Kami sama-sama berbaring. Verne mungkin mengira aku sudah habis malam itu. Tapi pikiranku tidak mau kalah. Aku mengingat-ingat apakah benar kelelahan jadi faktor utamaku gagal ereksi?

"Sory Verne.. Ini baru pertama kalinya aku alami" ujarku dengan sangat malu.
"Its Okay, Boy. Kamu kan memang lagi kecapekan.." jawabnya.

Aku tak tahu apa yang dipikirkannya. Tetapi walaupun dia tidak mempermasalahkan kejadian ini, aku yang mempermasalahkannya! Aku meraba penisku dan mencoba mengocoknya. Ternyata penisku bereaksi bagus. Mungkin karena 2 bulan tidak ML? Mungkin saja. Aku terus mengocok penisku dan dalam waktu sangat singkat aku berejakulasi. Aku senang bisa ejakulasi. Itu tandanya aku tinggal menunggu penisku ereksi lagi. Aku butuh makan untuk menambah energiku. Sudah jam 19.00. Aku menelepon room service dan memesan nasi rawon dan ice tea.

Makanan datang dan aku segera memakannya. Kudengar hujan turun dengan lebat. Aku suka sekali dengan suara hujan. Membuatku merasa nyaman. Selesai makan aku minum cukup banyak supaya bau rawon di mulutku hilang. Kemudian aku berbaring di ranjang. Aku merasakan penisku mulai normal lagi. Perlahan kepercayaan diriku muncul. Aku berusaha keras melupakan kejadian tadi. Untungnya Verne cukup sabar dan memberiku semangat.

"Gak apa-apa kok. Jangan dipikirkan, nanti kamu malah trauma. Kan memang kamu lagi capek banget.."

Kata-kata Verne menguatkanku. Aku yang tadi sangat shock dan malu mulai percaya diri. Kubuka kondom dan mulai memakainya. Tidak masalah penisku belum ereksi penuh. Belum lama rebahan di ranjang, Verne kembali naik ke atas tubuhku dan mulai menciumku. Dia menikmati sekali mencumbuku. Aku mengikuti tempo-nya.

Rata-rata wanita butuh waktu 15-30 menit untuk orgasme, sedangkan pria cuma 3-5 menit, karena itu tidak ada gunanya aku menggebu-gebu. Kubiarkan Verne menguasaiku. Menghisap bibirku, menghisap lidahku. Kelebihannya memang di ciumannya. Sementara gerak tubuh dan tangannya belum terlalu mahir. Tetapi tubuh telanjang kami yang saling bersentuhan, yang bergerak alami, sudah cukup untuk membuat kami intim.

Payudaranya yang seksi menempel erat di dadaku. Kenyal dan lembut.. Perutnya.. Terasa hangat di perutku. Kulit kami bersentuhan dan menggesek pelan memberikan stimuli nikmat yang menggetarkan hati. Jantung kami memompa darah lebih cepat. Nafas makin memburu. Ciuman Verne makin dalam. Makin panas. Aku juga sudah mulai panas. Kutingkatkan kekuatanku. Aku menyerbu bibirnya dengan panas. Kami saling melumat makin liar, makin keras, makin cepat.. Luar biasa nikmat. Aku membayangkan.. Berciuman saja sudah sedemikian nikmat, apalagi nanti kalau penisku sudah menembus vaginanya? Perlahan-lahan ereksi penisku mencapai puncaknya. Keras sekali. Dalam hati aku senang sekali. Aku makin percaya diri.

"Verne.. It's the time.." bisikku sangat pelan nyaris tak terdengar.

Sambil tubuh Verne tetap berada di atasku, aku memasukkan penisku dari arah pantatnya. Penisku yang sudah tegak perkasa dengan berani menusuk masuk vagina Verne.

"Ogh.." kami sama-sama mengerang.

Kemudian tubuh kami sama-sama bergoyang mengejar gesekan nikmat antara penis dan vaginanya. Kami sama-sama bergerak. Terkadang tempo kami berbeda hingga membuat gesekan terasa tidak nikmat. Dengan beberapa kali penyesuaian, kami makin cepat mendaki puncak kenikmatan.

"Kamu di atas ya, Boy.." kata Verne.

Dia mungkin kelelahan berada di atas terus. Tubuhnya berbaring dan aku naik ke atas tubuhnya. Kembali penisku menghunjam masuk. Gesek nikmat kembali terjadi.. Tetapi aku sangat kesulitan dengan posisi itu karena kakiku terlipat. Aku menghentikan kocokanku. Kutarik Verne agak ke bawah lalu aku berdiri di pinggir ranjang. Aku lebih nyaman dengan posisi berdiri sementara Verne tetap berbaring.

"Boy, lepas saja kondomnya ya?" pinta Verne.

