Waktu itu aku masih SMA kelas satu, kebetulan aku punya tetangga wanita yang sekolahnya di SMEA dekat sekolah. Dia itu 1 tahun di atas umurku. Orangnya putih, mulus rada bongsor, payudaranya lumayan gede, pinggulnya sedeng, pantatnya rada nungging. Sewaktu aku habis pulang sekolah kulihat dia lagi santai-santai di depan rumahnya, kuhampiri dia.

"Da..! (namanya Farida) aku punya buku bagus, lu mau liat nggak?"
"Buku bagus apaan Ga?".
"Pokoknya asyik sudah, kalau lu baca kagak bakalan nyesel, yakin dech" jawabku.
"Aku pinjem doong"
"Kalau mau liat bareng sini sama aku.." aku menantangnya, eh tahunya dia bangun terus mendekatiku.

Aku yang kebetulan memang sudah lama cari kesempatan buat megang-megang payudaranya.

Pas dia sudah di sampingku kukatakan lagi sama dia, "Elo mau lihat, tapi lu jangan bilang-bilang sama siapa-siapa yah.."
"Iya deh.." sudah gitu aku ajak dia ke rumah tetanggaku yang kebetulan lagi kosong, memang biasanya aku suka nongkrong di rumah itu.

Pas sampai di halaman rumah tetanggaku itu aku mengajaknya ke teras depan. Terasnya rada adem karena banyak pohon-pohon dan lagi tidak terlalu kelihatan dari jalan. Terasnya tidak punya bangku, jadi aku dan dia duduk di lantainya. Kemudian kutunjukkan buku yang kumaksud, Buku "Penthouse" Dia sempat kaget!

Tanpa disangka, "Sini deketan lagi kalau mau lebih jelas" aku bilang ke dia.

Mungkin karena penasaran juga dia merapatkan duduknya dekatku. Aku buka gambar-gambarnya, eh dia tambah mau lihat lagi. Sudah begitu kupegang tangannya sambil aku remas-remas jarinya, sementara tanganku yang satunya lagi membuka gambar lainnya. Dia kelihatannya rada 'terangsang' juga. Kepalanya sampai nempel ke kepalaku sampai-sampai aku bisa mencium wangi rambutnya. Tanganku lama-lama ngusap ke atas tangannya sampai ke bahunya, terus ke punggungnya, lama juga mengusapnya. Pas waktu itu ada gambar orang wanita lagi ngisep 'barang' cowok.

Aku sempat bilang sama dia, "Elo pengen nggak ngerasain kayak gitu?"

Dia diam saja, tapi aku tahu dia juga lagi kontrol nafsunya (napasnya kayak berat gitu). Tahu-tahu tanganku sudah sampai dan nyelusup lewat tangan t-shirtnya yang longgar, meremas-remas payudaranya (dia masih pakai BH). Putingnya sudah tegang. Barangku sendiri juga sudah tegang, kelihatan dari celana seragam SMA-ku. Aku mencium pipinya yang mulus, terus ke bibirnya.

Rupanya dia juga sudah tidak sabaran saat itu. Kami berciuman lama juga, lidahnya kumain-mainkan sampai ke langit-langit mulutnya eh.. Dia tambah di luar kontrol. Aku lepas ciumannya sambil tangganku melepas BH-nya dari belakang, nah sekarang dia nggak pakai BH lagi. Kuangkat bagian depan t-shirtnya kukulum payudara kirinya, sementara tangan kananku memainkan payudara satunya lagi.

Sambil gitu aku dorong dia supaya dia bisa tidur telentang biar aku gampang ngisap pentilnya. Berapa kali dia melenguh tanda dia juga suka. Aku sudah nggak tau bukunya sudah ada dimana deh..! Payudaranya kujilati terus turun sampai ke perutnya yang putih banget (aku belum pernah liat perut putih, waktu itu). Dia pakai celana pendek jeans sementara tangan kananku sudah sampai ke ritsluiting jeansnya siap-siap mau turunin celananya.

Dia dorong kepalaku lebih kebawah lagi, sekarang kepalaku sudah ada didepan selangkangannya tapi masih ada celana dalamnya, jeansnya sudah turun sampai ke dengkul. Aku tetap menjilati perutnya, tanganku dua-duanya merosotin celana dalamnya. Uiih.. Aku baru liat yang namanya memek tuch kayak gitu. Dia kayaknya juga makin nggak bisa kontrol 'rangsangan'nya. Dia makin sesepin kepalaku ke barangnya.

"Sggh.. Ga.. Aku sudah nggak tahan nih", tapi aku masih bisa mengontrol lidahku untuk menjilati barangnya (bulunya sedikit dan rada bule).

Kulebarkan pahanya pakai tangan dan terus kuhisap kelentitnya. Barangnya sudah basah banget, kucolok pakai jari tengah ehh.. Masih rapet loh!!

Da.. Lu masih perawan yah..?", dia nggak jawab tapi tangannya pegang tanganku dan supaya jari tanganku bisa masuk lebih dalam lagi.

