Petualangan Rikku 4: Threesome
Disclaimer

·                     Cerita ini mengandung unsur pornografi dan tidak cocok bagi anak dibawah umur
·                     Nama-nama di cerita ini telah disamarkan, semua kemiripan nama adalah tidak disengaja.
·                     Cerita ini tidak mengandung unsur SARA apalagi kebencia atau menyudutkan kelompok tertentu. Kalaupun ada keterangan mengenai ras/suku/warna kulit/ciri fisik adalah semata-mata sebagai bumbu penyedap cerita untuk menambah unsur erotisme.
Ringkasan cerita sebelumnya:

Teman baikku Sandra yang barusan diperkosa di sekolahnya diperas oleh salah satu dari para pemerkosanya, dia dipaksa untuk mendatangi rumah kosong yang sedang dibangun untuk kemudian diperkosa ramai-ramai oleh Dinan, salah satu pemerkosa di sekolah beberapa minggu sebelumnya yang ternyata sempat mengambil beberapa foto dari adegan pemerkosaan itu. Di rumah itu Sandra ternyata sudah ditunggu tidak hanya oleh Dinan seorang tetapi juga oleh beberapa kuli-kuli bangunan yang sedang membangun rumah tersebut. Dalam pemerkosaan itu Sandra tidak diperbolehkan mendapatkan orgasme, begitu Sandra akan mendapatkan orgasmenya, seketika semua aktivitas dihentikan sehingga Sandra sangat tersiksa dengan keadaannya, apalagi tangannya terikat dan tubuhnya tergantung pada balok kayu. Tiba-tiba muncul penolong sakti dengan samurainya, seorang gadis bernama Aoi yang ternyata adalah sepupu Rikku yang pindah ke Indonesia untuk melanjutkan studynya. Dalam perjalanan balik ke rumahku, Sandra yang sudah horny setengah mati mengambil tanganku dan memaksaku menggaruk-garuk vaginanya yang terasa sangat gatal sekali dan akhirnya …


******************************


“aaahhhhh …. Ooohhh …… ooooooouuuuuuuuuggghhhhhh …….” Sandra berteriak sekeras-kerasnya, tubuhnya menggeliat-geliat kuat sambil memegangi tanganku seakan-akan ingin menusukkan jari jemariku lebih dalam lagi kedalam liang vaginanya dan diakhiri dengan tubuhnya yang menekuk kencang dan membusur ketika dia mendapatkan orgasmenya, lewat sudut mataku yang sedang membagi perhatian antara menyetir dan Sandra, kulihat pancaran kepuasan tersirat di wajah Sandra. Walaupun aku baru saja beberapa menit merangsangnya ternyata menumpuknya hutang orgasme Sandra benar-benar hebat, baru beberapa gosokan di klitoris Sandra yang sudah membengkak itu ternyata cukup untuk mengantarnya kelangit ketujuh, klitoris Sandra sudah terasa keras dan licin dibanjiri oleh cairan orgasmenya. Sandra rupanya masih belum puas dan menggosok-gosokkan tanganku di vaginanya, aku yang mengerti maksudnya segera mengocok-ngocok vaginanya dengan jari jemariku dan tidak lupa kugosok-gosok klitorisnya. Tidak lama kemudian Sandra kembali mendapatkan orgasmenya yang kedua yang ternyata jauh lebih hebat lagi dari yang pertama.

“OOOOHHHHHHHHHHH …. AAAAAAAAHHHHHH ….. AAAAAAAAUUUUGGGHHHHHHH ….. crrrr ….crrrrr ….. crrrr …….”

Teriakan Sandra terdengar melengking keras, aku sampai agak tuli rasanya mendengar teriakan Sandra, untungnya Harrierku dilengkapi dengan silver mirror window dan benar-benar kedap suara yang menyebabkan tidak ada orang dari luar yang dapat melihat kedalam mobilku, kalau tidak mereka pasti akan bingung mendengar teriakan Sandra dan melihat tubuhnya yang memberontak, bias-bisa aku dikira menculik anak orang, hehe. Setelah pulih dari orgasmenya Sandra benar-benar lemas dan kulihat tubuhnya acak-acakan bermandi keringat, rambutnya sudah tidak karuan menutupi sebagian besar wajahnya, bajunya dan roknya sudah tersingkap, payudara kanannya hanya ditangkupi tangannya, ternyata Sandra sempat meremas-remas payudaranya juga. Dia terlihat terengah-engah mencoba mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Keadaannya saat itu benar-benar menggoda dan merangsang birahi semua orang yang melihatnya, gadis manis berambut panjang yang hanya mengenakan pakaian sekenanya, tersingkap dan basah, nafas terengah-engah penuh nafsu yang seakan-akan siap melumat semua penis yang disodorkan padanya, akupun mulai terangsang oleh keadaan ini.



