Cerita Dewasa kita kali ini tentang Cerita dewasa perkosaan "Cerita Ngentot Perkosaan, Ngentot Anak SMA 17 Tahun". Adapun tokoh² dalam cerita dewasa ini diperankan oleh 7 orang masing² Nanang, Joko, Bejon, Tono, Jaka, Nano dan Cariza sendiri sebagai tokoh utama (korban) Perkosaan. Para Mania Cerita Ngentot, selamat menikmati : Cerita Ngentot Perkosaan, Ngentot Anak SMA 17 Tahun.
Pembaca Cerita Dewasa, Perkenal kan aku Cariza. Saat cerita tragis ini terjadi saat usiaku masih 17 tahun. Waktu itu, aku duduk di kelas dua SMA swasta yang amat terkenal di Surabaya. Aku seorang Chinese, tinggi 160 cm, berat 45 kg, rambutku hitam sepunggung. Kata orang², wajahku sangat cantik dan menjadi idol di sekolahku, tubuhku sangat ideal. Namun karena itulah aku mengalami malapetaka sialan di hari Sabtu, tanggal delapan belas Desember.
Seminggu setelah perayaan Ulang tahun ku yang ke-17 ini, dimana aku akhirnya mendapatkan SuratIzinMengemudi karena sudah cukup umur, maka aku ke sekolah dengan mengendarai mobilku sendiri, mobil Nanangah ultahku. Sepulang sekolah, jam menunjukkan waktu 7,30 Malam (aku sekolah siang, jadi pulangnya begitu malam), aku merasa perutku sakit, jadi aku ke WC dulu. Karena aku bawa mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang air di WC, tanpa harus kuatir merasa sungkan dengan sopir yang menungguku. Tapi yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus bolak balik ke wc sampai 5 kali, mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air. Namun perutku masih terasa mulas. Maka aku memutuskan untuk mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak putih. Sebuah keputusan fatal yang harus kubayar dengan kesucianku.
Aku masuk ke ruang UKS, menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu mencari cari minyak putih di kotak obat. Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk meredakan rasa sakit perutku. Aku amat terkejut ketika tiba tiba tukang sapu di sekolahku yang bernama Nanang membuka pintu ruang UKS ini.
Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap melihat dia menyeringai, tanpa menyadari 3 kancing baju seragamku dari bawah yang terbuka dan memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini. dan belum sempat aku sadar apa yang harus aku lakukan, ia sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke belakang dengan tangan kanannya, dan membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya. Aku meronta ronta, dan berusaha menjerit, tapi yang terdengar cuma “eeemph… eeemph…”. Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku dengan tangan kiriku yang masih bebas. Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Nanang ini? Aku sungguh merasa tak berdaya.
“Halo Neng Cariza… kok masih ada di sekolah malam malam begini?” tanya Nanang dengan menjemukan. Mataku terbelalak ketika masuk lagi tukang sapu yang lain yang bernama bernama Joko. “Bejoooonnn!!!”, ia melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku. Aku sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari cengkeraman Nanang, tapi ternyata Joko yang mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi payudaraku. “Wah baru kali ini ada kesempatan pegang susu amoy.. ini Neng Cariza yang sering kamu bilang itu kan Nang?” tanya Joko pada Nanang, yang menjawab “iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?” tanya Nanang. Sambil tertawa Joko meremas payudaraku makin keras.
Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta berusaha melepaskan diri sambil berharap semoga Bejon yang sering kuberi tips untuk mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini. Tapi aku langsung sadar aku dalam bahaya besar. Yang memanggil Bejon tadi itu kan Joko. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Bejon yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku. Ataukah… ?
Beberapa saat kemudian Bejon datang, dan melihatku diperlakukan seperti itu, Bejon menyeringai dan berkata, “Dengar! Kalian jangan gegabah.. Neng Cariza ini kita ikat dulu di ranjang UKS ini. Setelah jam 7 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong, dan itu saatnya kita berpesta kawan kawan!”. Maka lemaslah tubuhku setelah dugaanku terbukti, dan dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Kedua tangan dan kakiku diikat erat pada sudut sudut ranjang itu, dan dua kancing bajuku yang belum lepas dilepaskan oleh Nanang, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna pink yang menutupi payudaraku. Aku mulai putus asa dan memohon “Pak Bejon.. tolong jangan begini pak..”. Ratapanku ini dibalas ciuman Bejon pada bibirku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia menyumpal mulutku supaya aku tak bisa berteriak minta tolong. “Neng Cariza, tenang saja. Nanti juga Neng bakalan merasakan surga dunia kok”, kata Bejon sambil tersenyum memuakkan.
