Apa yang akan anda lakukan, bila saat chatting, lawan misterius di sana menggoda lewat cybersex, tapi dia tidak mau bertemu langsung? Jangan cepat menyerah. Burulah dia dengan teknik di bawah ini. Bila dapat, hadiahnya kehangatan tubuh di motel!Malam minggu. Seperti biasa aku berada di depan komputerku. Tiga buah monitor terhubung ke PC-ku. Ya, tiga monitor. Jangan heran, kamar kerjaku ini sepintas tampak seperti pusat kendali NASA. 3 buah PC terhubung dengan ethernet; 1 server, 1 work station dengan 3 monitor, sebuah lagi bekerja sebagai web server. Dengan koneksi 3 MB/s melalui Interpacket.net. Aku sendiri sedang surfing, cari-cari gambar jorok di monitor tengah, sambil sekali-sekali mencek email di monitor kiri. Berbagai relay chat dan messengger dari mulai yahoo, ICQ, MSN, sampai Boleh dan mIRC di monitor kanan.

[Lina'Manis] hi..
Hmm ada cewek yang negor. Segera kualihkan perhatian ke monitor sebelah kanan. Rasanya boleh juga sedikit hiburan. Chating.
[SetanX] hi juga
[Lina'Manis] Kok setan sih namanya?
[SetanX] he he he
[Lina'Manis] ketawa lagi..
[SetanX] nama gue memang setan
[Lina'Manis] a/s/l?
"Hmm, basi.." pikirku.

Sekedar sopan kujawab. Terus terang aku sudah bosan yang namanya chating. Nick-ku tetap online di mIRC sekedar mempermudah teman-teman yang ada keperluan denganku.
[SetanX] 25 M JKT
[SetanX] look dear I'm so busy right now, unless you have something that might interest me, bye!
[SetanX] kecuali lo cantik dan sexy and DFA
Biasanya cewek maki-maki lalu kabur. Aku tidak perduli. Memang rasanya sedang tidak mood untuk chating.
[Lina'Manis] hah??
[Lina'Manis] DFA?

Wah masih dijawab. Otakku mulai ngeres. Siapa tau bisa nih, pikirku. Lumayan, malam minggu ada yang diajak gaul. Tapi jangan terlalu berharap.
[SetanX] Definitly fuckable
[SetanX] he he he
Dalam pikiranku, kalau dia memang sedikit bocor, tentu akan menanggapi. Kalau mau clean chat doang, Go To Hell. Gitu kira-kira bahasa kasarnya dari dua kalimat terakhirku.
[Lina'Manis] hmm..
[Lina'Manis] actually it depends on who you are. how good you are, etc
Wuah, malah nantang nih pikirku.

[SetanX] i'm the best
[Lina'Manis] let see
[SetanX] he he he
[Lina'Manis] nama loe siapa?
[SetanX] Setan Memang benar namaku Setan. Bahkan banyak dari temanku yang telah lupa namaku yang sebenarnya. Beberapa di antaranya memang tak pernah tau. Teman-temanku memanggilku Setan.[Lina'Manis] serius nih
[SetanX] serius, temen temen gue panggil gue setan
[Lina'Manis] oyah?
[SetanX] yup

[SetanX] eh mana asl nya?
[Lina'Manis] 23 f jkt
[SetanX] hmm di jkt juga
[SetanX] Sekarang lagi maen di mana?
[Lina'Manis] warnet
[SetanX] ooh
[SetanX] warnet mana?
[Lina'Manis] adadeh

Sialan tidak mau kasih tahu. Tapi tidak apa-apa.
[SetanX] mo cyber?
[Lina'Manis] wuah to the point yah?
[SetanX] yah gapapa kan??

Akhirnya kami cyber sex selama 15 menit berikutnya. Dari hasil cyber itu aku mendapat data-data lengkap. 169 cm tingginya, 48 kg beratnya, 28 cm ukuran pinggangnya, dadanya 36B. Proporsional. Dan yang paling penting DFA: Definitly Fuck Able. Lina ternyata seorang karyawan swasta. Yang sayangnya hari Sabtu pun harus masuk kantor. Dan sekarang baru pulang kantor. Sex life-nya cukup liberal. Senang berfantasi. Have no problem to have sex in the first meet! Tapi sayangnya walaupun kami udah cyber selama setengah jam, ia menolak untuk bertemu. Mungkin merasa malu telah mengungkapkan banyak rahasia. Ini yang sering kutemui. Banyak wanita yang akhirnya menolak bertemu apabila kami telah melakukan cyber sex sebelumnya.

