Setahun setelah Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit, kerajaan raksasa Mongolia mengalami keruntuhan dimana pasukannya dikalahkan diseluruh dunia. Puluhan kerajaan baru bangkit dan berlomba untuk menjadi yang terkuat. Salah satunya adalah kerajaan Ming dari China yang berhasil menjajah kembali negeri Mongolia serta menciptakan kekuatan yang ditakuti diseluruh kawasan Asia timur maupun Asia tengah. Raden Wijaya sebagai penguasa negeri terkuat di Asia tenggara diundang oleh Kaisar Cu Len Zhang dari kerajaan Ming untuk menghadiri pesta besar atas keberhasilannya dalam membangun kembali negeri China yang kuat.

Raden Wijaya ditemani oleh jendral besar Chen Mien dan dua ratus tentara karena Chen Mien lebih mengenal situasi daerah di negeri China dibanding denga siapapun juga. Sedangkan kerajaan Majapahit sendiri dijaga oleh tangan kiri Raden Wijaya, jendral Suwongso. Setelah rombongan Raden Wijaya tiba di pelabuhan Nanjing, ia disambut oleh panglima Lee dengan hormat. Raden Wijaya dibawa ke kota Ce Jing Zhen atau disebut juga kota terlarang (kota ini sekarang menjadi Beijing). Terlihatlah sebuah istana yang sangat besar dan menyerupai sebuah kota. Saat pintu gerbang dibuka terlihatlah rumah-rumah besar. Saat itu juga banyak rombongan lain yang tiba seperti rombongan dari negeri Korea, Jepang, India, Persia, Thailand, Burma, Annam (negeri Vietnam dulu), Srilanka, dan Tibet.

Pada malam harinya pesta pun dirayakan. Banyak penari cantik dipanggil untuk menari dengan selendang tipis dan setengah tembus pandang. Arak dan makanan dihidangkan. Para tamu berpesta sampai lupa waktu. Sebagian tamu berdiri dan ikut menari bersama para penari itu. Selain cantik, para penari itu mempunyai tubuh yang elok, dan hanya memakai selendang sutra tipis, buah dada mereka terlihat menonjol besar dan ada bayangan pentil payudara. Garis pantat pun terlihat sedikit.

Setelah lama berpesta akhirnya para tamu kembali ke kamar masing-masing. Pada keesokan harinya diadakanlah negoisasi damai antar negara. Kerajaan Korea, Burma, Annam, India, Thailand dan Tibet menyatakan kesetujuan mereka untuk mengakui kerajaan Ming sebagai kerajaan yang terkuat dan mereka akan memberi upeti berupa sandang dan pangan setiap tahunnya. Sedangkan kerajaan Persia dan Jepang menyatakan untuk melupakan dendam lama antar negara dan menjadi sahabat baik negeri Ming. Sedangkan untuk kerajaan Majapahit, Kaisar Cu Len Zhang sendiri menawarkan Raden Wijaya untuk menjadi sekutunya dalam menghadapi musuh. Raden Wijaya menyetujuinya dan membuka hubungan dagang antar negara. Keesokan harinya para tamu semua pulang ke negeri masing-masing.

Pada saat Raden Wijaya tiba di pelabuhan Nanjing hari sudah gelap, maka ia menunda kepulangannya dan berniat untuk menetap di pelabuhan itu semalam. Panglima Lee sendiri memohon pamit dan kembali ke posnya sendiri. Malam pun tiba, Raden Wijaya dijamu dengan makanan terkenal di negeri Ming pada waktu itu yaitu Bebek Pe King. Setelah selesai menghabiskan bebek panggang. Raden Wijaya kembali ke kamarnya untuk tidur sedangkan jendral Chen Mien memesan sebuah rangkaian kerangka dari besi besar dan tiga wanita cantik untuk menari tarian erotis didalamnya.

Wanita pertama adalah wanita dari Shanghai, badannya tinggi, dan hampir setinggi jendral Chen Mien, rambutnya panjang dan ukuran dada sedang, atau agak kecil. Wanita kedua berasal dari wilayah Quang Dong dan merupakan keturunan orang Kong Hu, wajahnya cantik dan berdada besar tingginya sepundak Chen Mien. Yang ketiga adalah wanita dari kota Chang An (atau sekarang adalah kota Xi-an) tinggi badannya sedada Chen Mien dan pantatnya padat berotot. Lalu musik pun dimainkan dan jendral Chen Mien menyaksikan keindahan tarian erotis itu sambil minum arak.

