Tamara Bleszynzki
Sudah beberapa hari terakhir ini tidur Tamara dihantui mimpi buruk. Silih berganti wajah Samy dan Robert muncul dalam mimpinya, mengejar-ngejar dirinya dan selalu berakhir dengan bayangan mengerikan bagaimana dirinya ditelanjangi secara paksa lalu diperkosa berulang-ulang. Tamara tidak pernah bisa memperkirakan kapan atau di mana salah satu dari kedua pria itu menghubunginya meminta dirinya untuk melayani nafsu birahi mereka. Tentu saja Robert adalah yang paling diuntungkan dengan posisinya sebagai satpam di rumah Tamara, karena dia yang sering berinteraksi dengan wanita cantik itu. Bagi Tamara, menghindari Samy tidaklah terlalu sulit. Tapi menghindari Robert adalah persoalan yang tidak bisa dianggap ringan. Bertahun-tahun robert bekerja padanya dan bertahun-tahun pula Robert hafal jadwalnya, teman-temannya, bahkan tempat-tempat yang sering dikunjunginya. Yang agak melegakan Tamara barangkali adalah bahwa Robert hampir tidak pernah meniduri dirinya di rumah. Sepanjang ingatan Tamara hanya dua kali Robert memintanya melakukan hubungan seksual di rumah.
Terakhir persetubuhannya dengan satpam itu terjadi akhir pekan lalu, dimana selama satu hari satu malam penuh Tamara dipaksa menjadi pelacur gratisan di rumahnya sendiri yang membuat Tamara tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya setelah persetubuhan gila-gilaan itu selesai. Kesibukannya di luar jadwal syuting yang jauh lebih melelahkan ketimbang jadwal tetapnya membuat Tamara terpaksa menjaga kebugaran tubuhnya dengan ekstra hati-hati. Tamara sadar bahwa salah bersikap  terhadap dua bajingan tengik yang menjebaknya tersebut bisa berakibat fatal, tidak hanya akan menghancurkan karirnya, tapi juga hidupnya. Berulang kali menjadi pemuas nafsu seksual oleh dua orang pria berbeda secara bergantian mau tidak mau membuat Tamara memperhatikan kalau kedua orang itu menggunakan pola dan metode yang berbeda yang membawa sebuah kesimpulan bahwa kedua orang tersebut bekerja secara terpisah dan sangat mungkin tidak saling mengenal secara dekat. Tamara yang selama berhari-hari memutar otak mencari cara untuk melepaskan diri dari jerat setan yang ditebarkan oleh kedua orang itu seolah menemukan ide cemerlang.

Siang itu Tamara terlihat sedang sibuk melakukan latihan kebugarandi ruang fitness pribadinya. Mengenakan busana fitness putih ketat sepotong dengan celana model bike pants juga putih ketat  membuat tubuh Tamara yang putih jadi kelihatan makin terang. Bagian perutnya yang terbuka jelas memperlihatkan perut yang rata dan kencang. Rambut kecoklatannya yang diikat ekor kuda melompat kesana kemari mengikuti gerakan Tamara yang sedang berlari di atas treadmill. Payudaranya yang kencang terlihat berguncang lembut seirama hentakan kakinya. Seminggu ini Tamara tidak berlatih fitness di rumah. Dia memilih tinggal di apartemennya yang ada di kawasan Kuningan demi menghindari bertemu dengan Robert.. Hanya sesekali saja Tamara pulang, karena itu rumah besar itu lebih sering terlihat kosong. Pembantu-pembantu hanya datang jika dipanggil untuk membersihkan debu atau sekedar menjaga agar rumah itu tidak terlalu terkesan mati dan seram. Tamara baru saja selesai mandi di kamar mandi dalam kamarnya saat pintu kamarnya diketuk. Dengan buru-buru Tamara menyambar mantel mandinya yang berwarna putih dan menutup tubuhnya yang belum berpakaian dengan mantel itu. Rambutnya yang basah dibiarkannya tergerai membuat sebagian punggung mantelnya basah menyerap air yang menetes dari rambutnyanya yang kecoklatan. Dan seperti sudah dapat menebaknya, Tamara melihat Robert berdiri di depan pintu dengan senyum penuh arti. Tanpa dipersilakan masuk, robert menerobos ke dalam kamar dan langsung memeluk tubuh Tamara yang hanya terbungkus mantel mandi.
“Ohh...” Tamara mendesah saat Rober mulai mencumbui lehernya. “Pelan-pelan saja  Bob..” kata Tamara lirih. “nanti ada yang lihat..”
“Siapa yang akan melihat?” tanya Robert tanpa berusaha menghentikan usahanya mencumbui leher jenjang wanita bertubuh seksi itu. “Kan semua pembantu sudah pulang..”
Tamara terkejut mendengar itu. Dia baru ingatkalau pembantu-pembantunya sudah pulang beberapa puluh menit yang lalu, yang itu berarti sekarang tidak ada seorangpun yang ada di rumah kecuali dirinya dan satpamnya yang tengah menggeluti tubuhnya.
“Ohh.. Ohh..” Tamara mendesah dengan nafas yang mulai tidak teratur. “tapi jangan terburu-buru Bob..” ohh...” Tamara mencoba mengelak, meski penolakannya terkesan setengah hati karena saat Robert mulai mencium bibirnya, Tamara menyambutnya dengan semangat. Keduanya segera bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan tanpa merasa perlu untuk menutup pintu kamar. Hanya butuh waktu beberapa detik bagi Tamara untuk menyadari kalau mantel mandi yang dikenakannya sudah lepas dari tubuhnya, membuat tubuh mulusnya kini kembali telanjang bulat karena dia tidak sempat mengenakan pakaian barang selembarpun.
“Ohh...” Robert mendengus liar, tatapan matanya nyalang penuh kemenangan. “Sudah kebelet kepingin dientot ya Tam..?” kata Robert mengejek.. “Kok udah nggak pakai pakaian dalam?”

Tamara diam saja mendengar ejekan itu, seolah sudah memasrahkan dirinya untuk melayani nafsu bejat satpamnya tersebut, dan Robertpun tahu itu. Dengan buas Robert segera mencengkeram payudara Tamara yang mencuat tegak kemudian meremasinya dengan kekuatan penuh sambil menjilati payudara mulus itu dengan rakus.
“Oohh.. oohh..” Tamara mendesah penuh nikmat.
Kepasrahannya yang total membuat libidonya meningkat dengan cepat. Tubuhnya menggel;iat dan bergetar sambil sesekali melengkung ke atas membuat payudaranya yang membusung tegak kian mencuat dan mengeras. Robert mencaplok kedua ayudara montok itu dan meremasinya dengan remasan-remasan yang amat kuat. Payudara Tamara yang lembut itu dibuatnya tidak beda dengan adonan tepung pizza yang diuleni oleh juru masaknya. Jilatan-jilatan dan kenyotan Robert pada puting payudara Tamara makin membuat wanita cantik itu menggeliat tidak terkendali. Robert lalu melanjutkan jilatannya ke daerah perut Tamara yang licin. Lidahnya yang terjulur menelusuri perut yang kencang dan rata tersebut, meninggalkan jejak ludah yang berkilat-kilat saat tertimpa sinar lampu.
“Oohh... aahh...” desahan dan erangan Tamara kian keras saat jilatanlidah satpamnya itu mulai menelusuri wilayah vaginanya. Seperti ular, lidah itu mencoba menelusup ke dalam celah vagina Tamara. Kemudian lidah itupun menari-nari menyapu bagian dalam vagina Tamar. Dengan bantuan jari, Robert membuka bibir vagina Tamara untuk membuat ruang bagi lidahnya. Sentilan-sentilan ujung lidah Robert membuat tubuh Tamara bergetar seperti disengat aliran listrik. Tubuh mulus wanita cantik itu bergetar dan menggeliat-geliat merasakan bagian tubuhnya yang paling sensitif itu disentuh. Apalagi saat lidah Robert mencapai bagian klitoris Tamara, membuat wanita cantik itu makin megap-megap merasakan gelombang libido yang seolah-olah menekan kerongkongannya.
“OHHKK... OOHHH.. AHHKK...HH..” Tamara mengerang keras dengan tubuh menegang kuat. Tubuh mulus itu menegang dan melengkung begitu keras sehingga hanya kepala dan pantat Tamara saja yang menyentuh ranjang. Payudaranya yang mencuat tegak bergetar keras setiap kali tubuh mulusnya menggeliat. Secara tidak sadar Tamara menggerak-gerakkan sendiri pinggulnya maju mundur membuat daerah selangkangannya makin melekat ke wajah Robert yang sekarang sibuk menjilati cairan yang mengalir dari vagina wanita cantik itu. Selama beberapa detik tubuh Tamara mengejang-ngejang dan menggeliat-geliat.

Aliran libido yang meledak seolah memompa tubuh mulus itu dan menekannya ke segala arah. Selama beberapa detik lamanya nafas Tamara terhenti merasakan kenikmatan yang begitu hebat menggetarkan syarafnya. Dan selewat itu, pelan-pelan tubuh yang putih mulus itu kembali melemas dan tergolek tidak berdaya di atas ranjang. Terengah-engah, antara puas dan malu, Tamara hanya tergolek di ranjang, menunggu kelanjutan aksi Robert yang dilihatnya mulai menanggalkan seragam satpamnya. Hanya sepasang kaus kaki hitam yang kini dipakai satpam kekar itu. Tubuhnya yang hitam legam terlihat basah oleh keringat Penisnya yang hitam legam berdiri tegak seperti mengancam membuat Tamara sedikit mrinding meskipun penis berukuran super itu sudah berulang kali menggenjor vaginanya. Dengan amat tenang, Robert meneruskan aksinya. Dia menarik pergelangan kaki Tamara sampai pantat wanita cantik itu nyaris menyentuh bibir ranjang. Sepasang kaki mulus Tamara itu lalu disampirkan ke pundaknya. Kemudian dengan memegangi seapasang paha mulus Tamara tersebut, robert mulai mengarahkan penisnya ke liang vagina Tamara. Hanya butuh satu dorongan bagi Robert untuk membuat penisnya kembali amblas ke dalam liang vagina wanita cantik itu.
“Ehhkk...” Tamara mendesah  merasakan pedih pada vaginanya.
Tamara sendiri tidak habis mengerti, padahal sudah berulang kali Robert menggagahinya tapi tetap saja dia merasa kesakitan saat penis besar itu membenam di dalam liang vaginanya.. Penis itu seolah-olah mendesak vaginanya melar ke segala arah membuat otot-oto vaginanya melebar dengan paksa, sampai-sampai Tamara nyaris yakin kalau vaginanya tidak akan bisa kembali normal jika Robert terus-menerus menggagahinya. Meski begitu hanya butuh beberapa kali genjotan bagi Tamara untuk melupakan rasa sakitnya. Sodokan demi sodokan penis Robert kembali menimbulkan sensasi kenimatan yang harus diakui membuatnya ketagihan.
“Oohh....... oohh...... aaahh...... aahhh.............” Tamara mendesis-desis dengan tubuh menggeliat-geliat. Payudaranya yang kenyal terguncang-guncnag kesana-kemari mengikuti setiap gerakan tubuh mulusnya. Tangannya mencengkeram erat pada seprai sementra kepalanya bergoyang-goyang liar merasakan kenikmatan yang mendera tubuhnya.

Robert yang tanggap pada reaksi Tamara jadi makin bersemangat. Gerakan pantatnya yang menyodok-nyodok menjadi makin kuat dan temponyapun jaidi makin cepat. Robert bahkan membuat gerakan memutar membuat penisnya seperti mengaduk-aduk liang vagina Tamara. Untuk lebih membangkitkan gairah Tamar, Robert kadang-kadang menghentikan gerakannya selama beberapa saat dambil menekan penisnya dalam-dalam di liang vagina wanita seksi itu. Hal itu membuat respon Tamara jadi makin ganas. Tubuh mulus wanita cantik itu bergetar keras menahan desakan sensasi yang makin menggila, sampai tak sadar, tamara menggerakkan sendiri pantatnya maju mundur.
“Ohh...... ohh...... ahhkk....... aahhh....... aahhss... ahhhss...” Tamar mendesis-desis sambil menggigit bibirnya sementara tubuhnya melengkung ke atas membuat payudaranya kian membusung. Robert tidak tahan lagi untuk meremas-remas sepasang payudara mulus itu. Tangan kekar Robert mencengkeram sepasang payudara mulus itu dengan kuat seolah seperti mencengkeram tanah liat empuk.. Gabungan antara genjotan penis Robert pada vagina Tamara dan remasan tangan Robert pada payudaranya membuat birahi wanita cantik itu makin tidak terbendung. Tubuh putih mulus artis itu kembali menggeliat kuat, desahan dan erangannya makin keras, sampai pada puncaknya tubuh itu kembali mengejang bagaikan disengat listrik puluhan ribu volt.
“AHHHKKH........ AHHH.... OOOOHHH..........!!” Tamara meraung bagaikan srigala terluka, selama beberapa detik tubuhnya mengeras seperti batu, vaginanya berdenyut kencang membetot penis Robert yang masih membenam kuat di dalamnya.
Tidak ingin buru-buru, Robert mencabut penisnya dari cengkeraman vagina Tamara. Tubuh mulus wanita cantik itu terkapar lemas dengan kaki terjuntai ke lantai. Robert mendiamkan tubuh telanjang yang menggairahkan itu selama beberapa saat untuk memberi kesempatan beristirahat sebelum kembali menggarapnya. Kemudian dibimbingnya Tamara turun dari ranjang, lalu Robert memposisikan dirinya terlentang di lantai membuat penisnya yang tegang berdiri tegak. Disuruhnya Tamara untuk mengangkangi penisnya. Tamara yang paham maksudnya mulai membimbing penis legam itu menuju vaginanya sendiri, kemudian dengan satu gerakan, Tamara memaksa penis itu menembus vaginanya saat dia menggerakkan pantatnya.
“Ooohhh..” Tamara mengerang lirih, penis Robert melesak dengan mulus ke daam vaginanya, kemudian seperi sudah diprogram, Tamara mulai menggerakkan pantatnya naik turun membuat penis Robert yang keras itu kembali menggenjot vaginanya.

