Friska 2: Di Balik Lesbianisme Nana
-Cerita Friska bagian 2 ini merupakan terusan dari bagian 1. cerita ini berisikan seorang gadis remaja keturunan Chinese yang diperkosa oleh kakak angkatnya sendiri namun pada Friska 2 ini penulis akan menjelaskan secara mendetail asal usul Nana si teman tokoh utama. Sebenarnya ada kesulitan yang mendasar karena penulis harus menuliskan dari sudut pandang orang pertama yang berjenis kelamin wanita yang berlawanan dengan jenis kelamin penulis serta pribadi penulis. Sehingga dengan bantuan sahabat penulis, cerita ini dapat selesai dengan baik.

-Jika ada kata kata yang menyinggung perasaan anda, penulis mempersilahkan anda BERHENTI membaca cerita ini. Penulis tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu dengan pembaca. Dan jika ada kesalahan dalam pengetikan nama ataupun kata kata, mohon dapat di maklumi karena “sepandai pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sepandai pandainya penulis menulis, pasti ada kesalahan kesalahan yang dapat di nilai oleh pembacanya.”



-Penulis tidak mengizinkan cerita ini atau cerita cerita karya penulis di muat di blog manapun kecuali KBB, tanpa seizin penulis atau Mr.Shusaku sebagai pemilik milis KBB ini. Hargailah karya orang, jangan main copy paste seperti apa yang di lakukan para warga masyarakat negara tetangga!!



-Cerita ini hanyalah karangan dan fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, lokasi, tempat kejadian, itu hanyalah kebetulan semata. 



-Cerita ini di dasari oleh fantasi penulis dan sahabat penulis yang membayangkan kehidupan seorang gadis kaya yang tinggal di rumah mewah.



-Akhir kata, penulis mengucapkan, enjoy this story!


**************************

 

Friska
 
Nana belum tahu tentang kejadian yang menimpaku kemarin. Ia baru menginap 1 hari di rumahku. Aku sengaja tidak memberitahukan apa yang terjadi karena aku takut mengganggu konsentrasi belajarnya. Aku meluapkan segala kesedihanku padanya malam itu dengan tidur saling berpelukan erat satu sama lain. Mungkin Nana tidak mengetahui betapa aku menderita akibat perkosaan itu. Tetapi aku juga tak mau melibatkannya kedalam masalahku. Aku mengerjap ngerjapkan mataku ketika mendengar suara deringan jam weker yang kupasang tepat pada pukul 7 pagi. Aku berusaha mengusir rasa kantuk yang masih menggodaku. Badanku lemas semua akibat perkosaan yang menimpaku kemarin yang membuat aku tidak sempat untuk makan malam. Sementara Nana sudah tak ada lagi di sampingku. Pandanganku tertuju pada sepucuk surat di atas meja belajarku. Aku bangun dari tempat tidurku dan berjalan menuju tempat dimana surat itu berada. Rasa ngilu pada selangkangan dan lubang anusku masih terasa sampai sekarang. Setelah diperkosa kemarin, aku berusaha bersikap normal ketika bertemu dengan Nana. Rasa sakit yang kutahan kemarin membuat kondisi selangkanganku makin parah pada pagi ini. Aku mengambil kertas putih yang dilipat rapih membentuk sebuah surat dengan tanda ‘love’ sebagai penutup surat itu. Sebuah tulisan nampak jelas di pojok kanan atas surat itu bertuliskan sebuah nama yang sudah ku kenal, ‘Nana’,

“biasanya kan dia sms, kok malah nulis surat?” aku tersenyum heran karena tingkah laku Nana yang mulai aneh sejak aku ‘dekat’ dengannya.

Friska my beib, hari ini kamu jangan lupa makan n istirahat ya…kayanya kamu cape banget deh…kamu pasti be te di rumah mulu…nanti pulang sekolah, aku bakal ajak kamu jalan ya…happy nice day

Demikian isi surat itu. Aku menaruh surat itu di atas meja belajarku setelah membacanya. Aku melamun sesaat di depan meja belajarku membayangkan bagaimana jalannya hari ini. Tetapi, lamunanku di kejutkan oleh suara deritan gagang pintu kamarku. Dari balik pintu kamarku, terlihat orang yang tak asing lagi bagiku. Aku makin ngeri saja melihatnya ketika ia mulai menyunggingkan senyum liciknya.



“Kakak mau apa??” aku mulai panik karena kakakku mulai melangkahkan kakinya mendekatiku. Lalu tiba tiba dengan mudah ia memitingku sehingga aku meringis kesakitan.

“aduuuuuhh….Jangan kak sakiitt! Lepasin!!Jangan perkosa Friska lagi….” aku kembali meronta ronta karena pitingan kakakku makin kuat.

Dengan satu gerakan memutar, aku bisa lepas dari pitingan kakakku, aku kembali berlari menaiki tempat tidurku. Tetapi ketika aku melompat ke ranjang, kaki kananku berhasil ditangkap oleh kakakku yang membuatku jatuh disana sehingga sekarang aku dalam posisi telungkup membelakangi kakakku kemudian, kakakku langsung menaiki tubuhku dan akhirnya menduduki punggungku sehingga otomatis dadaku terjepit antara kakakku dan tempat tidurku membuatku sedikit sesak nafas.

“kak sadar!mmmhhhhhhh ! Kak…..jangg...mmmpphhhh” belum sempat aku mengucapkan kata kata, mulutku sudah dibekap oleh tangan besar kakakku.

“udah lah sayang, mending kamu nikmatin aja…dari pada kamu ngelawan terus” bisik kakakku kemudian bisikan itu dilanjutkan dengan jilatan pada bagian daun telingaku sehingga membuatku merinding antara rasa geli dan nikmat.

“jadi gimana? Mau main ga sayang?” kini aku kembali merinding ketika lidah yang tadi menjilati daun telingaku, sekarang mulai bermain di bagian tengkukku.

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku karena sekarang aku juga mulai terangsang akibat permainan kakakku. Setelah dirasa aku tidak berontak lagi kakakku memutar tubuhku sehingga sekarang aku sudah terlentang diatas tempat tidurku. Dan kini kakakku berpindah posisi agak kebawah sedikit untuk menahan kakiku dengan kedua kakinya. Sementara kedua tanganku di rentangkan dan di tahan oleh kedua tangannya di bagian pergelangan tanganku. Akibatnya, sekarang aku sudah tidak bisa berkutik lagi menghadapi kakakku. Aku sempat beberapa kali menggelinjang akibat lidah kakakku yang tidak bisa diam menjilati bagian leherku. “eemmhhh…aahhhhhhh” aku mendesah begitu saja karena sensasi nikmat dari perbuatan kakakku yang membuatku menggigit bibirku sendiri menahan nikmat.



Aku hanya bisa pasrah karena perlakuan kakakku kini ia melumat habis bibirku “mmmhhhhhmmmm..emmmmhh cpok…cpok…” suara bibir kami berdua yang saling beradu, saking hotnya sampai air liur kami meleleh dari mulut kami masing masing.

tiba tiba kakiku dingin dan seluruh badanku menjadi lemas. Aku sadar, aku belum makan. Sepertinya cacing di perutku sudah pada berdemo untuk minta makan.

“krruyyuukkk.kruuyyuukk” suara perutku yang berbunyi yang membuat kakakku menghentikan cumbuannya dan menyunggingkan senyum licik.

“kamu mau makan kan? Apa kamu mau minum susu? Nanti kakak kasih susu kakak dari sini ya” sambil menunjukkan penisnya kearahku. Aku bergidik melihat penis yang telah memerawaniku semalam. “Hei?! Sejak kapan kakakku menelanjangi dirinya??” aku kaget sendiri melihat kakakku sudah telanjang bulat sekarang.

Kini tangan kakakku membangunkan tubuhku yang sudah lemas itu sehingga aku terduduk di atas tempat tidurku membuat posisiku memunggunginya sekarang. Tangan kakakku mulai merambat meremasi buah dadaku yang masih terlindung oleh piama semi transparant yang membuat bra dan celana dalamku terlihat jelas.

“hhmmpphhh…kak..” aku mendesah karena remasan lembut tangan kakakku yang dapat membangkitkan nafsu birahiku. Tetapi tubuhku masih sangat lemas untuk melawan. Aku memutuskan untuk bermain satu ronde agar aku bisa cepat menyelesaikan semua ini.

“kak…ohhh….jangan kak….ohhh” di antara kenikmatan yang kudapat pagi ini, aku tetap meminta agar kakakku menghentikannya.

Tangan kakakku mulai turun dari baju piamaku ke arah selangkanganku. Artinya, sekarang tanganku sudah bebas dari cengkraman tangannya. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur. Tanganku langsung reflek mendorong tubuh kakakku. Dan sesaat kemudian kakakku terjengkang di atas tempat tidurku.

