Budi adalah anak yang baik; seperti yang sering kita pelajari sewaktu SD kelas 1. Kedua orangtuanya baru saja memesan kasur tapi harus segera keluar untuk menjenguk teman mereka yang sakit. Maka Budi ditinggal menjaga rumah seorang diri. Budi senang sekali ditinggal pergi seorang diri; bebas melakukan apapun. Umurnya sudah hampir 20th; tegap berisi; tampan; putih mulus; Chinese; straight. Buru-buru, dia menelanjangi dirinya dan segera menyetel film porno kesukaannya. Begitu adegan seks dimulai, Budi langsung mengocok kontolnya.

"Aahh.. Oohh.. Aahh.. Yyeaahh.." Duduk bermalasan di depan TV, mata Budi seakan melekat dengan adegan erotis yang sedang ditayangkan. Air liurnya hampir menetes keluar saat dia membayangkan betapa nikmatnya jika dia ikut bermain dalam film porno itu. Kontolnya yang sudah menegang mulai meneteskan precum. Cairan itu mengalir menuruni batang kontolnya.

"Oohh.. Aahh.." Tak pernah terpikir olehnya kalau hidupnya akan berubah sebentar lagi.
"Ding dong!" bunyi bel pintu.

Budi teringat dengan kasur pesanan orangtuanya. Maka bersungut-sungutlah dia sambil menyambar sehelai handuk untuk menutupi kontolnya. Film porno heteroseksual yang sedang diputar di dalam kamarnya dibiarkan menyala. Karena terburu-buru, dia lupa menutup pintu kamarnya. Dasar ceroboh! Kecerobohannya itu akan dibayarnya dengan sangat mahal!

Dua orang pria berdiri di depan pintu rumah Budi, memegangi sebuah kasur baru berplastik. Budi langsung mempersilahkan mereka masuk. Tanpa disadarinya, kedua pria pribumi itu terus-menerus menatap tonjolan kontolnya di balik handuk. Salah satu di antara mereka, Hadi, malah menjilati bibirnya; membayangkan nikmatnya menelan kontol itu.

"Kasurnya mau ditaruh di mana, Bos?" tanya Hadi, tersenyum mesum pada Budi.

Budi menunjukkan letak kamar orangtuanya lalu bergegas ke dapur karena Toni, teman Hadi, minta diambilkan segelas air putih. Maka Hadi dan Toni pun melaksanakan tugas mereka. Setelah kasur baru itu sudah terpasang, mereka berdua pun meninggalkan kamar orangtua Hadi. Kebetulan, mereka melewati kamar Budi. Penasaran mendengar suara desahan orang yang sedang ngeseks, mereka mengintip dan melihat video porno heteroseksual yang sedang diputar. Kontan keduanya ngaceng berat. Bukan karena cewek bugil dalam video, tapi karena kedua pria bejat itu sibuk membayangkan Budi sedang coli sambil nonton film itu. Hadi dan Toni saling menukar senyum. Mereka mempunyai satu pikiran sama: menghomoi Budi.

Hadi dan Toni memang sering homoan. Hadi selalu mengambil peran top sedangkan Toni lebih fleksibel, bisa top dan juga bottom. Ke mana Hadi pergi, di situ ada Toni. Di tempat kerja mereka, Hadi dikenal sebagai sang pengentot yang tak terkalahkan. Dia sanggup mengentot selama berjam-jam. Semua pegawai di sana sudah merasakan kehebatan kontolnya. Sebagai seorang petualang homoseksual, Hadi selalu berusaha mencari korban baru untuk dingentot. Toni hanya kedapatan sisanya saja setelah Hadi puas mengentot korbannya. Biasanya, korban-korban baru didapatnya di jalanan. Tapi kali ini, korban barunya adalah Budi. Dan kebetulan sekali, Budi akan menjadi cowok Chinese pertama yang dingentot Hadi dan Toni.

"Bagaimana kasurnya? Sudah selesai dipasang?" tanya Budi, kelihatan gelisah menutupi kontolnya.

Dia hanya berdiri di pojok ruang tamu sambil memperhatikan Hadi dan Toni duduk menikmati air putih. Hadi duduk di sofa yang menghadap ke arah Budi, sementara Toni duduk di sofa yang membelakangi Budi.

"Sudah, Bos," sahut Hadi, kembali tersenyum mesum.

Dengan nakal, dia mengerdipkan sebelah matanya pada Budi. Tentu saja Budi terkejut. Baru pertama kali itu, seorang pria bermain mata dengannya! Secara naluriah, Budi takut. Tapi dia meyakinkan dirinya bahwa mungkin dia hanya salah lihat.

"Aahh.. Panas sekali di sini," keluh Toni, pura-pura mencari alasan. Dengan cueknya, pria itu melepas kemejanya.

Budi keheranan melihat kemeja Toni yang masih 100% kering. Toni sendiri sama sekali tak terlihat sedang kepanasan. Budi langsung mencium gelagat tak baik dari mereka berdua. Berhubung sofa yang diduduki Toni itu membelakangi Budi, Budi tak dapat melihat tangan Toni yang sibuk mengurut-ngurut tonjolan kontolnya.

Tiba-tiba Hadi bangkit dan berjalan ke arah Budi. Toni yang sudah bertelanjang dada mengikutinya. Budi tentu saja panik tapi dia berusaha tenang. Kini mereka bertiga berdiri berhadap-hadapan, terpisah beberapa sentimeter satu sama lain. Jantung Budi berdetak kencang, tak tahu harus berbuat apa. Tatapan mereka berdua sangat mengganggu Budi, kelihatan sekali bahwa mereka berdua bukan orang baik-baik. Mereka pemerkosa homoseksual!!