“Oohh... oohh... aahh... aahh.. ehhsss.. ehhss..” Tama kembali mengerang dan mendesah-desah nikmat, tubuhnya bergerak naik turun di atas tubuh Robert, penis Robert memompa keras vagina artis cantik itu. Bunyi berdecak muncul setiap kali Tamra menggerakkan pantatnya sebagai akibat dari gesekan sepasang alat kelamin yang menyatu ketat. Payudara Tamara yang kenyal dan montok berguncang-guncang setiap kali dia menggerakkan tubuhnya. Gerakan payudara mulus itu membuat Robert kian gemas, ditariknya tubuh Tamar sampai agak condong ke depan membuat satpam itu makin leluasa menjamah sepasang payudara indah tersebut. Sembari Tamara menggerakkan tubuhnya di atas tubuh Robert, si satpam tersebut juga menikmati keindahan dan kemulusan payudara artis cantik itu dengan remasan dan cumbuan ganas.
“oohh.... yeahh.... ayoo.... teruss..... terus Tam..... ahh.... ahh..... ahh.... kencengan goyangannya...” Robert ertengah-engah sambil memberi komando pada Tamara yang makin mempercepat gerakan pantatnya, sementara penis Robert bagaikan sepotong karet yang tidak bisa lemas dan terus-menerus memompa vagina Tamara yang kian basah. Tamara melenguh-lenguh makin liar merasakan kenikmatan gesekan penis satpamnya tersebut pada dinding vaginanya, rasa yang muncul silih berganti antara pedih dan nikmat membuat Tamara kian frustrasi dan memaksa dirinya untuk mencapai orgasmenya  lagi.
Tapi di tengah serunya pergumulan itu, tiba-tiba HP Tamara berbunyi. Deringnya keras sekali membuat kedua orang yang sedang memacu diri dalam gelombang nafsu seksual itu terkejut.
“Sialan!” Robert memaki. Tamarapun terkejut mendengar HP nya berbunyi. Rasanya seperti anjlok dari lantai dua, gairah seksual mereka yang menggebu nyaris mencapai puncak langsung padam seketika seperti api unggun tersiram air. Robert merasa penisnya lansung mengerut ke ukuran normal, nafsunya seperti terbang entah ke mana, sementara Tamara langsung bangkit dan mengambil HP nya yang masih berbunyi dan bergetar keras.
“Dari siapa sih?” Robert bertanya dengan emosi meninggi, lebih tinggi ketimbang birahinya yang terputus di tengah jalan. Tapi Tamara tidak mempedulikannya, dia menyambar HP nya dan menjawab panggilan yang masuk.
“Sorry..” Tamara berkata pelan. “Hari ini gue nggak bisa..” tambahnya. “Ada yang harus gue kerjakan.” Ujarnya. Ada nada cemas tersirat dari caranya bicara. Robert mengamati Tamara terlihat gelisah dan ketakutan, seperti sedang bicara pada seseorang yang bisa menentukan nasibnya saja.

“Paling tidak elo tunggu gue dulu, jangan main paksa gitu.” Tamara berkata gugup pada peneleponnya. “Gue kan nggak bisa berada di dua tempat sekaligus.” Tambahnya kembali masih dengan nada gugup yang sama. Sejenak Tamara diam mendangarkan ucapan peneleponnya.
“Oh.. yah.. baiklah.. terserah elo..” kata Tamara sebelum mematikan HP nya. Robert mendekatiya dengan penuh curiga. Ditatapnya wanita cantik itu dengan pandangan menyelidik. Tamara tampak ketakutan melihat tampang Robert. Dia menundukkan wajah menghindari kontak mata.
“Dari siapa?” tanya Robert penuh curiga. Matanya masih menyelidik, tapi Tamara diam saja, seolah sedang memikirkan sesuatu.
“Dari Samy.” Jawab Tamara memecah kesunyian yang terjadi selama beberapa saat.
“Samy?” Robert berpikir sesaat. “Bukannya dia itu mantan sopir elo Tam?”
Tamara mengangguk. Dia memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Robert.
“jadi elo mau kan bantu gue Bob?” tanya Tamara dengan nada memohon, meskipun jelas sekali terlihat kalau itu hanya akting, rupanya Tamara baru saja menemukan sebuah ide cemerlang untuk mengadu domba kedua pria yang selama ini menjadi mimpi buruk baginya.
“Tenang saja Tam.” Robert tersenyum. “Asal.. yah.. tahu sendiri lah..”
Tamara tersenyum cerah, untuk pertama kalinya sejak dirinya dijebak dan dijadikan budak nafsu dia bisa tersenyum. Tanpa malu-malu dia segera menghambur ke dalam pelukan Robert yang langsung memeluknya dengan erat. Keduanya kembali tenggelam dalam pergulatan penuh gairah.
*
=======================
Suasana hati Tamara sedang riang hari itu. Puluhan scene sinetron terbarunya dilahap tanpa kesulitan berarti, membuat sutradara terlihat senang.
“And Cut!” teriak sang sutradara. Seluruh kru langsung bersorak senang setelah berhasil menyelesaikan scene terakhir yang dijadwalkan untuk hari itu.
“Well done Tam.”  Sang sutradara memberikan acungan dua jempol pada Tamara yang terlihat sedang meneguk air mineral. “Ini baru Tamara yang gue kenal.” Pujinya tanpa sungkan. Tamara tersenyum, dia bergegas menujuwardrobe untuk mengganti baju.
“Tam..” sutradara memanggil. “karena elo hebat hari ini, maka besok elo boleh libur dua hari.” Tambahnya setengah berteriak. Tamara yang sudah agak jauh membalas dengan teriakan terima kasih.
“Wah.. enak dong.” Komentar salah satu kru yang membawa kamera. Perwakannya kurus dengan rambut gondrong diikat ekor kuda. Wajahnya tirus dan cekung mirip seorang pecandu narkoba. Dia bertugas sebagai kru peralatan yang biasanya melakukan bongkar pasang kamera.
“Enak gimana maksud lo?” tanya sutradara sambil mengemasi kumpulan naskah yang bertebaran dan memasukkannya ke dalam tas.
“Ya enak lah Bos..” si kru peralatan menjawab santai sambil menggulung kabel panjang di depannya. “Mbak Tamara libur kan? Sementara kita?” Kerja berlangsung terus.”
“Yeah..” sutradara tertawa. “Besok kita musti lapor ke departemen tenaga kuda.” Guraunya, disambut tawa yang lain. Sesaat kemudian mereka melihat Tamara keluar dari bagian wardrobe dan bergegas menuju mobilnya. Derum halus mesin mengiringi mobil mewah itu meninggalkan lokasi syuting.
Baru beberapa puluh meter mobilnya melaju meninggalkan lokasi syuting tiba-tiba HP Tamara berbunyi keras. Agak gugup Tamara segera meraih HP nya. Konsentrasinya sedikit buyar saat melihat melihat nama peneleponnya, Samy.
“hallo cantik..” kata Samy tanpa basa-basi. Tamara langsung lemas mendengar suara pria yang paling dibencinya itu. Tak mau mengambil risiko kecelakaan, Tamara menghentikan mobilnya.

“Ada apa?” tanya Tamara ketus. Meskipun jantungnya berdegup kencang seperti dipacu tiga kali lebih cepat tapi dia berusaha untuk menguasai diri.
“Kok pakai tanya sih Sayang.” Samy terkekeh mendengar pertanyaan Tamara yang sama sekali tidak mengganggunya. “Biasa kan.. jatah.. jatah.. Sudah berapa hari ya gue nggak nyoblosin elo? Dua.. tiga.. empat hari..” Samy dengan gaya bloonnya menghitung. Tamara merinding dibuatnya, wajahnya merah padam menahan marah dan malu pada ulah Samy.
“Gimana Cantik?” Samy kembali bertanya. “Besok kamu libur kan?”
Tamara terperangah kaget  mendengar itu. Dia heran setengah mati bagaimana bisa Samy mengetahui kalau dia besok tidak syuting.
“Dari mana kamu tahu?” Tamara bertanya gugup, keringat dingin mulai mengalir membasahi tubuhnya, bulu kuduknya langsung meremang merasakan ada bahaya lain yang mengintainya. Tapi Samy hanya tertawa terkekeh mendengar partanyaan Tamara yang membuat wanita cantik itu makin gugup.
“Dari mana aku tahu?” Samy kembali tertawa. “Anggap saja aku punya mata-mata yang selalu mengawasi elo.”
Jawaban Samy tersebut, entah benar entah tidak, jelas membuat Tamara shock berat. Dia merasa hidupnya sekarang sepenuhnya sudah ada di dalam genggaman tangan Samy, tidak saja secara fisik tapi juga secara mental.
“Jadi gimana Sayang?” tanya Samy mengagetkan Tamara yang sedang kalut.
“Eh.. i.. iya.. gue mau..” Tamara menjawab dengan gugup dan asal-asalan. Tidak berdaya untuk menolak, Tamara mengiyakan saja saat Samy menyuruhnya datang ke villa di Puncak besok pagi-pagi sekali.
Sepanjang malam itu Tamara gelisah sekali. Setengah mati dia berusaha tidur tapi tidak sedikitpun matanya tmau terpejam, padahal dia sangat butuh tidur malam itu supaya besok tubuhnya segar mengingat besak akan menjadi hari yang sangat melelahkan baginya. Entah berapa kali Tamara mengganti posisi tidurnya. Miring ke kiri, miring ke kanan,telungkup, terlentang, tapi tetap saja matnya tidak mau diajak tidur. Baru saat menjelang jam 3 pagi dia bisa benar-benar terlelap.

Sedetik kemudian, atau rasanya begitu, alarm HP yang disetel sebagai jam beker berdering kencang sekali. Tamara tergagap bangun sambil menggapai-gapai ke segala arah untuk mencari HP nya yang terselip di balik selimut. Dengan jengkel dimatikannya alarm HP nya. Jam pada HP sudah menunjukkan pukul 06.30, membuat Tamara terpekik kaget.
“Setengah tujuh?” Teriak Tamara dengan kekagetan luar biasa, bagaimana dia bisa lupa menyetel alaramnya lebih pagi. “Mati gue..!” katanya gugup. Lalu dengan tergesa-gesa bagaikan dikejar setan, Tamara melompat bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Selesai mandi ala kadarnya, Tamara langsung berpakaian. Diapakainya pakaian yang longgar dan mudah dibuka, berupa kemeja gombrong dan celana panjang katun lebar warna hitam plus sepatu hak tinggi warna putih.. Secepat yang dia bisa, Tamara berlari sampai nyaris jatuh terguling menuju mobilnya.
“Gila..!” Tamara meruntuk cemas. “Mati gue kalau sampai telat.” Katanya sambil menyalakan mobilnya, dia makin gugup saat mobilnya seperti seret banget diajak kerjasama. Berkali kali Tamara mencoba menyalakan mesin mobilnya tapi tidak berhasil.. Baru setelah hampir sepuluh menit mencoba, mesin mobilnya mulai berderum.
Di jalan tol Tamara melesatkan mobilnya dengan kecepatan gila-gilaan. Beruntung jalan tol yang ke arah puncak sedang longgar membuat Tamara leluasa memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dengan kecepatan rata-rata 100 km per jam, Tamara berhasil mencapai villa dalam hitungan duapuluh menit saja. Gerbang villanya sudah ada di depan mata. Dan tepat sebelum mobilnya mencapai pintu, pintu gerbang yang besar dan berat itu membuka. Seorang pria tua tersenyum lebar ke arahnya. Pak Abdul, penjaga villanya sudah menyambut dengan seringai seperti srigala.. Bulu kuduk Tamara meremang melihat wajah tua penuh keriput itu. Tamara masih sakit hati kalau ingat pria tua itu pernah menggagahinya secara brutal. Ingin rasanya Tamara mencekik pria itu sampai mati kalau tidak ingat dia masih berada dalam cengkeraman Samy yang jelas akan melindungi Pak Abdul.