“adohh..Friska!!sini lo bocah sialan!!” kakakku mengaduh kesakitan karena kepalanya tadi menghantam pinggiran ranjangku dengan keras.



Aku langsung beranjak dari tempat tidur dan berlari menuju pintu kamar yang masih terbuka.

Tetapi tiba tiba “Buk!” Aku menabrak tubuh seseorang dan langkahku mundur kebelakang kemudian terjatuh duduk. Astaga! Kak Reno sudah ada di depan pintu kamarku.

“mau kemana gadis cantik??” kak Reno membungkukkan tubuhnya dan mendekatkan

wajahnya ke arahku yang sedang berusaha menghindarinya dan tersenyum mesum.

“kak Reno mau apa? Jangan kak Friska ga mau lagi kak!” aku merangkak mundur dengan kedua tanganku. Tetapi kak Reno mengikuti tiap langkahku sehingga membuatku makin takut. Nafasku mulai ngos ngosan, keringat dingin mulai bercucuran dari pori poriku membuat piamaku ikutan basah yang menambah gairah siapa saja yang melihatnya. Aku sungguh ketakutan sekali akan kembali di perkosa oleh kedua orang yang bejat ini.

Aku takut tragedi semalam terulang lagi. Aku mengumpulkan segenap keberanianku dan bangkit berdiri berlari ke arah kamar mandi di kamarku. Tetapi memang sial nasibku, ketika hendak menutup pintu kamar mandi, ternyata kakakku ada di dalam kamar mandi sudah siap untuk menyergapku. Tangan kananku di tekuknya kebelakang dan di tahan dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya meremas remas buah dadaku. Kakakku menarik tubuhku mundur sehingga menjauhi pintu kamar mandi kemudian mendorong tubuhku ke salah satu sisi tembok kamar mandiku. Sehingga payudaraku tergencet di tembok keramik kamar mandi mewahku. Aku langsung memalingkan mukaku ke samping, karena kalau tidak pasti hidungku sudah patah menabrak keramik dinding kamar mandiku.

“kak lepasin Friska… Friska mau sekolah!!” tetapi sepertinya kakakku tidak mendengarkan perkataanku. Malah ia malah menjilati tengkukku sehingga membuatku menggelinjang kegelian.

“nngggggggaaaaahhhhhhhhhh…” aku mendesah ketika lidah panas kakakku menyapu tengkukku.

“Fris hmmmm…kamu wangi banget…” kakakku mengendus endus bagian tengkukku membuat aku bergidik dan tubuhku mengejang karena kegelian.



Tangan kiri kakakku yang masih bebas mulai membuka kancing piamaku.

“kakak jangan kak….kak!! aku ga mau!”aku menggelengkan kepalaku.

Dengan tangan kiriku yang masih bebas juga, aku menahan tangan kakakku yang sudah mempreteli 2 kancing piamaku sehingga belahan buah dadaku dapat terlihat jelas.

Tetapi sepertinya kakakku tak menghiraukan permintaanku. Sekarang malah tangan kirinya masuk kedalam baju piamaku dan meremas remas buah dada bagian kananku sehingga membuat tubuhku menggelinjang dan sesaat kemudian nafasku mulai memburu.

“tuh kan kamu baru kakak gituin udah horny” kakakku mengejekku karena kini tangan kiriku yang tadi menahan tangan kakakku, sekarang malah ikut aktif membimbing tangan kakakku meremasi buah dadaku.

“kak….emmhhh….aaaaahhh” aku mendesah hebat karena tangannya kini sudah menyingkap braku ke atas dan memilin puting susuku yang sudah mengeras.

“wah udah horny ya kamu Fris?” kakakku kembali mengejekku. Ia memilin puting susuku sehingga membuatku mendesah tak karuan serta puting itu juga perlahan mulai mengeras.

“aaahhh…aahhhh aaaaa?” desahanku berhenti karena tangan kakakku berhenti melakukan aktifitasnya di buah dadaku.

“masih mau dilanjutin ga?” kakakku tersenyum meledekku. Aku muak melihat senyuman itu. Rasanya ingin ku pukul saja mukanya yang menurutku mirip orang kampung.

“eh eh…nakal ya kamu! Masa badan kamu gerak gerak” kakakku memarahiku tampaknya ia menyadari kalau tubuhku bergerak gerak.

“aduh ketawan deh!” kataku dalam hati sambil memejamkan mataku dan mukaku memerah menahan malu di depan kakakku.

“hayoo…mau lanjut ga?” kakakku menaruh kepalanya di pundak kiriku dan mulai menjilati daun telingaku.

“aww…aduhhh!!” aku mengaduh saat kakakku menggigit daun telingaku.



Aku mengangguk lemah sedikit menandakan aku menyetujui tawaran kakakku. Mukaku memerah menahan rasa maluku.

“nggggg….aaahhhhhhhhh” aku mendesah tak karuan karena sensasi jilatan kakakku membangkitkan lagi nafsuku yang sempat padam.

“tuh kan kamu mau ngelanjutin hehehehe… cewe emang gitu ya. Bilang engga, tapi kalau udah digituin pasti mau mau aja…hmmmm”kakakku kembali mengemut puting susuku yang sudah tegang.

Kata kata itu membuat wajahku panas, tetapi aku hanya bisa menahan amarahku, karena aku sudah terlalu horny untuk melawan. Baju piamaku sudah terlepas beserta braku, kini aku tinggal memakai celana piamaku yang berbahan sama, yaitu semi transparant sehingga celana dalam merah yang kupakai pasti terlihat. Tangan kanan kakakku sudah melepas cengkramannya karena memitingku. Kini tangan itu mulai masuk kedalam celana piamaku. Aku membuka mataku dan menggerakkan tanganku menahan tangan kakakku.

“kak jangan!” suaraku memekik dan menahan tangan kakakku yang sudah mulai meraba raba daerah vaginaku.

kali ini entah apa yang merasuki tubuhku, aku berhasil melepaskan diri dari kakakku. Aku berlari ke arah pintu kamar mandi membalikkan wajahku sejenak ke arah kakakku dan menatapnya tajam sambil mengecilkan mataku dengan pandangan penuh amarah. Tetapi aku dikejutkan oleh kak Reno yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. Tiba tiba menangkap pinggangku dengan mudah. Kedua tangannya memeluk pinggangku, rasanya seperti di remas oleh ikat pinggang yang sangat kencang dan ia mengangkat tubuhku kearah tempat tidurku kemudian melempar tubuhku ke atas tempat tidurku.

“ngghhhhh kak Renooo…jangannnn kakk aaahhhhh” aku meronta di atas tempat tidurku karena tangan kanan kak Reno masih menahan pinggangku sementara tangan kirinya meremas payudaraku membuat aku mendesah desah di antara rontaanku.



Aku melihat kak Dedi juga mulai naik ke atas tempat tidurku. Aku tak tahu mau bagai mana lagi untuk kabur. pintu kamarku sekarang sudah tertutup rapat dan terkunci. Aku bisa melihatnya, warna merah pada gagang pintu menandakan pintu itu sudah terkunci.

“kakkk aahhh…..Friska mau sekolah kak…pleaseee mhmhhhhhh jaanggaannnn..” aku mulai panik karena jam yang terletak di atas meja kecil tempat tidurku sudah menunjukkan hampir jam 9, menandakan satu jam lagi pak Warto akan datang untuk memberikanku materi pelajaran.

“kamu mau sekolah?? Sebentar kakak telpon pak Warto dulu.” Kakakku mengambil handphoneku dan turun dari tempat tidurku. Sementara kak Reno terus meremasi dan mengulum puting susuku.

“halo selamat pagi pak Warto, nanti kalau sudah sampai ke rumah, langsung naik ke kamar Friska aja ya pak…iya itu anak lagi sakit tapi mau aja sekolah” bagai tersambar petir aku mendengar pembicaraan kakakku dengan pak Warto.

“kakak!! Apaan sihh jangan macam macam!” aku berteriak ketika kakakku menutup pembicaraannya dengan pak Warto.

Aku menjadi panik, bagaimana kalau nanti guruku tau kalau aku sedang melakukan hubungan sex ketika ia datang. Aduh, aku mulai panik, aku ingin segera menyudahinya.

“makanya, kalau kamu ga mau di macam macamin sama gurumu, lebih baik bikin kita berdua puas dulu sebelum gurumu datang” aku bergidik mendengar perkataan kakakku. Tetapi aku tidak punya pilihan selain membuat kedua orang jelek ini bisa puas. Kini, aku mulai bangkit dari tempat tidurku dan menatap mata kak Reno degan tatapan yang menggoda, berharap nafsunya cepat naik sehingga ia cepat keluar dan permainan berakhir. Aku membuka retsleting celananya perlahan dan ketika celananya terbuka, aku bisa melihat tonjolan besar yang bersembunyi di balik celana dalamnya.
 

