Sebut saja namaku Dian Prasetyo, umurku sekarang ini lebih kurang 23 tahun. Aku di lahirkan di kota Jambi, tanggal 28 desember 1980. Aku anak 1 (pertama) dari 3 bersaudara yaitu adikku yang kedua laki laki sedangkan adikku yang paling kecil perempuan. Banyak perbedaan sifat dan karakter di antara kami bertiga. Aku sendiri orangnya sangat kalem dan cendrung berdiam diri sehingga banyak teman temanku yang mengatakan susah untuk berkomunikasi dengan saya. Sedangkan adikku yang kedua orangnya pemalu dan bertindak sangat tegas dalam sesuatu hal, nah adikku yang cewek banyak orang bilang seperti burung nuri karena tak mulutnya selalu berkicau dan sangat ramah kepada siapapu sehingga banyak orang yang senang dan gemas melihatnya.

Jujur saja kukatakan kalau aku itu adalah seorang gay dengan kata lain suka melakukan hubungan sex dengan sesama jenis baik itu laki-laki(straight), gay maupun bisex. Tetapi itu semua berawal dari keluarga kami yang tidak harmonis dengan kata lain Broken home. Sejak aku duduk di bangku kelas 1 SD, orangtuaku cerai. Bapakku sendiri pergi entah ke mana seolah olah hilang ditelan bumi, dan Ibuku menikah dengan pria lain. Sejak saat itulah terpaksa kami harus diasuh oleh nenek kami. Begitu susahnya kehidupan ekonomi kami saat itu, karena nenekku yang kesehariannya cuman pedagang nasi kecil kecilan, dan berkebun seadanya saja, terpaksa harus menanggung beban hidup kami bertiga, rasanya saat itu aku menyesal kenapa saya harus di lahirkan ke dunia ini kalau harus menderita hidup. Kami tetap sabar dan berusaha dan berjuang untuk hidup sehingga akupun sampai di kelas 3 SLTP. Saat itu pulalah aku baru menyadari tentang jati diriku maksudnya pertama kali aku melakukan sex dengan bapak guruku sendiri yang kebetulan punya kelainan sex.

Bapak guruku itu orangnya sangat baik dan sangat perhatian sama saya sebut saja namanya Pak Ak, Pak Ak yang kesehariannya mengajarkan bidang study bahasa Indonesia yang sekaligus wali kelas kami kelas 3. Wajahnya yang kebapakan, meskipun usianya yang sudah hampir baya tetapi badannya masih tetap segar dan boleh di katakana atletis. Senyumannya yang manis di tambah lagi dengan wajahnya yang ganteng kadang kadang membuat birahiku kadang kadang naik di saat dia sedang mengajar di depan kelas, di tandai dengan penisku sering ngaceng cuman semua itu kupendam dan kusimpan dan di malam harinya barulah kutumpahkan segalanya dengan ngebayangin Pak Ak ada di sisiku sambil aku melakukan onani. Entah firasat darimana dan aku juga bingung apakah gerak gerikku sudah tercium oleh Pak Ak sendiri sehingga rasanya setiap hari kami semakin dekat saja, sampai.. KejaDian itupun terjadi.

Awal dari kejaDian itu adalah di saat aku berada di kantin dan ternyata cuman kami berdua saja yaitu aku dan Pak Ak sendiri. Bahkan secara tak sengaja sampai ke obrolan yang sangat pribadi. Yaitu tentang pribadi saya dan juga Pak Ak.

"Jadi sekarang ini di rumah sendirian donk," tanyaku!
"Iya Dian, bapak sangat kesepian sekali semenjak istri bapak meninggal sekitar 2 tahun yang lalu."

Dan akupun mulai bicara tentang diriku kepada Ak, "Begitu juga Dian pak, Dian sangat kesepian, dan merasa kekurangan kasih sayang karena sejak kecil Dian tidak kenal dengan wajah bapak Dian sendiri, belom lagi dengan Ibuku yang seolah olah lepas dari tanggung jawabnya dan kamipun di asuh oleh nenekku dengan penuh perjuangan.
"Jadi kita punya nasib yang sama yah Dian?" Tanya Pak Ak lagi dan kubalas dengan sebuah senyuman, Pak Akpun tersenyum kepadaku. Dengan senyumannya yang manis. Dan belpun berbunyi menandakan kalau kami sudah masuk kelas dan mengakhiri perbincangan kami berdua.