“Pagi Mbak Tamara.” Sapa Pak Abdul dengan keramahan dibuat-buat yang amat kentara. Tamara jadi jengah melihat tatapan mata Pak Abdul yang menelusuri sekujur tubuhnya. Mata berkantong itu seolah-olah berkata akan menelanjangi dan memperkosa dirinya habis-habisan.
“Mbak Tamara udah ditunggu loh.” Tambah Pak Abdul lagi. Tamara diam saja dan mengarahkan mobilnya ke halaman, sementara Pak Abdul menutup pintu gerbang dan menggemboknya. Tamara melihat mobil butut Samy sudah nongkrong di halaman. Maka diapun segera bergegas menuju ke dalam villa.
Tamara baru berjalan beberapameter dari pintu ketika sepasang lengan kurus menyergapnya dan memeluknya dari belakang.
“Apa kabar Tamara cantik?” tanya orang yang memeluknya yang tidak lain adalah Samy. Tamara melengos dam mencoba melepaskan pelukan Samy, tapi Samy tidak mau melepaskan pelukan ketatnya dari tubuh indah artis cantik itu. Samy bahkan mulai melancarkan ciuman dan kecupan pada leher Tamara.
“Tidak perlu terburu-buru.” Tamara menukas ketus dan mengelak saat Samy berusaha menciumi lehernya. “Elo punya waktu seharian buat muasin nafsu bejat elo itu ke gue kan?”
“Ah. Elo memang pintar Tam.” Samy terkekeh. “Gue suka yang model begini. Tapi hari ini bukan Cuma gue lho yang musti elo puasin.”
Tamara terperanjat sesaat, dalam hatinya dia mengira juga harus melayani nafsu seks Pak Abdul sang penjaga villa. Tapi rasa terkejutnya langsung berubah menjadi kekagetan luar biasa saat Samy membawanya ke ruangan belakang, dimana di situ terdapat ruang santai tempat Tamara biasa menonton TV. Tamara mendengar suara TV ynag dinyalakan dengan volume keras. Suara yang terdengar hanyalah desahan-desahan nafas yang tidak teratur. Tamara agak jengah ketika melihat di TV sedang diputar film porno yang menampilkan rekaman seorang wanita bule berambut pirang berparas amat cantik sedang disetubuhi oleh pria kulit hitam dengan gaya Doggy Style. Tapi kejengahan Tamara tidak sebanding dengan kakagetannya saat mengetahui siapa yang sedang menonton film porno itu.

“Bob..?” Tamara sampai nyaris pingsan melihat siapa yang ada di ruangan itu. Robert satpamnya sedang menunggu dengan santai di sofa. Tamara menoleh berganti-ganti ke arah Samy dan Robert dengan tatapan campuran antara ngeri, bingung dan takut.
“Apa maksudnya ini Sam..? Kenapa kalian... “ Tamara geragapan dengan kejadian yang tidak terduga ini. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Samy dan Robert rupanya sudah saling kenal satu sama lain.
“Kaget ya Tam?” tanya Robert memecah keheningan yang terjadi.
“Tapi.. tapi.... ini...” Tamara makin gugup. Dia menoleh ke arah Samy. “Kita sudah sepakat kan Bob?”
“Yeah..” Robert tersenyum kejam. “Tapi rasanya kerja sama kita tidak semenarik kerja sama yang ditawarkan oleh Samy..” tambahnya yang langsung membuat Tamara bagaikan disambar petir. Tubuh Tamara langsung seperti mati rasa ketika menyadari apa yang sedang berlangsung.
“Kalau sendirian posisi gue tidak kuat Tam.” Robert menjawab kebingungan Tamara.. “Tapi kalau bersama dengan Samy, maka gue punya kekuasaan lebih terhadap elo.”
“Kata orang dua kepala lebih baik dari satu kepala.” Samy menyambung. “Gue juga diuntungkan dengan ini karena Robert orang yang tepat untuk memata-matai elo. Dia juga tahu persis jadwal elo, jadi gue bisa tahu kapan waktu yang pas buat ngentotin elo.”
Tamara hanya bisa tertunduk lemas mendengarnya. Rencana yang sudah disusunnya dengan rapi mendadak menguap begitu saja. Kembali wanita cantik itu merasakan tubuhnya seperti dijepit oleh tembok raksasa, kali ini bahkan dari dua arah. Tamara sama sekali tidak menyangka kalau kedua orang pria itu akan bekerja sama untuk menghancurkan hidupnya. Tamara merasa harapannya seakan sudah habis. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah mematuhi perintah kedua pria bejat itu sembari berharap keduanya tidak menyakitinya secara berlebihan. Tamara akhirnya menegakkan badannya dan menatap ke arah kedua pria itu.
“Sekaraang apa lagi yang harus gue lakukan buat kalian?” tanta Tamara putus asa. Serentak Robert dan Samy tertawa terbahak, yang mengisyaratkan kemenangan sudah ada di dalam genggaman mereka.

“Hehehe... tentu saja tubuh elo yang montok itu Tam, emang apa lagi..?” jawab Robert sambil terkekeh.
“Betul.” Samy menyambung. “Tapi kali ini nggak sekedar ngentot lho Tam..”
Tamara menatap Samy dengan tatapan merana, tidak terbayangkan olehnya apa lagi yang diinginkan Samy dan Robert darinya.
“Apa maksud kalian?”
“Elo lihat dong ke TV..” Robert menyambar. Tamara sekilas melirik ke arah TV dimana adegannya memperlihatkan si pria sedang menumpahkan sperma ke wajah wanita bule yang tadi disetubuhinya. “Elo kan bintang sinetron, jadi kami pingin ngentotin elo dengan gaya seperti film bokep, sambil sekalian kita buat film bokep dan elo sebagai bintang utamanya.” Samy menjawab santai.
“Tidak!” Tamara menjerit ngeri. “Jangan! Please! Jangan! Kalian boleh entot gue sepuasnya, tapi jangan suruh gue main film porno..” Tamara menangis ketakutan sambil memohon-mohon pada kedua pria itu.
“Oh, ya.. Justru kami pingin sekali Tam.” Samy menukas santai. “Elo kan bintang film, masa disuruh main film nggak mau..?” tambahn Samy mengejek penuh penghinaan.
“Tenang saja Tam.. pasti enak bisa ngetot di depan banyak orang, apalagi kalau kemudian filmnya kita tonton lagi..” Robert menambahi. Tamara langsung panas dingin mendengar komentar Robert. Dia merasa sangat terhina, sebagai seorang selebriti dan artis sinetron yang terkenal sekarang dipaksa untuk bermain dalam sebuah film porno kelas rendahan. Tapi Tamara tidak punya pilihan lain lagi selain menuruti kemauan mereka.
“Tapi.. bagaimana kalau filmnya jatuh ke tangan Rafly..?” tanya Tamara takut-takut, dia tidak bisa membayangkan seandainya film porno yang mereka buat jatuh ke tangan Rafly. Hal itu pasti akan membuat Rafly marah dan melarang dia bertemu dengan Rassya, bahkan untuk selamanya.

“hehehe.. tenang saja Tam..” Samy tertawa. “Kami juga nggak sekejam itu, kecuali kalau elo nggak mau menuruti perintah kami..” Samy tidak menyelesaikan kalimat yang bernada ancaman itu, tapi dari ekspresi wajah Tamara, jelas sekali wanita itu tahu apa yang dimaksud oleh Samy. Tamara diam, entah apa yang dipikirkannya, tapi jelas dia sedang mempertimbangkan segala sesuatunya. Membayangkan dirinya bermain dalam film porno, disetubuhi sambil direkam dan kemudian persetubuhannya ditonton oleh banyak orang membuatnya ngeri setengah mati. Tapi karena tidak punya pilihan lain, maka dengan menekan segala ketakutannya, Tamara akhirnya setuju. Meskipun demikian, dia masih merasa merinding juga ketika Samy menjelaskan skenarionya. Tidak seperti skenario sinetron yang sering diperankannya, Tamara hanya disuruh berenang beberapa saat sebelum kemudian melakukan hubungan seksual yang harus dia lakukan di tepi kolam renang terbuka. Tamara hanya diijinkan memakai bikini yang amat minim. Dengan keadaan nyaris telanjang itulah Tamara memulai perannya. Dia berenang beberapa kali negelilingi kolam renang dengan gaya punggung sempurna. kemudian dengan gerakan anggun, wanita cantik itu keluar dari kolam renang, bagaikan dewi laut yang muncul dari permukaan air. Tubuhnya yang putih mulus dan nyaris tidak tertutup apapun, kecuali bikini yang hanya bisa menutupi sebagian kecil payudaranya dan belahan vaginanya, tampak berkilauan tertimpa cahaya matahari.
“Ohh.. mulusnya..” terdengar suara seorang laki-laki yang tidak lain adalah Robert. Dialah yang beruntung mendapat giliran pertama untuk menyetubuhi Tamara, sementara Samy tampak merekam adegan yang berlangsung dengan menggunakan handycam.. Tamara menoleh ke arah Robert yang dilihatnya hanya memekai celana pendek selutut. Tubuhnya yang hitam dan kekar terlihat begitu menyeramkan. Meski begitu Tamara terlihat begitu tenang, dengan kematangannya sebagai seorang artis, dia mampu menjalankan perannya dengan sempurna. Dia lalu berjalan mendekati Robert dengan semyuman yang menggoda.
“Tubuhku mulus kan Tuan?” Tamara menggoyangkan pinggulnya sedikit dengan tatapan genit dan mengundang, Robert kian tak kuasa menahan luaan nafsunya yang meledak-ledak sampai tubuhnya gemetar. Robert memang sudah sering menikmati kemulusan tubuh artis seksi itu, tapi dalam situasi seperti ini dimana dia harus bisa menjalankan peranannya dengan baik, dia tidak mampu membendung desakan nafsunya yang tak terkendali. Kalau tidak ingat skenarionya, inin rasanya Robert segera menerkam tubuh mulus itu dan menggagahinya di tempat, tapi pria kekar itu mencoba menahan, meskipun darahnya serasa menggelegak memompa penisnya yang menegang keras. Apalagi ketika Tamara kian menggoda dengan gerakan tubuhnya yang binal.

“Kalau Tuan mau, ayo.. buruan entotin saya..” kata Tamara dengan senyum genit dan kedipan matanya yang menggoda.
“Beneran nih?” tanya Robert dengan gaya kaku ciri khas seorang pemula.
“Iya.. ayo buruan entotin saya..” jawab Tamara dengan senyum yang sama. Mendengar itu tentu saja Robert tidak buang waktu, dipeluknya tubuh mulus yang nyaris bugil itu dan tanpa basa basi lagi pria kekar itu mulai menggeluti tubuh putih itu dengan kasar. Sebentar saja bibir Robert sudah melumat erat bibir Tamara dan sesekali menelusuri pipi mulus artis cantik itu.
“Oohh... mmhh.. ohhh...” Tamara mendesah merasakan sentuhan bibir Robert yang mencumbuinya. Wanita cantik itu membalas dengan meremasi rambut Robert yang pendek keriting dengan kasar, meski begitu Robert justru kelihatan makin senang dengan reaksi Tamara, dia menyambut reaksi Tamara dengan menciumi dan melumat-lumat bibir wanita itu dengan keganasan berlipat ganda. Robert juga melancarkan French kiss dengan mendorongkan lidahnya ke dalam rongga mulut Tamara. Lidah pria itu menelusuri bagian dalam mulut Tamara dan menari-nari di dalamnya. Tamara menyambutnya dengan respon serupa. Selama beberapa menit keduanya terlibat dalam ciuman ganas. Lidah mereka saling membelit bagaikan sepasang ular yang berpagutan.
“Mh.. mhh... ohh..” Tamara melenguh tertahan, lidah Robert bergerak dengan ganas di dalam rongga mulutnya dan menyatu erat dengan lidahnya sendiri. Robert makin meningkatkan serangannya. Dengan kekuatan bagai mesin penyedot debu, Robert melumat bibir Tamara dengan ciuman dan lumatan yang seolah ingin mencaplok bibir wanita cantik itu seluruhnya.
Setelah puas menciumi bibir Tamara, Robert meneruskan gerilyanya ke arah leher dan belahan payudara wanita cantik itu. Ditelusurinya kulit tubuh Tamara yang putih dan halus itu dengan lidahnya sambil sesekali mendaratkan ciuman ringan dan kecupan-kecupan lembut yang membuat Tamara mulai terangsang. Tubuh mulus wanita cantik itu mulai gemetar merasakan sensasi birahinya yang mulai menggelora dan meninkat dengan cepat. Lalu dengan gerakan cepat, Robert menarik bikini yang menutupi payudara Tamara sampai melorot, membuat payudara wanita cantik itu mencuat bebas dan menggantung telanjang. Robert segera menikmati keindahan payudara Tamara dengan lilatan dan remasan-remasan gemas. Robert juga menjilati puting payudara wanita cantik itu dengan ujung lidahnya, sementara payudara Tamara yang sebelahnya diremas-remas dengan cengkeraman kuat.

“Nhhh... ooohhhhhh... oohhh.....” Tamara mendesah liar saat Robert menyentil-nyentil puting payudaranya dengan ujung lidah. Robert juga menggigit-gigit puting payudara berwarna pink itu dengan gigitan ringan, sesekali juga Robert mengenyot-ngenyot payudara yang membusung padat itu seperti seorang bayi yang menyusu pada ibunya.
“Oohh... aahhh... aahh...” Tamara menggeliat penuh nikmat. Sentuhan bibir Robet dan remasan-remasan pada payudaranya seperti sebuah pendorong yang sangat kuat mendesak gelombang birahi Tamara sehingga tubuh puih mulus itu mengeliat-geliat merasakan desakan birahi yang kian memuncak.
Pelan-pelan Robert membimbing Tamara untuk berbaring di kursi malas yang biasanya digunakan untuk bersantai di tepi kolam. Dibaringkannya tubuh mulus Tamara terlentang, lalu dilepaskannya sisa pakaian terakhir yang menutupi bagian vagina wanita cantik itu membuat Tamara sempurna telanjang bulat, kemudian diposisisikannya kaki Tamara supaya mengangkang sampai liang vaginanya terkuak lebar.
“Ohh.. vagina yang indah..” Robert meneguk ludahnya memandang tubuh mulus Tamara yang telanjang bulat mengangkang pasrah. Dia lalu mulai mengelus-elus daerah kemaluan Tamara yang licin tanpa bulu itu.
“Engghh... ooohhh....” Tamara mengerang tertahan merasakan sentuhan jari tangan Robert pada belahan vaginanya. Jari-jari kasar itu meraba dan meremasi daerah kemaluan Tamara dengan gerakan kasar. Robert mengelus-elus bibir vagina Tamara sambil sesekali menyusupkan jarinya ke dalam liang vagina wanita cantik itu. Tamara menggeliat dan merintih penuh nikmat merasakan sensasi rangsangan Robert yang gencar pada daerah kemaluannya. Tubuh Tamara yang putih mulus bergetar dan menegang menahan sensasi seksual yang kian menggebu  ketika Robert mengaduk-aduk dan mengocok-ngocok vaginanya dengan jari. Tangan Tamara erat memegang bagian atas kursi dengan cengkeraman kuat sementara kepalanya menggeleng ke kanan ke kiri.
“Ohh... oohh.. aahh.. ahhh..” desahan nafas Tamara kian tidak teratur, nafas wanita cantik itu memburu dan tersengal merasakan libido yang mendesak kuat di dalam tubuhnya, apalagi saat Robet menyentuh klitorisnya yang sangat peka rangsangan. Gesekan demi gesekan yang menerpa wilayah peka rangsangannya membuat Tamara tidak tahan lagi. Tubuhnya menegang keras, lalu dengan dorongan seperti orang akan melahirkan, Tamara mengejan kuat seolah mencoba mendorong sesuatu keluar dari tubuhnya.