Kemudian Bejon memerintahkan mereka semua untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS sialan ini. Bejon kembali ke posnya, Nanang dan Joko meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu. Dan aku kini hanya bisa pasrah menunggu nasib.
Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan yang aku dengar, aku mengerti mereka pasti akan memperkosaku ramai ramai. Sakit perutku sudah hilang berkat khasiat minyak putih tadi. Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa setengah jam sudah berlalu. Jam di ruang UKS sudah menunjukkan Jam 7 malam ini.
tibalah saatnya aku dibantai oleh mereka. Nanang masuk, diikuti Joko, Bejon, dan celakanya ternyata mereka mengajak 2 satpam yang lain, Tono dan Jaka. “Hai amoy cantik.. sudah nggak sabar menunggu kami ya?”, kata Nanang. Dengan mulut yang tersumpal sementara tangan dan kakiku terikat, aku hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala, dengan air mata yang mengalir deras aku memandang mereka memohon belas kasihan, walaupun aku tahu pasti hal ini tak ada gunanya. Mereka hanya tertawa dan dengan santai melepaskan baju seragam sekolahku, hingga aku tinggal mengenakan bra dan celana dalam yang warnanya pink.
Mereka bersorak gembira, mengerubutiku dan mulai menggerayangi tubuhku, tanpa aku bisa melawan sama sekali. Aku masih sempat memperhatikan, betapa kulit mereka itu hitam legam dan kasar dibandingkan kulitku yang putih mulus, membuatku sedikit banyak merasa jijik juga ketika memikirkan tubuhku dikerubuti mereka, untuk kemudian perkosa ramai² tanpa ampun..
Aku terus meronta, tapi tiba tiba perasaanku tersengat ketika jari-jari Bejon menyentuh selangkanganku, menekan nekan klitorisku yang masih terbungkus celana dalam. Aku tak tau sejak kapan, tapi bra yang aku pakai sudah lenyap entah kemana, dan payudaraku diremas remas dengan brutal oleh Nanang dan Joko, membuat tubuhku panas dingin tak karuan. Selagi aku masih kebingungan merasakan sensasi aneh yang melanda tubuhku, Tono mendekatiku, melepas sumpalan pada mulutku, dan melumat bibirku habis habisan.
Ya ampun.. aku semakin gelagapan, apalagi kemudian Jaka meraba dan membelai kedua pahaku. Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa oleh lima orang sekaligus, aku merasakan gejolak luar biasa melanda tubuhku yang tanpa bisa kukendalikan, berkelojotan dan mengejang hebat, berulang kali aku terlonjak lonjak, ada beberapa saat lamanya tubuhku tersentak sentak, kakiku melejang lejang, rasanya seluruh tubuhku bergetar. “oh.. oh… augh.. ngggg.. aaaaaaagh…” aku mengerang dan menjerit keenakan dan keringatku membanjir deras. Lalu aku merasa kelelahan dan lemas sekali, dan mereka menertawakanku yang sedang dilanda orgasme hebat. “Enak ya Neng? Hahaha… nanti Neng pasti minta tambah”. Aku tak melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara Joko, dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan merendahkanku itu.
Kemudian Bejon berkata padaku, “Neng Cariza, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika Neng tidak macam macam, kami akan melepaskan Neng setelah kami puas. Tapi jika Neng macam macam, Neng akan kami bawa ke rumah kosong di sebelah mess kami. Dan Neng tahu kan apa akibatnya? Di situ Neng tidak hanya harus melayani kami berlima, tapi seluruh penghuni mess kami. Mengerti ya Neng?”.
