MILIKNYA YANG SANGAT KUKAGUMI

Pengalamanku yang intim bersama adik induk semangku sudah beberapa hari berlangsung, membuatku demikian hanyut dalam nikmatnya dunia yang baru kurasakan sejak ditinggal kakaknya pulang kampung sekeluarga. Kesempatan ini benar-benar memberikan pengalaman yang tidak terkira bagiku.

Kebetulan sore itu aku terpaksa lembur sampai agak lewat jam biasa pulang sehingga sampai di rumah kost. Keadaan di luar sudah gelap dan sementara saya perhatikan lampu di ruang tamu agak remang temaram. Kubuka pintu ruang depan ternyata Nani sedang tertidur di sofa mengenakan baju kaos warna krem sebatas paha. Di pundaknya hanya model tali dengan lubang lengan yang longgar, memperlihatkan bentuk tubuhnya terutama tonjolan sebagian permukaan buah dadanya yang membusung. Di selangkangannya mengintip celana dalam warna merah, pahanya yang jenjang mulus sangat indah serasi dengan celana dalam merah warnanya. Tampak bajunya tidak sampai menutup seluruhnya, sehingga menyisakan bentuk segitiga menggunduk di selangkangan yang dihiasi lembaran rambut halus.

Segera aku menuju ke kamarku untuk melepaskan baju kantorku hingga tinggal mengenakan celana dalam dan kaos saja. Ketika aku kembali lagi ke ruang tamu, kupandangi lagi Nani yang tengah tidur dengan tangannya diangkat ke atas kapala menampakan ketiaknya yang bersih mulus. Rupanya Nani pulas tertidur menungguku pulang. Sesaat kunikmati kemolekan tubuh indah itu sepuas-puasnya tanpa kusentuh. Nafasnya setiap kali mendorong buah dadanya yang bulat ikut naik turun seirama hembusan nafasnya. Mungkin karena lelahnya menikmati orgasme panjang tadi siang masih tersisa. Mulutnya dan bibirnya menganga kecil seakan mendambakan tetesan spermaku yang hanya dapat memuaskan haus nikmatnya gairah saat memasuki liang senggamanya.

Saat itu betapa Nani sudah mulai terbiasa memperoleh nikmat batang kejantananku yang beberapakali di liang kewanitaannya. Sesaat Nani merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap, dan tangan kanannya sengaja ditindih tepat pada celah gundukan bibir liang senggamanya yang masihterbungkus celana dalam merah. Kini aku sengaja lebih memperhatikan pada jepitan diantara kedua pantat sintal yang mulus itu. Sekarang dapat kunikmati sepuasnya birahiku tatkala tangan Nani entah sadar atau tidak, jari tangannya bergerak menggesek-gesek kecil permukaan celah bibirvagina dengan teratur. Gerakan jarinya menyebabkan sebagian pinggir celana dalamnya tersingkap dan tampaklah sebagian bibir kewanitaan yang sepertinya tengah merasakan gelinjang.

Nafas Nani mulai agak berubah tersengal, beberapa saat tubuhnya berbalik ke atas dengan kaki kanan menopang di atas sandaran sofa. Selangkangannya kini mulai semakin tersingkap pada bagian bibir kemaluannya karena aktifnya jari Nani sendiri menggesek di sela vaginanya. Dari mulutnya terdengar desah nafas halusnya yang sedikit tersengal menandakan kenikmatan Nani selama masturbasi, menambah gairahku namun tetap kutahan untuk tetap dapat menikmati aktivitas masturbasinya tanpa mengganggu.

Tiba-tiba mulai Nani merasakan puncak orgasmenya dengan ditandai getaran dan gerakkan mengejang-ngejang pada selangkangan dan pantatnya yang terangkat. "Ehh.. eehh.. eehh.. auuhh.. eehh.. eehh.. auuhh.. eehh.. auuhh.." desah nafasnya diiringi lenguhan mulutnya sementara matanya masih terpejam menikmati puncak orgasme selama masturbasi tadi. Gejolak nafsu yang tak terbendung. Pertahananku gagal juga setelah orgasme Nani tercapai, aku mendekat dan tanganku ikut menelusuk ke liang senggamanya.