“OOHHHHHHHH.... AAHHHHHH...” Tamara melenguh keras sementara tubuh mulusnya mengejang-ngejang dan bergetar keras seperti tersengat listrik puluhan ribu volt. Tidak tahan lagi, orgasme Tamara akhirnya meledak kuat. Seketika vaginanya langsung basah, cairang vaginanya sebagian mengalir keluar membasahi daerah kemaluannya.
“Ooohhh...” Tamara melenguh penuh kenikmatan. Kepuasan saat mencapai orgasme pertama membuat tubuhnya lemas dan berkeringat. Tubuhnya terengah-engah merasakan kenikmatan luar biasa yang baru saja diperolehnya. Nafas wanita cantik itu memburu dan tersengal seperti baru saja berlari puluhan kilometer membuat dadanya naik turun dan payudaranya bergetar dengan lembut menggemaskan.
Robert yang sudah tidak tahan untuk menyetubuhi Tamara segera melucuti selananya dan celana dalamnya sendiri sekaligus. Seketika penisnya yang memang sudah menegang keras langsung mencuat tegak. Kemudian Robert memposisikan kaki Tamara ke samping, membuat kaki mulus itu mengangkang seperti kaki kodok. Dengan posisi kaki membuka lebar seperti itu vegina Tamara membuka dengan lebar seolah menangtang untuk dijejali penis. Robert kemudian memegangi paha mulus Tamara dan menahan posisi kaki wanita cantik itu tetap pada posisi mengangkang, lalu dengan leluasa Robert mengarahkan penisnya pada kemaluan Tamara yang membuka lebar itu. Vagina Tamara yang sudah siap menerima penis Robert melebar sesaat ketika penis besar itu menerobos ke dalamnya. Tanpa kesulitan berarti, penis itu membenam di dalam liang vagina Tamara.
“Ohhkk..” Tamara mendeah pelan, tubuhnya menjengit ke atas dan menegang selama beberapa detik ketika penis hitam legam itu menusuk liang vaginanya dengan keras. Tamara merasakan liang vaginanya penuh sesak dijejali benda sebesar penis Robert.
“Uhh.. oohh.. “ Robert  mengejang merasakan jepitan vagina Tamara yang sangat ketat mencengkeram penisnya. “Ohh.. memek yang mantap.. Pas banget buat dijadikan lonte..” ujar Robert menghina. Tamara hanya diam saja, sebagian karena tidak bisa melawan, sebagian karena merasakan kenikmatan yang mengalir dari vaginanya. Konsentrasinya terpusat pada daerah kemaluannya. Apalagi saat Robert mulai menggerakkan pantatnya untuk menggenjot vagina Tamara.

“Anghh.. oohh... oohh... ehhss.. eehhsss...” Tamara menggigit bibirnya menahan kenikmatan yang melanda tubuhnya. Vaginanya terasa sangat perih tapi juga sangat nikmat saat Robert menggenjot penisnya. Tamara melenguh-lenguh liar merasakan kenikmatan persetubuhan yang dilakukannya, tubuhnya menggeliat-geliat dan bergetar hebat yang membuat Robert kian bersemangat dalam menyodokkan penisnya.Pelan tapi pasti satpam kekar itu meningkatkan sodokan penisnya pada vagina Tamara. Goyangan pantatnya makin kuat membuat sodokan penisnya makin keras memompa liang vaigna Tamar membuat wanita cantik itu tidak kuasa menahan desahan kenikmatannya yang kian keras.
“Ohhh... oohhh... fuck... ohh.. fuckk... aahh.. fuckk.. aahh..” Tamara mulai meracau penuh kenikmatan merasakan gempuran penis Robert yang kian menggila. Tubuhnya terguncang keras tiap kali penis Robert menyodok liang vaginanya. Payudaranya yang bulat padat bergoyang liar seirama dengan gerakan tubuhnya, membuat Robert kian bernafsu. Tanpa banyak bicara lagi dicengkeramnya payudara putih mulus yang padat itu kemudian diremas-remasnya dengan penuh nafsu sementara penisnya terus menerus menyodok liang vagina wanita cantik itu.
“Nhh... nhh.. ngentot.. ahh.. ngentoot.. ahh.. ayoo.... fuckk... ahh.. fuckk... ahhh....“ Robert mengumpat dan meracau liar tak terkendali kesadarannya sudah sepenuhnya hilang digantikan naluri seks yang kian menghantam tubuhnya. Gerakannya makin cepat memompa vagina Tamara dengan penisnya membuat tubuh wanita cantik yang sedang disetubuhinya itu bergerak kian liar.
“Aahh... aahhh... oohh... fuckk... fucckkkhh...... aahhh...... aahhh.....” Tamarapun mengerang dan meracau kian tak terkendali, hilang sudah kehormatannya sebagai seorang artis dan wanita terhormat. Tidak ada lagi Tamara Bleszynski yang terhormat, yang ada sekarang hanyalah seorang Tamara yang rela dijadikan sebagai seorang pemuas nafsu seks yang tubuhnya boleh dinikmati oleh orang-orang semacam Robert dan Samy yang jelas tidak selevel dengannya. Tapi Tamara tidak bisa menolaknya, disamping karena dia sudah dijebak, dirinyapun mengakui mendapatkan kepuasan seksual yang sangat hebat jika berhubungan badan dengan Robert maupun Samy.

“Oohhhhhhh... oohhhh... aahhhh.... aaaahh....” Tamara mengerang keras, sensasinya kian tak tertahankan, sodokan demi sodokan penis Robert yang memompa vaginanya terasa makin menggerus sekujur syaraf seksualnya dengan ganas. Wajah cantik wanita bertubuh seksi itu makin merah padam menahan desakan libidonya yang kian meningkat. Di pihak lain, Robert berusaha mengulur waktu selama mungkin. Dia mempermainkan gejolak nafsu Tamara dengan memperlambat sodokannya, genjotannya kadang dia hentikan tepat pada saat libido Tamara sudah mulai memuncak. Akibantnya gairah seksual Tamara kembali mengendor sebelum kemudian Robert kembali menggenot wanita cantik itu. Robert membuat libido Tamara seperti roller coaster yang naik turun dengan sangat cepat. Kadang Robert membuat Tamara mencapai puncak sebelum kemudian dihentikannya di tengah jalan dengan segala macam cara. Akibatnya Tamara menjadi fustrasi dan tidak tahan lagi. Dia kemudian menggerakkan pantatnya sendiri untk membuat vaginanya tersodok oleh penis Robert, bahkan Tamara tanpa sungkan melingkarkan tungkainya ke pinggang Robert untuk mempermudah gerakannya, membuat penis Robert kian leluasa menyodok vagina wanita cantik itu.
”Nnhh.. ngghh... ooohhh... aahhh... amm.. puunn.. Bob.. Oohh.. oohh.. udaahhh... aahhh... aahh..” tamara mengerang menghiba-hiba . “Gue mau keluar.. oohh.. oohh.. mau keluar.. aahhh.......” rintih Tamara, mengharap Robert membiarkannya melepaskan orgasmenya yang sedari tadi tertunda.
“Ohh... oohh.. Mau ngecrot ya Tam..?” Robert mengejek sambil terus menyodok-nyodokkan penisnya tanpa ampun. “Ngecrot saja Tam.... jangan ditahan-tahan...” Robert menjawab sambil terus menyodok liang vagina Tamara dengan gerakan kasar. Sodokannya kadang kuat, kadang pelan, kadang menghentak-hentak, membuat Tamara kian tidak tahan. Tubuh putih mulus itu menggeliat kuat mencoba mendesak seluruh orgasmenya keluar. Akhirnya setelah tidak tahan lagi menerima sodokan penis Robert, Tamara mengejang kuat, tangannya mencengkeram kuat pinggiran kursi, wajahnya mendongak, dan sambil menggigit bibir, Tamara melenguh keras.

“OOHHHKKHH......AAAAAAAAAHHHHKKKHH...!!” Tamara mengerang keras sampai jeritannya menggema ke segala arah. Tubuh mulus wanita cantik itu menggelepar di dalam cengkeraman tubuh Robert yang hitam dan kekar. Tamara meledakkan orgasmenya sekuat yang dia bisa. Bagaikan bendungan yang jebol, orgasme itu meluap menghajar syaraf seksual Tamara begitu kuatnya, membuat tubuh telanjang yang putih mulus itu menyentak-nyentak selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali melemas.
Terpuaskan oleh orgasme yang luar biasa membuat Tamara bagaikan kerbau dicocok hidungnya. Dia pasrah saja menuruti perintah Robert. Robert yang jelas belum terpuaskan menyuruh Tamara menungging di atas kursi malas. Tangan wanita cantik itu bertumpu pada sandaran kursi sedangkan kakinya yang kiri menumpu ke kursi pada lututnya sedang kaki kanannya menyentuh ke tanah, posisi seperti itu emmbuat pantat Tamara yang bulat padat terlihat kian padat dan menungging mengundang nafsu. Lalu tanpa buang waktu lagi, Robert segera kembali mengarahkan penisnya yang masih menegang keras ke liang vagina Tamara. Vagina wanita cantik itu sudah basah oleh cairan yang sekarang menetes –netes di sekitar kemaluannya.
“Oohhkk..” Tamara melenguh keras sambil mendongak saat penis Robert yang kokoh itu kembali membenam di kemaluannya. Tubuh wanita itu menggeliat menahan kenikmatan yang kembali melandanya apalagi saat Robert kembali menyodok-nyodokkan penisnya, wanita cantik itu kembali merintih-rintih dan mendesah-desah penuh nikmat. Tamara sekarang sudah tidak peduli lagi oleh keadaannya yang sedang diperkosa di tempat terbuka dan bahkan direkam oleh Samy. Tamara pun sudah tidak peduli lagi pada Pak Abdul yang sekarang terlihat menonton pemandangan yang mengundang nafsu yang tengah dilakukannya. Sodokan-demi sodokan penis Robert membuat syaraf seksual Tamara kembali bergetar dengan hebat.. Dalam sekejap saja tubuh wanita cantik itu sudah sepenuhnya dikuasai oleh nafsu birahi yang meledak-ledak tak tertahankan. Sementara Robert makin bersemangat menggenjotkan penisnya di liang vagina Tamara sambil sesekali dia juga meremasi payudara montok artis cantik itu dengan ramasan bruytal.
“Ohh... oohh..... fuckk..... aahh..... aahh.... fuckk..... ooohhhh..... ooohhh.....” Tamara mendesah-desah tidak karuan. Matanya yang kian sayu merem melek merasakan kenikmatan yang terus-menerus menghantam vaginanya dan mengalir ke sekujur tubuhnya. Bibirnya bergetar-getar merasakan sensasi seksual yang kian meningkat.

“Ohh... oohh.. yess.. yesss.. ah.. ah.. ayo Tam.. lebih kerass.. ayo.. teruss..” Robert menyemangati Tamara. Dia makin kuat menggenjotkan penisnya. Dipeganginya pinggul Tamara yang bulat lalu dengan kasar disentakkannya penisnya keras-keras di vagina Tamara membuat tubuh putih mulus yang telanjang bulat itu tersentak –sentak maju mundur, dan hal itu dilakukan Robert berulang ulang dengan tempo yang berubah-ubah, kadang cepat dan keras, kadang pelan tapi kasar. Tapi meski diperlakukan sedemikian kasarnya, Tamara justru makin merasa nikmat. Lenguhan dan desahannya terdengar makin manja dan kian merangsang. Dan meskipun terlihat kelelahan tapi Tamara tetap bersemangat melakukan persetubuhan dengan satpamnya itu.
Tanpa terasa sudah hampir setengah jam Robert menggenjot tubuh mulus Tamara. Beberapa kali sudah Tamara dibuatnya orgasme hebat tai tampaknya stamina Robert yang kuat bisa membuat satpam kekar itu bertahan begitu lama. Kemudian setelah Tamara mengalami orgasme lagi, disuruhnya wanita cantik itu berbaring terlentang di kursi malas, lalu Robert memiringkan tubuh mulus artis itu, kemudian diangkatnya satu kaki Tamara dan disampirkannya ke pundak, posisi itu membuat vagina Tamara terbuka sangat lebar, dan kembali dengan leluasa Robert membenamkan penisnya di dalam liang vagina wanita cantik itu.
“Oohhh... aahhh... aahhh... oohh.. oohh.. aahh.. aahh..” kembali erangan dan desahan terdengar dari mulut Tamara saat Robert kembali menggenjotkan penisnya. Vagina Tamara terasa melar disodok oleh penis Robert yang berukuran besar. Suara berdecak keras terdengar sebagai akibat dari gesekan dua alat kelamin yang menyatu ketat mengiringi erangan dan rintihan nikmat kedua insan yang berbeda status yang tengah melakukan persetubuhan itu.
“Ohh...  oohhh.. aahhh.” Tamara menggeliat saat merasakan Robert menjamah da meremas-remas payudaranya. Nafsu seksnya yang menggebu kian meggelegak hebat mendapat rangsangan yang sedemikian hebatnya.