Rupanya dia menginginkan kenikmatan yang lebih. Okay.. Aku melepas kondomku. Dengan perkasa penisku kembali menyodok masuk. Ufh.. hangat.. Kurasakan sensasi hangat dan nikmat saat penisku menerobos masuk vaginanya.

"Ogh.. Yeah.." desah Verne.

Dengan tempo sedang aku memacu birahi kami. Verne mulai gelisah. Serangan nikmat yang kulancarkan perlahan mulai meruntuhkan benteng-benteng sarafnya. Darahnya mengalir makin lancar. Desahan, raungan dan rintihan nikmatnya silih ganti meramaikan suasana remang-remang kamar hotel.

"Boy.. Enak.. Gila.. Okh.." rintih Verne.

Tempoku makin cepat. Suara penisku yang keluar masuk menembus vaginannya juga makin keras. Makin membuatku bersemangat. Verne terguncang-guncang menahan nikmat. Matanya sampai terpejam dan bibirnya menutup, membuka.

"Agh.. Argh.. Boy.. Oh God.." ceracau Verne.

Aku makin cepat mengocok. Tak lama kemudian aku merasakan aku hampir ejakulasi. Aku berhenti dulu. Menenangkan pikiran. Kucabut penisku. Kali ini tugas kulimpahkan pada jariku. Dengan dua jari aku menerobos vaginanya. Mencari dan menemukan G-Spotnya. Titik erotis ini mulai kuserang. Selama ini aku sudah cukup hafal letak G-Spot sehingga dengan Verne aku tidak kesulitan.

Begitu jariku menekan-nekan G-Spotnya, Verne bergetar hebat. Tubuhnya seperti mau terpental keluar. Aku menahannya dengan tanganku yang lain. Desahan Verne makin kuat.

"Okhw.. Ogh.. Sshh.. Ergg.. Uwhh.." Entah bagaimana menuliskan erangannya? Sangat bervariasi dan bahkan Verne mulai mendesis dan mengeluarkan suara seperti mau menangis.
"Egh.. Egh.. Hh.. Hh.."

Aku makin bersemangat. Jariku satunya menyerang klitorisnya. Sebenarnya wanita tidak ada yang frigid. Selama dia menginginkan orgasme, dia akan mendapatkannya. Tentunya sebagai pria aku harus membantunya meraih orgasme. Klitoris dan G-spot, dua titik paling peka di tubuh wanita, dengan ribuan saraf yang peka, kuserang habis-habisan. Verne bergerak makin liar. Kedua tangannya mencengkeram erat sprei di ranjang.

"Aku nggak kuat, Boy.. Sudah.." pintanya.

Inilah Verne. Ingin orgasme, tapi saat sudah mendekati, malah minta berhenti. Tentu aku menolaknya. Penisku yang sedari tadi melihat jariku beraksi mulai cemburu. Dia mulai ingin bekerja lagi. Haha.. Dengan ijinku, penisku kembali menerobos masuk. Kali ini aku mengarahkan penisku ke atas, berusaha menyentuh G-Spotnya. Lalu kusodok dengan tempo pelan. Tubuhku menindihnya menghampiri Verne yang segera saja memelukku.

"Boy, oh.. God.. Yess.." erang Verne.

Aku terus memacu penisku. Lama-lama makin kuat dan cepat, sampai akhirnya dengan kecepatan tinggi dan tenaga kuat aku mengocoknya dengan stabil.

"Ck.. Ck.. Ck.. Sr.. Sr.. Ck.." suara penisku yang beradu dengan vaginanya.
"Argh.. Arghh" Verne berteriak.

Jarinya mencengkeram punggungku dan mencakarnya. Wah, luka lagi deh.. pikirku. Tapi tidak masalah. Aku sungguh menikmati melihat wajah Verne yang sedang dilanda birahi. Matanya terpejam, merah, dengan mulut yang mengeluarkan suara-suara mirip tangisan.

"Sudah.. Boy.. Sudah.." Verne kembali ingin berhenti. Aku terus memacunya.
"Gila kamu Boy.. Gila..!!" Verne terguncang-guncang.
"Ah.. Ah.. AAHH..."

Verne melenguh panjang. Tubuhnya agak mengejang dan terangkat sedikit. Kurasakan jemarinya kaku. Kakinya juga mengejang. Goyangannya berhenti. Matanya terpejam dengan mulut terbuka menganga. Verne orgasme. Tapi aku belum, maka dengan cepat aku mengocokkan penisku mengejar orgasmeku. Tetapi orgasmeku masih lama. Beberapa menit kemudian Verne membuka mata. Penis kucabut.