Hari hariku selalu bersama Pak Ak, dan cuman dialah orang yang paling dekat dengan aku saat itu, begitu juga dengan Pak Ak, dia sangat senang kepadaku dan pernah mengatakan kepadaku dia ingin terus ngobrol denganku tentang apa aja, bahkan dia kepingin lebih dekat lagi denganku, karena aku itu orangnya sangat pendiam ditambah lagi dengan wajahku yang lugu dan kalem sehingga menambah point tersendiri kepadanya sehingga hal itu enggak akan membuat orang curiga tentang kami. Makanya meskipun sebenarnya aku otakku yang enggak terlalu pintar, tetapi nilaiku selalu bagus dan aku selalu meraih rangking 1 di kelas tentunya dengan bantuan Pak Ak karena kedekatanku dengannya dan kerja sama yang baik di antara kami berdua. Dan sudah barang tentu kalau hal itupun kumanfaatkan dan mengambil keuntungan dari dia.

Secara diam diam akupun ingin memanfaatkan suasana ini. Aku ingin suatu saat nanti Pak Ak bertekuk lutut di hadapanku sehingga apa yang kuminta dari dia harus ada, bukan cuman nilai yang kudapatkan, kasih sayang, harta, bahkan aku ingin mereguk kasih sayang darinya karena aku adalah orang yang benar benar kekurangan kasih sayang. Siang malam aku terus memikirkan misi itu, dan bagaimana caranya supaya aku bisa berhasil nanti. Ternyata ide cemerlang itupun datang bahkan dari Pak Ak sendiri, yaitu Pak secara tiba tiba Pak Ak mengundangku datang ke rumahnya untuk membantu membersihkan pekarangan rumahnya. Sudah barang tentu kuterima dengan senang hati apalagi dia memang menjanjikan memberikan upah kepadaku, jadi saya enggak usah terlalu repot repot untuk mencari uang lagi seperti biasa saya lakukan sehabis pulang sekolah saya harus mencari uang tambahan dengan cara mojok mojok di luaran. Sementara adik adikku sibuk membantu nenekku berjualan nasi di rumahnya. Dengan rasa bahagia kudekati Pak Ak.

"Pak memangnya Dian nanti jam berapa ke rumah bapak"
"Yah.. Terserah Dian aja." sahut Pak Ak!
"Sehabis pulang sekolaHPun saya siap ke sana sama sama bapak," jawabku dengan semangatnya.
"Oklah!" kata Pak Ak.

Dan akupun tersenyum tetapi yang ada di pikiranku saat itu adalah (kamu akan tahu siapa Dian yang sebenarnya dan akupun ingin tahu apakah kamu itu sakit juga seperti saya). Akhirnya kamipun pulang ke rumah Pak Ak sama sama.

Dan kamipun sampai ke rumah Ak yang memang enggak terlalu jauh dari sekolah kami, rumahnya memang sederhana dengan rumput yang sudah lumayan memblukar. Sampai di dalam rumah akupun di persilak duduk di sofanya dan Pak Ak pun bergegas ke dapur untuk mengambil minuman karena siang siang begini memang terasa haus sekali. Setelah selasai minum kami berduapun melanjutkan makan siang bersama karena memang selama ini kami sudah dekat jadi aku itu enggak ngerasa canggung lagi di rumahnya Pak Ak. Dan Pak Akpun bisa memahami itu. Saat makan siang Pak Akpun menanyakan sesuatu kepadaku.

"Memangnya nanti kamu enggak dicariin nanti kenapa enggak langsung pulang ke rumah." Tanya Pak Ak.!
"Oh.. enggak pa pa kok Pak sudah biasa," jawabku dengan tegas!

Karena memang aku sudah tidak perduli lagi dengan sesuatu yang jelas aku itu harus bisa mendapatkannya hari ini terbesit di benakku. Enggak terasa ternyata pekerjaan itupun selesai hanya dalam beberapa jam saja dan sudah menunjukkan jam 06.00 sore, dan kami pun masuk lagi ke dalam rumah untuk beristirahat dan mandi. Selesai mandi kami pun kembali duduk duduk di sofa untuk istirahat sejenak sambil mimun teh. Suasana di dalam rumah itu memang terasa sepi karena Pak Ak sendirilah yang ada di sana, karena istrinya sudah meninggal sementara dia cuman punya anak laki laki satu dan sekarang sudah kuliah di kota. Dan kadang kadang saja anak Pak Ak itu pulang ke rumahnya untuk mengambil biaya sekolahnya.