“Ohh.. yeah.. enak kan Tam? Mau dientot terus?” Robert tertawa mengejek di tengah-tengah usahanya menggagahi wanita cantik da seksi itu. Tamara tidak mejawabnya, entah karena merasa pertayaan itu tidak perlu dijawab, entah karena tubuhnya yang terhimpit desakan birahi begitu kuat membuatnya tidak mendengar.
“kalau ditanya jawab dong Tam..” Robet menyentakkan sodokannya kuat-kuat membuat Tamara terhenyak ke depan dengan keras.
“Oohh..  iyahh... aahhh... aahh.. mau.. entotin gue sepuas elo... entotin gue sepuas elo..” jawab Tamara sedikit manja. Mendengar itu Robert tertawa keras dan genjotan penisnya kian kuat memompa vagina Tamara membuat tubuh telanjang wanita itu tersentak-sentak maju mundur  dengan keras. Beruntung kursi malas yang dinaiki Tamara teruat dari cor beton, kalau tidak, sedari tadi kursi itu pasti sudah patah karena tidak kuat menahan gerakan persetubuhan dua manusia yang sangat bertolak belakang itu.
Tamara benar-benar kehilagan akal menahan gelombang birahi yang makin keras melanda tubuhnya. Otaknya serasa macet tertutup oleh kenikmatan yang kian menggebu-gebu.
“OOHHKK....!! AAHHHH....!!” Tamara tidak bisa menahan diri lagi. Erangan keras meluncur begitu saja dari bibirnya yang seksi. Tubuhnya kembali menggeliat keras. Orgasme untuk kesekian kalinya menghantam syaraf seksualnya dengan begitu hebat. Kali ini bahkan lebih kuat dibanding sebelumnya.Tubuh mulus wanita cantik itu sampai mengejang-ngejang bagaikan tersengat aliran listrik puluhan ribu volt.
“Oohhkk.. ohh..” robert akhirnya tidak tahan lagi menerima desakan ejakulasinya. Dengan terburu-buru dia menarik penisnya keluar dari jepitan vagina Tamara kemudian dia segera menaiki tubuh telanjang Tamara. Robert menjepitkan penisnya yang masih tegang pada kedua belah payudara Tamara yang montok, dicengkeramnya sepasang payudara bulat padat itu lalu Robert menggerakkan pantatnya untuk mengocok penisnya yang terjepit pada kedua belah payudara Tamara.
“Crt.. crt.. crt...” sperma Robert memancar deras menyemprot wajah dan bagian dada Tamara. Robert mengejang keras menahan ejakulasinya sebisa mungkin, tapi energinya tak terkendalikan lagi, spermanya terus menyembur dengan deras menyiram wajah cantik Tamara yang gelagapan.
“Oooohhhh...” Robert melenguh keras merasakan kenikmatan ketika spermanya muncrat dengan deras. Dituntaskannya semprotan spermanya yang begitu deras. Akhirnya dengan senyum penuh kemenangan dia mengakhiri persetubuhannya. Ditainggalkannya Tamara yang masih terengah-engah telanjang bulat di atas kursi malas dengan wajah dan tubuh berlumuran sperma putih kental menjijikkan. Semantara Samy dilihatnya melakukan close up menyorot wajah cantik Tamara yang penuh sperma.

“Oke banget nih Tam...” Samy tertawa penuh kemenangan sambil menunjukkan handycam yang dibawanya. “Elo berbakat banget lho jadi bintang bokep..”Tamara diam saja mendengar ejekan dan hinaan Samy. Saat kesadarannya pulih dia mulai meneteskan air mata meratapi nasibnya yang terhempas dari seorang selebritis terhormat menjadi seorang yang begitu hina dan tidak punya kehormatan lagi, dipaksa untuk melacurkan diri dan menjadi pemain film porno, yang semuanya harus dia lakukan tanpa bayaran sedikitpun. Tapi dia tidak bisa berlama-lama meratapi nasibnya. Samy hanya memberinya waktu lima menit untuk membersihkan tubuhnya dari bekas-bekas persetubuhannya dengan Robert untuk kemudian kembali disetubuhi. Tanpa sempat berpakaian, Tamara terpaksa patuh saat Samy memaksanya mandi di shower. Tamara juga tidak bias membantah ketika Samy menggosok-gosok tubuh mulusnya yang telanjang dengan sabun mandi di bawah guyuran shower.
Gosokan disertai remasan-remasan tangan Samy rupanya kembali menimbulkan sensasi pada tubuh Tamara, apalagi saat tangan itu menggerayangi payudara dan vaginanya, tubuhnya langsung bergetar hebat.
“Oohh... aahhh...” Tamara melenguh lirih merasakan libidonya kembali naik. Samy yang melihat perubahan reaksi Tamarmakin gencar merangsang gairah seksual wanita cantik itu. Belaian dan remasan tangannya kian gencar mengaduk-aduk bagian sensitif tubuh putih mulus Tamara yang telanjang bulat. Tamara kian kewalahan menahan desakan libidonya yang entah kenapa jadi cepat sekali meninggi, tubuh mulusnya yang telanjang bulat kembali mengejang kecil dan menggeliat-geliat di bawah siraman air dingin dari shower. Air dingin yang mengguyur tubuhnya membuat libido Tamara terasa naik turun karena dinginnya air yang menyiram tubuhnya membuat gejolak seksualnya padam, tapi di lain pihak, tubuh telanjangnya terus-menerus menerima rangsangan akibat belaian tangan Samy.

“oohhh... aahhh... sudahh.. please.. aahhh... aahh... ooohhh... sudaahhh.. “ Tamara mengerang memohon-mohon pada Samy untuk menghentikan tindakannya. Tamara lega luar biasa ketika Samy menghentikan belaian dan remasannya.Tapi rupanya itu hanyalah taktik Samy untuk permainan selanjutnya. Samy tahu kalau saat ini Tamara sudah dalam keadaaan terangsang. Dia lalu menggiring wanita cantik itu, masih dalam keadaan telanjang bulat, ke dalam kamar. Di kamar itulah Tamara diperintahkan untuk melanjutkan pembuatan film pornonya.
“Sekarang elo musti beronani di atas ranjang Tam, sampai ada orang yang datang buat ngentotin elo..” kata Samy menerangkan skenarionya dengan singkat. Tamara yang sudah horny berat, antara mau dan tidak mau, mengangguk pelan. Wanit cantik itulalu naik ke ranjang dan memposisikan tubuhnya dengan posisi yang menantang. Kemudian ketika Samy memberi perintah, Tamara memulai onaninya, mula-mula dia membelai-belai dan meremasi sendiri kedua belah payudaranya sambil memainkan putingnya dengan gerakan lembut. Rangsangan yang tadi didapatnya dari Samy sekarang berlanjut oleh tangannya sendiri, secara cepat gairah seksualnya kembali meninggi. Bagaikan didorong oleh kekuatan aneh, tubuhnya kembali meledak oleh desakan libido yang menghantam sampai ke ujung kepala.
“Ooohh.. eennghhh... aahhh... aahhh....” Tamara mengdesah tertahan merasakan kenikmatan yang mengaliri tubuhnya, tidak seperti kebanyakan bintang porno yang hanya berpura-pura, desahan nafas Tamar benar-benar menunjukkan seorang wanita ynag sedang terangsang nafsu seksualnya. Pengaruh rangsangan itu membuat tubuh mulus Tamara yang telanjang bulat menggeliat-geliat  dan makin terlihat menggairahkan.
“Aaahhh..... aaahh..... oooohhhh...” lenguhan Tamara terdengar makin keras. Wanita cantik itu terlihat makin bersemangat menremas-remas payudaranya sendiri dan mengaduk-aduk kemaluannya yang kian basah. Dari vaginanya kembali mengalir cairan kenikmatan yang menunjukkan kalau wanita cantik itu sudah siap kembali untuk ditiduri.

“Nnnnhhh.... nnggggggghhh.... ooooohhhh.” Lenguhan Tamara terdengar kian liar, sambil menunggingkan pantatnya untuk mendapatkan posisi paling nikmat, dia mengaduk-aduk liang vaginanya sendiri dengan jari tangannya. Wajahnya yang putih sekarang kembali merah padam merasakan desakan libido yang meledak-ledak. Saking bersemangat melakukan onani, Tamara sampai tidak sadar kalau Pak Abdul sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka dan tengah menyaksikan tubuh mulusnya yang telanjang bulat berkelojotan di ranjang seolah menantang minta disetubuhi.
“OOHH... AAHHH.... AAHHH...” Tamara mengerang keras, pantatnya bergetar naik turun dengan kuat saat gelombang orgasmenya mencapai puncak. Seketika cairan vaginanya membludak deras yang menjadi tanda kalau vaginanya sudah siap menampung penis laki-laki. Erangan wanita cantik itu berlanjut selama beberapa saat dan tubuhnya yang putih mulus menggelepar-gelepar di atas ranjang sebelum kemudian ambruk dan terengah-engah.
‘Wah wah wah.. masa main sendirian.. mana enak..?” Pak Abdul menyeletuk tanpa sadar. Tamara yang sedang dilanda orgasme seperti tersengat listrik saking kagetnya. Dia memang tidak menyadari kehadiran Pak Abdul, padahal sudah lama pria tua penjaga villa itu menikmati kemulusan tubuhnya yang sedang melakukan onani. Wajah Tamara merah padam karena malu melihat kehadiran pria tua tapi masih perkasa itu. Dia masih ingat bagaimana Pak Abdul yang sudah berumur tujuhpuluhan tapi mampu membuatnya orgasme berkali-kali. Tapi Tamara tampaknya sudah pasrah diperlakukan apa saja. Wanita itu tersenyum agak manja.
“Jadi Pak Abdul mau main sama saya?” Tamara bertanya dengan nada manja, kedipan mata dan senyumannya terlihat begitu genit menggoda. Pak Abdul terdiam sesaat, tidak bisa berkata apa-apa karena menyaksikan keindahan tubuh telanjang bulat Tamara yang begitu menantang.
“Kalau gitu ayo ke sini..” Tamara menggoda dan melambai sambil memposisikan kakinya mengangkang membuat vaginanya terpampang jelas. “Oh.. yess...” Pak Abdul tersenyum penuh kemenangan. Tanpa menunggu lebih lama lagi dia segera melucuti pakaiannya sendiri sampai telanjang bulat. Penisnya langsung mencuat tegang, sangat hebat untuk ukuran pria seumuran dia. Pak Abdul lalu maju mendekati Tamara.
“Sekarang elo emut dulu nih kontol gue..” perintah Pak Abdul tanpa basa-basi. Tamara langsung menurutinya. Dia segera mempoisisikan tubuhnya agak menungging di depan Pak Abdul, wajahnya yang cantik tepat menghadapi penis pria tua itu. Tamara lalu mulai menggenggam dan mengocok penis legam itu dengan lembut.

“oohh.. yeahh... aahh... aahh..” Pak Abdul mengejang dan mengerang penuh nikmat merasakan kelembutan kocokan tangan Tamara yang halus. “Ayo Tam.. terusss... kocok teruss..” perintahnya. Tamara menaikkan tempo kocokannya membuat Pak Abdul makin megap-megap merasakan sensasi seksualnya yang meledak.
“Nghh... oohh.. yess.. oohh.. emut dong Tam..” perintah pria itu lagi. Tamara tanpa sungkan-sungkan membuka mulutnya, dan dengan satu gerakan saja, penis legam itu meluncur masuk ke tenggorokannya.
“Oohh.. yeah.. aahh.. aahh..” Pak Abdul mengerang-erang sambil matanya merem melek merasakan kenikmatan luar biasa yang menjalari penisnya dan langsung menyebar ke sekujur tubuhnya. “Ayo sayangku.. ngemutnya yang enak ya..” perintah Pak Abdul dengan suara gemetar saking terangsangnya.
“Mmhh.. mmmhh..” Tamara hanya bisa bergumam tidak jelas sambil melirik ke arah wajah Pak Abdul yang meringis-ringis menahan gejolak seksual yang meledak-ledak. Bibir Tamara mengatup dan menjepit ketat penis legam yang menyumpal mulutnya itu. Tamara lalu mulai menggerakkan kepalanya maju mundur membuat penis Pak Abdul terkocok-kocok. Pak Abdul langsung melenguh-lenguh nikmat merasakan kuluman dan belaian lidah serta bibir wanita cantik itu pada penisnya.
“Aahh... yeaahh... ooohhh... ooohhh... terus Sayang.. teruss.. yang kuat.. aahh.. aahh..” Pak Abdul bergumam tidak jelas, dia yang kelihatan tidak sabar lalu mencengkeram kepala Tamara dengan ketat lalu pinggulnya bergerak maju mundur, membuat penisnya yang menyumpal mulut Tamara bergerak kencang memompa mulut wanita cantik itu. Tamara nyaris tersedak merasakan penis pria tua itu menyodok-nyodok kerongkongannya. Untungnya hal itu tidak berlangsung lama, Pak Abdul rupanya sudah tidak tahan lagi untuk menusukkan penisnya ke liang vagina artis cantik itu. Dia segera menarik keluar penisnya dari kuluman mulut Tamara.