Wanita pertama langsung menyingkap roknya dan terlihatlah celana dalam berwarna merah tipis dan kecil. Ia langsung memeluk salah satu jeruji besi dan mengosok-gosokkan vaginanya ke besi itu, ke arah atas dan bawah. Wanita dari Quang Dong dan Chang An melakukan tarian lesbian, kemudian mereka saling berciuman. Setelah itu badan mereka saling menempel dan bergoyang kiri kanan secara erotis. Sedangkan wanita Shanghai melakukan gesekan ke tiang besi dengan pantatnya yang seksi sehingga ke pantatnya terlihat begitu montok. Chen Mien sudah tidak tahan lagi, ia langsung berdiri, berjalan menghampiri kerangka besi itu dan menuangkan arak ke besi dan melewati pantat wanita Shanghai itu. Wanita Quang Dong menjulurkan pahanya keluar dan menggoda Chen Mien. Paha seksi itu dituangkan arak, lalu dijilati. Wanita Shanghai itu langsung membuka pintu kerangka besi itu dan menarik Chen Mien untuk masuk ke dalam.

Didalam kerangka besi yang sempit, tiga wanita seksi menari dan mengapit Chen Mien ditengah. Dalam sekejap semua pakaian Chen Mien ditanggalkan. Tangan Chen Mien lalu bergerak kiri, kanan, atas dan bawah untuk merasakan ketiga wanita cantik itu. Lalu perlahan-lahan baju mereka semua ditarik turun oleh Chen Mien. Para wanita itu langsung menempelkan tubuh seksi mereka ke Chen Mien dan menanggalkan pakaian dalam mereka. Wanita Chang An lalu berlutut di depan Chen Mien dan mengulum penisnya. Wanita itu tidak mengulum batang penis, namun kedua bola penis yang dikunyah dengan ganasnya. Lidahnya membuat bola penis itu terkunyah kesana kemari, lalu setelah itu wanita itu menjilati kulit batang penis bagian belakang.

Penis Chen Mien bertambah panjang, dan lebih panjang dari biasanya. Teknik rangsangan wanita China memang lain daripada wanita Nusantara. Lalu wanita Shanghai berdiri di depan Chen Mien dan melakukan ciuman. Lidah saling beradu dan liur saling bercampur. Wanita Guang Dong memeluk Chen Mien dari belakang, dan payudara besarnya menekan punggung Chen Mien. Hal itu dilakukan selama lima menit, lalu mereka bertukar tempat. Sekarang wanita Shanghai bergantian memeluk dari belakang lalu menjilati punggung Chen Mien. Wanita Chang An membungkuk dan pantatnya yang berotot dicumbui Chen Mien. Wanita Guang Dong duduk diatas punggung wanita Chang An. Kaki dan pahanya yang putih kekuningan memeluk pinggang Chen Mien, dan payudaranya diremas-remas.

Tak lama kemudian Chen Mien berorgasme dan spermanya memuncrat dalam pantat wanita Chang An. Lalu ia melemas dan duduk. Wanita Guang Dong itu lalu duduk dipangkuan dan menghadap ke Chen Mien. Mereka lalu berpelukan dan payudara besarnya menempel di dada Chen Mien yang kekar. Lalu vaginanya dimasukkan ke penis Chen Mien, mereka lalu berciuman, setelah itu wanita Shanghai berdiri ditengah mereka, sehingga lubang pantatnya dijilati wanita Guang Dong, dan lubang vaginanya dijilati Chen Mien, dan setelah itu mereka bergantian. Setelah itu Chen Mien berorgasme kedua kalinya. Setelah itu ia bertambah capek dan terlentang dilantai. Wanita Shanghai lalu memasukan penis Chen Mien ke vagina hangatnya. Sedangkan wanita Guang Dong menduduki wajah Chen Mien dan pantatnya dijilati. Wanita Chang An tidur terlentang diperut Chen Mien sehingga mereka membentuk huruf X, tangan kanan Chen Mien meremas payudara wanita itu, dan tangan kirinya meremas vaginanya. Tak lama kemudian Chen Mien berorgasme ketiga kalinya dan cairan hangatnya tersemprot ke dalam vagina wanita Shanghai lalu mereka semua tidur bersama.

Pada malam itu juga Raden Wijaya tidak bisa tidur, ternyata ia merasakan ada bahaya di depannya. Tiba-tiba muncullah pembunuh bertopeng. Raden Wijaya berhasil kabur dari pelabuhan itu bersama seratus tentara. Chen Mien dan seratus tentara lainnya masih tertidur. Pada pagi harinya Raden Wijaya pergi bersama tentaranya ke pelabuhan yang disebelah timur. Setelah lama berjalan akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat disiang hari. Pada siang itu juga tiba-tiba terlihat seorang satria berkuda menuju arah mereka. Ternyata dia adalah Chen Mien yang berhasil lolos. Namun ia melaporkan bahwa seratus tentara lainnya terbunuh.