Aku segera kembali memperhatikan jalan dan berkonsentrasi untuk secepatnya sampai dirumahku, akupun sudah tidak tahan lagi ingin menikmati orgasme bersama dengan sahabatku tersayang. Ketika kulihat kaca cermin belakang untuk melihat apakah Aoi masih bias membuntutiku, aku takut kalau dia ketinggalan lalu dia kesasar di kota ini, untungnya Aoi masih dibelakangku dan ketika aku melihat kembali ke depan ternyata lampu sudah merah, aku segera menginjak rem karena mobil-mobil didepanku ternyata sudah berhenti semua. Hampir saja aku kecelakaan, memang bahaya kalau menyetir sambil terangsang, pikirku. Setiba didepan rumahku pak Nardi satpamku langsung membukakan pintuku dan bertanya apakah aku perlu bantuan, aku menyuruhnya menurunkan koper-koper milik Aoi serta melaporkan ke pak RT kalau Aoi akan tinggal dirumahku sejak hari ini.

“Non Sandra kenapa, non Rikku?” tanyanya ketika dia melihat Sandra yang lemas dikursi depan.

“Ngga apa-apa pak Nardi, terima kasih. Saya capai mau istirahat aja” jawab Sandra sebelum aku menjawab pertanyaan pak Nardi. Satpamku masih memandang curiga tetapi dia tahu kalau aku butuh bantuan aku pasti memintanya.

“Hallo non Aoi, wah tambah cantik saja” sapanya pada Aoi

“Iya pak, sekarang sudah lebih besar” jawab Aoi yang maksudnya sekarang sudah lebih tua dari sejak terakhir kali pak Nardi melihatnya, kira-kira ketika Aoi berumur 8 tahun.

“Iya sudah tambah besar memang ya?” jawab pak Nardi yang benar-benar memperhatikan dada Aoi, maklum ukuran payudara Aoi memang besar, kenyal dan tegar menantang apalagi dia saat ini mengenakan T-shirt berkerah lebar dan hanya menutupi payudaranya tanpa mengenakan BH, saat Aoi menungging untuk mengambil koper-kopernya dari Harrierku payudaranya terlihat dengan jelas dari bagian atas kerahnya..

“Hush pak jangan melotot begitu nanti lepas loh matanya” jawabku sekenanya sambil membukakan pintu Sandra dan membantunya turun dari Harrierku.



Pak Nardi langsung cengengesan sambil menurunkan koper-koper Aoi, Aoi juga membantu pak Nardi membawa hand baggagenya sendiri masuk kedalam rumah.

“Mbak Sari kalau Aoi sudah selesai memasukkan kopernya kedalam kamar boleh langsung pulang ke kampung ya, pak Nardi yang jaga rumah saat aku pergi” kataku pada pembantu wanitaku yang langsung dijawab oleh anggukannya.

Aku memang meliburkan pembantu wanitaku itu karena toh rumah ini akan kosong selama beberapa minggu selama aku libur, pak Nardi bisa makan diluar atau memasak sendiri, aku sudah meninggali uang yang lebih dari cukup untuknya. Aku membantu Sandra ke kamarku dan kulucuti pakaiannya satu per satu dan kulempar di lantai sekenanya, keran jacuzziku kubuka bergantian dan setelah suhunya cukup panas aku membiarkan jacuzziku mengisi sedangkan aku sendiri kembali ke Sandra yang tergeletak bugil diatas selimut kamarku. Aku sengaja tidak menyalakan AC karena takut Sandra kedinginan, kupapah Sandra menuju Jacuzziku untuk merendam dirinya dan melepas penat ditubuhnya. Perlahan-lahan Sandra melangkahkan kakinya masuk ke dalam bak Jacuzziku dan duduk didalamnya.

“Kamu gak apa-apa kan aku tinggal, say? Aku mau ke kamar Aoi dulu” tanyaku pada Sandra sambil mencium lembut bibirnya yang merekah.