Mendengar hal itu, aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan berharap aku cukup kuat untuk melalui ini semu. “Iya pak. Jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti kemauan bapak bapak. Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya. Dan lagi, saya masih perawan pak. Tolong jangan kasar. Tolong jangan keluarkan di dalam ya?” pintaku sungguh sungguh, dan merasa ngeri jika aku harus dibawa ke mess mereka. Aku tahu penghuni mess itu ada sekitar 35 orang, yang merupakan gabungan satpam, tukang sapu dan tukang kebun dari SMA tempat aku sekolah ini, ditambah dari SMP dan SD yang memang masih sekomplek, maklum satu yayasan.
Daripada aku lebih menderita digangbang oleh 60 orang, lebih baik aku menuruti apa mau mereka yang ‘cuma’ berlima ini. Dan aku benar benar berharap agar tak ada yang melukaiku, berharap mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar sering dilakukan oleh pemerkosanya… menindik puting susu korbannya. Aku benar benar takut.
“Hahaha, Neng Cariza, sudah kami duga Neng memang masih perawan. Neng masih polos, dan tidak mengerti kalo kami suka memandangi tubuh Neng yang sexy, dan selalu memimpikan memperawani Neng Cariza yang cantik ini sejak Neng masih kelas satu SMU. Minggu lalu, ketika Neng ulang tahun ke 17 dan merayakannya di kelas, bahkan memberi kami makanan, kami sepakat untuk mengNanangahi Neng kenikmatan surga dunia. Tenang saja Neng. Kami memang menginginkan tubuh Neng, tapi kami tak sekejam itu untuk melukai tubuh Neng yang indah ini. Dan kalo tentang itu tenang Neng, kami sudah mempersiapkan semua itu. Seminggu terakhir ini, air mineral botol yang Neng titip ke saya, saya campurin obat anti hamil. Sedangkan yang tadi, saya campurin obat anti hamil sekaligus obat cuci perut.
"Neng Cariza tadi sakit perut kan? Hahaha…” jelas Bejon sambil tertawa, tertawa yang memuakkan. Jadi ini semua sudah direncanakannya! Kurang ajar betul mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi, tanpa memandang status mereka. Tapi kini balasannya aku harus melayani mereka berlima. Aku akan digangbang mereka, dan mereka akan mengeluarkan sperma mereka di dalam rahimku sepuasnya tanpa kuatir menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh mereka. Membayangkan hal ini, entah kenapa tiba tiba aku terangsang hebat, dan birahiku naik tak terkendali.
Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata Kontol Kontol mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihat Kontol Kontol itu begitu besar. Bejon mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku. Bejon menarik lepas celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat. Tubuhku yang putih mulus terpampang di depan mereka yang terlihat semakin bernafsu. “Indah sekali Neng Cariza, Memek nya Neng. Rambutnya jarang, halus, tapi indah sekali”, puji Bejon. Memang rambut yang tumbuh di atas Memek Ku amat jarang dan halus. Semakin jelas aku melihat Kontol Bejon, yang ternyata paling besar di antara mereka semua, dengan diameter sekitar 6 cm dan panjang yang sekitar 25 cm. Aku menatap sayu pada Bejon.
“Pak, pelan pelan pak ya..” aku mencoba mengingatkan Bejon, yang hanya menganguk sambil tersenyum. Kini kepala Kontol Bejon sudah dalam posisi siap tempur, dan Bejon menggesek gesekkannya ke mulut Memek Ku. Aku semakin terangsang, dan mereka tanpa memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat, mungkin karena sudah yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai mengerubutiku kembali.
Kedua payudaraku kembali diremas remas oleh Nanang dan Joko, sementara Tono dan Jaka bergantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku orgasme yang ke dua kalinya. Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejang lejang, bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi Kontol Bejon yang memang sedang berada persis di depan mulut Memek Ku. “Eh.. Neng Cariza ini.. belum apa apa sudah keluar 2 kali, pake muncrat lagi. Sabar Neng, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera Neng rasakan. Tapi ada bagusnya juga lho, Memek Neng pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang ditembus ya”, ejeknya sambil mulai melesakkan Kontolnya ke Memek Ku. “Aduh.. sakit pak” erangku, dan Bejon berkata “Tenang Neng, nanti juga enak”.