“wahh sekarang kamu udah pinter ya Fris..hehehe” kak Reno mengelus kepalaku yang berada di antara selangkangannya.



Tanganku memelorotkan celana berikut celana dalam kak Reno dan menggenggam penisnya yang sudah mulai tegang. “huh aku bertemu lagi dengan benda yang memerawani lubang anusku semalam” aku menggumam dalam hati.

Tiba tiba aku merasakan tangan kak Dedi memegang celanaku dan menariknya lepas berikut celana dalamku. Sampai saat itu tubuhku sudah bugil dalam posisi menungging sambil menjilati penis kak Reno. Lidahku kumainkan memutar di kepala penis kak Reno dekat lubang kencingnya. Kemudian sekali kali aku menatap kak Reno dengan pandangan yang menggoda. Berharap perkosaan ini cepat selesai.

“aduhhh…emmmhh enak bener….teknik lo udah mantep Fris…berarti udah bisa ngelayanin orang kelas atas nih” mukaku rasanya panas mendengar perkataan yang keluar dari mulut Kak Reno.

“mmmpphh” desahanku tertahan oleh penis kak Reno yang sedang kumasukkan ke dalam mulutku ketika kak Dedi mulai meregangkan pahaku dan lidahnya menjilati bibir vaginaku.

Tubuhku sedikit mengejang karena jilatan kak Dedi di vaginaku. Aku mulai menghisap hisap penis yang ada di dalam mulutku. Berharap pemiliknya akan segera memuntahkan cairan putih kental yang bisa membawa kenikmatan tiada tara pada pemiliknya. Tak lama setelah itu aku merasa penis kak Reno sudah berdenyut kencang dan croott crroottt…. Cairan itu keluar memenuhi rongga mulutku. Aku langsung menelan semua sperma kak Reno karena aku tak mau membuat spreiku berbau sperma.

“whuuiihhh aahhh…gilaa….doyan peju juga ade loe Ded!” kak Reno mengejekku yang sedang berusaha menelan spermanya yang bau dan rasanya sangat menjijikan. Aku menurunkan kepalaku sampai menempel di atas spring bedku karena aku sudah sangat lemas sekali. Kakiku masih terasa dingin bahkan sekarang kondisiku setengah sadar karena perutku sudah sangat kosong. Belum lagi tangan dan kakiku sejak tadi gemetaran seperti hampir mati rasa.



“ahhh kak sakitt pelan pelan kak!” aku meringis kesakitan karena liang vaginaku masih belum terbiasa dengan penis besar itu. Rasanya, sakit sekali dan ngilu. Tetapi ketika kakakku menariknya, nikmatnya baru terasa. Gesekan dinding vaginaku dengan penis kakakku yang berurat cukup menimbulkan sensasi geli bercampur ngilu dan nikmat.

“aaahhhhhhhh” aku kembali mendesah karena kakakku sekarang mulai menggenjot tubuhku.

“kak….aduhhh ahhh” badan bagian atasku sudah terjatuh ke tempat tidurku sehingga mukaku menumbuk busa tempat tidurku.

Sementara tanganku menggapai kain sprei dan meremasnya. Menahan rasa sakit dan nikmat yang tiada tara itu.

“ngghh ngghh.. ayo Frisss gerakkan tubuhmu!!”

Aku membangunkan punggungku dan menjadikan kedua tanganku sebagai tiang untuk menopang tubuhku tetapi aku masih belum begitu kuat untuk menahan tubuhku sendiri. Beberapa saat aku menopang tubuhku, tanganku sudah tertekuk lagi dan wajahku lagi lagi menghantam springbedku.

“heh! Bagun!! Udah lah jangan sok jual mahal” maki kakakku.

Aku hanya bisa diam karena sudah terlalu lemas untuk berbicara.

“awww!!” tiba tiba kakakku memencet klitorisku yang sebesar biji kacang itu. Rasanya sakit sekali sehingga aku menjerit.

“Ayo goyang!! Kalo ga klitorismu bakalan kakak pencet lebih keras lagi!” mendengar ancaman kakakku, aku mulai mengumpulkan tenagaku yang sudah tinggal sedikit.

Kini kau mulai bergerak maju mundur dan kakakku juga mulai menggerakkan pinggangnya. Ketika kakak bergerak maju, aku bergerak mundur sehingga penis kakakku terasa masuk lebih dalam lagi di liang vaginaku.

“plok plok cleepp cleepp” itu suara yang di keluarkan ketika paha kami saling menumbuk.



Tiba tiba kakakku membalikkan tubuhku hingga menghadapnya terlentang. Pada saat itu penis kak Dedi masih menancap di dalam Vaginaku, sehingga ketika badanku berputar, sensasi lain terasa dalam diriku. Aku memejamkan mataku menikmati sensasi itu sampai ketika aku sadar, kakakku sudah melumat bibirku yang tipis ini.

“mmphhmm emm” aku membalas ciuman dan lumatan bibir kakakku agar kakakku cepat cepat menyudahi permainannya. Lidah kami saling beradu dan bertukar ludah. Membuat nafsuku makin naik dan rasa lapar yang melandaku sejak tadi hilang begitu saja.

Setelah kakakku puas bermain dengan bibirku, Ia melepas lumatannya dan tangannya memegang pinggangku dan menahannya.

“aaahhhh kakkkkkk ammmppuunnn sakiiittt pellaaann pee..aaahhhhhhhhhh” aku mendesah panjang dan tak sanggup lagi melanjutkan kata kata karena, aku sudah orgasme terlebih dahulu dari kakakku. Ini adalah orgasme pertamaku pagi ini.

“ahh aduhuhhhhh Friss…kakak sampaiii…. aduuduuuhhh…..kamuu tellaannn Frissss” setelah mengucapkan kata kata itu, kakakku langsung melepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri mengarahkannya ke arah mulutku. Aku tak ragu lagi untuk menyambut penis itu kemudian aku memaju mundurkan penis kakakku yang sudah berdenyut keras.

“aduuhhh aahhh manteppp Frisss uhhh iseppp” kakakku merancau tak karuan karena aku menyedot nyedot penisnya hingga tak mengeluarkan sperma lagi.

Kemudian kakakku roboh di sebelahku dengan nafasnya yang ngos ngosan.

“kak” aku memanggil kakakku yang tengah memjamkan matanya

“hmmm??” kakakku menggumam

“Kakak mending keluar dulu ya…aku mau mandi mau siap siap”

“ya udah kamu mandi aja…kakak mau nonton kamu mandi..” kakakku ini orangnya emang ceplas ceplos, aku jadi kesal dengannya.

“tapi kak??” aku sedikit keberatan

“udah cepat mandi… kakak mau liat kamu mandi dari sini”



Huh, tak ada pilihan lain selain cepat cepat mandi selagi sempat sebelum pak Warto datang. Aku masuk kamar mandi dan terpaksa pintunya kubuka lebar lebar atas perintah kakakku. Aku mandi sambil sebentar sebentar melirik ke arah kakakku yang matanya tak lepas memandangi tubuh putih yang mulus yang ada di depannya sambil mengocok penisnya yang mulai tegang. Aku berusaha serileks mungkin untuk mandi karena aku tak mau badanku ini kotor akibat persetubuhanku dengan kedua orang bejat itu. Untungnya, aku tidak di garap lagi di kamar mandi. Aku terkejut melihat kakakku menumpahkan air mani hasil self servicenya di atas celana dalamku. Huh…biarkan sajalah apa yang dia mau perbuat yang penting sekarang aku mesti cepat cepat membersihkan diriku. Tak lama kemudian aku selesai mandi. Aku mengeringkan tubuhku kemudian.memakai kimono miniku yang memperlihatkan hampir seluruh bagian pahaku kemudian membungkus rambut panjangku dengan handuk. Aku keluar kamar mandi yang sedari tadi pintunya terbuka. Aku membuka lemari pakaianku dan mengambil celana jeans panjang dan kemeja pink berlengan panjang. Kemudian membuka laci lain untuk mengambil bra dan celana dalamku. Ketika aku memakai bajuku, tiba tiba kakakku yang masih dalam keadaan telanjang memelukku dari belakang dan membuat aku kaget sekali. Aku bisa merasakan penisnya menegang lagi.

“kak! Please Friska udah mau sekolah! Jangan sekarang! Kalo kakak mau nanti bakal Friska ladenin tapi jangan sekarang kak Please….” Aku memohon kepada kakakku sambil menatapnya dengan penuh harap. Entah kenapa aku menangis, air mataku keluar begitu saja.