“Aku ngga apa-apa kok, aku ingin berendam saja dulu, aku masih lemas” jawabnya sambil tangannya menyuruhku pergi meninggalkan dirinya.

Kututup pintunya dan kulangkahkan kakiku menuju kamar sebelah yang seharusnya adalah kamar tamu tetapi karena Aoi mulai sekarang tinggal bersamaku, kamar itu mulai sekarang akan ditempati oleh Aoi. Nafasku tercekat ketika aku mendengar suara-suara desahan mencurigakan yang berasal dari kamar Aoi, terdengar desahan seorang gadis yang terdengar berat dilanda birahi. Karena ranjang dikamar itu berada di sebelah kanan pintu masuk, aku tidak bisa melihat langsung tetapi disebelah kiri pintu terdapat lemari baju tinggi yang pintunya dilapisi kaca cermin sehingga aku bisa melihat apa yang terjadi di ranjang kamar tamuku.



*************************************

Gairah liar sepanjang malam



Aku melihat Aoi yang sudah telanjang bulat menggumam tertahan sambil menaik-turunkan kepalanya mengulum penis seorang pria yang sedang sibuk pula menjilati belahan vaginanya. Karena hanya ada satu orang pria dirumah ini dapat kusimpulkan kalau Aoi sedang mengulum penis pak Nardi. Di raut wajah Aoi terbersit gurat-gurat kenikmatan yang menandakan Pak Nardi memang pandai memuaskan wanita, kalau saja istrinya tidak meninggal dunia sekitar 12 tahun silam karena kecelakaan lalu lintas, mungkin Pak Nardi tidak akan tinggal dirumahku saat ini. Aoi cukup lama juga mengulum-ngulum penis pak Nardi dan dalam waktu bersamaan menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan oleh Pak Nardi ketika tangan pak Nardi meraih gundukan payudara Aoi dan meremas-remasnya dengan lembut sambil lidahnya bermain-main di belahan vagina Aoi sambil menyerutup cairan-cairan yang diproduksinya. Tak lama kemudian aku mendengar nafas Aoi semakin berat dan pendek-pendek,

“hufff … hufff… hhggggg…. Nnnnnnnggggggggghhhh…ggggghhhhhh” teriaknya tertahan ketika Aoi mendapatkan orgasmenya, mulutnya masih tersumpal oleh penis pak Nardi yang terlihat hitam besar dan mengerikan dengan urat-uratnya yang terlihat menonjol, terlihat kalau penis itu sudah mencapai tenggorokan Aoi tetapi masih juga belum ada setengahnya terbenam, sepertinya penis itu panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya sekitar 4 cm. Aku tak pernah menduga kalau satpamku itu ternyata memiliki senjata pamungkas yang bisa mengirim semua wanita ke langit ketujuh. Ternyata pak Nardi tidak berhenti sampai disitu, dengan lidah yang masih menjilati klitoris Aoi, dia memasukkan jari-jarinya kedalam lubang vagina Aoi yang masih sempit itu dan mengocok-ngocoknya membuat Aoi melepaskan kulumannya di penis pak Nardi dan berteriak tertahan karena orgasme susulannya yang jauh lebih dahsyat dari orgasmenya yang pertama, tubuhnya menggeliat-geliat dan mengejang-ngejang menikmati semua kenikmatan birahi yang melanda setiap titik syaraf di tubuhnya. Punggungnya melengkung kebelakang dan kepalanya terdongak keatas sehingga aku bisa melihat guratan-guratan urat-urat di lehernya yang terlihat mengkilat dihiasi butiran-butiran keringat yang meleleh menuruni lehernya yang jenjang. Setelah orgasmenya yang dahsyat itu tubuhnya melemas dan jatuh terengah-engah diatas tubuh pak Nardi yang masih dalam posisi 69 itu, tangan pak Nardi menggerayangi dan meremas-remas lembut pantat dan pinggul Aoi yang ramping dengan pantatnya yang bulat menggemaskan.



