'Sembilan puluh satu... sembilan puluh dua...'
Andrea benar-benar kepayahan dipaksa push up seperti itu, dirinya bertumpu pada empat bangku di kedua tangan dan kakinya. Hanya saja nyala puluhan lilin besar di bawah tubuhnya membuatnya menderita, terlebh ketika panasnya itu menyengat vagina dan payudaarnya.
Dan nyona Susi benar-benar membantunya 'berolah raga', sesekali ia mengambil secanting lilin panas dan meneteskannya di punggung mulus Andrea, dan belahan pantatnya.

Tepat pada hitungan keseratus tubuh sexy Andrea bergetar dan terjatuh menimpa lilin-lilin itu. Gadis itu meringkuk menggeliat menahan sakit dan panas disekujur tubuhnya. Namun dengan santainya Susi menjambak rambut Andrea yang mengeluarkan bau hangus terbakar dan menyeretnya ke sebuah ruangan di mana ke tiga tuannya sudah menunggu.

'Gimana latihannya sayang?' kata Arman sambil mencium Susi denga bernafsu
'Dia siap untuk peregangannya....' desah Susi menikmati jemari Arman yang mengaduki vaginanya.
Lalu satpam dan tukang kebun merenggut Andrea dengan kasar dan membantingnya di meja bundar yang berada di tengah ruangan itu.
Kedua tangannya di belenggu di samping tubuhnya, kemudian mereka menelikung tubuh Andrea hingga kini lututnya mengapin kepalanya, lalu mereka mengunci pergelangan kaki gadis itu dengan pasung.

Arman kemudian mendekati Andrea yang sama sekali tidak nyaman dengan posisinya, dan kemudian keempat penjajahnya duduk dengan santai mereka tertawa dan bercanda. Kemudian Susi membawa dua buah lilin merah besar, dan mengedip kepada Arman, yang tersenyum dan mengangguk kepada dua rekannya.
Keduanya bersiul girang, dan terdengar lenguhan Andrea.

Gadis itu kembali merasakan kesakitan yang sama, yang walau sudah sering dterimanya ak pernah membuatnya kebal. Vagina 'perawannya kembali di perkosa
tukang kebun dengan brutal, bahu dan pundaknya sakit dengan posisi tubuhnya sekarang, terlebih ketika satpamnya mulai mengambil posisi dan mulai menyodominya dengan liar.
Gadis itu terbanting-banting dengan menyakitkan, tiap jeritan gadis itu disambut high five kedua pemerkosanya. dan seakan mau menambah penghinaan itu, Susi melepas celana dalamnya, dan menyumpalkannya ke mulut Andrea, kemudian menambahnya dengan celana dalam Arman, membuat mulut gadis itu menggembung hingga mengkilat.

Kedua pemerkosanya menggeletar puas membasahi rahim mandul, vagina yang terluka dan anus yang berdarah milik Andrea dengan sperma mereka. Kemudian dengan santai Susi membenamkan lilin besar itu ke vagina dan anus Andrea, lalu menyalakannya.
'Wah..' kata satpam itu sambil tersenyum mengejek, 'kontol kamu sekarang lebih besar dari punyaku...'
Dan para penjajahnya riuh tertawa membiarkan kata-kata hinaan itu menyerap dalam pikiran Andrea.

Andrea makin putus asa karea dengan santainya para penjajahnya makan dan minum di sekeliling tubuhnya yang kini menjadi pegangan lilin, terlebih ketika lelehan lilin panas kembali mengalir di tubuhnya yang mulai kram dalam posisi itu.
Dan perbincangan seru diiringi gelak tawa mengiringi penderitaan Andrea.
'Well bitch...' seru Arman dalam mabuknya , 'Besok kamu bertanding... kamu... dan pelacur lainnya'
'Kamu menang... kamu bisa terus hidup jadi budak kami.... kamu kalah..... bahkan ramuan profesor tidak akan mengembalikan vagina dan anusmu menjadi normal lagi...'

