Parjo melepaskan kontolnya dari jepitan lubang vaginaku dan bangun. Ia duduk di tepi sofa dan mengangkat tubuhku agar duduk di pangkuannya. Tubuhku kembali direngkuhnya dan bibirku kembali dipagutnya dengan rakus. Aku yang duduk di atas pangkuan Parjo dengan mengangkangkan kaki di antara kedua pahanya tidak dapat bergerak karena kedua tangannya melingkar erat di punggungku dan menariknya ketat hingga payudaraku kembali tergencet dadanya yang bidang itu.

Kontol Parjo yang berukuran super itu tergencet di antara perutku dan perutnya sendiri. Lalu kedua tangan Parjo bergeser ke pantatku dan mengangkatnya hingga aku setengah berdiri menghadap ke arahnya. Kemudian satu tangannya mengarahkan ujung kepala kontolnya dan diarahkan ke selangkanganku. Tubuhku diturunkannya dengan pelan hingga sedikit demi sedikit ujung kontolnya mulai terbenam kembali ke dalam lubang vaginaku.

Aku menahan napas saat batang kontol Parjo mulai terjepit dinding lubang vaginaku dan melesak ke dalamnya. Seluruh bulu tubuhku merinding karena batang kontolnya yang begitu besar serasa menggesek seluruh celah dinding vaginaku.

"Ahh.." hampir secara bersamaan kami menghela napas lega saat seluruh batang kontol Parjo akhirnya masuk tertelan lubang vaginaku. Pantatku terasa geli tertusuk-tusuk rambut kemaluan Parjo yang agak tajam karena dicukur cepak. Aku merasa geli karena kantung telur Parjo yang lunak dan hangat menempel ketat di bawah pantatku.

Dengan dibantu kedua tangannya yang kokoh yang menyangga kedua buah pantatku, tubuhku bergerak naik turun di atas pangkuan Parjo. Kontolnya yang terjepit ketat dalam lubang vaginaku menggesek seluruh relung dinding vaginaku. Aku harus menggigit bibirku kuat-kuat agar dapat menahan kenikmatan yang mulai menggerogoti sumsum tulang belakangku.

Parjo menundukkan wajahnya dan segera menyurukkannya ke dadaku yang berayun-ayun seiring dengan gerakan tubuhku yang seperti menari-nari di atas pangkuannya. Kedua payudaraku dilumatnya dengan bibirnya yang tebal bergantian. Lidah Parjo yang kasar dan panas mengilik-ngilik puting payudaraku yang dijepitnya dengan bibirnya. Aku merasa seperti melayang menerima rangsangan ganda seperti ini.

"Ohh.. Joo.." tanganku segera merengkuh kepala Parjo dan menekankannya ke dadaku. Perutku mulai merasa kejang-kejang. Gerakanku mulai tak terkendali di atas pangkuan Parjo. Dinding vaginaku terasa mulai berdenyut-denyut meremas kontol Parjo yang terjepit di dalamnya. Gerakanku semakin liar dan kepalaku seperti tersentak ke atas.

"Terrushh Joo.. Oohh" aku menjerit panjang saat ada sesuatu yang pecah di dalam perutku. Aku sudah tidak mampu menahan jebolnya gairahku. Pantatku berputar liar di atas pangkuan Parjo seperti ingin menggesek dan menggerus kontolnya yang terbenam di dalamnya. Tangan Parjo membantuku memutar pantatku. Aku melayang dan terhempas ke tempat kosong.

Napasku tinggal satu-satu. Lelah sekali rasanya tubuhku. Aku terkulai lesu di atas pangkuan Parjo. Kedua tanganku memeluk erat lehernya untuk menuntaskan sisa-sisa kepuasan yang benar-benar melelahkan. Dinding-dinding vaginaku mengedut-ngedut selama beberapa saat lalu aku terdiam dan ambruk di atas pangkuan Parjo.

Parjo memberiku kesempatan untuk mengatur napasku dengan membiarkan aku terkulai di pangkuannya. Kontolnya yang masih sangat keras tetap kokoh memaku lubang vaginaku.

"Masih capai Lin..?" bisik Parjo di telingaku.
"He.. Eh.." aku tak berani melihat wajahnya karena malu, soalnya tadi aku menolak tetapi akhirnya aku berhasil ditundukkannya. Aku malu sekali padanya.

Perlahan-lahan Parjo mengangkat tubuhku dari pangkuannya. Serr.. Nikmat sekali saat batang kontolnya yang tadi menyumbat lubang kemaluanku tertarik keluar menggesek dinding vaginaku. Aku sempat melirik batang kontol Parjo yang begitu basah dan licin mengkilat karena hasil orgasmeku tadi. Aku lalu disuruhnya merangkak dengan menghadap ke sofa. Parjo berlutut di belakang tubuhku yang membelakanginya.