Aoi yang sudah mulai pulih membalikkan tubuhnya dan bibirnya langsung dilumat oleh pak Nardi, mereka sedikit menggeser tubuhnya sehingga aku bisa melihat dari samping ganasnya lumatan-lumatan mereka, ternyata Aoi seperti halnya kebanyakan orang jepang menyukai seks dan sepertinya Aoi sudah banyak berpengalaman, hal itu terlihat dari ganasnya ciuman mereka. Mungkin Aoi juga lumayan terangsang juga saat tadi melihat Sandra yang tergantung di tiang rumah yang sedang dibangun itu, dikeroyok oleh banyak lelaki kuli bangunan sehingga sekarang dia melampiaskan nafsunya pada pak Nardi, satpamku yang setia. Api birahi yang berkobar dalam tubuh Aoi membuat vaginanya gatal dan ingin segera dimasuki penis, ia langsung memposisikan penis pak Nardi di depan liang vaginanya dan perlahan-lahan menurunkan tubuhnya yang membuat kepala penis itu perlahan-lahan mulai membelah liang vagina yang sempit itu dan membuat keduanya mengerang-erang keenakan. Aoi membalikkan tubuhnya memunggungi pak Nardi dan mereka berdua menggeser kembali posisi mereka sehingga aku bisa melihat ekspresi wajah Aoi yang keenakan dari pantulan kaca cermin dikamar itu. Bongkahan payudara yang besar dan kencang itupun mulai meloncat-loncat naik turun seiring gerakan tubuh yang empunya, putingnya yang merah muda itu sudah demikian terangsangnya sehingga terlihat mencuat tegak yang membuat pak Nardi tak sabar dan menggenggam payudara itu serta memainkan putingnya.

“aduh enak sekali ... masih sempit yah?” tanya pak Nardi.

“eessshhh .. uuugghhh ... besar sekali punya pak Nardi, tidak seperti kebanyakan pria jepang yang kecil-kecil kontolnya. Ouuugghhhh enakkkkk ....” lenguh Aoi sambil menikmati penetrasi kedalam vaginanya perlahan-lahan.

Aoi mengerang nikmat ketika penis itu telah tertancap total dalam vaginanya, sambil menikmati gesekan-gesekan urat-urat penis pak Nardi di dinding vaginanya Aoi mulai menggerakan tubuhnya yang sexy mengkilat bercucuran keringat diterpa cahaya lampu yang terang benderang makin membakar birahiku yang menonton adegan itu, akupun makin gencar menggosok-gosok vaginaku yang rasanya semakin gatal saja.



Aoi kian lama kian bernafsu menggenjot penis pak Nardi dan gerakan pinggulnya yang naik turun itu terlihat semakin intens, sesekali pinggulnya digerakkan memutar dan maju mundur untuk melumat penis yang memenuhi liang vaginanya. Pak Nardi yang tiduran dibawahnya ikut membantu dengan kadang-kadang menaik-naikkan pinggulnya menggenjot vagina Aoi membuat yang empunya merengek-rengek seakan-akan sedang menangis, mungkin itu cara orang jepang melampiaskan rasa nikmat dalam bersenggama. Plokkk .... plookkk ... crep ... crep ...Terdengar suara pinggul mereka beradu dengan gencarnya, kemungkinan paha mereka sudah dibasahi oleh cairan cinta Aoi yang mengalir deras karena dari suaranya sepertinya paha mereka sudah basah kuyup sebasah tubuh mereka berdua yang bermandikan keringat. Aku yang sudah benar-benar terbakar nafsu akhirnya tidak sabar lagi dan aku masuk kedalam kamar serta langsung mengunci kamar itu, seketika Aoi dan pak Nardi menghentikan kegiatan mereka dan memandangku dengan sangat terkejut. Aku menenangkan mereka dan mengatakan kalau aku ingin mencoba trio sex. Aku mulai melucuti satu persatu pakaianku, terutama baju sekolahku yang sudah dibasahi keringatku beserta braku yang membuat payudaraku langsung meloncat keluar karena sudah tidak terhalang apapun juga. Rok dan celana dalamku kubuang begitu saja entah kemana dan aku yang sudah sangat bernafsu ini langsung mendekati mereka untuk ikut bergabung dalam pesta sex ini. Aoi rupanya sudah benar-benar terbakar nafsu karena dia langsung kembali menggenjot penis pak Nardi sementara pak Nardi masih belum pulih dari kekagetannya. Pak Nardi memandang kaget ke diriku, anak majikannya yang selama ini dijaganya dari kecil sampai sekarang telanjang bulat didepannya dan berjalan menghampirinya. Aku mendekati pak Nardi dan langsung kulumat bibirnya sambil payudaraku yang menggelantung bebas itu diremas-remas oleh satu tangannya, lidah kami beradu dengan lembutnya, aku baru menyadari kalau satpamku ini memang lembut orangnya tidak seperti orang-orang yang memperkosaku dan Sandra.