“Pelan-pelan saja ya Sayang, nanti mulut satunya nggak kebagian..” kata Pak Abdul santai melihat ekspresi Tamara yang kebingungan. Pak Abdul kemudian membaringkan tubuh telanjang Tamara di ranjang dan membuka kedua belah paha mulus wanita cantik itu membuat vagina artis itu terkuak lebar. Pak Abdul kemudian mulai merangkak menindih tubuh putih mulus yang terlentang pasrah itu.
“oh.. mh.. mh.. oh..” Tamara mendesah lembut ketika Pak Abdul mulai menciumi dan melumat bibirnya dengan ganas. Ciuman dan lumatan bibir Pak Abdul seolah ingin menelan bibir Tamara yang seksi itu bulat-bulat. Tamara yang sudah terangsang membalas ciuman itu dengan berapi-api. Lidah merekapun bertemu dan saling membelit seperti tidak mau dipisahkan. Sungguh sebuah pemandangan yang amat menimbulkan nafsu saat kedua tubuh yang bertolak belakang itu bergumul di atas ranjang. Tubuh telanjang Tamara Bleszynski yang putih mulus saling bertindih dan bergulat seru dengan tubuh kurus dan keriput Pak Abdul yang hitam legam, apalagi ditambah keduanya sekarang sedang bergulat bibir dengan bersemangat. Tamara sudah benar-benar melupakan jati dirinya sebagai wanita terhormat, dia bahkan seperti tidak peduli lagi siapa yang saat ini tengah menggauli tubuhnya. Kepasrahannya ditambah ancaman Samy membuat wanita cantik itu benar-benar tidak ada bedanya dengan seorang pelacur murahan yang tubuhnya bisa dinikmati oleh siapa saja.
Selang beberapa menit, penis Pak Abdul mulai bergerak menggesek bibir vagina Tamar. Dengan bantuan tangannya, Pak Abdul mengarahkan penisnya ke liang senggama wanita cantik itu dan dengan satu dorongan saja, penis legam itu langsung membenam di dalam kemaluan artis cantik itu.

“Oohhkk...” Tamara menggeliat dan mendesah lirih merasakan liang vaginanya kembali dijejali penis yang kali ini adalah milik seorang lelaki tua renta yang tidak lain adalah penjaga villanya sendiri.
“Oohh.. oohh..” Pak Abdul melenguh-lenguh seperti babi. Tubuhnya menegang merasakan vagina Tamara menjepit penisnya dengan ketat. Perlahan dia mulai menggerakkan pantatnya untuk menggenjot vagina wanita cantik itu. Tamara langsung bereaksi merasakan penis Pak Abdul mulai menyodok-nyodok liang vaginanya.
“Oohh... oohh.. aahhh.. aahh.. eehhsss... eehhsss... ahhss.. ahh..” Tamara mendesah dan mengerang-erang penuh nikmat tiap kali penis Pak abdul menyodok vaginanya. Penis hitam legam itu menyodok-nyodok vagina Tamara dengan gerakan tidak teratur, kadang pelan, kadang cepat dan kasar menyentak-nyentak, membuat tubuh mulus Tamara yang telanjang terguncang-guncang keras dan terdorong maju mundur. Sesekali sambil terus menyodokkan penisnya, Pak Abdul juga menciumi dan melumat-lumat bibir artis seksi itu dengan ciuman kasar dan sangat bernafsu.
Seiring dengan itu, setiap sodokan penis Pak Abdul pada vagina Tamar membuat libido artis cantik itu menjadi semakin terpompa kuat. Reaksi tubuh Tamara berubah, dia merespon setiap gerakan Pak Abdul dengan gerakan yang amat manja, desahan-desahannya pun berubah menjadi teratur dan amat erotis dan akhirnya tanpa sadar, Tamara mulai melingkarkan kedua tungkainya ke pinggang Pak Abdul membuat pria tua itu jadi makin leluasa menyodokkan penisnya ke liang vagina artis cantik itu. Pak Abdulpun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Sambil terus menyodokkan penisnya, tangannya yang kasar dan keriputpun sibuk mengelus-elus paha mulus Tamara yang sekarang membelit pinggulnya dengan ketat.
“Hgh.. oohh... ooohh...” lenguhan dan desahan Tamara makin terdengar berat dan cepat. Wanita itu makin liar menggerakkan pantatnya sendiri mengimbangi gerakan Pak Abdul yang terus menerus memenyodok-nyodok vaginanya. Wajah Tamara yang cantik jadi kelihatan seperti buah apel saking merahnya. Jelas sekali terlihat Tamara sedang berjuang menahan gelombang orgasmenya yang setiap saat siap meledak lagi.
“AAHHHKKK... OOOHHH...” Tamara akhirnya tidak tahan. Bendungan libidonya jebol digempur terus-menerus. Orgasmenya kembali meledak dahsyat, membuat tubuh mulusnya gemetar dan mengejang kuat di bawah himpitan tubuh kurus Pak Abdul. Vagina wanita cantik itu kian basah oleh cairan vagina yang kembali mengucur keluar.
Tidak mau terlalu cepat selesai, Pak Abdul mendiamkan penisnya selama beberapa detik. Pengalaman pria tua itu memang pantas diacungi jempol. Dia mampu menahan ejakulasinya sampai sekian lama karena tahu kapan saat yang tepat untuk menggenjot vagina Tamara dan kapan harus berhenti.

Dengan cepat Pak Abdul menarik penisnya keluar dari genggaman vagina Tamara. Kemudian dia menyuruh wanita cantik itu untuk menungging sambil mengangkangkan kaki lebar-lebar sementara posisi kepala Tamara dibuatnya lebih rendah ketimbang pantat sehingga posisi pantat Tamara yang bulat padat terlihat menungging begitu menggemaskan.
“Ohh.. pantatnya..” Pak Abdul meneguk ludah melihat pantat putih mulus Tamara yang menungging. Dielus-elusnya pantat mulus itu dan sesekali diremasinya dengan gemas. Pelan-pelan Pak Abdul mulai mengarahkan penisnya yang masih keras ke liang vagina Tamara yang membuka. Sambil tangannya mencengkeram pantat Tamara, Pak Abdul mendorongkan pantatnya sendiri membuat penisnya kembali menembus liang vagina wanita cantik itu.
“Ohh...” Tamara menjengit kecil dan mengerang penuh nikmat ketika merasakan penis pria tua itu membenam di liang vaginanya. Ada getaran-getaran luar biasa nikmat yang kembali mengalirdi tubuhnya yang putih mulus. Apalagi ketika Pak Abdul mulai menggerakkan pantatnya menyodok-nyodokkan penisnya, membuat wanita cantik itu kembali mengerang dan mendesah-desah penuh nikmat. Tubuhnya yang putih mulus bergoyang liar seirama genjotan penis Pak Abdul. Hanya dalam waktu singkat gairah seksual Tamara kembali meninggi. Tubuhnya seolah terpacu dengan ganas. Wanita cantik itu kembali menggeliat-geliat merasakan kenikmatan yang setiap saat siap meledak.
“Oohhh... oohh... aahhh.. eehhkk.. oohh...” erangan kenikmatan tidak henti meluncur dari bibir Tamara, deru nafasnya makin memburu seperti sedang berlari ribuan kilometer, keringat membasahi tubuhnya yang putih mulus membuat tubuh Tamara yang telanjang bulat seperti berkilau. Pak Abdulpun makin terlihat bersemangat. Irama sodokan penisnya makin kuat dan menjadi-jadi. Begitu kuatnya sodokan penis Pak Abdul memompa vagina Tamara sampai suaranya terdengar cukup keras. Tiba-tiba.
“PLAKK!” terdengar suara tamparan keras diiringi teriak kesakitan Tamara. Pak Abdul rupanya menampar pantat Tamara yang bulat padat dengan keras sampai berbekas kemerahan. Lalu sekali lagi tamparan keras mendarat di pantat mulus Tamara, membuat wanita itu berjengit dan mengaduh kesakitan. Dan selanjutnya Pak Abdul menampari pantat Tamara berulang-ulang sambil penisnya terus memompa vagina wanita cantik itu. Kegemasan Pak Abdul disalurkan pada pantat yang bulat padat itu.

“Ahh.. sakiitt..! Aduuhh.. Ampun Paak.. Aahh..! Aaahh..! Sakit!” Tamara mengaduh kesakitan merasakan tamparan Pak Abdul. Pantatnya terasa panas dan pedih. Bekas kemerahan tergambar jelas di pantat yang putih mulus itu. Tapi perlakuan kasar Pak Abdul ternyata justru meningkatkan gairah seksual Tamara. Kebrutalan Pak Abdul makin membuat libidonya terpompa kuat. Hanya dalam tempo beberapa menit saja orgasme Tamara kembali menggencet syaraf seksual wanita cantik itu, membuat tubuh bugilnya yang mulus kembali menggeliat dan mengejang. Tapi kali ini tampaknya Pak Abdul tidak mau membiarkan Tamara mencapai orgasmenya terlalu cepat. Dia segera menarik penisnya keluar dari jepitan vagina wanita itu. Hal itu membuat orgasme Tamara yang menggebu kembali mengendor. Dan begitu dilakukan Pak Abdul berulang-ulang tiap kali Tamara akan orgasme sebelum kemudian pria itu kembali menggenjot vagina artis seksi itu. Hal itu jelas membuat Tamara sangat frustrasi karena keinginannya untuk segera mencapai orgasme selalu gagal.
“Ohh... aahh.... am.... puunn.... Paak..... ooohhkk...... aahhh...... aaahhh..... ammpuunn.. aahhh....” Tamara sampai megap-megap merasakan tubuhnya seolah mau meledak mencoba mengeluarkan orgasmenya. Sambil menggigit bibirnya, wanita itu menggerakkan pantatnya maju mundur untuk terus mendapatkan kenikmatan genjotan penis Pak Abdul.
“Aaahhhkk..... oohhhh.....” Tamara melolong keras, sementara jemarinya mencengkeram seprai dengan remasan yang sanggup merobek kain itu. Wajahnya menengadah dan menegang seolah akan meledak. Wajah yang putih itu sekarang berubah merah padam. Entah berapa puluh menit lamanya vaginanya disodok-sodok oleh penis Pak Abdul. Hentakan libidonya kembali menegang kuat dan menghantam sekujur tubuhnya seolah cakar baja yang merobek-robek tubuhnya dari dalam. Tidak tahan lagi menahan desakan ergasmenya, akhirnya tubuh telanjang Tamara yang mulus itu kembali menegang dan melengkung keras.

“AAAHH......... AAAHHH...... OOHHH....” Tamara melenguh panjang, sekali ini Pak Abdul tidak bisa menahan orgasme wanita cantik itu. Tamara akhirnya melepaskan orgasmenya yang sedari tadi tertunda. Orgasmenya kali ini terasa jauh lebih menggelora karena tertunda beberapa kali. Tamara sampai merasakan seolah tubuhnya digencet oleh sebuah batu besar. Nafasnya jadi sesak dan tersengal-sengal akibat energinya semua terpusat pada orgasmenya. Sekujur tubuhnya bergetar hebat seperti menggigil. Energinya seolah terserap habis oleh orgasmenya kali ini.
Hebatnya, Pak Abdul belum juga mau selesai. Entah jamu atau obat kuat macam apa yang dia minum, tapi pria tua itu tampak masih kokoh, penisnyapun masih berdiri keras seolah tidak akan pernah melemas. Pak Abdul kemudian kembali menyuruh Tamara untuk terlentang, lalu ditariknya kedua kaki Tamara dan diposisikannya mengangkang ke udara seperti membentuk huruf V membuat vagina wanita cantik itu kembali membuka. Tamara hanya bisa pasrah sekaligus kagum pada stamina pria tua itu. Dirinya sudah mengalami orgasme berkali-kali, tapi tidak sedikitpun Pak Abdul menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Dengan posisinya yang demikian, maka leluasalah Pak Abdul untuk kembali menancapkan penisnya ke dalam liang vagina Tamara. Tamara hanya bisa menggeliat pelan merasakan penis legam penjaga villanya kembali memenuhi liang kemaluannya, dibiarkannya pria tua itu menggagahinya, tubuh mulus artis cantik itu kembali terhentak-hentak mengikuti gerakan Pak Abdul yang bersemangat menyodokkan penisnya. Kembali rintihan kenikmatan meluncur dari bibir Tamara yang meskipun kelelahan tapi tetap merasakan gelora kenikmatan seksual yang kembali melanda tubuhnya.
“Nnhh…. ohhhhh… ooohh …… aahh…… aahhhhh…. “ Tamara merintih menahan kenikmatan yang terasa mendesak tubuhnya, sambil menggigit bibirnya, wanita cantik itu menggeliat merasakan dorongan libido yang begitu menggebu. Kepasrahannya yang total membuat tubuhnya menjadi rileks dan terhanyut total dalam menikmati persetubuhan yang dilakukannya bersama penjaga villanya sendiri yang sudah tua. Meskipun pria yang menyetubuhinya tidak sebanding dengannya, tapi Tamara merasa kenikmatan yang didapatnya benar-benar luar biasa, jauh melebihi yang pernah didapatnya dari mantan suaminya.
“AAHHH…. AAHHH….. OOOHHH…” Tamara melenguh panjang menikmati detik-demi detik orgasme yang kembali mengalir di tubuhnya. Seluruh ototnya seperti diregang kuat-kuat bagai tali busur yang menegang. Cengkeraman tangannya pada seprai kian kuat. Tubuhnya yang putih mulus menegang dan menggeliat kencang, gelombang orgasme yang melandanya meledak begitu keras membuat wanita cantik itu seolah mati rasa selama beberapa detik, hanay kenikmatan yang menggebu yang bisa dirasakan Tamara pada saat itu, membuat tubuhnya mengeras bagaikan patung batu. Pada saat yang bersamaan Pak Abdul terdengar melenguh keras. Seolah sudah menemukan titik kenikmatan paling puncak yang dia inginkan,
“OOOHHKKK… AAHH…” Pak Abdul mengejang, tubuhnya menandak-nandak dengan keras, wajahnya yang memerah menengadah sambil memejamkan mata dan menggigit bibirnya kuat-kuat. Buru-buru dia menarik keluar penisnya yang membenam di dalam liang vagina Tamara lalu dia  mengocok penisnya di depan wajah cantik artis itu. Dipaksanya Tamara untuk membuka mulutnya. Wanita cantik itu hanya bisa menurut pasrah dan membuka mulutnya lebar-lebar.