Kemudian ia menarik Kontolnya sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi. Rasa pedih yang amat sangat melanda Memek Ku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena Kontol itu terlalu besar, Bejon kesulitan untuk menancapkan Kontolnya ke Memek Ku, namun dengan penuh kesabaran, Bejon terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku.
Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di Memek Ku mulai bercampur rasa nikmat yang luar biasa. Dan Bejon terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi Kontol Bejon ke dalam Memek Ku. Nanang dan Joko mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang sudah mengeras karena terus menerus dirangsang sejak tadi. Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sakit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek.
“Ooooooh… aaaauuuugggh… hngggkk aaaaaaagh… “Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang, dan air mataku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur deras. Aku ingin meronta, tapi rasa sesak di Memek Ku membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang, dan gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini. “Aduh.. sakit pak Bejon.. ampun”, erangku, namun Bejon hanya tertawa tawa puas karena berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak, “terus.. terus..”.
Aku menggeleng gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku supaya Memek Ku penuh sesak itu tak semakin terasa sakit. Namun lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Tono ditambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu seperti anak kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala.
Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu. Bejon terus memperdalam tusukannya Kontolnya yang sudah menancap setengahnya pada Memek Ku. Dan Bejon memang pandai memainkan Memek Ku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku. Kontol itu begitu sesaknya walaupun baru menancap setengahnya, dan urat urat yang berdenyut di Kontol itu menambah sensasi yang luar biasa. Sementara itu Bejon mulai meracau, “Oh sempitnya Neng. Enaknya.. ah.. “ sambil terus memompa Kontolnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari Memek Ku, mungkin itu rahimku. Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat.
Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan Kontol raksasa yang sedang menancap begitu dalam di Memek Ku.
Dan setelah diam untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Bejon memulai pompaanya. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Bejon. Dan erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Tono memasukkan Kontolnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini. Aku gelagapan, dan Tono berkata “Isep Neng. Awas, jangan digigit ya!” Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum Kontol yang baunya tidak enak ini, tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu. Kontol itu panjang juga, tapi diameternya tak terlalu besar disbanding dengan Kontolnya Bejon.
Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum Kontol itu, Tono memompa Kontolnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku. Aku berusaha supaya tidak muntah, meskupun berulang kali aku tersedak. Selagi aku bejruang beradaptasi terhadap sodokan Kontol si Tono ini, Jaka meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke Kontolnya.
“Neng, ayo dikocok!”, perintahnya. Kontol itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang Kontol itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar Kontol itu panjang. Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka, dan pak Nano, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja Kontol Bejon masih tetap bersemayam dalam Memek Ku.
Melihat semuanya ini, pak Nano membentak, “Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada Cariza?”. Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada Kontol Tono, dan sedikit berteriak “Pak Nano, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka”. Pak Nano seolah tak mendengarku, dan berkata pada Bejon, “Kalian ini.. ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon gak ketemu juga tidak apa apa… hahaha…”. Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara gangbang ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada Kontol Jaka juga kulumanku pada Kontol Tono. Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir.
Setelah sadar bahwa pak Nano juga sebejat mereka, semuanya tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan Kontolnya pada Memek Ku, Bejon berkata, “Pak Nano tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri Neng Cariza masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Nano dulu. Tapi kalo soal Memek nya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih”. Pak Nano tertawa. “Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan?” katanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) Kontolnya tidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka.
Tapi aku sudah tak perduli lagi. Memek Ku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga kalinya. “aaaaagh.. paaak… sayaaa… keluaaaar….”, erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam Kontol pak Nano yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur. Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak, entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun kini cairanku tak keluar karena Memek Ku yang masih sangat sempit ini seolah dibuntu oleh Kontol Bejon yang berukuran raksasa. Dalam kelelahan ini, aku harus melayani 6 orang sekaligus.