“nih..pakai ini yah sayang” bisik kakakku sambil memberikan celana dalam yang sedikit ‘basah’ karena tumpahan air mani kakakku sewaktu ia sedang melakukan self service sambil menontonku mandi.

“iihhh…itukan bekas maninya kakak…ga mau ah..jijik tau!!” aku mencibir kakakku yang masih memelukku dengan erat.



“pakai saja Fris..aku suka melihat kamu memakai celana dalam yang sudah aku beri spermaku” kata kakakku di telingaku.

“tapi kak?!” aku kembali menyangkal.

“mau kakak pakaikan atau pakai sendiri?” huh negosiasi yang sama sekali tidak menguntungkanku. Aku tak mau memperpanjang masalah lagi. akhirnya aku meraih celana dalam itu dan perlahan memakainya. Rasanya lembab dan sepertinya memang agak risih memakainya.

Aku menghela nafas panjang setelah memakai celana dalam itu, kemudian melanjutkan kembali memakai pakaianku. Aku melihat jam mungil di atas meja kecil sebelah tempat tidurku.

“sudah jam 10 kurang 5, berarti pak Warto sebentar lagi datang” aku segera turun membawa sebuah buku tulis yang isinya adalah PR Fisika yang di berikan pak Warto kepadaku.

“selamat pagi Friska” sapa pak Warto Ramah ketika aku melihatnya sedang menungguku di ruang tengah dengan secangkir teh di atas meja tamu.

“Pagi pak, sorry nunggu lama” aku membalasnya dengan senyuman.

“iya ga apa apa Fris, baru 5 menit kok bapak di sini, bagaimana?sudah sehat? Mau belajar dimana? Tadi kakakmu suruh bapak langsung ke kamarmu tetapi bapak tidak enak denganmu jadi bapak tunggu di sini saja” kata pak Warto sopan.

“maaf pak jadi menunggu, langsung aja ke ruang belajar. Tadi memang saya sakit tetapi saya masih ingin sekolah pak” kata kataku itu membuat pak Warto tersenyum.

“ck..ck..ck di jaman sekarang ini, ternyata ada juga anak dari golongan atas yang niat sekali bersekolah” kata kata itu membuatku terheran heran dan mengecilkan mataku.

“ha? Emangnya anak orang kaya sekarang kenapa pak? Perasaan biasa aja deh” kataku sambil berjalan menuju ruang belajarku yang kemudian di ikuti oleh pak Warto.

“Ga juga Fris, jaman sekarang anak orang kaya maunya hanya langsung pake duit, nilai bagus, terima ijasah. Contohnya seperti murid bapak yang akan bapak ajar sehabis mengajarmu” pak Warto mengeluarkan biodata siswa yang ia maksud.



“Namanya Rendy, orangnya sih lumayan ganteng, tetapi setiap kali saya mengajar, ia tidak memperhatikan. Ia sudah membayar pihak pusat homeschooling dengan budged yang lumayan besar jadi dia hanya tinggal terima ijasah aja. Saya kesana hanya sekedar formalitas saja” jelas pak Warto panjang lebar.

“duh parah juga yah tuh anak mau jadi apa gedenya” aku mengeluhkan orang yang di ceritakan pak Warto kepadaku. Pak Warto hanya menghela nafas dan menggeleng gelengkan kepalanya.

“ya sudah ya sudah, ayo kita belajar.... nanti baru ngobrol lagi kalau ada waktu”

Akupun mengiyakan ajakan pak Warto. Aku mengeluarkan buku tulis yang aku bawa dan mulai belajar dengan pak Warto. Kali ini aku belajar Matematika dan Biologi. Huh aku selalu pusing dengan biologi. Hafalannya itu loh bikin malesss!! Tak terasa waktu cepat berlalu, pak Warto berpamitan pulang kepadaku. Seperti biasa, aku mengantarnya kedepan pintu rumahku. Dan seperti biasa juga ia selalu berpesan menasihatiku setiap kali ia ingin meninggalkanku. Aku menutup pintu rumahku, kemudian naik ke atas menuju kamarku. Aku melewati kamar kakakku. Tampaknya sepi. Aku melanjutkan langkahku menuju kamarku. Huh…aku terlalu lelah…aku tak berselera makan. Mungkin akibat ulah kakakku yang memberiku ‘sarapan’ pagi tadi sehingga tubuhku kini lemas sekali. Aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidurku yang empuk dan menutup mataku. Aku melihat seorang gadis bergaun putih sedang berjalan di padang rumput yang hijau dengan membawa sekuntum bunga mawar putih. Aku mendekati gadis itu, tetapi aku tak bisa mendekat. Ada sesuatu yang menahanku. Bukan laki laki hitam itu, tetapi tangan tangan yang muncul dari tanah atau dari tembok putih di belakangku yang menahanku. Aku hanya bisa melihat dengan jelas rupa gadis itu, tampaknya ia sangat senang berjalan di padang rumput itu.

“Awas!!!” mataku terbelalak tak percaya karena ada 3 orang pria datang langsung menyergapnya dengan cepat. Andai saja suaraku terdengar olehnya.



Tampaknya ia ketakutan langsung berusaha menghindar dari sergapan 3 pria itu. Aku ingin menolongnya tetapi aku tak mampu bergerak. Aku hanya dapat melihat bagaimana ia di kepung oleh ketiga orang itu. Gadis itu mundur sampai pada sebuah pohon besar di belakangnya. Tak lama setelah gadis itu terperangkap ia didekap erat oleh orang berbadan tambun dan bermuka jelek. Kemudian orang ke dua yang kurus kering hingga tulang rusuknya kelihatan itu memegang kaki gadis itu agar tidak bisa bergerak. Kemudian orang yang satu lagi berbadan kekar sudah telanjang bulat dan aku seakan tak percaya, melihat penis orang yang berbadan kekar itu panjang sekali. Bahkan lebih panjang dari milik kakakku. Gadis itu meronta ronta ketika penis itu mulai tegang. Tetapi tangan dan kakinya masih di pegang oleh kedua orang tambun dan kurus tersebut. Gadis itu berteriak, meringis, meronta, mungkin saja mengumpat, tapi aku tak bisa mendengar teriakannya. Aku hanya bisa menyaksikannya dari jauh. Kini, kedua orang yang memeganginya mulai membuka baju mereka masing masing. Gaun putih yang di pakai gadis itu juga dilepas paksa hingga robek oleh pemuda berbadan kekar sehingga robekannya jatuh berserakan di atas rumput hijau. Tampaknya gadis itu menangis, aku bisa melihatnya meneteskan airmata ketika tangan orang yang berbadan tambun yang ada di belakangnya mulai bergerak meremas remas buah dadanya yang masih terlindungi oleh bra putih miliknya. Orang yang berbadan kekar menggeser tangan orang yang berbadan tambun itu. Dari gerak geriknya sepertinya itu bossnya, karena orang berbadan tambun itu tidak melawan ketika tangannya yang sedang asyik meremas buah dada gadis itu di tepis oleh orang yang berbadan kekar. Kemudian orang yang berbadan kurus dan berbadan tambun menyingkir dari gadis itu. Lalu orang yang berbadan kekar itu tampaknya mencengkram pundak gadis itu dengan tangan kanannya. Sepertinya kekuatan cengkramannya sangat kuat, karena aku melihat rauk wanjah gadis itu berubah seperti orang yang sedang menahan rasa sakit. Kemudian gadis itu terduduk di bawah pohon. Tepatnya, terduduk menghadap ke penis orang yang berbadan kekar itu. Orang berbadan kekar itu membuka mulut gadis itu dengan paksa. Sepertinya gadis itu sudah pasrah dengan apa yang ia alami. Mulutnya menggembung ketika penis besar milik orang kekar yang sedang ada di depannya. Matanya terlihat sayu dan mengeluarkan air mata.



Andai tubuhku tidak terperangkap seperti ini, aku pasti sudah menolongnya. Atau mungkin jika aku menolongnya, nasibku akan jatuh kedalam dua orang tambun dan kurus kering itu. Ahh aku tidak tahu harus berbuat apa, mungkin aku hanya bisa diam menonton kejadian itu. Orang berbadan kekar itu kini sedang asik menggerakkan kepala gadis itu maju mundur mengulum penisnya. Sementara kedua orang anak buahnya sedang asik menonton live show yang di suguhkan bossnya. Tiba tiba semua menjadi gelap. Aku membuka mataku. “Hufh ternyata hanya sebuah mimpi” aku menghela nafas panjang. Terdengar suara ketukan pintu kamarku, ternyata kakakku.

“Aduhhh aku malas sekali untuk melakukannya kembali” aku mengeluh dalam hati melihat kakakku sekarang sudah berdiri di depan tatapanku.

“kakak mau apa?” aku turun dari ranjang. Aku sudah tau mesti berbuat apa. Aku menghampiri kakakku dan berjongkok di depan selangkangannya. Kemudian aku mulai memegang tonjolan yang ada di balik celana kakakku.

