Jari-jari tangan sinto terus bergerilya di selangkanganku, bibir vaginaku dielus naik turun sementara jari telunjuknya terus memilin-milin klitorisku bagaikan mata bor hingga aku merasakan kegelian yang bercampur nikmat, dadaku terdorong ke depan hingga payudaraku menyentuh dan menggesek dadanya yang bidang. Aku tidak memakai bra sehingga payudaraku hanya terpisah oleh T shirt dan hem Sinto yang tipis saja. Ada kenikmatan saat puting susuku menyentuh dada Sinto.
Tak lama kemudian aku pun melenguh bagai anak sapi, kepalaku tertarik ke belakang karena menahan nikmat, dadaku semakin menekan ke depan, dan.. Ada muncratan dari dalam liang vaginaku. Aku pun mengalami orgasme saat jari-jari Sinto mulai dimasukkan ke dalam liang vaginaku. Sinto mengetahui apa yang baru saja kualami, maka dengan sengaja jarinya memainkan klitorisku dengan semakin intens, gesekannya kurasakan semakin liar dan semakin menambah kenikmatan, rasanya mengalir ke puncak kepalaku dan berhenti tepat di atas ubun-ubunku.
Selesai memuaskanku dengan jarinya, Sinto bukannya segera mencuci tangannya yang belepotan dengan air cintaku, tapi jarinya malah dijilati satu persatu seakan mendemonstrasikannya padaku. Selesai membayar bill, Sinto membisikkan ajakan ke telingaku..
Yuk, kita teruskan di Hotel, Lia..!
Jangan sekarang dong!, tolakku dengan halus.
Kita kan baru saja berkenalan dan baru kali ini kita bertatap muka, lain kali aja ya.., demikian alasanku.
Rupanya Sinto memang sangat matang dan dewasa. Dia dapat mengerti perasaanku, namun aku yang justru tidak tega melihat ekspresi wajahnya. Walau dia pandai menutupi kekecewaannya tapi aku masih dapat merasakannya. Untuk menutupi kekecewaannya, kutawarkan sebuah solusi..
Gimana kalau kita sama-sama ke Galaxy Mall. Kuparkir mobilku di sana, kemudian aku naik mobilmu. Kita jalan-jalan keliling kota?, usulku.
OK, Sinto menyetujui usulku.
Lalu kami akhirnya beriringan menuju ke Galaxy Mall yang jaraknya sekitar 500 meter dari Calvados. Setelah memarkir mobilku, aku masuk ke dalam mobil Sinto.
Kita kemana nich?, tanyanya.
Kemana aja deh asal jangan check in ke hotel, jawabku.
Sinto akhirnya mengarahkan mobilnya ke arah luar kota Surabaya. Dalam perjalanan, hanya tangan kanannya saja yang memegang kemudi, sementara tangan kirinya terus bergerilya di selangkanganku. Mobilnya memang automatic sehingga Sinto tidak perlu menggunakan tangan kirinya sepenuhnya untuk mengemudi. Kaca film mobilnya cukup gelap ditambah dengan suasana di luar juga sudah gelap, saat itu jam di mobilnya sudah menunjukkan pukul 19.30 hingga semua ini membuat semua aktifitas kami tidak dapat terlihat dari luar. Rok miniku sudah tersingkap ke atas hingga CD-ku yang mini terpampang menantang dengan jelas.
Elusan tangan Sinto di sekitar vaginaku dapat kurasakan sekali, kedua kakiku sengaja kubuka lebar-lebar agar lebih memudahkan aktifitas tangannya. Tanganku tidak mau kalah, segera kubuka kancing celana Sinto, gespernya kuturunkan ke bawah. Rupanya Sinto juga tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang kuberikan, diperosotkannya celana jeans dan CD-nya sehingga batang kemaluannya yang sudah tegang sejak tadi menyembul keluar. Wauw..! Ukuran diameternya lumayan besar, hampir sama dengan ketimun yang biasa kupakai masturbasi di tempat kerjaku (bagi pembaca yang belum pernah membaca ceritaku yang lalu, silakan membacanya), walaupun ukuran panjang penis Sinto menurutku normal-normal saja, sekitar 17 centimeter. Kugenggam lembut dan kukocok-kocok naik turun sehingga Sinto pun merasakan kenikmatan permainan jari-jariku. Sambil menempuh perjalanan, tangan kami masing-masing melakukan kesibukan.