“ooohhhh .... ahhhhuuuu ....ogghhh ....” tiba-tiba Aoi berteriak kencang dan punggungnya menelikung kebelakang sambil kepalanya menggeleng-geleng kekanan dan kiri, rupanya badai orgasme sudah menghantamnya, pak Nardi yang masih menggenjot penisnya keatas dan merojok-rojok vagina Aoi mengirimkan badai orgasme susulan pada Aoi yang membuat Aoi mengalami multi orgasme yang membuat tubuhnya terkejang-kejang dan makin meliuk-liuk tidak teratur, kakinya mengejang-ngejang menumbuki kasur sambil tangannya meremas-remas kencang payudaranya sendiri. Aku melepas ciumanku dan terkagum-kagum memandangi Aoi yang terlihat semakin cantik saat dihantam orgasmenya. Setelah orgasmenya reda akhirnya tubuhnya yang lemas itu ambruk dipelukan pak Nardi dengan punggungnya menempel pada dada pak Nardi, nafasnya terengah-engah seperti habis lari 7 keliling lapangan bola. Dadanya terlihat naik turun dengan cepatnya seiring nafasnya yang menderu, sementara pak Nardi sendiri belum terlihat tanda-tanda akan orgasme, benar-benar perkasa satpamku ini.

“ploppp ...” terdengar suara yang nyaring ketika kemaluan mereka terlepas dan Aoi berdiri menuju tas punggungnya dan mengeluarkan sebotol obat lalu mengambil sebutir pil merah dan mencampurkannya dalam segelas air putih dan kemudian memberikannya kepadaku.

“Untuk tambah energi, kamu tahu red bull? Seperti itu lah” katanya sambil tersenyum nakal kepadaku.

Aku yang tidak berprasangka apa-apa langsung meneguknya sampai habis, enak sekali rasanya manis dan segar. Tangan pak Nardi mulai menggerayangi bongkahan payudaraku dan meremas-remasnya lembut yang membuatku mulai mendesah-desah karena rangsangan-rangsangan yang dikirimkan syaraf perasaku ke jaringan otakku. Tiba-tiba aku merasa gerah sekali, keringatku mulai mengucur dengan derasnya membasahi tubuhku yang mulus dan polos ini. Tenagaku terasa bertambah berkali-kali lipat dan sekujur tubuhku serasa sensitif sekali, rangsangan yang kuterima di payudaraku serasa bertambah-tambah nikmatnya.

“ooohhhhhh..... aaahhhhh .... hmmmhhh .... hoshhh .... hoshhh ...” tubuhku menggelinjang-gelinjang dengan liarnya, samar-samar kudengar Aoi berbisik di telingaku

“enak kan obat perangsangnya, sayang?”

Aduh ternyata aku telah meminum obat perangsang berdosis tinggi yang membuatku seperti gila rasanya, tidak kusangka ternyata sepupuku tega menjerumuskan aku ke jurang kenikmatan lebih dalam lagi.



Jari jemari pak Nardi yang bermain-main di payudaraku serasa kurang cukup untuk memuaskan diriku sehingga aku mulai menyentuh-nyentuh klitorisku sendiri yang rasanya sudah membengkak jauh melampaui ukuran normal dan terasa sensitif sekali. Serangan-serangan pak Nardi ditambah gosokan-gosokan di klitorisku membuatku tidak tahan lagi dan akhirnya melepaskan teriakan kepuasan orgasme pertamaku dibawah pengaruh obat perangsang, tubuhku melengkung ke atas yang membuat tulang-tulang igaku menjiplak di dadaku yang basah bermandikan keringat yang berlomba-lomba menuruni tubuhku.

“ooogghhhhh.... aaaauuuhhhhh..... uunnnggghhhh ..... hmmmmpphhh..” jeritanku teredam oleh bibir Aoi yang tiba-tiba melumat bibirku dengan ganasnya, mataku mendelik-delik melepaskan semua gelombang orgasmeku yang makin menguat ketika pak Nardi dengan kuatnya membetot payudaraku dan Aoi dengan ganasnya mengulum bibirku serta mempermainkan lidahku dengan ganasnya. Hebat sekali obat perangsang itu, aku sudah orgasme padahal baru dirangsang kurang dari 5 menit, aku bisa kepayahan nih pikirku.