"Kalian mau apa?" tanya Budi, agak ketakutan; dia terpojok.

Tanpa diduga-duga, Hadi dan Toni langsung menerjang pemuda Chinese itu. Budi tak berdaya, diserang dua pria bertubuh tegap. Dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap..

"Ayo, bantu gue seret dia ke kamarnya. Kita ngentotin dia," usul Hadi sambil menyeret tubuh Budi. Toni tentu saja langsung membantu dengan senang hati. Di tengah jalan, handuk Budi tersingkap dan terlepas. Hadi dan Toni makin bernafsu melihat kontol Budi yang tak bersunat dalam keadaan setengah tegang. Kulupnya setengah menutupi kepala kontolnya. Nampak jelas, cairan precum menghiasi kepala kontol Budi yang kemerahan.

"Hadi, cowok Cina ini seksi sekali yach? Kulitnya putih mulus dan wajahnya sangat Asia. Gue paling suka ama cowok Cina. Gak nyangka, kesampean juga keinginan gue buat merkosa cowok Cina," komentar Toni. Kontol Toni mulai terasa sesak di dalam celana panjangnya, menuntut untuk dikeluarkan.

"Betul, Toni. Cowok Cina memang yang terbaik. Lihat saja kulitnya, kayak porcelin. Tapi badannya lumayan berisi. Gue pasti bakal ketagihan ama ini cowok," tambah Hadi, kembali menjlati bibirnya. Terbayang bagaimana nikmatnya menyodomi anus Budi yang masih ketat itu.

"Hhoohh.." desah Hadi, tertawa mesum.

Maka sampailah mereka di dalam kamar Budi. Film bf straight yang diputar Budi tadi sudah selesai masa putarnya. Budi yang kini sudah telanjang bulat dinaikkan ke atas ranjang dalam keadaan telungkup. Sementara Hadi menelanjangi dirinya, Toni mempersiapkan Budi. Beberapa bantal ditaruh di perut Budi sehingga pemuda ganteng itu nugging, mempersembahkan pantat perjakanya. Toni juga tak lupa mengikat tangan dan kaki Budi dengan tali yang Toni ambil di mobil kerja mereka. Tak tahan melihat pemandangan yang indah itu, Toni segera melepas celana panjangnya dan berbugil ria.

"Ton, sedot kontol gue dulu. Gue pengen ngentotin anak itu segera," perintah Hadi, menunjuk kontolnya yang ngaceng.

Toni tak menolak. Dari dulu, dia memang suka nyedotin kontol temannya itu. Bersimpuh di depan Hadi, Toni segera mengeluarkan jurus-jurus ampuhnya. Lidahnya menari-nari dengan lincah di kontol Hadi, menyapu setiap centi permukaan kontol itu. Kontol Hadi sendiri lumayan besar, bersunat. Yang paling seksi adalah lubang kontolnya. Lubang itu selalu saja menganga sedikit, seakan menggoda untuk disedot. Bernafsu, Toni memainkan lubang kontol Hadi dengan lidahnya. Hadi hanya merem-melek sambil meracau betapa nikmatnya lidah Toni "menyiksa" lubang kontolnya itu. Bagi yang tidak biasa, lubang kontol akan terasa amat menyakitkan jika dimainkan. Tapi Hadi sudah terbiasa dan malah dia amat menyukainya.

SLURP! SLURP! Begitu bunyi lidah Toni yang tak henti-hentinya menjilati kontol Hadi. Puas menjilat, Toni kini siap menyedot kontol yang lezat itu. Seperti vacum cleaner, Toni menyedot isi kontol Hadi. SLURP! SLURP! Hadi hanya bisa..

"Aarrgghh.. Oohh.. Aahh.. Oohh.." Sambil memegangi kepala temannya itu, Hadi menyodok-nyodokkan kontolnya ke dalam mulut Toni sedalam-dalamnya.
"Aarrgghh.. Oohh yeaah.. Sedot kontol gue, Ton.. Aahh.. Yyaa.. Jilatin kontol gue.. Aahh.. Loe suka kan? Aahh.." Tiba-tiba Hadi mendorong Toni seraya berkata," Udahan dulu. Kalo diterusin, gue bisa game over duluan."

Toni lalu berdiri di tepi ranjang Budi seraya sibuk mengocok kontolnya sendiri. Dia memang tak berharap Hadi mau membalas sedotannya. Hadi itu 100% top alias pria gay yang hanya suka diservis, tapi tak mau menyervis orang. Melihat Hadi sudah mengambil ancang-ancang untuk mengentotin Budi, Toni makin bergairah. Precum sudah menetes-netes keluar dari lubang kontolnya, jatuh ke atas ranjang.

"Aahh.." erangnya saat dia mengocok-ngocok kontolnya, melumuri kepala kontolnya dengan precum. Agar lebih terangsang, Toni membelai-belai wajah dan punngung Budi.
"Oohh.. Oohh.." desah Toni, membayangkan enaknya mengentotin Budi. Toni memang selalu suka dengan cowok Chinese yang putih mulus tapi berbadan seksi.
"Aahh.. Loe milik gue sekarang," celoteh Hadi, penuh kemenangan saat mensejajarkan kepala kontolnya dengan lubang anus Budi. Lalu lubang itu ditekannya kuat-kuat dengan kontolnya sampai amblas.
"Aarrgghh!!" jerit Hadi, kesakitan.

Bersambung...