Tak terasa mobil sudah sampai di Bundaran Waru, dan kami terus meluncur ke arah kota Sidoarjo. Sampai di pertigaan Aloha, Sinto membelokkan mobilnya ke kiri menuju arah Juanda yang jalannya cukup lebar. Kurang lebih beberapa ratus meter kemudian Sinto menyalakan lampu sign ke kiri dan mobil pun dibelokkan masuk ke jalur lambat. Di tempat yang agak lapang dan sepi mobil di hentikan tetapi mesin dan AC tetap dihidupkan. Setelah berhenti, Sinto memundurkan bangku dan tempat sandarannya, kemudian bangku dan sandaran tempat dudukku pun dimundurkannya pula. Rupanya Sinto benar-benar penasaran dan ingin melanjutkan permainannya, walau sudah kutolak check in di hotel, tapi rupanya Sinto tidak kekurangan akal, karena di tempat sepi ini dia pikir juga bisa menuntaskan keinginannya.
Sinto segera mencium dan melumat bibirku, tangan kanannya menyusup ke dalam T Shirtku, jari-jari tangannya langsung meremas-remas payudaraku yang sudah mengeras sejak tadi. Puting susuku dipelintir-pelintir hingga menimbulkan rasa nikmat. Darahku mengalir cepat dalam tubuhku, disingkapnya T Shirtku ke atas hingga payudaraku yang indah tersembul keluar dengan ujung putingnya yang mencuat ke atas langsung dijilatnya bergantian.
Tangan kanannya memerosotkan CD-ku. Aku pun pasrah saja sambil sedikit mengangkat pantatku sehingga dengan mudahnya CD tersebut meluncur ke bawah dan kubantu dengan ujung kakiku untuk melepasnya. Sekarang tubuh bagian bawahku pun sudah tidak ditutupi oleh sehelai benangpun. Rok miniku telah tersingkap ke atas sehingga Sinto dengan bebasnya memandangi bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar kemaluanku.
Sambil menyempurnakan posisinya, dengan sedikit menungging Sinto mengarahkan kepalanya ke selangkanganku. Bibirnya langsung menyerbu klitorisku hingga aku sedikit tersentak kegelian. Aku pun tak mau tinggal diam, kuraih batang kemaluan Sinto yang jaraknya sudah dekat dengan mukaku. Rupanya tanpa kusadari, sejak dari tadi Sinto diam-diam juga sudah melepaskan celana dan CD-nya sehingga bagian bawahnya juga sudah telanjang. Terus terang ingin sekali rasanya aku mengulum batang kemaluan Sinto, namun aku masih malu-malu dan gengsi, bukannya aku belum pernah melakukan hal itu, tapi mengingat masa perkenalanku dengan Sinto yang masih baru dan baru sore ini kami bertatap muka, apa lagi perkenalan kami dikarenakan saya sebagai penulis cerita di Rumah Seks yang kebetulan dibaca oleh Sinto.
Tetapi pada akhirnya kenikmatan jilatan lidah Sinto di bibir vagina dan klitorisku akhirnya dapat menjebolkan pertahananku. Gengsi yang tadinya kusimpan akhirnya jebol juga, batang kemaluan Sinto bukan lagi hanya kumainkan dengan tangan, kini bahkan langsung kuarahkan ke dalam mulutku. Kukulum kepala penisnya, batang kemaluannya kukocok-kocok lembut dengan irama yang teratur karena aku tahu bahwa ini akan membuat kenikmatan tersendiri bagi Sinto yang terus menjilat vaginaku, lidahnya dijulurkan dan diusap-usapkan di celah belahan vaginaku, sementara jari tangan kirinya menggesek-gesek klitorisku.