'Yaaaaaaa,' desah Susi, 'dan aku mau kamu kalah...., aku mau kang Arman hanya untukku....'
Dan kembali rokok menthol yang dihisap Susi menyentuh tubuh Andrea yang hanya bisa berjengit kecil.
Malam makin larut ketika akhirnya para penjajah Andrea undur diri meninggalkan gadis itu menderita oleh lelehan lilin dan dinginnya AC yag sengaja dinyalakan dengan kekuatan penuh.
Andrea antara sadar dan tidak ketika pada dini hari ada suara lelaki yang berkata kepadanya,
'Kalau kamu bisa sampai final, aku akan memberimu kesempatan untuk membalas dendam pada nyonyamu, dan bila kamu menang, kamu akan jadi nyonya baru....'

Keesokannya Andrea mendapati kalau profesor maniak yang telah membuatnya jai menderita dengan ramuannya berdiri di dekatnya, terkekeh melihat luberan lilin disekujur tubuh gadis itu, lalu dengan kasar menyentak lilin di vagina dan anusnya hingga bulu kemaluannya tercabut bersih dan meninggalkan bekas kemerahan.
Kemudian tanpa belas kasihan kembali vagina sang gadis dihujam suntikan kuda, kemudian di anusnya, profesor itu hanya tertawa dan berkata.
'Kamu akan berterimakasih padaku dan Arman nantinya...'
Dan kembali Andrea pingsan.....

Ketika terbangun ia mendapati kalau dirinya berada di sebuah ruangan dalam keadaan telanjang, hanya gelang besi, strap leher, dan boot bulu rubah yang menjadi aksesorisnya. Namun samar ia bisa melihat ada tanda memar hitam di sendi-sendi siku dan lututnya.
Kemudian Arman masuk ke ruangan itu, mambawa dua buah remote. Andrea mengenali salah satunya, dan reflex gadis itu menyentuh strap di lehernya.
Arman tersenyum sinis, lalu berkata, 'Ah, bagus kalau kamu masih ingat, nah yang satu lagi gunanya untuk...'
Andrea merasa seperti seluruh tubuhnya terbuat dari agar-agar dan jatuh menggelosor tanpa daya.
'Di semua sendimu terpasang chip yang mengontrol sensor motorikmu, hingga denga sekali tekan, kamu akan kehilangan tenaga. Nah, mau aku gabungkan dengan yang satu lagi?' kata Arman sambil menggoyang remote itu.

Andrea hanya bisa membelalak ngeri bersuarapun ia tak bisa, ia hanya bisa merasakan angin dingin masuk ke mulutnya yang sudah pasti menganga, dan merasakan lelehan liur turun ke pipinya.
Ia benar-benar tak bisa mengontrol tubuhnya.

Arman lalu menekan tombol itu ke posisi off, dan Andrea bisa merasakan kekuatannya kembali. Denagn limbung ia bersujud di kaki Arman dan menciumi kaki sang tuan.
'Hamba akan patuh, tuan... hamba ini milikmu....'
Arman tersenyum penuh kemenangan, lalu berkata, 'Sekarang bersiaplah, pertandinganmu sebentar lagi.' Lalu arman mengikatkan rantai di strap leher Andrea dan menariknya seperti menarik sapi.

Andrea terkejut megetahui kalau cukup banyak penonton yang hadir di perlombaan itu, gadis itu memandang sekeliling, takjub banyaknya slave owner yang berkumpul selain para BDSM mania.
Arman membawanya ke sebuah lapangan, Andrea membeliak melihat ada lima baris kuda di sana, masing-masing baris terdiri dari lima ekor kuda.
Kemudian matanya melihat ada empat orang budak sama seperti dirinya, dua orang ampak pasrah sementara yang dua lagi, tampak menyunggingkan senyum binal seakan menanti hari ini tiba.

Sekarang kelimanya berada di depan barisan masing-masing, segera Andrea mengerti pertandingan pertama yang akan mereka lalui.
Seorang wasit memawa pistol, mengarahkannya ke udara dan...
Kelima kontestan segera menghampiri kuda pertama, Andrea melihat peserta yang binal segera merangsang kuda mereka, sementara yang lainnya merasa jengah, risih, dan takut. Pikiran Andrea sendiri berkecamuk, ia ingin gagal sehingga ia bisa mati, namun bunuh diri bukan kematian yang baik, lagipua ia teringat tentang prosesi penyiksaan yang akan diterimanya sebelum ia mati.