Sodokan sodokan yang dilakukan Bejon membuat gairahku cepat naik walaupun aku baru saja orgasme hebat. Tapi aku tak tahu, kapan Bejon akan orgasme, ia begitu perkasa. Sudah 15 menit berlalu, dan ia masih memompaku dengan garangnya. Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini. Kedua tanganku mengocok Kontol dari Jaka dan pak Nano, wali kelasku yang ternyata bejat, membuatku bingung memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai senin besok dan seterusnya saat dia mengajar.
Tono mengingatkanku untuk kembali mengulum Kontolnya yang kembali disodokkannya ke kerongkonganku, membuat aku tak sempat terlalu lama memikirkan hal itu.. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya mulai menikmati saat saat tenggorokanku diterjang Kontol si Tono ini. Kepasrahanku ini membuat mereka semua semakin bernafsu. Tiba tiba Bejon menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan Kontol itu terasa semakin dalam menancap dalam Memek Ku. Aku masih tak tahu apa yang ia inginkan, tiba tiba aku ditariknya lagi hingga rebah dan payudaraku menindih tubuhnya. Urat Kontolnya terasa mengorek ngorek dinding Memek Ku. “Eh, daripada satu lubang rame rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh, tiga sekalian, tiga lubang rame rame?” tanya Bejon pada yang lain, yang segera menyetujui sambil tertawa.
“Akuuur… “, seru mereka, dan Tono segera ke belakangku, kemudian meludahi Panatat Ku. “Oh Tuhan… aku akan disandwich.. bagaimana ini..”, kataku dalam hati.
“Jangaaaan…. Jangan di situuu…!!” teriakku ketakutan. Namun seperti yang aku duga, Tono sama sekali tidak perduli. Aku memejamkan mata ketika Tono menempelkan kepala Kontolnya ke Panatat Ku, dan yang lain bersorak kegirangan, memuji ide Bejon. “Araaaaaaaaaaghhhhh…” erangku ketika Kontol Tono mulai melesak ke liang Panatat Ku. Mataku terbelalak, tanganku menggenggam erat sprei kasur tempat aku aku dibantai ramai ramai, tubuhku terutama pahaku bergetar hebat menahan sakit yang luar biasa.
Ludah Tono yang bercampur dengan air liurku di Kontol Tono yang baru kukulum tadi, tak membantu sama sekali. Rasa pedih yang menjadi jadi mendera Panatat Ku, dan aku kembali mengerang panjang. “Araaaaaaaaaghhhhh…. sakiiiiiit…. Paaaaaaaaaaaaak…….. Jangaaaaan…..”, erangku tanpa daya ketika akhirnya Kontol itu amblas seluruhnya dalam Panatat Ku. Selagi aku mengerang dan mulutku ter-nganga, Jaka mengambil kesempatan itu untuk membenamkan Kontol nya dalam mulutku, hingga eranganku teredam.
Sial, ternyata Kontol Jaka ini agak mirip punya Tono yang sedang menyodomiku. Begitu panjang, walaupun diameternya tidak terlalu besar, tapi Kontol itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokanku. Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi. Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Tono mulai memompa Panatat Ku. Setiap ia mendorongkan Kontolnya, Kontol Jaka menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara Kontol Bejon sedikit tertarik keluar, tapi sebaliknya, saat Tono memundurkan Kontolnya, Kontol Jaka juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat Kontol Bejon kembali menancap dalam dalam di Memek Ku, ditambah lagi Bejon sedikit menambah tenaga tusukannnya, hingga rasanya Kontolnya seperti menggedor rahimku. Sedikit sakit memang, tapi perlahan rasa sakit pada Panatat Ku sudah berkurang banyak, dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah melayang dalam kenikmatan.
Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah. Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci. Dalam keadaan orgasme, mereka tanpa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multi orgasme!
Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. namun semua cairan cintaku yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh Kontol Bejon. Tanganku yang menumpu pada genggaman tangan Bejon bergetar getar. Sementara Jaka membelai rambutku dan Tono meremas remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal. Kenikmatan yang aku alami sekarang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini.
Aku memang pernah bermasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang terdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama Kontol Jaka mengorek ngorek tenggorokanku. Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, “hegh.. hu… huoooooooh..”, Bejon melenguh, Kontolnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang Memek Ku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya.