Lalu Chen Mien pun berkuda untuk melihat situasi sekitar. Saat berkuda sampai daerah sungai didalam hutan, terlihatlah seorang wanita yang mencuci baju disungai, namun ia malah jatuh ke dalamnya. Chen Mien segera menolongnya. Pada saat Chen Mien menariknya ke atas, terlihatlah payudara yang besar dari wanita itu karena bajunya basah dan sedikit terbuka. Chen Mien langsung memeluknya dan tangannya meremas payudara wanita itu. Wanita itu lalu memegang penis Chen Mien dan mengocoknya. Mereka lalu saling berpandangan dan setelah itu mereka berciuman. Lalu mereka menelanjangkan diri dan wanita itu berbaring di batu kali. Chen Mien lalu menarik paha wanita itu dan mencumbuinya tanpa diperintah. Sementara itu terlihatlah ratusan pasukan berkuda tentara Ming yang dipimpin panglima Lee datang menuju arah Raden Wijaya.

"Hey itu panglima Lee, kita selamat" kata seorang tentara.

Namun panglima Lee datang dan membantai pasukan Majapahit itu. Raden Wijaya tidak dapat menemukan Chen Mien, maka ia langsung kabur. Tak lama kemudian ia bersembunyi didalam hutan. Tiba-tiba ia melihat Chen Mien berdiri ditengah hutan, namun disebelahnya ada panglima Lee, dan mereka sedang berbincang-bincang.

Ternyata kerajaan Ming ingin membantu Chen Mien menjadi raja Majapahit berikutnya dengan membunuh Raden Wijaya. Apabila Chen Mien menjadi raja, maka hasil kekayaan Nusantara akan dibagi dengan kerajaan Ming. Raden Wijaya langsung kabur saat mendengar hal itu. Namun hal itu diketahui oleh Chen Mien. Panglima Lee dan jendral Chen Mien segera membagi pasukan menjadi dua untuk mengejar Raden Wijaya.

Pada hari berikutnya Raden Wijaya pergi menyamar sebagai pedagang dan berbaur untuk kabur kembali ke kerajaan Majapahit. Namun karena pemeriksaan sangat ketat maka Raden Wijaya gagal dan kabur ke hutan. Didalam hutan terlihatlah seorang wanita mencuci baju didekat pancuran air terjun kecil. Lalu wanita itu melihat Raden Wijaya sedang kesusahan. Raden Wijaya menceritakan siapa dirinya dan semua kejadiaan yang ia alami. Wanita itu ikut prihatin, lalu terdengar suara kuda.

Ternyata panglima Lee datang. Raden Wijaya melanjutkan kaburnya, sedangkan wanita itu menelanjangkan dirinya dan berpura-pura mandi untuk memancing panglima Lee. Pancingan itu berhasil. Tubuh montok dan seksi wanita itu memancing perhatian panglima. Kemudian wanita itu melihat sang panglima dan mengajaknya untuk ikut bergabung. Panglima Lee langsung menelanjangkan diri dan bergabung untuk mandi. Ia langsung mendorong tubuh wanita itu menempel ke dinding batu. Air terjun deras membasahi mereka. Salah satu paha wanita itu diangkat dan dielus, lalu vaginanya langsung dicoblos. Air deras membuat cumbuan mereka makin ganas. Tak lama kemudian sperma dan ovum pun bermuncratan bercampur air dan mengalir di sepanjang sungai.

Lalu pada saat itu juga wanita itu mengambil batu besar dan melemparnya ke kepala panglima Lee. Panglima itu kesakitan dan membunuh wanita itu. Panglima itu segera memerintah tentaranya untuk mengejar sang Raden, namun air terjun yang deras itu menyerang kepalanya yang bocor, sehingga darahnya mengalir deras keluar dari kepala. Beberapa menit kemudian ia jatuh ke dalam sungai dan mati karena kehabisan darah.

Melihat temannya mati Chen Mien langsung berkuda dan mengejar dengan secepat kilat. Sesampainya ia dipelabuhan bagian timur, ia tidak melihat tanda-tanda Raden Wijaya. Maka ia pun bermalam didaerah itu. Pada malam itu juga ia melihat seorang wanita sedang membuat kue. Terlihatlah tepung bubuk yang sudah menyatu dan mengeras, dan seorang wanita cantik sedang mengiling tepung itu. Keringat wanita itu membasahi tubuh dan payudaranya sehingga gundukannya terlihat jelas.