Aku terus merayu. Dan dia dengan gigih menolak. Someday katanya kalau dia telah merasa aman.
[Lina'Manis] Jujur yaa..
[Lina'Manis] sebenernya celanaku udah basah banget
[Lina'Manis] tapi aku gak mau ketemu kamu karena takut salah satu dari kita mengecewakan dan kita gak bisa melanjutkan untuk berteman
[Lina'Manis] makanya aku jarang mau ketemu sama temen chat Diplomatis.
Semoga dia lagi main di warnet yang pakai leasedline. Karena puluhan warnet dengan static IP ada dalam databaseku IP addressnya. Segera kuketik/whois Lina'Manis.

Lina'Manis is sexy@202.155.(edited) Lina
Lina'Manis on #dancepool #bawel #menteng #cilacap #anak-muda
Lina'Manis using powertech.no.eu.dal.net PowerTech DALnet Server, Oslo, Norway
Lina'Manis End of/WHOIS list. Binggo!! 202.155.*.* (edited) warnet di Kebayoran. Di Wijaya tepatnya. Hanya butuh 10 menit dari rumahku yang kebetulan di kebayoran juga.

Time: 19:40

[SetanX] eh sorry gue mau ke WC dulu. mau eek
[Lina'Manis] JOROK!!
[SetanX] he he he
[SetanX] beneran. Paling paling 10 menit
[SetanX] Masih lama kan disitu?
[Lina'Manis] sampe jam 1/2 9 kali
[SetanX] bener yaa tungguin loo..
[SetanX] boong dosa lo
[Lina'Manis] he he he
[Lina'Manis] iya ah bawel. aku baru mau nulis email
[Lina'Manis] udah sana ntar keburu keluar di situ lagi
/nick SetanX'Away

Time: 19:48

Gotcha. Segera aku melesat. Ganti baju, jeans hitam, t-shirt Polo hitam. Pakai parfum. Sambar kunci Wrengler-ku. Berlari aku ke garasi.
"Innaahh.., PAGAARR..!" teriakku.
Ku-start mobilku. Di kaca spion aku melihat pembantuku tergopoh-gopoh membuka pagar. Malam minggu itu lalu lintas cukup ramai. Kukemudikan Wrengler hitamku dengan kecepatan tinggi secara zig zag di jalanan.

Time: 20:04

Aku telah parkir di Grand Wijaya. Tepat depan warnet XX. Kusapu seluruh ruangan. Binggo!! Itu dia. Di meja 7 seorang wanita cantik dengan blazer biru. Rambut sebahu. Cantik berumur sekitar 23. Rambutnya dipotong saggy, lurus hitam sepundak, matanya sendu sedikit kubil, hidungnya bangir, mulutnya mungil indah, lehernya jenjang, kulitnya putih, dadanya nampak penuh, sekitar 36B. Tubuhnya indah sekali deh, pinggangnya ramping, kakinya indah. Sejenak aku tercekat. Belaga cuek aku menuju ke meja 8 yang kebetulan kosong. Langsung kubuka mIRC.

/server 64.110. (edited)
Aku memakai bouncer yang terinstall di webserver-ku yang di rumah. Jadi kalau dia whois aku, IP-ku masih yang tadi Setelah Conected.
[SetanXX] Lama nunggunya?
[Lina'Manis] he he gak kok
[SetanXX] gimana celana dalam kamu masih basah?
[Lina'Manis] masih
[Lina'Manis]:)
[SetanXX] emang disitu gak ada cowok apa?
Mulai atur siasat.

[Lina'Manis] banyak lah
[SetanXX] ada yang kamu naksir?
[Lina'Manis] sebelah gue
[Lina'Manis] keren, Geer juga aku dibuatnya.
Sempat tersenyum simpul sendiri. Sebelah dia berati aku sendiri.

[SetanXX] kalo seandainya dia ngajak kamu gettin' laid kamu mau?
[Lina'Manis] mauu..
[SetanXX] he he he
Aku tahu jawabannya sebenarnya jujur. Akan tetapi dia merasa aman mengatakan itu karena mengira bahwa cowok di sebelahnya tidak akan tahu.
[SetanXX] serius gak?
[Lina'Manis] he he
[Lina'Manis] keren tau sebelah gue
[SetanXX] ya udah sikat aja
[SetanXX] katanya horny berat
[Lina'Manis] yeey gimana juga caranya..?
Sekarang saatnya!
[SetanXX] Gue di sebelah elo lagi..
Selesai mengetik itu aku memutar kursiku hingga menghadap pada Lina. Kutelanjangi ia dengan tatapanku. Lina tampak melotot ke arah monitor seakan tidak percaya. Tanpa menoleh ia mengatupkan kedua tangannya ke wajah. Beberapa saat kemudian ia mengetik sesuatu.
[Lina'Manis] gila lo!!
[Lina'Manis] Jangan tegor gue di sini!
[Lina'Manis] gue malu
[Lina'Manis] elo keluar duluan ntar gue nyusul
[SetanXX] OK gue tunggu di mobil. di depan. jeep wrengler hitam
[Lina'Manis] OK

Time 20:15

"Ricky.."
"Lina.."
Mobil kujalankan menuju sebuah motel di bilangan Jakarta Selatan. Hening suasana dalam mobil. Hampir tidak ada percakapan.

