Mereka bermain dengan posisi Deborah mengangkang lebar-lebar dengan kakinya bertumpu pada rak mainan di kanan kirinya sambil kedua tangannya terus bergerilya ditubuh Anto atau tubuhnya sendiri meremas-remas buah dadanya dan menjambaki rambutnya sendiri. Sedangkan Anto terus bertahan diatas tubuh Tante itu dengan lutut yang bertumpu ke lantai dan mulutnya yang terus mengecupi seluruh bagian tubuh Deborah yang bisa dijangkaunya. Pinggulnya terus memompa vagina Deborah dengan tempo cepat sehingga keduanya benar-benar bermandikan keringat. Sesekali Anto menjilati tubuh Tante itu yang basah oleh keringat. Dijilatinya dengan keringat yang bercampur dengan aroma parfum dari tubuh Tante itu. Mereka bertahan dengan posisi itu selama beberapa menit sampai akhirnya Anto merasa pegal di kedua lututnya karena terus menumpu bobot badannya. Tak lama kemudian Anto mengajak Deborah untuk berganti posisi yang langsung disetujui oleh Tante itu.

Kali ini Deborahlah yang menentukan posisi permainan mereka. Ia langsung mendorong tubuh Anto agar berbaring dilantai yang dingin itu, kemudian Tante itu langsung menggenggam erat penis Anto, dikocok-kocoknya sebentar, kemudian dijilatinya penis yang basal dilumuri oleh lendir dari vaginanya sendiri. Deborah begitu menikmatinya. Dijilatinya hingga tak ada lagi sisa lendir dari vaginanya yang menempel di penis Anto. Pemuda itu makin terangsang oleh permainan Deborah. Ia benar-benar menikmati pemandangan Deborah yang sedang menjilati lendir dari vaginanya sendiri tanpa rasa jijik. Sepertinya Tante itu benar-benar haus akan kenikmatan. Tak ada bagian dari batang kemaluan pemuda itu yang luput dari garapannya. Sampai-sampai terkadang pinggul Anto dibuatnya mengangkat bila lidahnya bermain menjilati bola kembar milik Anto dan menjilati lubang anus Anto. Setelah penis Anto bersih dari lendir kenikmatannya, Deborah langsung berdiri, memutar, mengambil posisi berlawanan dengan Anto, kemudian ia berjongkok dengan posisi pantat dan vaginanya tepat dihadapan wajah pemuda itu.

"Jilati Sayang! Puaskan rasa hausmu! Ssshh.." pinta Deborah penuh nafsu.
"Mmmhh.. Harum banget Tante! Sssllrrpp.." bisik Anto sambil memulai permainannya menjilati vagina dan anus Deborah yang berjonkok tepat diatas wajahnya.
"Aaahh.. Ssshh.. Nikmatt Tttoo!! Terrusshh.. Iyyaahh.. Mmmppffhh.." racau Deborah.

Jemari Anto ikut memainkan vagina Deborah, sehingga sesekali Deborah menjerit kecil bila ia merasakan 1, 2 atau 3 jari Anto masuk ke dalam vaginanya.

"Aawww.. Nakal kamu To!" Jerit Deborah saat ia merasakan Anto menggigit klotorisnya.

Dan.. Seerr.. Langsung saja vaginanya bergetar hebat dan Deborah pun mendapatkan orgasme entah keberapa kalinya, Tante itu pun semakin merem melek dibuai permainan Anto. Anto yang menyadari bahwa Deborah baru saja mendapatkan orgasmenya langsung mencaplok vagina dihadapannya, dijilati dan dihisapnya kuat-kuat berharap agar ia pun mendapat jatah lendir kenikmatan yang keluar membanjiri vagina Tante itu.

"Aaahh.. Ggghaahh.. Gellii Sayang! Ampun! Ooowww.. Mmmhh.." racau Deborah, karena ia merasakan kegelian dan kenikmatan yang amat sangat saat Anto menghisap-hisap dan menjilati vaginanya yang baru saja merasakan orgasme itu.

Vaginanya semakin berkedut-kedut tak karuan. Deborah memejamkan matanya erat-erat menikmati perasaan yang membuatnya melayang itu. Ditengah-tengah buaian orgasmenya, antara sadar dan tak sadar ia merasa ingin kencing dan tak kuat untuk menahannya. Perasaan kebelet kencing itu benar-benar mendadak dan tak tertahankan, sampai-sampai..

"Sebentar Sayang! Ahh Stopp!" pinta Deborah sambil mengengkat pinggulnya menjauhi wajah Anto yang sedang didudukinya itu.
"Kenapa Tante?" Tanya Anto keheranan.
"Aku.."
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba.. Serr.. Keluarlah air kencing Deborah dari dalam vaginanya langsung menyembur wajah Anto hingga pemuda basah kuyup.
"Ahh.. Maaf!" ujar Deborah benar-benar merasa tak enak.
"Wow.. Mmmhh.."