Tiba-tiba Chen Mien dari belakang memeluknya dan menciumnya. Secara perlahan-lahan kancing baju wanita itu dilepas satu per satu, dan akhirnya mereka bugil berdua, dan saling menempel. Chen Mien lalu membungkukkan wanita itu dan mencumbui pantatnya.

"Auw.. Uh.. Ah.." desah wanita itu dan payudaranya menekan tepung yang sudah digiling.

Setelah melakukan hal itu agak lama, maka Chen Mien membaringkan tubuh wanita itu ke meja dan mencumbui vaginanya. Tubuh wanita itu dipenuhi tepung dan menjadi putih. Setelah beberapa saat mereka mencapai tahap orgasme dan sperma serta ovum bermuncratan dan membasahi tepung kue itu. Setelah itu Chen Mien merasa lemas dan tidur di tempat itu.

Pada pagi harinya tentaranya melapor bahwa Raden Wijaya telah kabur sejak tengah malam. Ternyata wanita yang membuat kue itu adalah pelacur yang disewa Raden Wijaya untuk memancing Chen Mien, agar ia dapat kabur dengan mudah. Chen Mien bangun pada siang hari. Setelah mengetahui bahwa ia hanya ditipu, maka wanita itu langsung dipenggal dan sebuah kapal kecil diluncurkan untuk membunuh Raden Wijaya. Raden WIjaya menjadi takut. Tiba-tiba Raden Wijaya melihat adanya harapan hidup untuknya. Kapal kecil Ming yang melesat cepat itu, berhasil menemukan kapal Raden Wijaya, namun hal itu sudah terlambat. Suwongso memimpin ratusan kapal berhasil menjemput Raden Wijaya dan mengantarnya kembali ke negeri Majapahit.

Raden Wijaya langsung memutuskan hubungan dengan kerajaan Ming. Pedagang China diusir, dan barang-barang seperti teh, makanan, kopi, dan sebagainya dibatalkan untuk dijual di negeri China. Seminggu berikutnya terlihatlah tiga ratus kapal raksasa negeri Ming di pantai utara Jawa. Kerajaan Majapahit menyatakan kondisi darurat, dan keadaan tegang. Setiap kapal raksasa itu berisi lima ratus tentara. Kerajaan Ming mengirim lima belas ribu tentara menuju kerajaan Majapahit.

Rapat militer pun diadakan, namun tidak ada orang yang bisa menghasilkan ide bagus untuk mempertahankan negara. Sebagian penasehat menginginkan damai dan negoisasi, sebagian jendral mengingikan perang. Kerajaan Majapahit sempat mengalami kekacauan ekonomi karena para penduduk bermigrasi ke negeri lain untuk mencari perlindungan sementara. Pada hari berikutnya tidak ada kabar bahwa tentara Ming menyerang penduduk maupun mendarat dipelabuhan kerajaan Majapahit. Suwongso langsung memimpin tiga belas ribu tentara ke daerah itu bersama Raden Wijaya.

Setelah mereka sampai maka utusan Ming dari kapal itu pun datang. Orang itu membawakan kepala Chen Mien. Orang itupun membacakan surat dari Kaisar Cuo Len Zhang bahwa aksi pembunuhan itu diluar sepengetahuan Kaisar negeri Ming. Maka Kaisar itu memerintah untuk memenggal Chen Mien dan mempersembahkannya sebagai hadiah permintaan maaf atas kekurangan sistem keamanan. Selain itu Kaisar Ming juga memberi hadiah berupa emas, permata, mutiara, sutra, dan budak sebagai pernyataan maaf dan harapan untuk kembali membuka hubungan dagang dan militer.

Raden Wijaya akhirnya setuju dengan perjanjian itu dan membuka hubungan kembali dengan kerajaan Ming. Akhirnya persekutuan disambung kembali. Banyak orang pada saat itu berkata bahwa kerajaan Ming sedang mendapat masalah akibat perang dengan negeri Jepang. Akhirnya dengan bersekutu dengan Majapahit, akan membuat kerajaan lain takut dan tidak bermasalah dengan kerajaan Ming untuk sementara waktu. Raden Wijaya memerintah ahli sejarahwan untuk menutup hal ini sebagai rahasia agar tidak terjadi percekcokan di masa depan.

Oleh sebab itu kejadian yang menegangkan itu tidak tercatat dalam sejarah, dan dilupakan oleh kita semua sampai sekarang ini. Didalam sejarah dunia hanya mencatat bahwa kerajaan Majapahit berhubungan baik dengan negeri Ming selama ratusan tahun. Namun cerita tentang aksi pembunuhan Raden Wijaya oleh tangan kanannya dilupakan, dan nama Chen Mien sendiri tidak dihapus dari sejarah.

Tamat