Time 21:00

Di kamar motel. Lina tersenyum menunduk. Kulihat pipinya memerah. Kugeser dudukku, kami saling berpandang sejenak, lalu kuberi isyarat dengan mata agar Lina duduk di sebelahku. Dengan pelan Lina beranjak ke arahku.
"Ada yang lain lagi yang kau pikirkan?" tanyaku agak bergetar.
Lina menggeleng lembut.
"Apakah pikiran kita sama?"
Kali ini Lina mengangkat wajahnya mencoba menatapku. Matanya.., indah sekali. Kudekatkan wajahku perlahan, mataku tidak pernah lepas dari matanya. Lina hanya memiringkan sedikit kepalanya. Bibir kami saling menyentuh, melebur dengan lembut lalu menghangat.

Kuraih tangan Lina, kurangkulkan ke leherku. Bibir Lina semakin hangat. Kuraih pinggang Lina, kutarik sedikit ke bawah hingga rebah tanpa melepaskan pagutan kami. Kini bibir Lina semakin aktif, kulepaskan pagutanku.., Lina terkejut lalu menatapku. Kusambut lagi dengan ciuman yang lebih menggelora. Lidah kami bergelut dan menari di dalam. Saat panas mulai hinggap, kutarik tubuhnya dengan pelan hingga Lina duduk di pangkuanku. Kini Lina yang melepaskan ciumannya terlebih dahulu, matanya terbalik memutih, lalu kepalanya mendongak penuh. Dengan cepat kusambut leher jenjangnya, putih dan harum. Kujilati dengan nafas agak memburu. Lina melenguh, badannya menggelinjang, jari-jari tanganku di punggungnya mulai mencari tali pengikat BH-nya, dan berhasil.

Kini permainan benar-benar dimulai. Sambil mengatur nafas, jilatanku menurun ke arah dadanya. Lidahku berputar-putar di sekitar putingnya yang pink kehitaman. Tubuh Lina bagai menari di pangkuanku, pantatnya mulai bergoyang dengan liar sampai akhirnya, pertahanannya bobol saat lidahku berekreasi di putingnya, menekan, memutar, menghisap, menarik-narik kecil puting indahnya. Tiba-tiba dengan cepat Lina mendorong dadaku dengan kuat, aku terkejut.

Kini posisiku telentang. Lina di atasku, sekarang matanya tak sendu lagi, dengan agak kasar Lina menarik kaosku ke atas. Setelah terlepas, lidahnya langsung memburu puting susuku yang mungil, menjilati dadaku yang agak kerempeng, menjilat-jilat seputar pusarku. Tanganku tidak dapat kugerakkan dengan leluasa karena kedua tangan Lina mencengkeramnya bagai sedang memperkosa.
"Ssst.., jangan bergerak dulu.." begitu bisiknya.

Kemudian Lina berdiri di tempat tidur. Dengan agak terburu dia loloskan rok ketatnya. Sengaja mataku agak kusipitkan agar tidak terlihat terlalu terpesona akan keindahan tubuhnya, dan yang tidak kalah indah adalah momen saat celana dalam hitamnya diturunkan. Striptease dimanapun akan kalah dengan apa yang kulihat saat itu. Lina jongkok, kini dengan pelan, layaknya memang telah berjam terbang tinggi, Lina menarik ritsluitingku dengan pelan, namun sigap sekali saat menarik lepas jeans hitamku. Nampak sekilas kilatan matanya yang cerah saat melihat apa yang ada di balik GT man-ku.

Dilepaskannya CD-ku sebatas paha dan diarahkannya ke arah mulut untuk gerakan wajib BF. Bagaikan mengulum pindy pop ukuran jumbo, Lina membuat mataku kini terbalik memutih. Lina mengurut-urut kepala penisku dengan bibirnya. (yang aku heran, bibirnya tipis, tapi rasanya tebal bukan main). Belum puas memperlakukan jagoanku bagai ice cream, kini Lina menyedotnya, tidak sekedar menghisap lagi, sampai akhirnya mulutnya penuh dengan air maniku. Lina menelannya lalu membersihkan mulutnya.