Rupanya kejadian itu justru membuat Anto kegirangan dan langsung saja mencaplok vagina Deborah yang masih mengangkangi wajahnya dan sedikit-demi sedikit masih meneteskan air kencingnya. Diraup dan diteguknya cairan yang masih menetes itu langsung dari sumbernya.

"Hei! Itu jorok kan!? Mmmhh.. Aaahh.." desis Deborah sambil menahan geli karena tak henti-hentinya mulut Anto menyedot-nyedot vaginanya.
"Jorok? Nikmat banget Sayang! Tante mau?" ujar Anto sambil berusaha bangun setelah mengecup kecil klitoris Deborah, langsng mendekati wajah tente keheranan Tante itu.
"Hmm.. Kayaknya nikmat juga deh! Sini Sayang!" pinta Deborah sambil menarik wajah Anto dan langsng menjilati seluruh bagian wajah itu. Bahkan ia sempat mencaplok dan menyedot sisa-sisa air kencingnya yang dikulumkan oleh Anto untuknya.
"Hhh.. Nikmat Sayang! Aku benar-benar dibuat gila olehmu Sayang!" racau Deborah sambil terus menjilati sisa-sisa air kencingnya sendiri yang membasahi dada dan leher Anto. Dalam hatinya ia mengakui kelihaian pemuda itu dalam membuai nafsunya. Belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh siapapun, terlebih suaminya yang seringkali tak pernah membuatnya puas seperti saat ini.

Setelah puas menjilati wajah, leher dan dada Anto yang berlepotan dengan air sisa-sisa air kencingnya sendiri itu, Deborah langsung bangkit berdiri, kemudian mengambil posisi mengangkangi penis Anto yang masih menegang dengan gagahnya. Anto yang terlentang di lantai memandangi tubuh montok Deborah yang membelakanginya dan saat ini tengah mengarahkan selangkangannya tepat diatas penisnya. Dipandunya pinggul Tante itu dengan memegangi bongkahan pinggul Deborah agar segera melesakkan vaginanya dihadapan penis Anto. Pemandangan dihadapan pemuda itu begitu menggiurkan. Bongkahan pantat yang putih mulus, selangkangan yang sedang mengangkang lebar dan perlahan-lahan turun mendekati penisnya, dan lubang anus yang kemmerahan, kontras dentgan kulit putih mulus Deborah. Tak henti-hentinya Anto menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tak sabar untuk menyatukan raga bagian bawah mereka lagi. Dan tanpa diduga, ternyata Deborah memang sengaja mempermainkan Anto. Ia tak langsung membiarkan penis dibawahnya itu melesak masuk ke dalam relung vaginanya. Diputar-putarnya pinggul montoknya tepat di atas penis Anto, hingga terkadang vagina atau lubang anusnya bergesekan dengan kepala zakar milik Anto, yang semakin membuat Anto melenguh dan menggelinjang tak karuan.

"Ayo Tante! Jangan nakal gitu dong!" bisik Anto tak sabar.
"Biar tahu rasa kau! Ya gitu itu nggak enaknya kalau digodain To! Biar sekalian kamu tahu kalau aku juga bisa nakal Sayang! Kerling Deborah.
"Wah, Tante nakal banget sih! Sini kupukul pantat montoknya!" ujar Anto sambil kemudian menampar gemas bongkahan bokong Deborah. Plak'..
"Aawww.. Ssshh.." teriak Deborah kaget, "Ok deh kalau sudah nggak sabar gitu!".
"Cepetan Tante! Aku sudah mulai gila nih!" rujuk Anto sambil mengelus-elus bongkahan kanan pantat putih yang sekarang memerah akibat tamparan gemasnya tadi.
"Hhh.. Biar tahu rasa kamu Sayang!" ujar Deborah sambil menggeraikan rambut ikalnya kekiri, kemudian dengan tangan kanannya masih berpegangan pada rak, tangan kirinya menggenggam penis Anto yang semakin menegang dan dipehuhi urat-urat itu kemudian membimbingnya melesak perlahan-lahan masuk ke dalam belahan vaginanya.
Blleesshh..
"Ooohh.. Ssshh.." desah Deborah penuh kenikmatan.
"Mmmhh.. Terush Tante.. Nikmat dan hangat!" bisik Anto sambil meregangkan kakinya lebar-lebar dan semakin menyorongkan pinggulnya mendekati selangkangan Deborah.

Deborah terus menekan selangkangannya menerima hujaman penis Anto dari bawah. Badannya membelakangi tubuh Anto. Kepalanya menunduk menahan rasa nikmat yang menggelora dibagian selangkangannya. Kali ini kedua tangannya berpegangan pada rak disampingnya. Tubuhnya berjongkok sambil sedikit memutar pinggulnya berharap agar setiap sisi relung vaginanya dapat tersentuh oleh denyut penis pemuda itu. Bola matanya nyaris berputar ke belakang dan tak henti-hentinya ia menggigit bibirnya sendiri sambil mengeluarkan suara desah kenikmatan.