Jariku sekarang keluar masuk liang kewanitaannya dan tambah banjir tuh liang kewanitaannya. Dia masih pakai t-shirt tapi bagian bawahnya sudah total telanjang. Kira-kira 2 menit aku gituin dia kayaknya dia sudah mau klimaks.

"Uuhh.. Ga saya mau keluar ga..". Sambil ngomong gitu dia jepit jariku sama pahanya.

Ternyata dia sudah sampai, dan jariku masih di dalam liang senggamanya merasa kayak di pijit-pijit. Kuperhatikan mukanya, kayaknya dia rada malu sama aku, tapi juga puuaass..

Kubangunkan dia terus aku bilang, "Kamu mau nggak mainin penisku?", dia nggak banyak omong langsung tangannya buka ritsluiting celanaku, dia dorong badanku supaya telentang dan dia tarik celana seragamku sampai ke paha, terus merosoti celana dalamku.

Barangku dikeluarkan, terus dia usap-usap pakai tangannya, aku baru setengah tegang.

"Kok kamu punya kecil sih Ga..?"
"Aku masih belum lagi tegang Da.., kocok dulu dong..".

Aku lihat tangannya mulai mengocok penisku yang makin lama makin gede. Tiba-tiba kepalanya maju sampai dekat penisku. Ehh.. Mulutnya sudah menganga dan sudah mulai ngisep kepala penisku. Aku baru pernah merasakan penis dihisap, mulutnya menelan separuh batang, dia terus memompa sambil air liurnya di keluarin. Tangan kanannya tetap megang batangku dan tangan satunya lagi pegang barangnya sendiri.

Enggak lama di situ aku bilang sama dia, "Da.. Lu mau aku masukin yah..?"
"Sakit nggak sih?" tanyanya lagi.
"Aku nggak tau.. Habis aku sendiri belum pernah sih!", jawabku.

Dia langsung stop ngisep dan berbaring telentang dan pantatnya dialasi majalah, sambil membuka pahanya lebar-lebar. Aku sempat melihat liang kewanitaannya yang merah muda sudah basah, aku setengah berdiri, badanku menindih badannya. Tangannya megang penisku yang tegang 100 persen. Dia bimbing penisku untuk bisa masuk ke liang kewanitaannya. Pas.. Sudah mau masuk kira-kira sekepala penis, aku cabut lagi dia kayaknya nggak tahan, dia tarik pinggangku.

"Ga.. Jangan dilepas donng, aku nggak tahan.. Sggh".

Batangku sudah masuk 1/4 ke barangnya yang masih sempit tapi licin aku cabut lagi, dia tarik lagi pinggangku, sekarang ini sudah 3/4 batang tenggelam ke liang senggamanya.

"Uuggh.. Dalam banget Ga..".
"Belum semuanya Da.. Masih ada sisanya.. Teken lagi yah.. Uughh"

Aku juga sudah nggak tahan untuk nggak masukin semuanya. Begitu semuanya masuk aku sempet denger kayak ada suara robek. Prreek.. Begitu. Dia sempat menjerit kecil..

"Oougghh.. Riga barang kamu nikmat banget deehh.".

Aku sudah mulai kocok dia keluar-masuk liang senggamanya yang sempit. Aku nggak sempet hitung berapa kali aku pompa dia. Lidahku memainkan lidahnya. Aku merasa nggak lama lagi aku mau keluar.

"Aduuh.. Da.. Saya sudah mau keluar nih..".
"Ouuggh Ga.. Jangan dilepas ga.. Saya juga sudah mau sampai lagi.. Ssgghh".
"Daa, nggak tahan.. Saya buang di dalam saja yah..".
"Iyaah.. Asal nggak dicabut ajaa".

Enggak lama keluar deh spermaku, sreet.. Srett.. Srett, sambil aku teken biar lebih dalam ke liang kewanitaannya. Berbarengan waktunya dia juga klimaks.

"Oouughh.. Gaa saya juga keluar Ga..".

Saat itu aku ngerasa batang penisku seperti di pijat-pijat di dalam liang surganya.

"Riga.. Sperma kamu kok anget sih ngalir di barang saya".

Aku cuma nyengir saja dia bilang begitu. Sehabis begituan kucabut penisku dari liang senggamanya, dan kuperhatikan ada darah yang mengalir sedikit dari liang senggamanya, jatuh membasahi majalah yang dijadikan alas. Ternyata itu adalah darah perawan Farida. Aku sempat melap barangku memakai celana dalamnya sebelum aku memakai celana lagi, dia keliatannya puas betul.

"Riga.. Ternyata ngewe itu nikmat ya.., aku nggak nyesel deh diperawanin sama lu, habis lu pinter sih muasin aku.."

Sehabis kejadian itu aku makin sering bersetubuh sama dia sampai dia pindah rumah kira-kira 2 tahun setelah kejadian pertamanya. Untungnya lagi biar aku keluarin sperma di dalam, dia tuh nggak pernah hamil. Aku sempat tanya kenapa sih dia nggak pernah hamil meski juga sering main sama aku, ternyata jawabnya kalau dia milih hari-hari tidak subur kalau mau main. Untungnya lagi kejadian pertama itu adalah hari-hari mendekati dia mau menstruasi. Sebab kalau nggak bisa lain lagi ceritanya.


Tamat