Tubuhku menggelinjang saat lidah Parjo mulai menjalari tulang belakangku. Lidahnya menjelajah seluruh permukaan kulit punggungku. Bulu romaku dibuat merinding oleh ulahnya.

"Ughh.." aku melenguh pelan saat mulut Parjo membuat gigitan ringan di atas pinggulku. Otot-otot perutku serasa ditarik karena rangsangan itu. Mulut Parjo tidak berhenti di situ. Mulutnya terus bergeser turun hingga kini kedua buah pantatku digigit-gigitnya dengan gemas. Seluruh tubuhku bergetar menerima perlakuannya. Apalagi saat lidah Parjo mulai menyapu-nyapu daerah sekitar lubang anusku.

"Ja.. Jangan Jo.." namun terlambat. Aku tidak mampu mencegah saat lidah Parjo mulai menusuk-nusuk dan mengilik-ngilik lubang anusku. Geli sekali rasanya. Pantatku tidak dapat bergerak karena dicengkeram kedua tangannya yang kokoh. Aku hanya bisa pasrah dan menikmati jilatan lidahnya di lubang anusku.

Setelah puas menikmati lubang anusku dengan lidahnya, Parjo mulai mengarahkan kontolnya ke lubang vaginaku. Ia menusuk vaginaku dengan kontolnya di antara kedua buah pantatku. Aku harus menahan napas lagi saat kepala kontolnya mulai menerobos lubang vaginaku. Agak perih dan ngilu rasanya.

Lubang vaginaku mulai mengeluarkan cairan pelicin lagi saat Parjo mengocoknya dengan ujung kepala kontolnya yang digesek-gesekkan di antara bibir vaginaku. Hal ini membuat tusukannya bertambah lancar.

"Ughh.. Hkkhh" Parjo menggumam saat seluruh kontolnya berhasil masuk ke dalam lubang vaginaku. Aku pun dapat bernapas lega setelah seluruh batang kontolnya melesak masuk. Ia terdiam beberapa saat menikmati denyutan dinding vaginaku yang melumat kontolnya.

Nafsuku kembali bangkit saat Parjo berkali-kali memaju-mundurkan pantatnya menarik dan mendorong kontolnya di dalam lubang vaginaku. Aku kembali tergerak menikmati tusukan-tusukannya dengan ikut menggerakkan pantatku. Pantatku maju mundur berlawanan arah mengikuti irama tusukannya. Jika ia menarik mundur aku maju dan jika ia maju aku mendorong pantatku ke belakang menyongsong tusukannya. Plok.. Plok.. Plokk.., begitulah setiap kali pantatku beradu dengan tulang kemaluannya selalu terdengar suara seperti tepukan. Kedua payudaraku berguncang-guncang setiap kali vaginaku disodok kontol Parjo.

Darahku mulai menggelegak terbakar nafsu. Tangan Parjo yang tadinya mencengkeram kedua buah pantatku sekarang berpindah dan meremas kedua payudaraku yang berguncang-guncang. Jari-jarinya memilin kedua puting payudaraku.

"Ohh.. Joo.. Ter.. Russhh.. Terushh" tanpa malu-malu lagi aku mendesis meminta Parjo terus memompakan kontolnya. Pantatku yang tadinya maju-mundur kini bergerak memutar seolah hendak memeras. Dinding vaginaku kembali berdenyut-denyut. Aku memejamkan mataku berusaha menahan ledakan yang sudah hampir sampai. Aku berusaha menahan lebih lama lagi. Kelentitku yang sudah mengembang tergesek-gesek oleh tusukan kontol Parjo yang perkasa.

"Ohh.. Joo.. Arghh.." aku mengerang panjang. Aku sudah tidak mampu bertahan lagi. Siksaan gejolak napsu itu terlalu kuat untuk kutahan. Aku harus menyerah lagi untuk yang kesekian kalinya, padahal aku yakin Parjo belum apa-apa. Tubuhku terasa ringan sekali. Otot perutku mengejang dan tubuhku meliuk melepaskan orgasmeku. Aku terus bergerak menuntaskan orgasmeku lalu ambruk di sofa. Kubiarkan saja kontol Parjo menancap di lubang vaginaku. Aku sudah terlalu lelah untuk bergerak.

Aku hanya pasrah saat Parjo menarik tubuhku dan membaringkannya di karpet ruang meeting room itu. Tubuhku ditelentangkannya dan kedua kakiku dipentangkannya lebar-lebar. Aku berusaha menutupi lubang vaginaku yang menganga dengan tanganku. Aku risih juga karena bagian tubuhku yang paling pribadi dipelototi mata Parjo.