Dan kuda pertama menerima kehormatan itu, Andrea menjilati lipatan paha sang kuda, menyentil lembut zakar besar itu sambil mengelusi penis yang kini mulai menegang, lalu mulut gadis itu berusaha sebisaya mengulum kepala penis kuda yang mulai menyentak tak karuan, membuat gadis itu kewalahan dan tersedak. Kini kuda ke dua... astaga satu orang gadis sudah pindah ke kuda ketiga. Andrea makin liar dan binal, dan...
Kuda keriga merasakan tit fuck, kuda keempat merasakan sempitnya vagina Andrea yang menjerit kesakitan, dan kuda ke lima menyodomi Andrea hingga muntah karena merasa perutnya sangat penuh.

Ia berada di tempat ke tiga, hanya selisih beberapa detik dengan posisi kedua. Badanya letih, tubuhnya terlentang mengambil nafas, namun tak lama karena mereka segera digiring ke arah kuda-kuda itu kembali. Andrea merasa semangatnya terbang kerena membayangkan harus memuaskan hewan-hewan itu lagi.
Namun dugaannya salah, perasaan sedih, miris, lega, takut jadi satu. Ternyata mereka dikumpulkan untuk memberi hukuman pada peserta yang selesai paling akhir pada perlombaan itu.
Peserta malang itu terkunci dalam posisi berdiri membungkuk, dengan pantat terangkat menungging. Andrea bisa melihat vagina terlka gadis itu akibat gempuran kuda.

Kemudian seorang pria kecil berjubah membawa kotak dan meminta mereka mengambil nomor undi.
Dan Andrea menjadi yang pertama memberikan hukuman. Dengan bergetar Andrea menuntun kuda dibarisannya, dan memang dirinya terpaksa kembali merngsang kuda itu, sebelum mengarahkan penis kuda itu ke vagina yang bengak, memerah dan membuka lebar itu.
Andrea memalingkan wajah dan berusaha menulikan telinganya ketika mendengar jeritan pili sang gadis, namun cengraman tangan seorang penjaga yang selama pertandingan mengawasi mereka membuatnya terpaksa menatap vagina sang gadis yang dibombardir kuda.
Andre tak berhenti meneteskan air mata ketika ia menuntun kuda ke dua, dan ketika ia tampak ragu melakukan hukuman, sabetan rotan bertubi-tubi bersarang ditubuhnya, hingga diiring permintaan maaf yang berulang, Andrea mengarahkan penis kuda itu dan...

Andrea bergidig ketika melihat peserta yang sepertinya menikmati pertandingan ini maju, tanpa belas kasihan ia menuntun kudanya dan menyodomi gadis itu, dan lagi, dan lagi...
Bahkan satu peserta dengan gilanya memaksa gadis itu mengoral kuda-kudanya. Andrea bisa melihat darah mengalir deras dari tubuh wanita yang entah masih hidup atau sudah mati itu.
Kemudian keempat peserta yang tersisa digiring ke tempat pertandingan berikutnya, meninggalkan gadis itu dengan kumpulan kuda yang kembali bergairah dan.....

Dingin ruang bawah tanah yang lembab dan dingin menemani istirahat mereka yang jauh dari menyenangkan, dengan tikus yang berkeliaran dan ransum berupa makanan anjing.

Keempat peserta tersisa berhadapan dengan batang pinus besar yang sudah rebah untuk masing-masing mereka. Andrea melihat kampak besar dan keranjang di sana. Dan ketika suara letusan terdengar, para peserta langsung berhamburan ke arah kampak masing-masing dan mulai menghajar batang pinus itu menjadi potongan kecil dan menyusunnya ke dalam keranjang, lalu mereka berlari ke arah penyimpanan kayu, dan kembali ke pinus mereka.
Sedikit banyak Andrea bersyukur karena siksaan yang selama ini dialaminya membuatnya terbiasa dengan pekerjaan berat seperti ini.
Tiba-tiba...
Derak pohon diiringi jeritan mengagetkan mereka. Salah seorang peserta binal yang ada ternaya salah memotong sisi pinus hingga pohon itu berguling dan menimpanya. Namun lecutan cambuk menyadarkan mereka, hingga tanpa banyak bicara mereka kembali berhadapan denganpinus mereka.
Andrea lega, ia selesai diurutan pertama. Cuma kini ia harus bersiap mengetahui hukuan yang harus ia terapkan pada pihak yang kalah.