"Aaahh.. Mas, nakal diam aja nggak mau dari tadi.. iih Yayang.. gitu.. aahh, nggak Nani kasihlo.." rengeknya manja sambil tersenyum masam, merasa aktivitas masturbasinya kuperhatikan dari tadi.
"Nani sudah nggak sabar nunggu Mas, yaa.."
"Daripada sendiri nungguin, apa boleh buat.. Nani juga nggak ngeliat masuknya.. aahh.. dasar Mas nakal, bikin malu Nani, ntar nggak mau.. ahh.." Nani muncul sambil menggodaku, tangannya memeras celanaku yang sudah menonjol oleh urat batang kemaluanku yang tegang.
"Emang nggak kasihan ama adik Mas.. udah nonjol.. kejepit dalam celana nich?"
"Yach dech.. tuch udah Nani sediakan air panas buat mandi.."
"Nani udah mandi belum.."
"Ya, tapi jangan lama-lama mandinya.. keburu malem."
"Yaa lah, Aku juga udah nggak sabar lagi, udah pengin juga.. sama.."

Dia pun tertawa dan remasan tangannya mendarat di tonjolan celanaku.
"Non, kalau Mas ngeliat kamu pakai baju begini.. rasanya.. udah deh, pingin tiap hari ngeliat kamu begitu.."
"Sekarang bukannya setiap hari Mas nyetubuhin Nani? Seksian mana.. kalau Nani buka baju sekalian.."
"Ohh iya.. ya saking nikmatnya jadi lupa.. Jangan dong.. emang di kamar mandi.."
"Yaa, kan nanti juga Mas buka.. sama aja dong.."
"Aahh.. udah lah.. yuk, kita mandi.."

Nani mulai mengecup bibirku, sejenak kami saling berpagut dan bukit bibir kemaluannya yang masih terlapis celana dalam merah, dia gesek-gesekan dan cocok-cocokan ke tonjolan depan celanaku memperagakan gerakan birahinya hingga kemaluanku merasakan kenikmatan pada ujung-ujungnya, mengundang gejolak nafsu kejantananku yang terpaksa kutahan. Kusudahi permainan tadi, dan menuju ke kamar mandi. Aku memandang tertegun dari belakang. Goyangan pantat Nani yang bulat dalam celana dalamnya, kedua daging montok dan sintal itu demikian mengundang seleranafsu untuk segera menggaulinya. Aku mulai mengikuti dari belakang dan tetap memandangi kedua daging montok itu melenggang ke kamar mandi.

Ketika tubuhnya membungkuk, kupandangi dari belakang bulu-bulu kemaluannya yang sebagian tampak keluar dari celana dalam terdesak oleh gundukan bibir vagina dan membekas segaris celah antara bibir-bibir vagina montok. Tak kuasa aku menahan, memaksa kedua tanganku meraih celana dalamnya untuk kulepaskan, tanpa ada reaksi darinya untuk menolak karena memang seolah sudah menjadiacara ritual yang rutin selama beberapa kali aku menggauli gadis itu sehingga dia pun demikianmengerti hal-hal yang dapat membangkitkan gairah untuk selalu menambah kenikmatan dalam persetubuhan kami, mulai dari kamar mandi, di ruang makan, di ruang tamu dan berakhir di ranjang kamar Nani.