“Ehh ehh siapa yang suruh kamu gitu... Fris…. Aku ga mau gituan dulu sama kamu” kakakku menahan tanganku yang bergerak gerak meraba di daerah vitalnya.

Hatiku lega sekali mendengar kata kata itu keluar dari mulut kakakku kemudian ia masuk ke kamarku dan duduk di atas tempat tidurku.

“oh… aku kirain kakak mau menyergapku kemudian merkosa aku” aku melipat tanganku dan berdiri mengucapkan kata kata itu dengan nada jutek sambil menengok ke arah lain.

“ga Fris, kakak lagi ga mau gituan dulu, kakak mau ngomong sama kamu” pandanganku langsung tertuju ke kakakku.

“Fris, kamu marah ya sama kakak? Maafin kakak ya… kakak udah khilaf sama kamu” Entah angin apa yang membuat kakakku ini sadar.

“Jadi setelah merkosa Friska, kakak minta maaf gitu aja? Gak gampang kak!! Kesucian Friska udah kakak ambil… terus gimana kalau nanti Friska hamil gara gara kakak?!” kemarahanku melunjak. Aku meluapkan semua emosiku yang sudah ku redam sejak kejadian kemarin.



“tapi kamu menikmatinya kan Fris? Tenang aja, setiap kakak dan kak Reno ingin menyetubuhimu, kakak udah minum pil yang kakak beli dari apotek. Pil itu gunanya untuk membuat sperma kakak tidak mengandung benih sama sekali”

Aku tenang mendengar penjelasan kakakku.

“iya sih enak..” aku menunduk malu serta mukaku memerah.

“tapi aku ga mau kalau kakak selalu memakai cara yang kasar terhadapku, nih liat! Gara gara kakak tanganku lecet kena apa aku juga ga tau” aku memperlihatkan sikutku yang lecet dan mulutku manyun sambil cemberut.

“iya iya…tapi ga tau lho sama si Renonya. Kakak dengar sih ya, dia kalau main sama cewe sukanya yang kasar… jadi kamu hati hati aja ya” aku bergidik ngeri membayangkan kak Reno yang super jelek itu menyodomiku semalam dengan senyuman liciknya yang palingku benci.

“haii…met siang” Nana masuk ke kamarku.

Aku sedikit terkejut karena Nana tampaknya ceria sekali hari ini. Aku juga takut Nana mendengar semua percakapanku degan kak Dedi.

“eh ada kak…emm” nana memegang kepalanya dan mengecilkan matanya seperti mengingat sesuatu.

“oh..yaa kak Dedi ya??” Nana menunjuk kakakku dengan senyuman karena ia telah ingat nama kakakku.

Kak Dedi tersenyum “yap, saya kakakknya Friska. Kamu Nana teman Friskakan?”

“iya kak hehehe” Nana menganggukkan kepalanya.

“ya udah de kakak ga mau ganggu kalian berdua, jadi kakak mau keluar dulu” kakakku beranjak dari tempat tidurku.

“Fris kamu jangan lupa nanti belajar sama Nana” kata kakakku sebelum menghilang di balik pintu kamarku.

“ugh sok baik banget sih ni orang” umpatku dalam hati.



“Jadikan Fris?” Nana menanyakan ajakannya tadi pagi.

“hmm? Jadi apa Na?” aku bingung

“ya ampun Fris, kan tadi pagi aku udah tulis surat” dengan nada bicara yang sedikit kecewa, Nana kemudian berjalan duduk di sebelahku.

“ohh..iya iya…ya udah aku mandi dulu ya” Aku segera menuju kamar mandiku. Tiba tiba Nana meraih lenganku.

“ikuttt” Nana menatapku dengan tatapan manja.

“aduh Nana sayangku, jangan yah nanti kita lama perginya” aku melepaskan tangan Nana kemudian mengambil baju dan handukku.

“Fris jangan lama lama ya” Nana kembali berpesan

“iya Na” aku langsung masuk ke kamar mandi.

Tak lama kemudian aku sudah keluar dari kamar mandi mengenakan baju putih terusan dan celana jeans biru tua yang aku beli saat liburan ke swiss beserta baju yang ku pakai.

“aduhh my beib cantik banget sih” Nana terpana melihatku.

Sementara Nana sudah berganti pakaian pada saat pulang sekolah. Ia juga tak kalah cantiknya. Ia memakai celana pendek model hotpants warna hitam sehingga kontras sekali dengan kulitnya yang putih. Serta memakai atasan tank top pink garis garis di padukan dengan sweeter merah yang ia pakai untuk menutupi pundaknya yang terbuka.

“Na, aku lagi ga pengen ke mall nih…kita ke hotel papaku aja yuk” aku mengajak Nana untuk menginap ke hotel ayahku yang letaknya 1 jam dari rumahku.

“boleh deh…yuk..” Nana menyetujui usulku.

“ajak Marta ga Na ??”

“ga usah deh beib..aku mau berdua aja sama kamu”

“ihhh kamu nakal yah…hehehe, ya udah de…” aku sedikit tersenyum.

Aku menelpon resepsionis hotel ayahku.

“Halo, hotel Sianpar selamat sore” suara perempuan dari seberang sana.

“Halo, selamat sore… saya Friska anak pak Hartono”

“oh nona Friska, ada yang bisa saya Bantu?”

“tolong siapkan 1 kamar VVIP untuk saya dan tamu saya karena 1 jam lagi saya akan sampai di hotel”

“baik, satu kamar VVIP akan segera kami siapkan untuk Nona Friska Alicia Hartono”

“Trimakasih, selamat sore” aku menuntup telfonku.



“aku tamu ya…bukannya pacar kamu?” Nana mengeluh manja.

“ihh apaan sih Na hehehe” aku menghampiri Nana dan duduk di sebelahnya.

“kita berangkat sekarang aja yuk….kita nginep kan beib?” Nana memegang tanganku.

Aku menganggukkan kepalaku disambut dengan senyuman Nana yang menambah kecantikannya. Singkat cerita, aku berangkat menggunakan mobil Nissan Skyline Sport dua pintu milikku yang diberikan ayah sebagai hadiah ulang tahunku yang ke 17 berikut dengan SIMku yang sudah lama aku idam idamkan akhirnya kesampaian juga. Pukul 16.30 aku sampai di lobby hotel kemudian aku meminta petugas valet parking untuk memarkirkan mobilku.

“Selamat siang Nona Friska” manager hotel yang bernama pak Rhido menyambutku ramah.

“Siang pak, kamar buat saya dan tamu saya sudah di siapkan?” aku menanyakan kamarku

“sudah, mari saya antar” pak Rhido mempersilahkan kami menuju kamar kami. Yang berada di lantai 9 gedung hotelku.

“ini adalah fasilitas nomor 1 yang ada di hotel kami, semoga Nona Friska dan tamu dapat menikmatinya” managerku mempersilahkan aku masuk ke kamar mewah, bahkan sangat mewah untuk ukuran hotel.

“wah Fris, mewah banget! Aduh aku jadi ga enak nih” Nana memelukku ketika managerku sudah keluar dari kamarku.

“ga apa apa kok Na, anggep aja kamar sendiri” aku membalas memeluknya dan kami berdua saling berpelukan mesra.

Kami berdua merapihkan barang bawaan kami kemudian menelpon ke loby untuk membawakan makan malam untuk kami berdua. Setelah makan kenyang, aku mulai ngobrol dengan Nana sampailah pada sebuah pertanyaan.

“Eh iya kamu belom certain gimana kamu di perkosa sama pembantumu” aku teringat dengan kata kata Nana kemarin lusa, waktu sebelum ia mencium bibirku.

Kemudian Nana mulai menceritakan apa yang sebetulnya terjadi sampai sampai ia kecapaian ketika datang ke rumah Friska.