Kusandarkan pundakku di sofanya Pak Ak yang empuk itu sambil melirik lirik Pak Ak, Sedagkan Pak Ak nya sendiri kelihatannya masih sedikit capek sambil mengisap rokok di hadapanku.

"Capek ya pak," tanyaku!
"Yah lumayanlah Dian" jawab Pak Ak lagi! Terbukti dari tangan Pak Aku yang dari tadi terus terus mengurut pundaknya dan kakinya karena mungkin terasa pegal pegal. Akhirnya otakkupun encer saat itu karena aku enggak ingin berlama lama lagi dan aku ingin secepatnya terbang dengan Pak Ak, jadi sengajapun ku cari jalan untuk memancing arah pembicaraan yang menjurus ke arah itu.

"Capek capek begini enaknya ngapain yah pak?" tanyaku kepada ak! Dan Pak Akpun melirikku dengan tatapan mata yang penuh arti, seolah olah Pak Akupun sudah paham akan sesuatunya.
"Menurut Dian sendiri apa?" Tanya Pak Ak lagi.
"Apa yah??" tanyaku dengan suara yang sedikit manja sambil tersenyum manis ke arahnya.

Secara tak sengaja pandangan matakupun beralih ke sesuatu hal yakni aku melihat Pak Ak sedang meraba raba kontolnya dengan sangat lembutnya. Mataku hampir saja melotot melihatnya dan nafaskupun sedikit sesak seolah olah aku merasakan sesuatu bisikan, agar aku bisa menggantikan Pak Ak dengan tanganku sendiri untuk meraba raba benda yang ada di dalam celananya itu. Secara spontan kujawab sendiri pertanyaanku tadi.

"Kalau bagi Dian sih pak, capek-cepek gini enaknya urut-urutan aja pak," pintaku seketika.!
"Boleh" kata Pak Ak, "Bapakpun kepingin ngerasain pijatanmu Dian" sahut Pak Ak.

Selang beberapa saat Pak Ak pun datang menghampiri aku dan kamipun mengambil posisi yaitu Pak Ak duduk di hadapanku ke arah depan dan akupun sambil duduk di sofa sedangkan Pak Ak duduk lantai yang memang di alasi karpet berwarna merah. Terus tanganpun memulainya, di awali dengan sentuhan sentuhan di punggungnya. Padahal sebenarnya aku itu enggak ada ilmu untuk memijit orang tetapi itu demi sebuah misi untuk mendapatkan hati Pak Ak sepenuhnya. Terserah apakah Pak Ak tahu atau enggak apakah aku cukup professional atau tidak di bidang pijat memijat, yang jelas malahan Pak Ak tetap memujiku dengan kata kata.. Enak sekali Dian.. Enak sekali.. Betapa lembutnya tanganmu.. Dan terus menerus..

Akhirnya akupun sudah tak tahan dengan kondisi tubuhku saat itu yang sudah mulai horny.. Di tandai dengan kontolku yang dari tadi sudah naik turun menempel di punggungnya Pak Ak, bahkan secara tak sengaja kontolku kugesek gesekkan di punggungnya Pak Ak. Tiba tiba Pak Ak menyuruhku membuka bajunya, katanya panas dan memang tubuh Pak Akpun sudah mulai keringatan, akupun membuka baju Pak Ak. Astaga..!! ya ampun..!! ternyata tubuh Pak Ak sangat bagus dan kekar di dadanya ada bulu bulu halus yang membuatku semakin terangsang. Matakupun tak bosan bosannya memandang tubuhnya yang sexy itu, tangannya yang berotot dan berbulu halus menambah ke sexy annya.

Kontolkupun naik turun dan bergerak gerak ke sana ke mari seolah olah ingin meronta ronta. Sesekali kutahan nafas birahi itu, agar suasana tetap hangat. Sekarang jari jarikupun sudah tak beraturan lagi malahan semakin liar menggerayangi tubuh Pak Ak, belom lagi aroma tubuhnya yang maskulin menambah darahku semakin berdesir kencang.