"Aku nggak habis pikir, buah dada Nani kian hari kian montok saja.."
"Yaang coba tebak, Nani punya ukuran payudara berapa?"
"Pokoknya.. yang aku tahu.. punyamu selalu menggairahkan dan merangsang, mulus dan montok nikmat untuk dibelai.. ahh apalagi ya.."
"Memang juga.. Aku rasakan sejak Mas sering kemot, sepertinya tambah besar saja ya.. tapi kalau Mas bisa tebak, nanti baru mau Nani kasih lagi yang spesial buat nanti malam.. tapi kalau salah, Mas yang kasih Nani.."
"34B," tebakanku.
"Aahh Mas.. pinter, pasti pernah pegang punya cewe lain.. ketahuan.."
"Eee.. yakin.. belum pernah.." sanggahku.
"Nah, itu sudah bisa nebak.. hayoo, berarti sudah pengalaman.."
"Bener.. boro-boro tahu ukuran, ngeliat payudara beneran saja.. baru punya Nani.."
"Iyaa dech, percaya.."
"Nanti kalau Nani kasih Mas.. yang spesial, Nani juga aku beri hadiah.."
"Memang apa, Mas?"
"Akan aku hadiahi BH yang dapat menambah kelihatan Nani seksi.."
"Janji lho.."
"Mau nggak.. sore ini kita keluar, ke toko Matahari.."
"Ayoo mau aja, tapi Nani mau asal dikasih adik Mas dulu.." katanya sambil tangannya terus mengocok batang kemaluanku.

Nani mengambil posisi berlutut sehingga kemaluanku yang sedang tegang tepat menempel di dadanya yang bulat. Tangannya mengangkat kedua buah dadanya menyentuhkan ujung putingnya ke pucuk kemaluanku dan digesek, menimbulkan rasa geli di lubang kelaminku. Mulutnya mengulum penisku beberapa kali sehingga basah, kemudian dia keluarkan lagi dan mulai buah dadanya menjepit kemaluanku yang sudah licin.
"Yaang.. gosok-gosok penis Mas, biar Nani jepit pakai susuku?"
"Ehhm.. geli.. ehh, sedot dulu, Non.. yah.. jepit lagi.. eh.. eh.. eh.."

Sesaat jepitannya kulepaskan dan kudaratkan di pipi, hidung, bibir sambil lidahnya menjulur menerima uluran kemaluanku, sejenak dijilatnya kemudian kutempelkan pada mata Nani, telinga bergeser ke lehernya yang jenjang, seolah tidak ada bagian wajahnya tanpa menerima penjelajahan batang kemaluanku. "Yang.. biar Nani jilat dan isep sampai keluar yachh.. eehmm.. ehmm.. ahh.." Mulutnya terus mengeluarkan dengusan nafas birahi wanita sedang gelisah memuaskan kelamin pujaannya agar memperoleh kenikmatan, hingga setiap kemaluanku keluar dari mulutnya dengan lidah menjilat-jilat batangku, nampak lendir yang semakin pekat memenuhi lidah dan bibirnya hingga kembali batang coklat tenggelam di mulut Nani, diiringi tegukan lendir kejantananku tertelan masuk ke kerongkongannya.

"Non.. aku nggak kuat Non.. eh.. geli.. ah terus.. aachh.." Nafasku sedikit tertahan ketika pertahananku tak dapat kukendalikan lagi, terlepaslah sperma ke mulut Nani, dengan buru-buru tangannya mengarahkan ujung penisku ke mulutnya yang menganga siap menerima spermaku, sambil tangan Nani memberikan kocokan sampai semprotannya cukup kuat, sebagian dia arahkan ke pipibahkan ke matanya yang terpejam kemudian leher dan buah dadanya sampai tetes spermaku yang penghabisan.

"Ouuh.. Yang.. ouhh.. Mas, spermamu menyegarkan Sayang.. ouh.. hmm.. Nani senang, Mas bisa keluar.." Sambil wajahnya tengadah dengan posisi berlutut di depanku, tangan kirinya mengusap-usap spermaku merata di wajah dan buah dadanya, sementara tangan kanan Nani masih mencengkeram batang kemaluanku.