“OOOOOOHHH.. OOHHH……….” Dengan lenguhan keras pria tua itu mengejan menyemburkan spermanya. Cairan putih kental yang sedari tadi ingin dikeluarkannya sekarang menyembur dengan deras dan diarahkan tepat di dalam mulut Tamara yang membuka lebar. Tamara nyaris tersedak ketika merasakan cairan bau itu memenuhi rongga mulutnya, hal itu memaksanya untuk menelan sperma tersebut, meskipun jelas hal itu sangat tidak dia inginkan.
“Ohkkh.. glk.. glk..” Tamara nyaris muntah merasakan cairan kental mengalir di dalam kerongkongannya, dipaksakannya dirinya menerima muntahan sperma Pak Abdul meski itu sangat menjijikkan baginya.
“Oohh… oohh…” Pak Abdul mengejang selama beberapa saat, tubuhnya bergetar merasakan kenikmatan berejakulasi di wajah cantik Tamara. Samy yang memelototi aksi Pak Abdul lewat handycamnya benar-benar panas dingin menyaksikan adegan persetubuhan yang sangat ganas itu. Ada sedikit rasa iri di hatinya. Dia tahu dari bahasa tubuh Tamara, wanita cantik itu begitu menikmati persetubuhannya dengan Pak Abdul. Samy tidak habis pikir Bagimana mungkin Tamara bisa bertekuk lutut oleh Pak Abdul sehingga bisa mengeluarkan seluruh energinya untuk memuaskan pria tua itu.
“Memek elo emang luar biasa..” ujar Pak Abdul terengah-engah setelah menumpahkan seluruh tenaganya menikmati kemulusan tubuh wanita cantik itu. “Lain kali ngentot lagi ya.. “ kata Pak Abdul sebelum meninggalkan Tamara yang terkapar lemas di ranjang. Tamara hanya terdiam pasrah. Air mata meleleh dari sudut matanya sementara Samy meng close up wajah Tamara untuk merekam ekspresi artis cantik itu. Entah apa yang ada dalam pikiran Tamara sekarang, Tamara merasa dirinya sangat hina dan jatuh ke posisi yang lebih rendah daripada pelacur murahan, tapi pada saat yang bersamaan dia juga mendapatkan sebuah sensasi kenikmatan seks yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Dengan tertatih-tatih Tamara berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan bekas-bekas persetubuhan yang baru saja dilakukannya bersama Pak Abdul. Di kamar mandi Tamara melepaskan semua emosi yang menyumbat di hatinya, tangis wanita cantik itu meledak tak tertahankan. Di bawah guyuran shower dia menangis tersedu-sedu meratapi nasib buruk yang entah sampai kapan akan dijalaninya. Tangisnya baru berhenti ketika pintu kamar mandi digedor dari luar.
“Cepetan mandinya! Elo punya jadwal buat dientot sebentar lagi!” Samy berteriak-teriak menyuruh Tamara segera keluar. Tamara gelagapan mendengar suara Samy, buru buru dia menyambar pakaiannya dan mengenakannya asal-asalan. Dia hanya sempat mengenakan celana dalamnya dan membungkus tubuhnya dengan mantel mandi.

Di depan pintu kamar mandi, Samy sudah menunggu dengan wajah mupengnya yang jelas sekali sudah kebelet untuk berhubungan seks dengan wanita cantik yang berdiri di depannya. Dia memandangi tubuh Tamara yang terbalut mantel mandi putih.
“Buka tuh mantel mandi elo..” perintah Samy dingin. Tamara membelalakkan matanya dengan sedikit gemetar.
“Tapi.. tapi.. “ Tamara gelagapan mengingat dia hanya mengenakan celana dalam di balik mantel mandinya. “Tapi gue cuma pakai celana dalam..” Tamara berujar gugup, suaranya jelas sekali memohon agar Samy membatalkan perintahnya.
“Apa bedanya? Toh elo juga bakal gue telanjangi lagi.” Jawab Samy masih dengan nada dingin. Tamara terdiam mendengarnya. Seolah tidak menghiraukan ucapan wanita cantik itu, Samy dengan gemas merenggut mantel mandi Tamara, lalu dengan sekali tarik, dia memelorotkan mantel mandi itu dari tubuh mulus artis cantik tersebut. Seketika tubuh mulus Tamara kembali telanjang. Hanya sehelai celana dalam putih transparan yang masih melekat di tubuh putih mulus itu.
“Elo gila!” Tamara memaki sambil mendekap dadanya yang montok, tapi Samy hanya tertawa menanggapinya.
“Yah, gue emang gila, gila kepingin ngentot sama elo..” tambah Samy masih dengan tertawa, seolah pemandangan indah di hadapannya hanyalah lelucon.
“Sekarang jalan!” perintah Samy sedikit galak. “Dan nggak perlu ditutupi elo punya payudara.” Tambahnya ketika melihat Tamara mendekap payudaranya yang menonjol. Tamara menunduk malu mengingat dia dipaksa untuk memamerkan tubuhnya di tempat terbuka, tapi dia tidak bisa menolak, maka dengan terpaksa Tamara membiarkan payudaranya yang telanjang terbuka begitu saja. Celakanya, Samy menyuruhnya berjalan menuju ke arah halaman belakang, dimana di sana sudah menunggu Robert dan Pak Abdul yang cengar cengir. Cengiran mereka langsung berubah menjadi sebuah tatapan penuh nafsu melihat Tamara berjalan hanya mengenakan celana dalam tipis. Tubuh mulusnya yang nyaris telanjang bagaikan barang pameran yang bebas mereka pelototi dan mereka nikmati.
“Eits.. kali ini bagian gue..” Samy memotong begitu melihat dua pria itu dengan penuh nafsu bak srigala lapar menyerbu tubuh mulus Tamara yang telanjang. “Kalian berdua kembali ke tugas kalian.” Perintahnya.

Dan, meskipun dengan menggerutu, keduanya menurut. Rupanya Samy memerintahkan Robert dan Pak Abdul untuk mengabadikan adegan seks yang akan dia lakukan bersama Tamara. Di tangan Robert sudah siap sebuah handycam yang akan dipakainya merekam adegan Samy yang akan menggagahi wanita cantik itu sementara Pak Abdul memegang sebuah kamera digital.
Samy membawa Tamara ke dekat sebatang pohon rindang, di sanalah dia memulai aksinya dengan melumat bibir seksi artis cantik itu.
“Emh.. elo nggak keberatan kan kalau ngentot sama gue?” Samy bertanya basa-basi sementara Pak Abdul dan Robert dengan wajah menahan dorongan seksual sibuk merekam dan memotret adegan membangkitkan nafsu tersebut.
“emhh.. tentu tidak..” jawab Tamara dengan nada dipaksakan. “Gue malah senang sekali.” Tambahnya sambil membalas pelukan Samy. Kecupan demi kecupan terus didaratkan oleh Samy di bibir wanita cantik itu. Tamara membalasnya dengan melakukan french kiss dalam-dalam, selama beberapa saat keduanya beradu bibir. Ldah merekapun saling belit, bagaikan sepasang ular berkelahi, keduanya saling berpelukan dengan ketat.
Perlahan-lahan cumbuan Samy mulai turun ke menyerang leher dan pundak Tamara, dan perlahan cumbuan bibir Samy mulai mengarah ke sepasang payudara montok artis cantik itu.
“Oohh.. muluss.. mhh.. ohh.. montok banget nih pentil..” ujar Samy sambil sibuk mencumbui payudara putih mulus itu dan sesekali menjilati putingnya yang mencuat merah segar.
“Aahh… aahh.. ehhsshh.. oohhh…” Tamara mulai mendesah dan menggeliat merasakan cumbuan Samy pada payudaranya apalagi ketika lidah sopir kurang ajar itu mulai menyentil-nyentil puting payudaranya, membuat wanita cantik itu langsung menegang. Permainan seksnya dengan Pak Abdul beberapa menit yang lalu masih menyisakan kenikmatan yang luar biasa, maka begitu mendapat rangsangan pada titik peka di tubuhnya, syaraf seksual Tamara kembali menegang kencang membuat tubuhnya terasa panas dingin.
Sementara Samy makin menikmati permainan itu. Sebelah payudara Tamara dijilatinya dengan rakus sementara yang sebelah lagi diremas-remas dengan ganas membuat Tamara menggeliat kegelian dan sedikit nyeri, tapi makin membuat gejolak seksual wanita cantik itu makin terbakar. Gairahnyapun kembali menggelora menggetarkan syaraf seksualnya dengan hebat. Dan gempuran seksual yang mengebu itu membuat Tamara kembali pasrah.
“Oohh… oohh… aahh… aahh…” Tamara mengerang penuh kenikmatan merasakan cumbuan sopirnya yang makin ganas. Samy memperlakukan payudara indah Tamara dengan tingkat kebrutalan yang tinggi seolah tidak mempedulikan Tamara yang meringis-ringis merasakan nyeri akibat remasan brutal pada payudaranya.

Sambil terus mencumbui sepasang payudara indah Tamara, Samy mulai membaringkan tubuh mulus wanita cantik itu di rerumputan sambil menarik lepas celana dalam Tamara. Tubuh putih mulus artis seksi itupun kembali telanjang bulat, kontras dengan warna hijau rerumputan dimana dia terbaring. Tubuh telanjang bulat Tamara tak ubahnya seperti hidangan lezat yang tersaji di atas piring beralas sayuran yang siap disantap.
Samy meskipun sudah berulang kali menikmati kemulusan tubuh Tamara tetap saja merasa kagum menyaksikan tubuh yang putih mulus itu terlentang di hadapannya seolah mengatakan siap untuk diperkosa.+
“oohh.. mulus banget nih..” kata Samy sambil mengelus-elus daerah selangkangan Tamara yang terbuka lebar, pada saat itulah Pak Abdul dan Robert mendekat dan menyorot daerah kemaluan artis cantik itu dengan kamera yang ada di tangan mereka. Tamara mendesah pelan merasakan sentuhan kasar jari-jari Samy yang mengaduk-aduk daerah kemaluannya. Kemudian Samy memposisikan kaki Tamara sedikit menekuk seperti posisi akan melahirkan, dengan paha terbuka lebar yang membuat vagina Tamara terekspos dengan sempurna sehingga Pak Abdul dan juga Robert bisa dengan leluasa merekam daerah vital itu.
“Uohh.. vagina artis emang beda dengan vagina pelacur pinggir jalan..” komentar Robert spontan, membuat wajah Tamara memerah merasa terhina disejajarkan dengan pelacur murahan pinggir jalan. Tapi Samy tidak memberi kesempatan Tamara untuk berbuat apa-apa, dia segera membenamkan wajahnya sendiri ke daerah kemaluan artis cantik itu, lalu dijilatinya kemaluan wanita itu dengan bibir dan lidahnya.
“engghh.. oohh...” Tamara melenguh keras ketika lidh Samy yang basah menjilati bibir kemaluannya. Sensasi dingin dan geli mulai merambati bagian tubuhnya yang paling peka tersebut membuat tubuhnya kembali menegang. Libido wanita cantik itupun langsung meledak tinggi seolah mendesak tubuhnya yang mulus. Tanpa disadari, tamara merespon sentuhan lidah Samy sehingga ketika Samy menghentikan jilatanya, wanita itu berusaha menggerakkan pinggulnya sendiri untuk terus merasakan sentuhan pada kemaluannya. Sementara Samy makin gemas merasakan respon Tamara. Pelan-pelan dia mencoba menguak liang vagina wanita itu dengan jari tangannya dan mulai mengaduk aduk liang vagina itu dengan jari-jari tangannya yang kasar. Kocokan dan jilatan pada liang vaginanya membuat Tamara kian terangsang dan membuat gerakan tubuhnya kian liar. Tubuh putih mulus itu terlihat menggeliat-geliat di rerumputan sehingga membuatnya tampak seperti seekor belut yang kepanasan. Pak Abdul dan Robert yang merekam setiap adegan tersebut mau tidak mau kembali terangsang sehingga tanpa sadar merekapun mulai melakukan onani dengan mengocok penis mereka sendiri dengan nafas terengah-engah menahan desakan birahi yang tak tersalurkan.
“Engghh.. nnhh... oohh... “ Tamara melenguh penuh nikmat. Sensasi pada klitorisnya nyaris tak tertahankan, gelombang libidonya menggedor-gedor tubuhnya yang menggelepar menahan desakan nafsu birahi yang makin memuncak. Tamara bahkan sampai meremas-remas payudaranya sendiri supaya bisa mencapai orgasme secepatnya.
“Aahhh... oohh...” tamara mengerang sambil menggeliat keras. Vaginanya semakin basah, selain oleh ludah Samy, juga oleh cairan vaginanya yang mengalir keluar. Tubuh mulus itu akhirnya melengkung keras dan mengejang. Tamara melenguh keras melepaskan orgasmenya sekuat tenaga. Vaginanya makin basah ketika cairan vaginanya mengucur deras membasahi selangkangannya. Samy tanpa jijik sedikitpun langsung menjilati cairan vagina artis cantik itu.