"Dian rasanya ada sesuatu yang mengganjal di punggung bapak, apa itu?" Tanya Pak Ak seketika!
Akupun tersentak seketika dari kebisuanku dan menjawabnya, "Ular, pak!" candaku.
"Wah ternyata selama ini kamu pintar juga yah bercanda Dian?" kata Pak Ak lagi!
"Memang kenapa pak?"
"Enggak soalnya selama bapak lihat kamu itu orangnya sangat lugu dan pendiam," kata Pak Ak dengan nakalnya.
"Jadi ularmu kok begerak gerak terus?" kata Pak Ak lagi.
"Enggak tahu.." Jawabku dengan manja.
"Memangnya kenapa pak?" aku balik bertanya.

Pak Ak pun tersenyum dan memandangiku begitu juga aku, memandangnya dengan hati yang bergetar geter. Pak Ak pun menjawabnya.

"Ingin lihat aja Dian".
"Ehmm.. Ternyata bapak suka nengok ular yah?" candaku lagi.
"Ii.. Iiya.. Dian, Dian sendiri bagaimana? Suka enggak!"
"Tentu donk" jawabku.

Ternyata rahasia di antara kami berdua pun sudah terungkap jelas, yaitu kami sama sama sakit, sama sama suka ular alias kontol. Pak Ak pun tiba tiba meraba raba kontolku dan memandangiku dengan tajam.

"Ya sudahlah Dian itu rahasia kita berdua aja ya? dan Bapak akan sayang sama kamu."
"Benar, pak!!"
"Yupp," kata Pak Ak, "Bahkan rasa sayangku lebih dari segala galanya kalau kamu enggak menyakiti aku, karena aku sudah lama menginginkanmu Dian, dan bapak selama ini merasa kesepian, dan bapak kepingin bersama kamu terus untuk menenemaniku, boleh kan?"
"Dengan senang hati sayang..!" seketika kupanggil dia kata kata sayang dan bukan bapak lagi. Dan dia pun tersenyum tetapi tangannya terus menerus meraba raba kontolku.

Tiba tiba Pak Ak membuka celananya termasuk CD nya yang berwajah putih itu, jadilah Pak Ak telanjang bulat di hadapanku.

"Lihatlah ular bapak ini Dian, dia juga sangat ke sepenian dan rindu di sayang sayang, apakah kamu suka Dian?"

Kupandangi kontolnya dengan perlahan lahan, dan sesekali kudekatkan bibirku di telinganya dan menghembuskan nafas-nafas asmara yang semakin membara. Seketika kamipun hanyut dalam kebisuan, dan entah apa yang ada di dalam hati Pak Ak, dan begitu juga dengan aku, apalagi ini adalah pengalamanku yang pertama membuatku kehilangan akal tak karuan, jantungnya berdetak detak kencang nafasku semakin memburu, begitu juga dengan Pak Ak, bibirnya menempererat di perutku dan wajahnya bersandar pahaku, begitu juga dengan keadaan kontolku yang sudah keras tadi sementara mataku masih tetap asyik memandangi kontol Pak Ak yang lagi berdiri, tegang dan begitu gagah, besar, panjang, dan di batangnya terdapat urat-urat yang menonjol menambah kegagahan kontolnya Pak Ak, benar benar indah kontol ini, pujiku dalam hati. Benar benar indah kurasakan saat itu, pertama kali memandang kontol dan bentuknya sangat sempurna persis seperti yang kuidam-idamkan selama ini, betapa beruntungnya aku, pikirku saat itu. Rasanya aku ingin menikmati yang lain lainnya.. Yang lebih nikmat dan..

"Masa dari tadi cuman bapak yang telanjang Dian?" tanya Pak lagi, "Dian juga donk?"
"Iya.. Pak," sahutku.

Akupun berdiri dan membuka satu persatu pakaianku hingga akupun sudah telanjang bulat, sekilas kupandang Pak Ak memandangku dengan tatapan mata yang tak berkedip. Sekarang posisi benar benar sudah telanjang bulat tetapi kami masih kami dalam keadaan posisi yang tadi. Begitu juga dengan Pak Ak, tangannya menggenggam kontolku dengan mesranya.