Akhirnya Bejon orgasme juga bersamaan denganku, dan Kontolnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membuat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut Memek Ku, yang merupakan campuran darah perawanku, cairan cintaku dan sperma Bejon.
“Oh.. Uenaaaaaakkkkkk rek, Memek amoy seng sek perawan…” kata Bejon, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Tono dan Jaka cukup pengertian. Tono mencabut Kontolnya dari Panatat Ku, dan Jaka tak memaksaku mengulum Kontolnya yang terlepas ketika aku yang sudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Bejon yang masih belum juga melepaskan Kontolnya yang masih terasa begitu besar untukku. Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selama hampir satu jam ini. Namun aku tidak menangis.
Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi amat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi. Apalagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan. Mereka benar benar menepati janji untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku. Bahkan Bejon memelukku dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga membuatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya. Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujur tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini. Entah kenapa aku merasa aku rela melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati. “Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu?” pikirku dalam hati.
Tapi tak bisa kupungkiri, tadi itu benar benar nikmat, belum pernah aku merasakan yang seperti itu ketika aku bermasturbasi. Lagian, apakah ini masih bisa disebut perkosaan? Selain aku pasrah melayani apa mau mereka, aku juga menikmatinya, bahkan sampai orgasme berkali kali.
Lamunanku terputus saat Bejon mengangkat tubuhku hingga Kontolnya yang sudah mengecil terlepas dari Memek Ku. “Neng, kita lanjutin ya”, kata Jaka yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang. Aku hanya menurut saja dan mengarahkan Memek Ku ke Kontolnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing Kontol itu untuk menembus Memek Ku yang sudah tidak perawan lagi ini. “Ooh… aaah….”, erang Jaka ketika Kontolnya mulai melesak ke dalam Memek Ku. Lebih mudah dari punya Bejon tadi, karena diameter Kontol si Jaka memang lebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan. “Ooh.. aduuuuh… “, erangku panjang seiring makin menancapnya Kontol Jaka hingga amblas sepenuhnya dalam Memek Ku.
Kontolnya terasa hangat, lebih hangat dari punya si Bejon yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka memberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Tono mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali ini menindih Jaka yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku. Baru aku sadar, Jaka ini pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Tono belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali aku disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap. Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkang seperti kodok, dan... perlahan tapi pasti, Panatat Ku kembali ditembus Kontol Tono yang amat keras ini, membuat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak. Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuatku merintih mengerang antara pedih dan nikmat.
Kini Nanang dan Joko ikut mengepungku. Mereka masing masing memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam Kontol mereka dan mengocoknya. Selagi aku mulai mengocok dua buah Kontol itu, wali kelasku yang ternyata bejat ini mengambil posisi di depanku, memintaku mengoral Kontolnya. “Dioral sekalian El, daripada nganggur nih”, katanya dengan senyum yang memuakkan. Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam. Kubuka mulutku walaupun dengan setengah hati, membiarkan Kontol pak Nano yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku. Jadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Jaka dan Tono makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi.
“eeeeeemmmmph….”, erangku keenakan. Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi Memek Ku yang terus dipompa Jaka yang juga merem melek keenakan. Tiba tiba Kontol pak Nano berkedut dalam mulutku, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku. Baru kali ini aku merasakan sperma dalam mulutku, rasanya aneh, asin dan asam. Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh aku sudah tahu tugasku. Kubersihkan Kontol pak Nano dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidak ada sperma yang tertinggal di Kontol yang kecil itu.
Jaka mengejek pak Nano, “Lho pak, kok sudah keluar? Masa kalah sama sepongannya Neng Cariza? Bagaimana nanti sama Memek nya? Seret banget lho pak”, kata Jaka, yang disambung tawa yang lain. Pak Nano terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di sebelah si Bejon. Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringan. Nanang yang juga ingin merasakan Kontolnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan Kontolnya ke mulutku.