Tubuhku terasa masih segar saja setelah orgasme itu, bahkan aku ingin lebih lagi mereguk kenikmatan. Aku mendorong tubuh pak Nardi sehingga dia tertidur di lantai marmer kamar tamu itu dan kupegang erat penisnya yang tegak dengan gagahnya seperti tugu monas yang menanti kehangatan. Kukocok-kocok penis besar pak Nardi dengan perlahan-lahan sambil lidahku menjilat-jilat kepala penisnya yang membuat sang empunya mengerang-erang keenakan. Penis hitam kokoh itu begitu merangsangku sehingga aku tidak menyadari kalau Aoi sudah memegang video camera high definitionnya yang dibawanya dari Jepang dan menyorotku yang dengan rakusnya menjiliati dan mengocok-ngocok penis pak Nardi. Setelah sekian lama aku menjilati kepala penis itu aku mulai memasukkan penis itu kedalam mulutku, pak Nardi memegang rambutku dan ikut membantuku dengan memaju-mundurkan kepalaku sehingga penisnya tersodok-sodok masuk kedalam mulutku sampai ke tenggorokanku, itupun masih belum sepenuhnya masuk.



Setelah sekitar sepuluh menit aku mengulum dan mengocok penis pak Nardi, vaginaku terasa gatal sekali ingin dirangsang kembali, karena tak tahan akupun akhirnya berdiri memposisikan diriku diatas tubuh pak Nardi dan mengarahkan penisnya ke lubang vaginaku yang masih sempit ini. Penis super itu perlahan-lahan membelah vaginaku yang terasa ngilu karena mulai terisi oleh penis pak Nardi ketika aku mulai menurunkan tubuhku, tangan Aoi yang bebas meremas-remas payudaraku yang menegak kencang dengan putingnya yang menantang sehingga rasa sakit yang kurasakan sedikit berkurang, aku masih meringis-ringis merasakan sakit dan nikmat yang bergantian mendera vaginaku yang sudah basah kuyup oleh cairan orgasme bercampur keringatku.

“AAAGGGHHH ..... uuuuhhhh .... sakit .... uuunggghhh .....” teriakku kesakitan karena Aoi yang sudah tidak sabar itu menekan pundakku kebawah yang membuat penis pak Nardi melesak seketika dan terbenam sampai ke pangkal rahimku, perutku terasa sesak terisi penis yang besar dan keras itu, untuk meredakan rasa sakitnya aku mulai mencari kenikmatanku sendiri dengan menggerak-gerakkan tubuhku.

Pak Nardi juga membantuku dengan mengangkat-angkat pantatnya yang membuat penisnya makin menyodok-nyodok vaginaku. Aku menaik-turunkan tubuhku dengan liarnya yang membuat payudaraku meloncat-loncat dan terguncang-guncang seirama dengan gerakan tubuhku, wajahku yang sudah dikuasai birahi mungkin sudah cukup membuat para pria mupeng melihatnya. Tubuh kami yang sudah bermandikan keringat terlihat kontras sekali, satpamku yang sering terbakar matahari terlihat hitam gelap dan dihiasi bekas-bekas luka parang yang dulu pernah diterimanya, aku yang rajin merawat tubuhku terlihat putih mulus mengkilat meloncat-loncat diatas tubuh pak Nardi. Klitorisku yang tergesek-gesek oleh penis pak Nardi mengirimkan getaran-getaran kenikmatan yang mulai menggantikan rasa sakit yang kurasakan.