"Sudah Boy.. Aku capek banget.. Gila.. Badanku lemas sekali" bisik Verne.
"Mau aku terusin?" aku ingin membuatnya mengalami multi orgasme.
"No.. Aku capek sekali.." katanya. Aku jadi heran. Wanita mana yang menolak multi orgasme?
"Kamu belum pernah mengalami ini ya?"
"Iya.. Malu-maluin ya?" Verne tersipu malu.

Dia sudah ML sejak 4 tahun yang lalu dan ini adalah orgasme pertamanya! Aku cuma tersenyum. Wajar deh kalau dia sampai kelelahan begitu. Tak kukira dia sampai lemas begitu. Aku berdiri dan minum air mineral. Kemudian berbaring di ranjang. Verne kembali menaiki tubuhku dan menciumku. Aku membalas ciumannya. Beberapa menit kami bercumbu, lalu aku duduk dan mulai memijat tubuhnya.

"Wah.. pakai dipijat segala.." katanya.

Tentu saja, ada foreplay, making love, dan afterplay. Aku menyebutnya after orgasm service. Kupijat punggung, tengkuk dan pinggulnya. Verne tampak kelelahan. Nafasnya masih memburu. Aku sendiri malah dalam top form. Setelah kejadian tadi, aku berhasil melupakannya dan bangkit menjadi perkasa. Inilah aku, yang selalu berusaha membuat wanita orgasme.

"Kamunya sendiri belum dapet ya Boy?" tanya Verne.

Iya sih.. Aku belum orgasme, tetapi tidak masalah. Aku sudah ratusan kali orgasme, sedangkan Verne.. Ini adalah pertama kalinya! Banyak wanita yang berpikir dia sudah mengalami nikmatnya bercinta. Benar. Tetapi banyak wanita yang tidak tahu, bahwa mereka belum pernah mencapai orgasme.. Ketika malamnya aku mengantar Verne pulang dan kami berkirim SMS, aku kembali menanyakan apa yang dirasakannya.

"Verne.. Tadi kamu tidak faking orgasme (pura-pura) kan?" aku tentu saja tidak ingin wanita yang ML bersamaku berpura-pura mengalami orgasme.
"Tidak, Boy. Sudah kubilang, aku tidak mengejar orgasme. Jadi mengapa aku berpura-pura? Aku ragu-ragu waktu kau bilang akan membuatku orgasme, tetapi waktu mengalaminya.. Astaga.. Luar biasa.." balas Verne.
"Oh ya? Bagaimana rasanya? Bagian tubuh yang mana yang merasakan orgasme?" tanyaku penasaran.
"Seluruh tubuh, Boy. Tapi ya di bagian bawah itu yang paling terasa. Gila.. Aku seperti melayang, terbang. Kepalaku seperti terbelah dua. Semua gerakan tubuhku waktu orgasme seperti bukan otakku yang mengontrolnya. Lepas kendali.. Enak sekali. Tapi ya itu.. Lemasnya itu yang aku nggak tahan.."

Aku tersenyum membaca SMS-nya. Berbeda dengan pria yang hanya dapat merasakan nikmat di penisnya, wanita mengalami kenikmatan di seluruh tubuhnya. Urat nadinya terbuka, darah mengalir lebih lancar.. Benar-benar wow!

"Sory ya Verne karena aku tadi sempat gagal. Aku belum hebat deh tadi.."
"Boy.. Segitu tidak hebat? Sulit dipercaya. Banyak hal yang baru kualami pertama kali waktu ML denganmu. I will never forget it.." Aku tersanjung berhasil membuat Verne orgasme untuk pertama kalinya.

Besok paginya aku bangun dan melihat ada SMS dari Verne..

"Boy, I go back home to my city. Thanks for accompany me while I'm in your city, especially for the nice memory. Hope to see you again soon and I'll wait for the story. Take care, keep in touch and bye bye.. :)"

Wanita seksi dengan puting menantang itu telah pulang ke kotanya. Aku jadi teringat malam itu, sehabis bercinta dengannya, aku menanyakan hal yang sama pada Verne. Tentang pilihannya. Cowok yang jago sex tapi sangat buruk pribadinya, atau impoten tapi pribadinya sangat baik.

Verne ternyata lebih memilih cowok yang sexnya jago. Akan tetapi jika itu untuk pasangan seumur hidup, dia jadi bimbang dan memilih abstain. Ketika aku memintanya untuk mempertimbangkan keluarga, anak-anak dan semua aspek.., Verne memilih laki-laki yang pribadinya baik, tetapi itu setelah usianya di atas 30 tahun, setelah dia berhenti dari semua petualangan sexnya.

Verne, jika kau sudah membaca cerita ini. Thanks sekali lagi. Orgasme-mu bukan cuma karena teknikku, tetapi karena bantuanmu juga. I miss you, and.. your kisses.

Tamat