Aku mengulum Kontol itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada Kontol Joko kupercepat, mengimbangi cepatnya sodokan demi sodokan Kontol Jaka dan Tono yang semakin gencar menghajar vagina dan Panatat Ku. Tono tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang “oooooooouuuuggghh…. “, seiring berkedutnya Kontolnya dalam Panatat Ku, dan menyemprotkan maninya berulang ulang. Terasa hangat sekali Panatat Ku di bagian terdalam. Kini aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghitungnya. Dan Joko menggantikan Tono membobol Panatat Ku. Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada Kontol Joko, aku tahu Kontol Joko tidak panjang, tapi… diameternya itu.. rasanya seimbang dengan punya si Bejon. Oh celaka… Kontol itu akan segera menghajar Panatat Ku.
“ooooh… oooooogh… sakiiiit…”, erangku ketika Joko memaksakan Kontolnya sampai akhirnya masuk. Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata. Aku semakin tersengat birahi ketika Jaka yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergantung di depan matanya, sementara Nanang menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan Kontolnya ke kerongkonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata Kontol si Nanang ini setipe dengan punya Tono atau Jaka.
Dengan pasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan. Dimulai dari kedutan Kontol Jaka dalam Memek Ku, tapi tiba tiba Kontol Nanang berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuanya tertelan masuk dalam kerongkonganku. Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Joko menggeram, Kontolnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam Panatat Ku, diikuti Jaka yang menghunjamkan Kontolnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan. “Oooooooohh… aaaaaaargh”, seolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang. Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Jaka di dalam Memek Ku, aku juga mengalami orgasme hebat.
Nanang jatuh terduduk lemas setelah Kontolnya kubersihkan tuntas seperti punya pak Nano tadi. Lalu Jaka yang Kontolnya masih menancap di dalam Memek Ku memeluk dan lembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas. Joko yang Kontolnya tak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari Panatat Ku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dan Jaka yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas. Jaka membalik posisi kami hingga aku telentang di ranjang ditindihnya, dan Kontolnya tetap masih menancap dalam Memek Ku meskipun mulai lembek, mungkin dikarenakan Kontol Jaka yang panjang. Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Jaka, seakan tak ingin Kontolnya terlepas, dan aku balas melumat bibir si Jaka ini.
Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Bejon terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacungnya Kontolnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Jaka yang bergumul dengan penuh nafsu. Namun Kontol Jaka yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam Memek Ku, dan Jaka pun tampaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku. Bejon segera menyergap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Bejon segera menjejalkan Kontolnya yang amat besar itu ke dalam Memek Ku. Aku terbelalak, merasakan kembali sesaknya Memek Ku.
Bejon yang sudah terbakar nafsu ini mulai memompa Memek Ku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakan nikmat berkepanjangan ini. Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Bejon dengan pura pura ingin menahan sodokan Kontolnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya. Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelangan tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya. Dan sodokan dem sodokan yang menghajar Memek Ku terasa semakin keras. Aku menatap Bejon dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil. Dengan nafas memburu, Bejon melumat bibirku sambil terus memompa Memek Ku.
Kini aku yang gelagapan. Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Bejon menggeram nggeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang Memek Ku.
Bejon melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Nano yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang Memek Ku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi. Dengan tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala Kontolnya ke Memek Ku yang sudah banjir cairan sperma bercampur cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan Kontolnya seluruhnya.
Aku sedikit mendesah ketika ia mulai memompa Memek Ku. Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Nano sudah mulai menggeram, kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang Memek Ku. Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang belum terpuaskan dalam ‘sesi’ ini, memandang yang lain, terutama Nanang yang belum sempat merasakan selangkanganku. Nanang yang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian, Nanang sudah siap dengan kepala Kontol yang menempel di Memek Ku, lalu mulai melesakkan Kontolnya dalam dalam.
Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karena Nanang cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini. Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pak Nano yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, Kontolnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka.
Nanang mulai memompa Memek Ku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatan. Selagi aku dan Nanang sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Joko dan Tono akan pergi ke wc, katanya untuk mencuci Kontol mereka yang tadi sempat terbenam dalam Panatat Ku. Sambil keluar Tono berkata, “nanti kasihan Neng Cariza, kalo Memek nya yang bersih jadi kotor kalo kont*lku tidak aku cuci”. “iya, juga, kan kasihan, amoy cakep cakep gini harus ngemut ****** yang kotor seperti ini”, sambung Joko.