“Nhh... oohh...” Tamara melenguh penuh kelegaan merasakan kenikmatan dari orgasmenya. Tubuhnya yang mulus pelan-pelan kembali melemas. Nafasnya terengah-engah membuat payudaranya yang montok bergetar turun naik. Kesematan itu digunakan Samy untuk membuka akaiannya sendiri sampai telanjang bulat. Penisnya yang memang sedari tadi sudah menegang langsung mencuat tegak. Dia lalu mengangkat kaki kiri Tamara dan menyangkutkan kaki mulus itu ke pundaknya, sementara kaki Tamara yang sebelah kanan dilebarkannya ke samping. Posisi itu membat liang vagina Tamara membuka lebar dan memaksa wanita cantik itu untuk menyesuaikan diri dengan menahan tubuhnya menggunakan tangan.
Pelan-pelan Samy mulai mendekatkan penisnya ke liang vagina artis cantik itu. Tamara mengerang sesaat ketika ujung penis itu menguak bibir vaginanya, dan dengan sekali dorongan, penis besar itupun amblas seluruhnya ke dalam liang vagina wanita cantik itu.
“Ooohhh...” tamara melenguh tertahan merasakan penis Samy mendesak dinding vaginanya. Penis itu teraa berdenyut membuat vaginanya ikut berkontraksi.
“Oooohhh... “ Samy mengerang nikmat. “Ketat banget vagina elo Tam..” ujar Samy puas. Ditatapnya wajah artis cantik itu yang menatapnya penuh kebencian tapi sekaligus merasakan kenikmatan. Samy kemudian mulai menggerakkan tubuhnya maju mundur menngenjot vagina artis cantik itu dengan penisnya. Tubuh Tamarapun ikut bergoyang mengikuti setiap geraan Samy. Payudaranya yang mulus bergetar-getar menggemaskan membuat Samy tidak tahan untuk meremasinya.
“Ahh... aahh.. ooohh... oohh... ahhsss... aahhsss.. “ Desahan dan erangan Tamara terdengar teratur setalah beberapa lama menandakan kalau wanita cantik itu ikut menikmati persetubuhan yang dilakukannya meski awalnya dia tidak merelakannya. Samy memang hebat, dia mampu membuat Tamara benar-benar tak berdaya, bahkan saking tidak berdayanya, wanita cantik itupun bisa dibuatnya pasrah dan merelakan tubuhnya dinikmati, bahkan mampu membuat Tamara ikut menikmati persetubuhan terlarang itu.
Tamara kian tidak terkendali merasakan persetubuhannya yang makin menjadi-jadi. Sekilas dia melirik ke arah Samy yang menggenjotnya. Pria kurus itu tampak seperti seorang penunggang kuda yang memaksa tunggangannya berlari lebih cepat.
“oohh.. yeahh... oohh... ayoo.. terusss... teruss...” Samy mendesis dan meracaupenuh kenikmatan. Sodokan penisnya makin ganas membuat tubuh Tamara tersentak-sentak liar. Samy menggerakkan penisnya dengan gerakan tidak teratur. Kadang cepat dan keras, tapi kadang lembut dan pelan, kadang dia juga membenamkan penisnya dalam-dalam dan mendiamkannya cukup lama di liang vagina Tamara secara berulang-ulang.

Gerakan Samy yang tidak teratur itu membuat libido Tamara bagaikan roller coaster yang bergerak naik turun, memaksa wanita cantik itu untuk mempercepat orgasmenya sendiri dengan meremas-remas payudaranya sendiri.
“Ennhhh... oohhh... oohhh....” Tamara mengerang liar, wajahnya merah padam mencoba mendorong orgasmenya sendiri. Beberapa menit Samy menggenjot vaginanya tapi pria itu mampu memaksa orgasme Tamara tertunda, dan itu terjadi setiap kali wanita cantik itu hampir mencapai puncaknya. Hal itu membuat Tamara nyaris frustrasi, sampai-sampai karena tidak tahan, Tamara akhirnya menggerakkan pantatnya sendiri memaksa penis Samy terus menggenjot vaginanya.
“Oohhh... oohh.. aahh.. ahh..” tamara mendesah liar. Usahanya untuk mendorong orgasmenya akhirnya berhasil. Tubuhnya mengejang-ngejang liar dan menegang keras.
“OOHHKKHH... AAHHH....” tamara melolong bagaikan srigala kelaparan, tubuhnya mengelepar liar melepaskan ledakan orgasmenya yang kedua. Kali ini bahkan lebih hebat dibanding orgasmenya yang pertama. Cairan vaginanya kembali membanjir membasahi kemaluan dan selangkangannya seperti buih putih yang terpompa oleh sodokan penis Samy.
Puas dengan gaya seperti itu, Samy kemudian memaksa Tamara untuk berposisi seperti anjing merangkak dengan pantat menungging lebih tinggi dari kepala sementara kedua paha mulus wanita cantik itu mengangkang lebar membuat liang vaginanya terbuka lebar.
“Ehhkkhh… “Tamara mengerang lirih ketika penis Samy kembali membenam di dalam kealuannya yang sekarang terasa perih. Sementara Samy melenguh-lenguh dan mengejang merasakan kenikmatan jepitan ketat vagina artis cantik itu. Jepitan vagina Tamara yang berkotraksi membuat sekujur syaraf seksual Samy terpompa hebat, nyaris saja Samy tidak kuat untuk melepaskan ejakulasinya, tapi dengan perjuangan keras, Samy berhasil menguasai dirinya. Selama beberapa saat samy membiarkan penisnya membenam di dalam liang vagina Tamara. Kemudian dia mulai menggerakkan pantatnya maju mundur untuk menggenjot liang vagina wanita cantik itu. Dicengkeramnya pinggul Tamara untuk mempercepat gerakannya. Selain menggerakkan pantatnya sendiri, Samy juga memaksa Tamara untuk menggerakkan pantatnya dengan menggerakkan pinggul wanita cantik itu maju mundur. Gerakan kedua orang itu terlihat serasi karena Tamara yang sudah terangsan berat ikut menikmati persetubuhan yang dilakukannya.

“Ehhkhh.. oohh... oohh.. aahh.. aahh...”Tamara kembali mendesis dan merintih-rintih penuh kenikmatan saat sensasi seksual yang luar biasa kuat kembali menghantam tubuhnya bagaikan gelombang pasang. Wajah antiknya merah padam merasakan libido yang mendesak-desak tubuhnya, bibirnya yang seksi terlihat bergetar menggemaskan.
“uuhhh... oohhh... yesss.. teruss.. teruss.. Ayo tam.. teruss... aahhh... aahh..” Samy terlihat makin bernafsu menggenjot tubuh putih mulus Tamara. Gerakannya terlihat makin kasar dan liar membuat tubuh mulus yag disetubuhinya tersentak-sentak maju mundur. Penisnya memompa vagina Tamara dengan kuat sampai menimbulkan suara berdecak sebagai akibat gesekan kedua alat kelamin mereka yang menyatu ketat. Samy terlihat begitu gemas melihat pantat putih mulus Tamara yng menungging. Dia tidak henti-hentinya meremasi pantat yang bulat padat itu. Saking gemasnya, Samy juga menampar pantat itu sampai meninggalkan bekas kemerahan.
“Ohh! Oohh..! Ahh..! Ahh..!” Tamara menjerit kecil tiap kali pantatnya terasa pedih akibat tamparan Samy. Tapi meskipun terasa pedih di kulitnya, tamparan samy pada pantatnya justru membuat Tamara kian bernafsu, membuat wanita cantik itu kian kuat menggoyangkan pantatnya sendiri maju mundur sehingga gerakan kedua insan yang sednag bersetubuh itu tampak serasi karena tiap kali Samy menghentikan gerakannya, giliran Tamara yag memajumundurkan pantatnya membuat penis Samy terus menerus menggenjot vaginanya.
“Ahh... aaahhh... nngghh... nnhhh... ooohhh.... ooohhh....” Lenguhan Tamara terdengar makinkeras dan teratur menandakan kalau wanita cantik itu sudah sepenuhnya dikuasai oleh birahi yang mamuncak. Tubuhnyapun kembali menegang saat orgasmenya memompa tubuhnya yang mulus. Wajah cantiknya menegang seperti balon mau meletus dan merah padam. Gerakan tubuhnyapun kian liar dan binal. Tidak ada lagi Tamara yang malu dan terpaksa, yang ada sekarang adalah Tamara yang tengah menikmati persetubuhan yang sedang dilakukannya bersama sopirnya, pria yang sama sekali tidak sebanding dengannya, secara tampang maupun status.
“OOHHKK... AAHHHKKHH.... AAHHH....!” Erangan Tamara meluncur tak tertahan dari bibirnya sementara tubuh mulusnya melengkung ke belakang membuat wajahnya mendongak ke atas dengan bibir tergigit, tampak seperti hendak mengeluarkan sesuatu yang besar dari dalam tubuhnya. Ekspresi wajahnya tergambar jelas sedang menikmati orgasme hebat yang tengah menghantam sekujur syarafnya Nafasnya tersengal menderu bagaikan kuda yang berlari puluhan kilometer. Tubuh mulus itu bergetar keras dan menandak-nandak liar.

Gelombang orgasme yang dahsyat seperti membuat wanita cantik itu kesetanan, hilang sudah akal sehatnya, yang diinginkan Tamara saat ini hanyalah menikmati orgasme yang tengah menghantam tubuhnya selama mungkin.

Cairan vaginanyapun kembali meluber membuat daerah kemlauannya kian basah seolah berbuih. Samy melenguh menahan ekjakulasinya yang hampir mencapai puncak, tapi kali ini tidak kalah saat vagina Tamara mengejang dan berdenyut keras meremas penisnya dengan kuat. Seperti cengkeraman seorang pegulat yang mencoba menarik penisnya sampai lepas, vagina Tamara yang ketat berdenyut-denyut merangsang orgasme Samy.
“AAHHKK... OOOHHH...” Samy tidak tahan lagi, dia segera menarik penisnya dari dalam liang vagina artis cantik yang sedang digagahinya itu, lalu dipaksanya Tamara untuk terlentang. Secepat yang dia bisa, Samy mengarahkan penisnya tepat ke wajah cantik Tamara sambil mengocok penis berukuran besar itu, dan seketika spermanya muncrat tepat di wajah cantik Tamara sampai wajah cantik itu basah kuyup oleh cairan putih kental menjijikkan tersebut.
“Ooohhhh.... oohh.....” Samy melenguh puas melepaskan ejakulasinya yang sedari tadi dia tahan-tahan. Sementara Tamara yang wajahnya penuh sperma hanya bisa terisak ketika kesadarannya pulih. Tapi dia tidak menyadari kalau tugasnya belum selesai. Tamara terkejut saat melihat Pak Abdul dan Robert yang ternyata sudah tidak memakai celana berdiri tepat di sisi kiri dan kanannya.
“Ayo kocok..!!” perintah Robert sambil menyodorkan penisnya. Mau tidak mau Tamara terpaksa menggunakan kedua tangannya untuk mengocok dua batang penis yang sama-sama mengerikan itu. Dan pada akhirnya dia terpaksa menggunakan wajahnya untuk menampung muntahan sperma kedua orang pria itu. Diiringi erangan dahsyat, Robert dan Pak Abdul melepaskan spermanya yang langsung menyembur di wajah Tamara. Wanita cantik itu hanya bisa pasrah menerima semburan sperma menjijikkan itu. Dia bahkan menelan begitu saja sperma yang mengalir masuk ke mulutnya.
Ketiganya tertawa penuh kepuasan menyaksikan bagaimana wanita cantik dan juga selebriti terkenal itu sekarang tidak ada bedanya seperti seorang budak pemuas nafsu seksual yang siap memuaskan birahi mereka.
“Hebat juga lonte kita satu ini..” kata Robert puas sambil memakai celananya.
“Iya nih..” Pak Abdul menimpali. “Tiga kali dientot tapi masih kuat saja.. Minum jamu apaan sih elo Tam..?” ejeknya. Tamara hanya diam saja menelan penghinaan itu bulat-bulat, sebab meskipun sakit hati bukan kepalang tapi wanita cantik itu sadar kalau posisinya dalam keadaaan terjepit, karena itu dia hanya bisa pasrah menerima nasibnya menjadi pemuas nafsu bejat ketiga pria itu.
Puas menikmati kemulusan tubuh Tamara, mereka menyuruh wanita cantik itu untuk membersihkan diri. Mereka juga membuat artis cantik itu menjadi pembantu di villanya sendiri, mulai dari memasak sampai mengepel lantai. Dan itu harus Tamara lakukan dalam keadaan telanjang bulat. Samy melarang Tamara berpakaian barang sehelaipun selama di villa supaya mudah kalau mereka bertiga ingin melakukan hubungan seksual lagi dengannya. Dan sepanjang hari itu Tamara harus merelakan tubuhnya menjadi pemuas nafsu bejat tiga pria jahat tersebut.


END OF PART 3