*********************************

Behind the scene of Nana



Nana
Namaku Nana, gadis keturunan Chinese Filipina, postur tubuhku memang mungil dan aku bersyukur karena dikaruniai wajah yang cantik serta kulit yang putih. Ayahku warga negara Indonesia keturunan Chinese, sementara ibuku juga warga negara Indonesia namun masih ada keturunan Filipina dari almarhum nenekku. Aku terlahir di keluarga yang cukup kaya dan ayahku adalah direktur utama salah satu perusahan pertelevisian di Indonesia. Aku adalah putri satu satunya di keluargaku. Aku merupakan anak paling kecil di antara ketiga kakakku. Kakak pertamaku Gerson, berumur 29 tahun dan sudah menikah sekarang tinggal di NewYork bersama isterinya menjalankan bisnis mertuanya yaitu pengiriman cepat Fedex yang berpusat di Amerika. Sementara kakak keduaku Shendy, berumur 25 tahun dan ia bekerja sebagai pemilik salah satu provider internet berbasis wireless connection terbesar di Indonesia. Dan aku anak ke 3 dari pasangan ayah ibuku dan sekaligus anak paling bungsu. Memang aku adalah anak pendiam. Kerjaanku setiap hari hanya bersekolah, jalan jalan dengan Martha itu juga kalau di ajak. Selebihnya, aku hanya menyibukkan diri di rumah menonton Dvd yang aku beli di salah satu pusat perbelanjaan terkenal di daerahku. Mengapa aku menjadi lesbi seperti sekarang ini, itu karena pada waktu aku kelas 3 Smp, aku memiliki seorang pacar yang telah memerawaniku dan tak lama setelah itu ia meninggalkanku dan jalan dengan wanita lain. Hatiku rasanya teriris berkeping keping. Aku tak kuasa menahan tangisku sejak aku putus dengannya. Aku berfikir, kalau semua pria itu sama saja tak ada yang benar. Semuanya brengsek. Maka mulai saat itu, aku lebih menyukai wanita daripada pria. Banyak sekali teman teman pria di sekolahku yang berusaha mendekatiku, tetapi aku tak menghiraukan mereka. bahkan ada yang menyatakan perasaannya padaku. Tetapi itu semua kutolak dengan halus. Kejadian buruk dimulai pada saat ayahku, kakakku dan pembatu wanita di rumahku pergi. Ayah pergi ke Bandung dengan supir pribadiku. Sementara kakak ke dua ku sedang pergi ke Padang mengurus pembangunan tower baru di sana untuk memperluas jaringan internetnya. Sementara si mbok pulang kampung karena ada urusan yang harus di selesaikan di kampung. Tinggallah aku seorang diri di rumah besar ini. Sebenarnya tidak sendiri juga sih, masih ada ke dua tukang kebunku yang biasa aku panggil, mang Min 23 tahun dan mang Udin 25 tahun. Dan satu lagi adalah pak Togar 41 tahun adalah security rumahku yang bertugas berjaga di dalam rumah. Karena banyaknya kejahatan yang terjadi belakangan ini sehingga kami menyewa satpam sebanyak 10 orang dan 9 lainnya di tugaskan di depan rumah secara bergilir sementara 1 orang di tugaskan di dalam rumah yaitu pak Togar.



Kadang aku suka ngeri mengingat tampang ketiga orang itu. Mang Udin, tampangnya seram, kulitnya hitam legam, serta kurus dan tinggi sekitar 170 cm. Mang Min, tampangnya culun, matanya belo, bibirnya tebal serta berpostur sedang tingginya 165 cm. hanya beda 5 cm lebih tinggi denganku. Pak Togar, satpamku, tingginya 175cm, berbadan tegak, kulitnya hitam, wajahnya sedikit keriput serta rambutnya putih. Mereka bertiga sepertinya sering curi curi pandang ketika aku lewat di depan mereka. Karena biasanya kalau aku di rumah aku memakai celana pendek sehingga mempertontonkan paha mulusku serta baju logar yang bila aku membungkuk, otomatis dari depan akan terlihat buah dadaku yang cukup besar terlindungi bra berukuran 34C. Huh rasanya capai sekali hari ini. Aku baru saja pulang dari acara party temanku yang di adakan di diskotik kawasan kemang. Badanku bau alcohol dan asap rokok. Aku cepat cepat melangkahkan kakiku ke kamarku dan menutup pintu kamarku. Malam itu aku memakai tank top hitam beserta rok mini yang cukup ketat sehingga memperlihatkan tonjolan pantatku. Semua yang ku pakai bernuansa hitam, sehingga menambah gairah setiap laki laki yang melihatku karena kontrasnya antara kulit tubuhku dengan baju yang ku pakai. Biasanya kalau ada papa mamaku, pasti mereka marah kalau melihat puterinya berpakaian senonok seperti ini, makanya sekarang selagi ga ada dia, jadi aku berani untuk memakai pakaian ini. Hitung hitung untuk membuat tubuhku lebih terlihat dan menarik perhatian hehehe. Aku membuka bajuku hingga bugil dan menyemprotkan parfum yang aku beli di Paris pada saat aku liburan. Dan setelah bau alkohol dan rokok aku rasa sudah berkurang, aku merebahkan diriku ke atas ranjang. Merasakan sentuhan lembut bed coverku dan spreiku membuat gairahku naik dan tanganku mulai aktif meraba raba buah dadaku. Nafasku mulai memburu dan kini tangan kananku sudah menggesek gesek bibir vaginaku. 10 menitan sudah aku menggesek bibir vaginaku, sesekali memasukkan jari tengahku ke dalamnya seakan aku seperti di setubuhi oleh tanganku sendiri.

“aaahhhh emmmhhh” aku mendesah tak karuan karena gesekan jari tengahku di klitorisku membuat tubuhku mengejang nikmat menandakan aku hampir orgasme. Mataku terpejam menikmati sensasi tersebut.



Tubuhku bermandikan keringat dan tanganku semakin cepat menggesek gesek serta menusuk nusukkan ke dalam bibir vaginaku. Aku membayangkan seorang bertubuh besar sedang mengagahiku. Membuat fantasiku melayang layang tak karuan. Setelah 15 menitan aku merangsang diriku sendiri badanku mengejang. Rasanya otot vaginaku sudah berkontraksi menandakan aku sudah orgasme. Mataku merem melek menikmati orgasme yang begitu nikmat baru saja terjadi. Banyak sekali cairan cintaku yang keluar. Aku mengambil tissue dan mengelap vaginaku yang berlumuran cairan cintaku yang membajiri daerah selangkanganku.

“Huh tubuhku ga enak banget, keringetan lagi..rambut juga lepek…mandi ah”

Aku meraih handukku kemudian masuk ke kamar mandi. Aku memutuskan untuk berendam sejenak menghilangkan rasa penatku. Aku menyeting panas air di bathup sekitar 35 derajat dan aku mencelupkan diriku di bathup dan tak lama kemudian air di dalam bathupku mulai menghangat. Aku menaruh boddy wash ke dalam bathupku kemudian aku mulai turun dan menggosok tubuhku sehingga membentuk busa tebal yang menyelimuti tubuhku serta permukaan air bathup. Aku memejamkan mataku merasakan hangatnya air yang dapat melepas segala kepenatanku. Tetapi hal buruk baru saja akan di mulai.

“DUG!” pintu kamar mandiku tiba tiba di dobrak oleh seseorang. Aku kaget sekali melihat mang Udin kemudian mang Min masuk kedalam kamar mandi.

“whuaaaaaaaaaaaaaaaaaa” aku berteriak sekencang mungkin sehingga suaraku memenuhi kamar mandiku.

“Halo non…apa kabar..hehehe” mang Udin menyapaku dengan nada yang melecehkan.

“ssstt…halo non Nana, aduh lagi mandi ya….” Mang Min mulai mendekati bathup tempat aku sedang terpojok bersama mang Udin.

Sambil berjalan, mang Udin membuka kaos lusuhnya dan celana pendeknya, tidak lupa celana dalam dekilnya sehingga tubuhnya kini telah telanjang bulat.



Sementara mang Min tak memakai baju sejak tadi masuk sehingga ia tinggal melepas celana hitam pendek yang di bawah perutnya sudah terlihat sesuatu yang menggembung ke depan. Ternyata mang Min tidak memakai celana dalam. Sehingga kami semua sudah telanjang bulat.

“mang Udin mang Min! keluar kalian! Jangan kurang ajar sama saya!” aku membentak mereka. aku menyilangkan tanganku untuk menutupi buah dadaku yang tepampang bebas di depan dua tukang kebunku ini.

“ih galak amat si non sama kita kita…wah Min, ternyata tubuh amoy jaman sekarang mantep benerrrr” mang Udin kembali memuji tubuhku tetapi aku malah panas di buatnya.

“Mang Udin sama mang Min jangan kurang ajar sama Nana atau Nana bilang papa biar kalian berdua di pecat!” aku mengancam mereka. tetapi posisiku sekarang ini sudah terpojok di sudut kamar mandiku dan aku masih di dalam bathup yang penuh busa.

“udah lah non, mana puas sih pake jari doang! Ayo mending kita kita aja yang bikin non puas! GRATIS lho non! Gini hari nyewa gigolo mah susah non, mending kita kita aja hehehehe….ayo Min! kalo kata orang inggris bilang lesss goo!!” mang Udin mengucapkan kata ‘lets go’ dengan logat kampungnya.

“Kemon coy!!” mas Min membalas ajakan mang Udin.

Kini mereka berdua sudah masuk kedalam bathup dan menghampiriku. Aku semakin ketakutan saja melihatnya. Aku hanya duduk menyilangkan tanganku sambil menekuk dengkulku sehingga kepalaku bisa mencium lututku.