Cukup lama kami saling melakukan oral sex dengan posisi 69 di dalam mobil, sampai akhirnya aku mengalami puncak kenikmatan kembali. Rasanya aku sudah hampir mencapai orgasme yang kedua kalinya hingga kulumanku pada penis Sinto pun semakin dahsyat dan kocokanku pun juga semakin cepat. Jari tengah dan jari telunjuk Sinto tiba-tiba ditusukkan semakin dalam ke liang vaginaku, dikocok-kocokkannya keluar masuk sambil bibirnya tetap menghisap klitorisku, sesekali dijepit dengan kedua bibirnya sambil digesek-gesekkan ke kiri dan kanan. Oouuw! Aku tak sanggup mengulum penis Sinto lagi, hanya tinggal tanganku saja yang tetap mengocok-ngocok secara teratur hingga tak lama kemudian cairan putih kental muncrat keluar dari batang kemaluan Sinto, jumlahnya cukup banyak dan rasanya hangat menyembur wajahku, tapi kukocok terus dan terus dan terus..!
Akhirnya aku pun mengalami hal yang sama, permainan dua jari Sinto yang dimasukkan ke dalam liang vaginaku ditambah jilatan lidahnya pada klitorisku membuat badanku kembali menggigil dan kejang karena mengalami kenikmatan surga dunia. Aku kembali orgasme yang ke dua kalinya. Sinto ternyata juga pandai melakukan jilatan pada vaginaku, jilatannya tak kalah dahsyatnya dengan Sonny yang pernah kuceritakan pada kisahku yang terdahulu. Kalau tadi sperma Sinto muncrat keluar menyembur wajahku, lain lagi dengan cairan cintaku yang muncrat mengalir keluar dari liang vaginaku dengan derasnya dan langsung dijilat habis oleh Sinto, bibirnya menyapu rata bibir vaginaku sambil menghisap semua cairan yang keluar hingga benar-benar bersih dan kering kembali. Setelah kami sama-sama mencapai puncak kepuasan, kubersihkan wajahku dengan tissue yang ada di mobil sinto. Gila..! Banyak juga sperma yang disemburkan Sinto hingga membuat wajahku penuh dan belepotan oleh spermanya.
Setelah selesai berbenah dan merapikan pakaian kami masing masing, Sinto pun menjalankan mobilnya kembali ke arah dalam kota. Sambil meluncur aku membersihkan wajah dan selangkanganku dengan tissue. Lalu kusandarkan kepalaku ke samping lengan Sinto. Mobil pun meluncur santai menuju ke Galaxy Mall. Kami tidak banyak berbicara dalam perjalanan pulang.
Tangan kiri Sinto membelai rambut kepalaku dengan mesra sambil sesekali mencium kepala dan keningku. Sesampai di Galaxy Mall aku pun turun menuju mobilku yang sejak tadi kuparkir di sana. Pertokoan sudah sepi karena sudah hampir tutup semua. Sebelum berpisah, kami berjanji akan saling kontak melalui telepon. Sinto juga berpesan padaku, mempersilakanku jika kejadian petang ini akan di tuangkan untuk Rumah Seks, dia hanya meminta agar identitasnya disamarkan.
*****
Demikianlah kisah pertemuanku dengan salah seorang pembaca dan penggemar tulisanku di Rumah Seks. Tadinya aku tidak sengaja menemukan situs ini karena seseorang telah iseng mengirimkan URL situs ini ke emailku, tetapi ternyata setelah kucoba mengakses dan membaca isinya, darahku pun mendesir membaca cerita-cerita yang ada di dalamnya. Pertama kucoba untuk iseng-iseng menulis pengalamanku, kini bukan hanya aku jadi keranjingan menuliskan pengalamanku untuk dimuat di Rumah Seks, tapi aku bahkan mendapatkan seorang teman kencan yang cukup gagah dan ganteng.
Buat seseorang pembaca yang berinisial S dan kusamarkan namanya menjadi Sinto, kuyakin kamu pasti juga akan membaca pengalaman manis kita yang telah kutuangkan menjadi cerita ini dan kukirimkan ke Rumah Seks, thanks for the dinner and part time lover!
Tamat
Posted by Bokep
Posted on 9:05 PM