"Gede juga kontolmu yah Dian?," tanya Pak Ak lagi. Akupun tersenyum.
"Dian.. kontol bapak di pegang juga donk?"

Tangankupun menjulur perlahan lahan ke bawah..

"Kenapa, takut yah"
"Enggak sayang, enggak apa apa kok," kata Pak Ak lagi.

Akupun segera meraih kontol itu dan menggenggamnya penuh perasaan. Perasaanku saat itu adalah beginilah rasanya kontol betapa enaknya memegangnya dan terasa olehku kontol itu berdenyut denyut dan di kepalanya ada cairan cairan putih seperti lender, begitu juga dengan kontolku, menandakan kalau kami sudah sama sama terangsang tinggi saat itu. Saat itu kami sudah sama sama meraba, telanjang dan horny berat. Hingga terdengar suara ohh.. ahh.. uhh nikmat nikmat.. nafas nafas kami pun semakin memburu, berdesah ke nikmatan yang tiada tara, pikiranku seolah melayang layang sampai ke langit yang ke tujuh, begitu juga dengan pahaku terus menerus di ciumnya dan di jilatinnya sesekali kutempelkan kontolku di wajahnya dan kugesek gesekkan ke sana kemari. Matanya Pak Ak terpejam dan kadang kadang memandangiku dengan sangat mesranya dan kubalas dengan senyuman.

Sekilas kulihat jam sudah menunjukkan jam 19.30 malam, sungguh waktu rasanya tak terasa apalagi saat saat seperti ini.

"Dian.. Gimana kalau kita ke kamar saja sayang, soalnya bapak takut nanti ada orang masuk sayang.."pinta Pak Ak lagi.

Dan akupun menggangguk menandakan aku setuju, dan pintu kunci dan mematikan lampu dan Pak Ak pun mengangkatku, mengendongku ke dalam kamar tidurnya. Tubuh yang sedikit kurus, maklum saja aku baru SMP saat itu, memudahkan Pak Ak melakukannya apalagi tubuh Pak Ak sangak strong dan jangkung. Kurangkul pundaknya dengan kedua tanganku dan kugigit gigit kecil lehernya, Pak Akpun berdesah lirih dengan nafas yang tak beraturan, kurasakan detakan jantungya begitu kencang, kontolnya berdiri kedepan tepat berada di bawah pantatku dan kugenggam mesra. Begitu juga dengan kontolku di genggamnya.

Sampailah kami di dalam kamar dan tubuhkupun di rebahkannya di ranjangnya yang empuk secara perlahan lahan. Kutatap wajahnya yang ganteng. Dan Pak Ak pun menindihku begitu mesranya dan begitu rapatnya, spontan kontol kamipun saling bergesekan, begitu juga dengan tubuh kami dengan goyangan erotis perlahan lahan tapi asyik, kupeluk tubuhnya yang menindihku dan kaki kami saling melilit seakan tak ingin lepas. Ohh.. Begitu nikmat.. Nikmat sekali.. Kupandangi dadanya yang kekar menempel erat di tubuhku dan kurasakan aroma tubuhnya dan sesekali bibirnya dekat di telingaku, kurasakan nafasmya mendesah desah membuatku semakin mabuk kepayang. Sesekali kujepit kontolnya di antara kedua pahaku.. Dan kontolku menempel di perutnya, bulu bulunya yang lebat kurasakan sangat nikmat, kudengar Akhh.. Ohh.. Enak kali sayang.. Enak sayang.. Betapa nikmatnya ini.. Baru kali bapak merasakan nikmat yang tiada tara, pahaku yang putih dan berkeringat menambah kelegitan kontol yang sekarang berada di antara ke dua pahaku.

Pantasan saja, guruku ini mengerang nikmat dan mendesah nikmat, kami tidak perduli lagi dengan suasana di situ yang jelas cuman kami berdua saja. Dibalik desahan guruku itu.. Terasa ada air yang menetes di dadaku, ternyata Pak Ak menangis, memangis karena bahagia. Dan feelingku mengatakan kalau namaku sudah tertancap di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Hore.. Aku tersenyum puas ternyata aku berhasil pikirku sejenak. Memang aku ingin menyerpis habis dirinya, terbukti baru di tahap starting saja, sudah kudapatkan banyak point kemenangan.

Tiba tiba saja kami terdiam sejenak dan mata kamipun saling memandang.