Ternyata gadis lembut yang tersisa tak mampu melakuan tugasnya. Para pengawal menyeret tubuh mungil yang meronta lemah itu, dan mengikatnya di sebuah pasak.
Lalu para pengawal memaksa Andrea dan seorang kontestan yang tersisa untuk menyusun potongan pinus yang telah mereka potong sebelumnya mengelilingi gadis malang yang memohon belas kasihan pada kedua kompetitornya, bahkan kontestan binal yang tersisa meneteskan air matanya, namun cambukan, deraan serta sengatan cattle prod membuat keduanya tak mampu berbuat banyak, kecuali tanpa berani melakukan kontak mata menyusun potongan pinus itu di sekeliling sang gadis yang kini hanya tertunduk lesu.

Seorang pengawal menyiram bensin ke sekujur tubuh sang gadis, serta ke tumpukan pinus itu. Lalu seorang pria berjubah datang membawa dua obor. Tangan kedua gadis itu bergetar hebat....
Jeritan kesakitan gadis itu menyelingi derak api unggun raksasa itu. Obor terjatuh, tubuh Andrea dan gadis yang lain bergetar hebat melihat jasad terbakar di hadapan mereka. Terror yang sangat mengguncang...

Bayang gadis itu menghantui Andrea, hingga ia sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Keesokannya Andrea dan kontestan terakhir sama-sama dalam kondisi lemah, semangat yang tinggal separuh.
Mereka berniat menyerah, namun bayangan siksaan yang telah tersaji di hadapan mereka membuat mereka harus bertahan. Setidaknya walau mereka hidup dalam perbudakan, mereka berjuang demi kehidupan mereka.

Sepasang pedati besar menanti mereka berdua. para pengawal, memasang kekang di mulut mereka, memasang sepatu yang dirancang khusus hingga mereka terpaksa berjinjit., tangan mereka diikat dengan tali rami ke belakang punggung mereka dengan posisi telapak tangan mengarah ke kepala. Tali rami linnya diikan di sekeliling payudara mereka hingga menghambat aliran darah dan menyebabkan payudara keduanya menjadi keunguan, tali yang lain dilit melalui vagina dan anus, dan ditarik dengan sangat ketat hingga melukai vagina keduanya

Kemudian pedati itu dimuati beberapa ekor sapi besar. Dan ketika letusan terdengar, mereka mulai bergerak dengan menyakitkan, tertatih, perlahan.
Namun keinginan hdup Andrea nampak lebih besar, karena ia punya satu janji yang harus ia yagih, maka walaupun vaginanya makin teriris dengan hebat, ia mulai menarik dengan lebih kuat, lebih kuat lebih kuat.....
Tanjakan terjal di hadapannya membuat betisnya kram, ia melihat kompetitornya mulai menyusul, namun ia tak mau menyerah. Andrea memaksakan dirinya hingga dipuncak tanjakan, dan.. ia sengaja membiarkan tubuhnya terdorong pedati ketika berada di daerah turunan. hanya sesekali ia menahan agar pedatinya tak terguling.
Andrea hampir pingsan ketika akhirnya ia mencapai garis finish, tubuhnya babak belur.

Ia berhasil.

Samar ia melihat kompetitornya meronta hebat ketika para penjaga membawanya ke sebuah lapangan, melepaskannya di sana, dan melemparkan sebuah selendang.
Tu buh lemahnya diseret ke tepi arena itu, dan melihat semua sapi yang mereka bawa tadi dilepaskan dalam arena. Andrea bisa melihat bokong sapi-sapi itu berdarah...

Astaga....

Sapi-sapi itu mengamuk karena luka, dan terganggu oleh kibasan selendang, Kompetitornya berusha bertahan mati-matian, mengelak ke sana ke mari, namun akhirnya, tubuh gadis itu tercabik dan tertusuk tanduk-tanduk runcing itu, terseret-seret, terlempar bagai onggokan kain rombeng....
Andrea pingsan.

Wajah Arman begitu dekat dengan wajahnya, dan rasa di vaginanya...
Ia tahu Aman sedang menikmati tubuhnya, ada rasa bahagia melihat tuannya datang dan menyetubuhinya, rasa diperlukan, diinginkan, dirindukan.
Maka tanpa sungkan ia membalas tuannya, Ia memberikan sex terhebat yang pernah dilakuan Andrea pada Arman, sebagaimana seorang budak yang patuh menyerahkan seluruh jiwa dan raganya demi kemuliaan sang tuan.