Parjo kembali merangkak di atas perutku dan menindihku. Kontolnya yang licin karena lendir orgasmeku kembali ditusukkannya ke lubang vaginaku. Kepala kontolnya agak mudah tergelincir masuk ke dalam jepitan lubang vaginaku karena memang sudah sangat licin. Ia terus mendorong pantatnya hingga seluruh kontolnya amblas ke dalam vaginaku.

Dengan bertumpu pada kedua lutut dan sikunya, Parjo mulai mengayunkan pantatnya naik turun di atas tubuhku. Batang kontolnya dengan sendirinya bergerak keluar masuk menusuk-nusuk lubang vaginaku. Aku masih belum mampu bergerak. Kubiarkan saja Parjo sibuk sendiri di atas tubuh telanjangku.

Bibir Parjo yang terus menerus menciumi bibir lalu leher dan turun lagi ke payudaraku membuat nafsuku kembali bangkit. Lidahnya yang terus bermain-main di kedua puting payudaraku dan tusukan-tusukan kontolnya kembali memaksaku menggerakkan tubuhku.

"Hmmghh.. Ughh.. Ughh.." mulut Parjo terus saja mendengus seperti kerbau gila. Ayunan pantatnya semakin kencang menghantam vaginaku. Ia terus bergerak memacuku. Berkali-kali mulut rahimku tersodok-sodok ujung kontolnya. Ngilu bercampur nikmat berbaur menjadi satu. Keringatnya telah semakin membuat tubuhnya licin. Aroma keringatnya yang maskulin benar-benar membuatku mabuk karenanya.

Aku semakin tidak mampu bergerak karena berat badan Parjo seolah bertumpu pada perutku. Kedua tangannya berpindah mengganjal kedua buah pantatku dan mencengkeramnya kuat-kuat. Bibirnya kini melumat bibirku dan lidahnya menggesek-gesek langit-langit mulutku. Pantatnya kian cepat memompa menghantam vaginaku. Aku merasa darahku mulai menggelegak. Perutku kembali mengejang pertanda akan mencapai klimaksku lagi.

Aku berusaha memutar pantatku yang dicengkeram kedua tangan Parjo dengan sisa tenagaku. Gerakan pantatku memutar menyongsong tusukan kontolnya yang menderu-deru. Vaginaku mulai mengedut-ngedut dan mataku seolah mulai terbalik menahan nikmat. Aku terus bergerak menyongsong nikmat. Gerakanku dan gerakan Parjo semakin liar tak terkendali. Kami sama-sama mendengus dan mengerang.

Tangan Parjo yang meremas kedua buah pantatku terasa lebih kuat. Pantatnya terus menghunjam selangkanganku. Tubuhku menggeliat dan tersentak. Pantatku terangkat saat aku merasa ada suatu ledakan di dalam perutku.

"Arrgghh.. Ter.. Rushh.. Terushh.. Oughh" mulut Parjo terus memintaku mempercepat putaran pantatku. Aku terus berusaha bergerak.
"Ohh" aku merintih panjang bersamaan dengan geraman Parjo.

Mulut Parjo melumat bibirku kencang sekali saat ujung kontolnya menyemburkan mani ke dalam mulut rahimku. Crrt.. Crtt.. Crrt.. Crrtt.. Crutt.. Hangat sekali rasanya saat mulut rahimku tersembur air maninya. Tubuh Parjo ambruk di atas perutku. Kami sama-sama terkulai lemah setelah bertempur habis-habisan.

Aku tidak jadi lembur hari itu. Aku berulangkali disetubuhi Parjo dengan berbagai posisi di ruang meeting VIP itu hingga loyo. Ruang meeting VIP yang biasa digunakan menemui tamu-tamu VIP sekarang kami gunakan untuk saling memiting dan menuntaskan gejolak nafsu liar kami.

Aku keluar kantor dan pulang ke rumah hampir jam 23.30 malam itu. Perselingkuhanku dengan Parjo kembali terulang karena ia mengancamku akan menceritakan affairku dengannya kepada teman-temannya bila aku tidak mau melayani keinginannya. Hampir dua minggu sekali Parjo minta jatah dariku baik itu di kantor saat sepi, di rest room atau di penginapan yang terdekat.

Sejak saat itu aku menjadi kekasih gelap Parjo, office boy di kantorku. Ia dan aku telah berjanji untuk merahasiakan hubungan kami dan akan bersikap wajar di depan orang lain. Ia juga berjanji tidak akan menggangguku bila aku sedang di rumah atau sedang bersama suamiku.

*****

Nah, demikianlah kisah dari seorang pembaca yang menyebut dirinya Linda. Pesan dan komentar bagi yang bersangkutan akan saya forward ke email Linda. Bagi pembaca lain yang ingin berbagi kisah dalam situs ini tetapi merasa sulit menuangkannya dapat saya bantu asalkan anda bisa bersabar. Silakan emailkan kisah anda ke alamat email saya di bawah.


Tamat