Oh.. ternyata mereka begitu pengertian padaku. Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka. Kulayani Nanang dengan sepenuh hati, setiap tusukan Kontolnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga Kontol itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 menit kemudian aku orgasme disusul Nanang yang menembakkan spermanya dalam liang Memek Ku, bersamaan dengan kembalinya Joko dan Tono. Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Nanang kembali terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubutiku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusan. Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkan pukul 21:00 malam. Tak terasa sudah satu jam aku melayani mereka semua.
Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Tono dan Joko untuk minum. Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus. “Sebentar bapak bapak, saya mau minum dulu ya”, kataku. Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Air mineral, sisa minuman yang tadi sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini. “Pak Bejon. Itu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lagi ya pak”, kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku. Tapi Bejon berkata, “Gak usah Neng. Saya belikan saja”.
Bejon pergi ke wc sebentar untuk mencuci Kontolnya, kemudian kembali dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku. Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Bejon kembali sambil membawa sebotol Air mineral, yang segelnya sudah terbuka.
Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus. “Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya mulas mulas lagi?”. Bejon dengan tersenyum menjawab, “nggak Neng. Masa lagi enak enak gini saya pingin Neng bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya Neng Cariza gak terlalu capek. Buat tambah tenaga Neng”. Yah.. pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa aku mengambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah.
Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Tono dan Joko. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringat kembali bercucuran di sekujur tubuhku. Padahal mereka belum menyentuhku. Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Tono dan Joko bergantian memompa vagina dan mulutku. Awalnya Tono melesakkan Kontolnya dalam Memek Ku, sementara Joko memintaku mengoral Kontolnya.
Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme mereka bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral Kontol mereka, dan membuatku semakin bergairah. Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Joko di Memek Ku dan Tono di tenggorokanku. Sedangkan aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme.
Ada tiga sampai empat menit lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggengam sprei yang sudah semakin basah dan awut awutan. Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu birahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pada sekujur tubuhku. Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku. Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nafsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku.
Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih. Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Bejon melesakkan roti hot dog ke dalam Memek Ku. Aku mendesah dan memandangnya penuh tanda tanya, tapi Bejon hanya cengengesan sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup ketat. Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku.
Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku. Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah.
“Neng Cariza, kami puas dengan pelayanan Neng barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan Neng melayani kami untuk berikut berikutnya”, kata Bejon. Aku tak terlalu terkejut mendengar hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, “maksud bapak?”. “Neng tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis Neng di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3. Dua hari sebelum hari Natal. Tanggal 24 kan libur, kami ingin Neng Cariza datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, Neng cukup melayani kami 2 jam saja. Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu.
Neng harus datang, karena kalo tidak wali kelas Neng bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Nano?” jelas Bejon panjang lebar. Pak Nano mengiyakan dan berkata, “benar Cariza. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari cari. Jadi sebaiknya kamu jangan macam macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kamu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu”. Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah. Oh Tuhan.. di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini… Dan aku tak bisa menolak sama sekali.. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang.
Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai ramai, roti yang menancap pada Memek Ku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada yang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat.
Sampai di rumah, sekitar pukul sepuluh malam, aku membuka pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku. Roti (sperma/peju) ini benar benar mengganggu sejak aku menyetir tadi. Rasa nikmat terus mendera Memek Ku tak henti hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak kopling, roti ini rasanya tertanam makin dalam. Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku agak lebar.
Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, kamarku memang ada di lantai 2. Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkena campuran sperma dan cairan cintaku. Aku menyemprotkan air shower ke Memek Ku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek Memek Ku untuk lebih cepat membersihkan semuanya.
Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku hingga aku kembali orgasme seiring dengan makin cepat nya kocokan tangan ku pada itil memek ku, namun aku tahu ini harus di sudahi dan peluh tubuhku mengisyaratkan bahwa aku harus segera beristirahat. Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merobohkan tubuhku yang sudah amat kelelahan. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas orang orang yang tadi menggangbang (baca:perkosa ramai²) aku.
Tamat !
Tidak ada lanjutan "Cerita Ngentot Perkosaan, Ngentot Anak SMA 17 Tahun" setelah cerita ini.
Posted by Bokep
Posted on 12:16 AM