Kini giliranku. Tanpa skenario, Lina telah merebahkan tubuhnya. Kuraba pahanya, kujilati dengkulnya, kubalik tubuhnya, kutarik sedikit pinggangnya hingga menungging, lalu kuciumi pantatnya. Lina terus menggelinjang. Lenguhannya menambah semangat juangku. Kedua jempolku membuka belahan pantatnya dan kuciumi dengan teratur dari paha menuju ke arah pantatnya, lalu sampai ke anusnya dan kujilati anusnya. Lina mengerang beberapa kali, kualihkan tanganku ke vaginanya. Kuelus-elus sambil menjilati lubang anusnya yang sangat bersih.

Lina membalikkan tubuhnya. Rambutku dijambak, ditarik ke arah vaginanya. Geliatnya berhenti sejenak saat mulutku mulai menciumi paha bagian dalamnya. Kepalaku dibenamkan ke arah vaginanya. Aku bertahan. Kujilati sekitar vaginanya dan kuamati klitorisnya. Woww, mungkin inilah klitoris yang paling besar yang pernah kulihat. Ya, klitorisnya berwarna merah daging mentah, besar sekali. Benar-benar menyembul jelas untuk ukuran klitoris yang biasanya.

Sementara, nafas Lina sudah tidak karuan dan kini lidahku kujulurkan mengarah ke klitorisnya yang luar biasa besarnya. Kujilat dengan mesra. Lina menjerit tertahan. Tubuhnya sangat tegang lalu mengendur. Tiap kujilat tubuhnya mengeras. Dengan gemas kukulum klitorisnya. Setelah amblas di mulut, kumainkan dengan lidah. Lina mencengkram kepalaku dengan kuat, sesekali kusedot-sedot lalu jilat, ambil nafas. Hal ini membuat Lina semakin menggelepar. Bodoh amat, sudah berapa kali ia orgasme.

Saat itu Lina telah membanting-banting kepala dan pantatnya ke kasur. Tangannya mencengkram kencang kepalaku, sementara keringat telah membasahi tubuh kami berdua. Beberapa saat kemudian, penisku yang telah gemas terasa berdenyut-denyut, meminta bagian. Sudah berkali-kali Lina mengerang. Kutarik tangannya agar melepaskan kepalaku. Aku pun sudah tidak kuat menahannya. Tatapan Lina bak macan saat melihat penisku siaga satu di depan lubang surgawinya. Tangannya memegang erat tempat tidur. Perlahan dengan napas tersengal-sengal kakinya diangkat. Ditariknya sebuah bantal, ia taruh di bawah pantatnya.

Kini tampak jelas, lubang vaginanya yang telah menganga, menahan rindu. Kutekan sedikit pahanya ke arah dadanya. Kusorongkan penisku dengan pelan dan jantan. Saat penisku menyentuh bibir luar, Lina sudah mengerang dan tubuhnya menegang namun pantatnya tetap tabah menyangga lubang senggamanya. Saat setengah masuk, Lina berhenti bergerak, matanya semakin sendu, tatapannya jauh masuk ke alam mayaku. Dengan sedikit hentakan, kumasukkan penisku yang menyebabkan mata Lina mendelik, mulutnya terbuka tapi tidak mampu berteriak. Perlahan kuputar, kuaduk, kukocok dengan pelan nan mersa. Lambat laun Lina mulai mengikuti irama yang kumainkan.

Saat irama telah sama, bagian bawah tubuh kami seperti senyawa, lalu tenggelam, bergoyang semakin cepat, semakin cepat, lalu pelan lagi. Kami tidak mengganti posisi, dengan satu posisi pun kami telah melanglang berbagai buana pagi itu. Setelah klimaks, kami tetap berpelukan. Penisku masih dalam pelukan vaginanya yang penuh cairan. Terasa punggungku sedikit perih, nampaknya kuku Lina menggoreskan kenangan di situ. Ada beberapa menit kami melebur dalam nafsu yang mulai terasa hangat di hati. Kami berpelukan lama dalam posisi ini. Kubiarkan Lina menikmati buaian sisa orgasmenya sampai kemudian kubalik posisi agar dada Lina agak lega. Kubelai rambut Lina yang basah oleh keringat, wajahnya sayu dengan sisa-sisa kepuasan.

Time 00:00

Kami habiskan malam ini di Hard Rock Caf. Bercerita panjang lebar sambil mendengarkan musik dan diselingi minuman keras. Seolah pasangan yang telah lama berpacaran.

TAMAT