Dan Andrea tertidur dengan nyaman....

Sorak sorai penonton di arena gladiator begitu gegap gempita. Andrea berada di tengah arena, dikedua lengannya terdapat pedang dan kampak. Pertarungan terakhir. Namun Namun Andrea bingung. Melawan siapa? Seluruh lawannya sudah mati....

Raung singa memenuhi gelanggang. Pertarngan di mulai.
Kedua senjata Andrea terlempar oleh terjangan singa. Cakar besarnya menghujam bahu sang gadis, yang berusaha bertahan sambil menahan rahang sang singa untuk tidak mengoyak tubuhnya.
Kaki sang gadis mengincar dan. Singa itu melompat merasakan sengatan di buah zakarnya. Andrea berlari berguling memungut senjata, sambil menghindari terjangan singa itu.

Ketika singa itu kembali menerjang, Andrea sudah siap. Ia membungkuk dan...
Auman kekalahan menandai tusukan pedang yang menghujam jantung sang singa...

Andrea mengangkat pedangnya, namun tak ada sorak gemuruh...

Reflex, Andrea mengelak dan sabetan kampak itu lewat tipis di samping tubuhnya, rambutnya sedikit terpotong.
Andrea berusaha menghindar sebisanya hingga ia terdesak di dinding arena, hantaman kampak lawannya, membuat tangannya sedikit pegal menahan gempuran itu.

'Pelacur..., kamu harus mati... mati.... mati....!'
Suara itu....,
Goresan di pipi menyadarkan Andrea
'Aku tak rela kalau dia kau rebut... kau harus mati....!'
Serangan itu membabi buta, hajaran, tinjuan, tendangan silih berganti menghampiri tubuh Andrea yang sudah begitu lemah dan banyak kehilangan darah akibat cakaran singa.

Namun ia terus bertahan, terlebih kini ia memiliki kesempatan untuk membalas sakit yang diberikan penyerangnya...
Maka Andrea berusaha sekuatnya untuk menghindar dan berusaha bangkit, hingga ketika Andre melihat kesempatan itu datang....

Pedang Andrea terpental oleh terjangan kampak itu...
Ia kini tanpa perlindungan....
Penyerangnya mengeluarkan pekik kemenangan dan menyerbu Andrea dengan deras...

Penyerangnya terkejut ketika ternyata Andrea memang sengaja melepaskan pedangnya...
Ia terkejut ketika Andrea bergerak memutar menghindar kampaknya, ia tak percaya ketika tangannya terkunci hingga Andrea bisa melolosi kampaknya, lalu ....

Gemuruh kemenangan akhirnya pecah ketika Andrea mengangkat tinggi kepala Susi yang terpisah dari badannya yang menggelepar seperti ayam baru disembelih...

Ia sudah menang.....
**********

Arman sedang duduk menontong ulang pertarungan itu melalui home theatre di villa megahnya, bunyi hisapan rakus dan gumaman di selangkangannya membuatnya bahagia.
Gadis itu sendiri merasa bahagia.

Andrea merasa bahagia, bisa kembali melayani tuan-tuannya yang kini nampak makin bernafsu padanya. Terlebih ketika kulit mulus tanpa cacadnya sudah kembali dengan bantuan profesor maniak, juga kemontokan tubuh jessica biel nya, yang makin terjaga. Bahkan di buat permanen oleh professor itu.

Dan kebahagiaan gadis tu bertambah ketika Arman berkata padanya....
'Mereka adalah calon budak kita yang baru... sudah saatnya kamu jadi nyonya....'
Mata Andrea berbinar antara gembira dan sadis... Pandangan yang membuat Arman bernafsu dan langsung meneytubuhi Andrea dengan brutal.

Andrea mengikuti hentakan Arman dengan birahi tinggi sambil membayangkan hukuan bagi budaknya...
'Hmmm... siapakah yang cocok jadi budakku?' gumam Andrea dalam hati sambil menikmati entakan penis Arman di vaginanya yang kemudian diikuti satpam di anusnya dan tukang kebun di tenggorokannya..
'Luna Maya? Aura Kasih? Kinaryosih? atau.......'

Raungan orgasme keempatnya membuat persoalan itu terlupakan.... setidaknya untuk sesaat.