“aaawww jangan mang!!” aku meronta ketika tungkai kakiku di tarik oleh mang Udin, memang sial rasanya, badanku merosot sampai ketengah arah tarikan itu.

“hehehe sekarang non Nana mau ngapain hehehe” mang Min sudah memegang kedua tanganku mebuat aku tak bisa meronta.

“Min, cabut tuh peyumbatnya biar kering airnya” perintah mang Udin.

“oke” kemudian mang Min menarik peyumbat bathup sehingga perlahan air di atas bathup mulai mengering.



“Sekarang kita mandiin dulu yah non” mang Udin mengambil shower dan memutar keran shower sehingga membasahi tubuhku yang sejak tadi sudah basah dan mengkilap yang menambah keseksian tubuhku.

“isepin dong non” mas Min menyodorkan penisnya yang sudah menegang dan keras.

“eemmmmppphh gaa mauu” aku menghidar dari penis itu. Kepalaku menggeleng ke kanan kekiri sehingga membuat mang Min kesulitan.

“aduuduuuhhhh panasss mang Udin…ampunnn manggg” aku terkaget dan menjerit ketika air shower yang tadinya dingin berubah menjadi air panas yang membuat aku menggeliat dan mengerang kesakitan.

“isepin punyanya mang Min dari pada lu gua rebus di sini?” ancam mang Udin.

“iya iya…” aku menjawab singkat serta pasrah lalu membuka mulutku. Mang Min sudah melepaskan tangannya dari tanganku sehingga tanganku dapat bergerak menggenggam penis mang Min.

“uhhhh gilaaa manteppp benerr ini….Din, lu mesti cobain mulutnya si non Nana! Mantep bener nih!!” mang Min merancau tak karuan karena kulumanku yang memang cukup membuat lelaki yang pernah ku kulum menjadi ketagihan.

Singkat cerita, aku selalu menjadi bulan bulanan geng Rendy. Ia kadang menyuruhku untuk mengulum penis para anggotanya yang tak lain adalah teman temanku sendiri atau mungkin anak kuliahan tetapi aku lebih seperti alat pemuas nafsu yang ada di dalam perkumpulan itu sehingga kadang aku di perebutkan di dalam geng itu. Rendy selalu menyuruhku datang ke rumahnya kalau rumahnya sedang kosong. Aku rela melakukannya, tetapi aku tidak sampai di setubuhi karena aku sudah menanda tangani perjanjian dengan Rendy. Untunglah Rendy adalah orang yang menepati janji sehingga aku aman aman saja. Setiap bulan uang sebesar 15 juta selalu ku dapat dari rekening Rendy, sehingga aku bisa membeli banyak baju baru dan make up yang lumayan mahal. Tetapi kegiatan itu malah membuat rasa kebencianku terhadap kaum lelaki semakin menjadi jadi.



Kembali ke lap??toppp (eh salah itu sih tukul)

Kembali ke cerita.

“Min kira kira masih perawan ga yah nih si Non Nana?” Mang Udin sudah bersiap menerobos lubang vaginaku.

“wah lu coba aja deh Din, aduuuuhh non terusss….uuhh..hmmm….” mang Min masih merancau tak karuan akibat kulumanku yang sudah terlatih.

“aaahhh adduuuuhhh mangg sakittt pelan pelannnn” aku melepas kulumanku karena merasakan penis mang Udin sudah mulai masuk membelah bibir Vaginaku.

“waduhhhh perettt benerrr…wahhhhhh auugghhhh.” Mang Udin merancau tak karuan juga merasakan sensasi jepitan vaginaku yang sudah tak virgin lagi namun masih sempit. Karena aku merawatnya dengan baik.

“wah udah jebol Min!! cewe SMA sekarang perek semua yah hahahaha…aduuhh sempitt banget nonn” mang Udin mulai menggenjot tubuhku sehingga aku jadi gelagapan mengulum penis mang Min yang sempat terhenti tadi.

“ayoo noonnn dikit lagiii….uhh uhh uhhh” mang Min menghujamkan penisnya makin dalam kedalam mulutku sehingga membuatku sulit bernafas, kemudian tak lama setelahnya, aku meronta ronta karena tangan mang Min memegang kepalaku dan menekannya dalam dalam menyemprotkan cairan spermanya dalam dalam.

Aku terbatuk batuk karena rasa sperma mang Min tak karuan. Tak jauh seperti rasa penis penis yang pernah merasakan kehangatan bibirku. Tiba tiba terdengar suara dari pintu kamar mandiku.

“ada apa ini ribut ribut di kamar non Nana” aku tercengang melihat pak Togar datang. Hatiku senang melihatnya.

“pak Togar tolong Nana pak, Nana di perkosa” aku merota ronta minta tolong sementara kedua tukang kebunku masih terbengong bengong melihat pak Togar yang ada di depan pintu kamar mandiku.



Suasana hening sejenak. Mang Udin menghentikan genjotannya pada vaginaku. Dan matanya terbengong bengong melihat pak Togar. Begitu pula mang Min yang berdiri seperti patung menatap pak Togar. Tiba tiba ia tersenyum lebar.

“aduhhh ada pesta kok ga ngajak ngajak to Din!!” aku kembali menunduk diam karena pak Togar ada di pihak mereka.

“hehehe…maaf pak Togar, saya kira pak Togar ga mau sama yang beginian” kata mang Udin malu.

“ya jelas maulah Din! Moso awewe bahenol begini ente di pake euy” pak Togar berbicara dengan logat sundanya.

“aahhhh manggg sakitt pelan pelannn dongg!!” aku mendesah lagi karena mang Udin mulai memompa vaginaku yang masih belum terbiasa menerima penis itu dengan kasar.

Pak Togar si tua bangka itu mulai melepas seragam satpamnya, kemudian menutup pintu kamar mandiku. Dan bergabung dengan aku dan mang Udin yang sedang menggarapku. Sementara mang Min sedang duduk duduk di lantai kamar mandi sambil menghisap rokok murahan miliknya.

“emmhhh mmpphhhhh” aku mengap mengap karena bukan lagi penis mang Min yang ku kulum, tetapi mulut yang berkumis milik pak Togar yang kini mulai menjajah bibirku membuatku mengap mengap kegelian karena kulit bibirku beradu dengan kumis tebalnya.

Kini lidah pak Togar sudah masuk menerobos pertahanan bibirku sehingga membuat aku semakin kelabakan menerimanya. Sementara itu, mang Udin masih asik menggenjotku dengan bersemangat.

“aaaahhhhhhhhhhhhhhhh” aku mendesah panjang menandakan aku orgasme untuk yang kedua kalinya hari ini. Badanku mengejang sesaat tetapi mang Udin tidak juga menghentikan kocokan penisnya di dalam vaginaku.

“aduudhhhduhhh mang berhentii aaahhhh aduhhhhh ahhhhhhhhhhhhh” aku kembali mendesah menahan ngilu akibat penis itu tak kunjung berhenti bergerak, membawaku ke orgasme yang selanjutnya.



Badanku lemas semua karena baru saja orgasme melandaku lagi gara gara mang Udin. Tak lama kemudian mang Udin makin cepat menggerakkan penisnya didalam vaginaku. setelah itu ia mencabut penisnya kemudian menyemprotkannya di depan bibir vaginaku.

“aduhduhhhhh mateppp ahhh..nonnn” mang udin merancau tak jelas ketika sedang mengocok penisnya sehingga menyemprotkan spermanya.

Nafasku masih terengah engah sementara pak Togar sudah mulai mengulum puting susuku yang masih tegang akibat terangsang hebat oleh dua tukang kebunku.

“kita pindah ke tempat tidur aja biar lebih hot yuk!” mang Udin menyarankan kepada pak Tigor.

“ayoo” mang Min dan pak Togar menjawabnya dengan senyuman mesum penuh kemenangan.

Mang Udin langsung merapatkan kedua pahaku yang masih mengangkang dan meluruskan kakiku. Sementara mang Min membantu membopong pinggangku. Sementara pak Togar mengangkat kepalaku. Aku yang masih lemas kita tak bisa berbuat apa apa. Kini aku di angkat oleh ketiga orang bejat yang memperkosaku.

“ahhhhhhh” aku kembali mendesah ketika aku di rebahkan di tempat tidurku, buah dadaku langsung di hujani dengan hisapan dan remasan dari mang Min yang sepertinya sudah bernafsu lagi.

Pak Togar tak mau kalah, ia berdiri dengan penisnya yang sudah tegang itu di depan lubang vaginaku.

“pak Togar, pelan pelan pak, jangan kasar!” aku mengingatkan pak Togar sebelum ia ‘mencoblos’ lubang vaginaku.