"Percayalah Dian bapak sangat menyukai kamu sayang"
"Dian juga pak!" jawabku.

Kemudian bibir kamipun bertemu, saling melumat dan lidah kamipun saling bertemu saling melilit, seolah olah di antara kami tak ada yang mau kalah, sesekali lidah kumasukkan ke dalam mulutnya dan Pak Akpun mengulumnya dan menariknya seolah olah ingin menelannya sedalam dalamnya, begitu juga dengan aku memberikan balasan yang sama. Bibirku yang merah dan sexy itu di lumatnya terus menerus berpindah ke leherku sampai kedua buah putingku di jilatnya dengan rakusnya, tak ketinggalan tubuhku yang putih bersih di jilatinya sampai sampai aku ohh.. ahh.. uhh.. oohh.. uhh.. nikmat Pak nikmat.. Teruskan pak.

Sampai akhirnya tiba di daerah yang paling sensitiv ku yaitu kontolku sendiripun sudah mulai di hisapnya. Kurasakan hawa panas dari dalam mulutnya yang mana kontolku waktu sudah bersarang di dalam mulutnya.. Ohh.. Begitu enaknya sayang.. Hisap terus kontol Dian pak, aku seperti merengek rengek di buatnya. Tiba tiba saja Pak Ak pun sudah mendekatkan kontolnya di hadapanku, kulihat lagi kontol itu kupegang kubelai menandakan..

"Enggak pa pa Dian, hisap saja kontol bapak sayang.. Seperti yang bapak lakukan sayang.." kembali kudengar suara Pak Ak yang sudah kesetanan.
"Sayang hisap sayang.. Bapak sudah tak tahan lagi sayang.. Hisap sayang," pintanya lagi.

Kupandangi lagi kontol itu yang sudah berdiri tegak di hadapanku, dan akupun memulainya meskipun aku belum merasakan bagaimana rasanya kontol selama ini, tetapi apa yang dilakukan Pak Ak terhadapku sudah cukup memberikan pelajaran kepadaku. Akupun memulainya dengan mengisap kepala kontolnya Pak Ak, seketika kudengar desahannya Pak Ak semakin keras.. Ternyata kami pun sudah mengambil posisi 69, akupun semakin bergairah dan memasukkan kontolnya ke mulutku. Dan terus kuhisap kontol itu, kurasakan aroma kontol pertama kali.. Dan aku enggak tahu gimana lagi melukiskan itu semua.. Sungguh nikmat dan enak sekali.. Mengisap kontol.

Kujilati batang kontolnya, kuemut dan kusedot ada rasa asin di dalam mulutku, sesekali kulepas kontol itu dari mulutku.. Dan menghembuskan nafas ohh.. ahh.. uhh enaknya.. Nikmat kurasakan saat itu dan kembali kuhisap.. Begitu juga dengan Pak Ak terus mengisap kontolku sampai aku merasakan sesuatu yaitu teryata spermaku suda mau muncrat, seiring dengan itu kupercepat goyangan kontol ku ke dalam mulutnya sampai sampai..

"Pak.. Dian tak tahan lagi pak.. Dian mau keluarr.. Dian mau keluar"
"Oh ya.. Dian, bapak juga sayang.. Hisap terus sayang.. Kita keluar sama sama yah.."

Kontol Pak Ak terus menerus menghujam mulutku begitu kencangnya sampai sampai ke kerongkanganku. Dan secara bersamaan tubuh kami sama sama kaku dan tegang.. Aku sudah tak tahan lagi.. Dan akhirnya..

Crett.. Crott.. Crott.. Crott..

Kamipun sama sama mencapai klimax kenikmatan itu yang tiada taranya. Spermanya Pak Ak muncrat di mulutku begitu banyaknya, begitu juga dengan diriku. Kurasakan sperma itu, bagaimana baunya dan sebagainya.. Ohh nikmatnya. Kamipun saling berpelukan, saling berciuman, meskipun sperma kami masih belum kering.. Hingga kulihat jam menunjukkan jam 21.45 malam., dan kulihat Pak Ak sudah tertidur pulas di sampingku. Dan akupun melamun sejenak sebelum mataku terpejam.
Ini belum akhir dari segalanya karena hari esok masih ada. Apakah hari esok itu? Akupun tertidur..

TAMAT