Setelah Deborah merasakan kepala zakar Anto sudah membentur mentok dalam vaginanya, masih dalam posisi berjongkok ia terdiam, menikmati sensasi yang dirasakannya jauh dalam liang kewanitaannya itu. Denyut demi denyut yang dirasakannya dari penis Anto benar-benar membuat dirinya semakin terbuai akan kenikmatan itu sampai-sampai ia bisa saja nyaris tertidur dalam kenikmatan. Hingga tiba-tiba Anto menepuk bongkahan kanan pantat, dan meminta Deborah agar mengangkat pantatnya.

"Naikkan sedikit pantatnya Tante!" pinta pemuda itu sambil mendorong pantat Deborah.

Gerakan itu otomatis membuat penis Anto yang sedang tertancap jauh dalam vagina Deborah menjadi sedikit tercabut sampai bagian kepala penis Anto. Sehingga menimbulkan gesekan yang membuat keduanya melenguh kenikmatan.

"Mmmhh.. Nikmat Sayang!" bisik Deborah sambil merasa tak rela karena kenikmatannya terganggu. Tetapi ia langsung mengerti bahwa pemuda itu pasti hendak berbuat sesuatu yang lebih liar pada dirinya.
"Ssshh.. Sabar! Sebentar Sayang!" bisik Anto menenangkan Deborah.

Setelah Anto merasakan posisinya pas ia melepaskan pegangannya pada bokong Tante itu, kemudian kedua lengannya bertumpu pada lantai, dan dengan kaki yang sedikit dibuka ia mengayunkan pinggulnya ke atas.
Blesshh..
penisnya langsung menyeruak masuk ke dalam vagina Deborah yang terpampang tepat diatasnya. Tepat setelah penis yang menegang penuh dan dipenuhi urat menonjol itu menghentak mentok bagian dalam vaginanya, Anto langsung mencabutnya sedikit, kemudian mulai mengocoknya dengan tempo yang cepat dan konstan. Keduanya langsung merasakan kehangatan dibagian selangkangan mereka. Deborah mendesis seperti orang yang sedang kepedasan. Kepalanya membanting-banting liar menggeraikan rambut ikal kemerahannya. Ia terlihat semakin binal dan liar.

"Yiiaahh.. Ssshh.. Terush Sayang! Terus!" teriak Deborah saat menerima kocokan penis Anto dalam vaginanya. Sementara tubuhnya tergoncang-goncang naik turun dengan tangannya tetap berpegangan erat pada rak mainan.
"Ohh.. Nikmat Tante! vaginamu nikmat! Terus Tante! Puaskan dirimu! Ssshh.." desis Anto sambil terus mengocok vagina Deborah dan mengimbangi gerakan naik turun Tante itu.
"Terus To! Hamili aku! Perkosa aku! Jadikan aku pelacurmu Sayang! Yaahh.. Yiiaahh.. Nngghh.. Ohff.." teriakan Deborah makin tak beraturan. Ia semakin mempersetankan semuanya.
"Tante! Tante! Terus Tante! Nikmat banget Tante!" racau Anto.

Mereka terus bertahan dalam posisi itu sampai kira-kira 10 menit, kemudian Anto meminta Deborah menungging sambil tetap membelakangi dirinya. Deborah mengerti keinginan pasangannya itu. Ia pun amat menikmati bersenggama dengan posisi doggie style. Ia langsung menungging membelakangi Anto, dibukanya lebar-lebar kedua kakinya, kemudian ia menoleh ke belakang menatap Anto sambil menyibakkan rambutnya. Pemandangan itu terlihat seksi sekali bagi Anto.

Dihadapannya kali ini terpampang seorang Tante-Tante yang terbakar gairahnya, sedang membuka lebar-lebar pahanya, vaginanya yang baru saja dikocoknya itu terlihat merah merekah dan sedikit membengkak. Lubang anus Deborah terlihat juga ikut berkedut-kedut, mungkin akibat kocokan penisnya pada vagina Tante itu. vagina Deborah terlihat mengeluarkan lendir putih yang menggiurkan, pertanda Tante itu sudah benar-benar terangsang dan ingin segera dipuaskan. Mata Deborah yang sayu menandakan ia ingin segera digarap dan dipuaskan. Anto yang juga ikut bangkit dari posisinya semula, memegangi pinggul Tante itu dari belakang. Ia bahkan sempat menjilati vagina Deborah yang dilumuri lendir putih. Ditelannya cairan kenikmatan itu dengan panuh nafsu.

"Aawww.." teriak Deborah saat pemuda itu melumat vaginanya dan menyedotnya penuh nafsu.

Bersambung . . . . .