Sore itu kami saling menyabun membersihkan sisa-sisa kenikmatan di tubuh kami berdua serasa pasangan yang amat berbahagia, melewati detik demi detik gairah nikmatnya cinta. Tanpa sabar lagi Nani menciumku bertubi-tubi atas kegembiraan janji yang kusampaikan dan masih tanpabusana kami saling menggosok selama mandi berdua, diselingi rabaan pada selangkangan dan bukitpayudaranya menambah nikmat cumbu di kamar mandi sampai selesai.

Sebagaimana kujanjikan kepadanya ketika mandi, sore itu aku dan Nani naik becak menuju ke toko Matahari yang tidak berapa jauh dari tempat kami tinggal. Suasana sore itu sudah mulai gelap sehingga selama perjalanan tak hentinya aku meremas buah dada Nani, mengingat Nani saat itu mengenakan baju yang mengundangku untuk lebih leluasa menyusupkan tanganku ke balik BH yang dia kenakan. Tangan kiriku sengaja kulingkarkan dari kiri bawah ketiaknya, dan ujung jariku berakhir di puting payudara sebelah kiri, tepat telapak tanganku meremas buah dadanya sambil menjepit tonjolan puting dada Nani yang menegang di balik BH. Aku merasakan birahi sepanjang jalan dengan keasyikan meremas dada Nani sampai tiba di Toko Matahari. Tidak begitu lama aku putar-putar di dalam counter yang ada, tetapi segera menuju counter khusus pakaian dalam. Di sana telah dipajang berbagai model pakaian dalam dari yang biasa-biasa sampai yang sensual. Model sensuallah yang akan kuhadiahkan untuk Nani. Ukuran buah dada Nani termasuk besar dari rata-rata cewek yang kulihat dan bandingkan walaupun aku baru pertama bisa merasakan bentuk payudara wanita dewasa untuk kurasakan kenikmatannya, ukuran buah dada yang besar itu bisa membuat Nani tampil PD. Nanilah gadis yang pertama kali bisa kunikmati payudaranya yang sebesar itu, benar-benar kemujuran bagiku mendapatkannya.

Nani melihat-lihat di bagian bra. Semula aku agak malu tapi aku nekat memberanikan diri juga.Langsung kupilih bra yang seksi sambil Nani bertanya padaku untuk menunjukan yang paling seksi. Ternyata aku memilih yang lain dari yang dia kasih lihat tadi, Nani tanya ukuran bra yang kupilih tadi, ternyata tidak ada ukurannya untuk buah dadanya. Aku sempat bingung dan berbisik pada Nani, "Ukuran payudaramu emang berapa sih?"
Sambil senyum-senyum menutup mulutnya setengah berbisik Nani bilang, "Cuma 36C.."
"Hahh.. kok tadi bilang 34B.. nggak salah nih."
Aku bengong mendengar ucapan Nani itu, "Pantesan.. aku nggak tahan bisa lepas dari tetekNani.."

Akhirnya Nani memilih satu bra dan CD yang satu set. Nani sedikit kurang enak bila dipandangi orang lain, sehingga aku dan Nani pura-pura sambil lalu melihat untuk memilih model yang kuinginkan. Agak menjauh kubicarakan dulu dengan Nani, sampai pada pilihan yang kami inginkan, baru aku mendekati ke counter dan melihat-lihat sebentar dan tak lama kemudian segera Nani memasukkan ke kantung belanja dan Nani kusuruh menuju ke kasa dengan uang yang sudah kusiapkan.Sementara Nani antri di depan kasa, aku segera putar mencari baju terusan buat Nani, tanpasepengetahuannya. Pilihanku tetap bentuk yang sensual buat Nani yang segera kuambil serta segera kususulkan ke kasa dimana Nani tengah antri.

Aku merasa tidak tahan terlalu melihat-lihat di dalam toko itu, karena yakin pikiran kami berdua sudah dipenuhi gairah yang tertuju ke rumah. Perjalanan kami ke rumah berdua walau dekat, di atas becak serasa membosankan, tidak sabar untuk meremas payudara Nani seperti halnya waktu kami berangkat.

Bersambung . . . . .