Pak Nardi mendekap punggungku dan menarik tubuhku merapat kepadanya sehingga payudaraku menempel pada dadanya yang bidang dan kokoh itu, putingku yang tergesek-gesek bulu-bulu dadanya makin membuat diriku gila karena nafsuku yang meledak-ledak, akhirnya aku mencapai puncakku yang kedua, orgasme keduaku bahkan lebih hebat daripada yang pertama, kakiku mengejang-ngejang dan tubuhku tersentak-sentak dan mataku membeliak sehingga hanya putihnya saja yang terlihat, jari jemariku menusuk pundak pak Nardi dan mencengkeramnya dengan kuat, dan akhirnya setelah mengejang selama sekitar dua menit aku pun jatuh lemas dipelukan pak Nardi. Nafasku terengah-engah seperti habis marathon beberapa puluh kilometer jauhnya, dalam kesunyian kamar itu aku mendengar suara-suara seperti ada yang memasang sesuatu, tapi aku tidak menghiraukan suara ceklikan itu karena aku masih ingin memulihkan diriku dari orgasme keduaku ini. Ternyata my ignorance berakibat fatal karena aku yang masih belum pulih dari gelombang orgasmeku merasakan pantatku dibuka dan ada lidah yang menjilati lubang pantatku, aku tak pernah menyangka kalau diriku bisa juga dirangsang dengan cara itu, aku yang selama ini selalu jijik kalau mendengar kata anal apalagi karena aku sudah pernah diperkosa, aku anti dengan apa yang disebut anal seks itu. Aoi mulai memasukkan jari-jarinya kedalam lubang pantatku yang sebelumnya sudah dilumasi oleh air liurnya, jari telunjuk dan jari manisnya terasa mulai membelah lubang yang sempit itu. Dengan perlahan-lahan mulailah Aoi memaju-mundurkan jari jemarinya, pak Nardi tidak mau kalah mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengaduk-aduk isi vaginaku yang sudah terasa memar dan ngilu karena berulang kali dirangsang tanpa henti. Tiba-tiba jari-jari Aoi dikeluarkan dari lubang pantatku dan digantikan oleh sesuatu benda tumpul yang rasanya tidak kalah besarnya dengan penis pak Nardi, aku yang terkejut segera melengok kebelakang untuk melihat apakah gerangan benda asing itu. Alangkah terkejutnya ketika aku melihat bahwa Aoi mengenakan strap-on dildo yang panjang dan besar, dildo itu membelit pinggangnya membuat seakan-akan Aoi memiliki penis yang besar dan kaku.

“AAAEEEIIII.... aaarrrrgggghhhhhh....” aku tidak sempat berlama-lama memandangi Aoi karena aku langsung mendongakkan kepalaku sambil berteriak pilu sekuat tenaga karena tiba-tiba Aoi melesakkan dildonya kedalam anusku yang terasa dirobek-robek dalam sekejap.



Tangan Aoi meraih dadaku yang terlonjak-lonjak seirama dengan goncangan tubuhku yang disodok dari dua arah secara simultan. Gerakan Aoi di lubang anusku terasa sangat menyakitkan membuat tubuhku menegang-negang dan berkelojotan seperti ikan di daratan. Rupanya hal itu membuat jepitan vaginaku di penis pak Nardi semakin kencang dan terasa semakin nikmat karena pak Nardi semakin merem melek dan melenguh-lenguh meresapi kenikmatan jepitan vaginaku yang terasa keras membetot penisnya. Rasa pedih yang kurasakan lama kelamaan semakin berkurang setelah digenjot dengan posisi itu selama kira-kira 12 menitan, air mataku sampai membasahi pipiku.

“aduh non Rikku sampai menangis-nangis, jangan kaku gitu non, santai saja dan dinikmati, pasti ngga sakit” kata pak Nardi memberikan nasihat padaku.

Ternyata benar juga rasa sakit yang kurasakan sekarang sudah benar-benar hilang dan digantikan rasa nikmat yang menggebu-gebu yang kembali membakar gairah dan nafsuku dan membuatku mulai menggerak-gerakkan pinggulku mengimbangi sodokan-sodokan Aoi dan pak Nardi yang asyik menikmati kedua lubangku. Aku menolehkan wajahku ke belakang dan memandangi tubuh Aoi yang sudah basah kuyup dibanjiri keringat yang mengalir deras, bulir-bulir peluhnya mengalir seperti anak sungai yang bercabang dimana-mana, tubuh putih mulus dan sexy itu terlihat lebih sexy lagi karena berkilat-kilat diterpa cahaya lampu dan bergerak-gerak dengan begitu anggunnya mengocoki lubang anusku dan merangsangku tanpa henti. Begitu juga tubuhku tak ubahnya seperti kehujanan saja, tubuh kami bertiga sudah dibanjiri keringat yang bercampur aduk. Tangan Aoi meraih payudaraku dan menariknya kearahnya yang membuat punggungku menempel pada dadanya, bulatan payudaranya yang basah dan besar itu terasa lembut tertekan-tekan di punggungku, payudaraku diremas-remasnya bergantian antara lembut dan kasar, sungguh nikmat rasanya. Sesekali dipilin-pilinnya putingku sambil tak henti-hentinya Aoi menggoyangkan pantatnya menusuk-nusuk lubang anusku.



Sesekali leherku dikecup-kecup lembut dan sesekali kami saling mengulum. Semua rangsangan itu membuatku tidak tahan lagi dengan dan pada akhirnya setelah kira-kira 10 menitan kami dalam posisi itu aku, pak Nardi dan Aoi mencapai orgasme hampir bersamaan.

“AAAOOOOHHHH ..... UUUGGHHHHH .... AAAHHHHMMMM..... nikkkkmaaatttttt... ooooohhhh!!” teriakanku membahana di ruangan kamar tamu itu, seluruh tenagaku serasa terhisap ke dalam lubang hitam yang pekat, punggungku melengkung membusur ke belakang hingga kepalaku bersandar pada bahu Aoi sementara dia sambil meremas-remas payudaraku dan menciumi leherku juga menikmati gelombang orgasmenya. Pak Nardi yang juga tidak kalah terpuaskan berkelojotan sehingga tubuhku ikut terlonjak-lonjak sementara lubang vaginaku terasa penuh dipenuhi cairan sperma pak Nardi yang mengisi penuh liang senggamaku. Mungkin karena pengaruh obat perangsang itu akupun mengalami orgasme susulan yang tidak kalah hebatnya, multi orgasme yang barusan kuterima kian membuat tubuhku bergetar-getar dengan liarnya dan kakikupun menendang-nendang tidak karuan, lantai kamar itu sudah seperti banjir saja karena keringat kami yang menetes-netes dengan derasnya. Tubuhku yang sudah terasa lemas terjatuh diatas dada pak Nardi, Aoi pun jatuh menumpuki aku, suasana dikamar itu tiba-tiba hening dan hanya terdengar deru nafas kami bertiga yang terdengar ngos-ngosan setelah kami mencapai garis finish pertempuran kami.

“Plopppp ...” terdengar suara yang cukup nyaring ketika Aoi menggulingkan tubuhnya dan berbaring disebelah pak Nardi yang membuat dildo itu terlepas dari lubang pantatku, aku merasa cairan cintaku yang tercampur oleh sperma pak Nardi mengalir keluar dari lubang vaginaku karena sudah tidak tertampung lagi di dalam liang vaginaku. Payudaraku yang menempel pada dada pak Nardi dirasakannya menekan lembut dada bidangnya, tangan pak Nardi mengelusi punggungku yang basah dan meremasi bongkahan pantatku yang sekal itu menambah rasa nikmat after-orgasmic-ku.



Tiba-tiba aku teringat akan Sandra, dengan terhuyung-huyung aku mencapai kamar mandi di kamar tamu itu dan membersihkan diriku dari keringat dan sperma, kemudian aku keluar dengan hanya terbelit handuk dan mengintip kedalam kamarku. Sandra ternyata tertidur pulas di ranjangku tanpa mengenakan sehelai benangpun, aku tidak tega membangunkannya, tetapi aku merasa gairahku mulai naik lagi, sialan benar obat perangsang itu masih belum habis juga khasiatnya, bisa pingsan aku kalau terus begini, pikirku. Aku mendengar sayup-sayup suara erangan-erangan Aoi, aku kembali masuk ke dalam kamar Aoi dan mencari mereka, ternyata Aoi sedang disetubuhi pak Nardi didalam kamar mandi, aku masuk ke kamar mandi dan ikut bergabung lagi dengan mereka, sepanjang malam kami bercinta dengan liarnya, kami saling melampiaskan nafsu kami bertiga tak ubahnya seperti binatang liar saat musim bercinta. Keesokan harinya kami terbangun dengan tubuh lemas dan pegal-pegal, rencana road trip yang akan diadakan hari ini terpaksa ditunda sehari karena kami harus memulihkan energi kami. Malamnya Sandra terbengong-bengong melihat aku dan Aoi tertidur pulas berpelukan selama hampir seharian penuh, dia seharian hanya bermain Playstation 3 dan berenang. Malam itu kami mengepak barang-barang yang akan kami bawa selama road trip kami, aku sudah memperingatkan mereka untuk tidak membawa terlalu banyak barang, tetapi dasar cewek ada aja yang dibawa, akhirnya kami selesai mengepak dan kami membawa 2 koper besar. Untung kami akan pergi naik Toyota Harrierku, jadi kami tidak bingung akan tempat. Akhirnya .... hari yang ditunggu-tunggu tiba ....

To be continued

By: Minami Kawashima



© Karya Minami Kawashima