“siap non!” lalu pandangan pak Togar tertuju pada lubang vaginaku yang baru saja di setubuhi oleh mang Udin.

“aaahhhhhhhhhhh peee…laann…pee llaannn paakk..” aku meringis menahan besarnya penis pak Togar. Lebih besar dari punya mang Udin atau punya pacarku dulu.

Aku hanya dapat menggeliat keenakan dengan rangsangan demi rangsangan yang aku terima dari ketiga orang itu.



Mang Udin menyodorkan penisnya di depan mulutku. Aku sudah tahu apa yang harus ku lakukan. Aku membuka mulutku dan menjulurkan lidahku. Tanganku bergerak memegangi penis mang Udin yang lumayan keras dan besar.

“waduuhh bener lu Min!! enak bener sepongannya! Emang dasar anak SMA sekarang… maish kecil udah jago nyepong! Hahaha” gelak tawa mereka bertiga membuat wajahku menjadi panas. Ingin rasanya aku menggigit penis yang sedang aku kulum ini, tetapi aku tersadar apa resikonya yang akan terjadi nanti. Bisa bisa aku diperkosa sampe mati sama mereka.

“uggghhh memeknya non Nana matepppp ahhh….kalah sama istri bapakkk di kampungg uggghhh” pak Togar merancau tak jelas dan mempercepat genjotan penisnya terhadapku.

“hmmmpphhhhh mhhppphhh” aku hanya bisa mendesah tertahan karena penis mang Udin yang besar memenuhi mulutku yang mungil.

“ayooo nonn isep terusssss ugghhh mamang hampir samapi non!!” rancau mang Udin.

“gila! Baru keluar udah keluar lagi?!” umpatku dalam hati heran pada mang Udin.

Mang Udin mulai tak terkontrol. Tanganya mulai memegang kepalaku sehingga aku tak bisa bergerak bebas lagi. Ia memaju mundurkan kepalaku. Ia memajukan kepalaku sehingga rasanya penis itu masuk sampai kerongkonganku.

“hhmmhppphhhhhhmmphhh” aku meronta ronta sambil mendorong paha mang Udin. Lalu tiba tiba crrroottt crrooott cairan sperma mang Udin muncrat memenuhi rongga mulutku. Aku tersedak dan hampir muntah akibat bau dari penis dan hutan jembutnya yang memang lumayan lebat milik mang Udin. Tak lama kemudian mang Udin melepaskan mulutku dari penisnya. Aku terbatuk batuk karena sperma mang Udin rasanya sedikit aneh. Lega rasanya dapat menghirup udara segar lagi. Sementara itu, pak Togar menarik tubuhku hingga ketepi ranjang. Ia turun dari ranjang dan menaruh kedua tungkai kakiku di pundaknya membuat pahaku merapat sehingga menambah daya jepitan penisnya di dalam vaginaku.

“aahhh…pakkkkkk ennakkk…ahhh” aku merancau tak jelas karena pak Togar sudah mulai menggoyangkan penisnya di dalam vaginaku membuat sensasi yang luar biasa nikmat.

Penis itu terasa makin mengeras dan mengeras. Aku sangat menikmati gejotan dari pak Togar dari pada mang Udin yang aku nilai sangat kasar dan buru buru.



Aku sudah 3 kali orgasme selama di genjot oleh pak Togar. Tubuhku seakan di bawa ke awang awang karena rasa nikmat yang tiada tara itu terus menghujaniku. Aku hanya bisa pasrah di setubuhi satpamku satu ini.

“Kuat juga stamina pak Togar” pikirku dalam hati.

“aaahhh pakkkk ahhhh……aduuhhhhhh aahhhhhhhhh ammpuunn paakkkkk” aku mendesah tak karuan lagi menyambut orgasmeku yang segera datang.

“ayo non..ktia bareng bareng aja non!!” pak Togar kembali mempercepat gerakan pinggulnya sehingga terasa sekali dinding vaginaku mulai memanas akibat gesekan antara penis pak Togar dengan dinding vaginaku.

Aku baru tersadar kalau aku sedang masa subur.

“pak pak..keluarkan di luar pak…aku takut hamil” aku panik langsung berteriak ke pak Togar.

“siap non!” untungnya pak Togar mau mengerti aku.

Ini baru laki laki ke dua yang memperkosaku. Masih ada mang Min lagi yang harus aku layani. Sementara staminaku sudah habis.

“aahhhhhhhhhhhhh” desahan panjang membuatku mencapai puncakku. Tak lama penis pak Togar berkedut kedut dan ia langsung mengeluarkan penisnya dan mengocoknya di depan vaginaku.

“uuhhh duhhhh aahhh enakkk benerrrr aduh non Nana emang mantep jepitannya” aku diam saja menanggapi pujian mesumnya.

Aku terlentang di tepi tempat tidur. Aku merayap dengan punggungku menuju tengah tempat tidur.

“Saya belom nih non” kata mang Min yang tiba tiba menghampiriku.

“aduhh mang, Nana udah cape nih.. besok aja yah” kataku memelas.



“mang Min ga minta begituan kok non, mang Min cuma mau tidur bareng non hehehe” aku bergidik membayangkan tidur seranjang dengan mang Min si tukang kebunku yang badannya dekil hitam dan bau.

“tapi jangan macem macemin Nana yah mang!” aku memperingatkan mang Min.

“iya non iya…mang Min ga bakal macem macemin non kok hehehe…eh Din sama pak Togar mending istirahat dulu sana di kamar masing masing. Saya mau ambil jatah dulu” kemudian pak Togar dan mang Udin pergi meninggalkan kamarku. Aku bergidik melihat penis yang pertama kali ku kulum itu sekarang sudah tegang lagi. Aku tak tahu harus bagaimana lagi, seluruh tubuhku sudah lemas. Tulang ini serasa mau copot dan ototku pegal pegal semua.

Akupun tidur membelakangi mang Min. Tiba tiba mang Min membisikkan sesuatu di telingaku “non, mamang boleh grepe grepe ga non?”

“eemmm” aku hanya menggumam karena tubuhku sudah terlalu letih untuk melayani satu orang lagi.

Aku merasakan rabaan tangan nakal mang Min semakin liar. Membuat tubuhku menggeliat geliat.

“eemmhhhh” aku mendesah pelan ketika jari jari nakal mang Min bermain main di daerah clitorisku. Rasanya seperti terbang di awang awang.

Tiba tiba aku merasakan sesuatu yang menusuk nusuk di belakang. Aku yakin sekali penis mang Min sudah kembali tegang.

“non…. Mang Min minta jatah ya hehehe” mataku yang tadinya terpejam kembali terbuka lagi mendengar bisikan mang Min. tubuhku merinding karena lidah mang Min menjilati telingaku.

“sshhhhhhhh” aku mendesis ketika tangan mang Min yang tadi bergerilya di daerah clitorisku perlahan naik meremasi buah dadaku.

“non Nana, boleh ga?” kembali mang Min berbisik padaku.



Aku belum bisa memberi kepastian karena tubuh ini sepertinya tak sanggup lagi melayani mang Min.

“huh sudah kepalang tanggung. Aku ingin mencapai kenikmatanku sekali lagi sebelum tidur” aku berfikir dalam hati.

“ssshhhh….aaahhh mang…” tanganku ikut membimbing tangan mang Min yang sedang meremasi buah dadaku.

“mau lagi ga non??sslrrrppp” kali ini setelah mang Min berbisik, ia menjilat dan membuat cupangan di tengkukku.

Aku hanya bisa mengangguk lemah memberikan lampu hijau kepada mang Min untuk menyetubuhiku. Tubuhku yang mungil ini di balikkan oleh mang Min sehingga kami saling behadapan. Tangan mang Min langsung meraih punggungku dan memelukku. Kami berdua berciuman. Saling melumat satu sama lain. Sudah terpengaruh oleh nafsu birahi yang sangat tinggi. Tangan mang Min tidak pernah diam untuk meremasi pantatku sehingga aku menggumam keenakan di sela sela ciuman itu. Mang Min mebaringkan tubuhku hingga aku terlentang di bawahnya. Bibir mang Min berangsur angsur turun melewati leherku kemudian berhenti di puncak buah dadaku sebelah kanan. Kemudian lidahnya dengan lihai mengulum puting susuku.

“eemmhhhh…mang Min….enakkk ahhhhh” aku mendesah tak karuan. Tanganku meremasi rambut mang Min menahan rasa nikmat.

Salah satu tangan mang Min mulai meraba raba daerah vaginaku yang memang sudah becek dari tadi.

“aahhhh…mangg….terusshhhhhhh” aku mendesah tak tertahan karena jari telunjuk dan tengah mang Min keluar masuk lubang vaginaku membuatnya semakin becek.

“manggg………aaahhhhhhhhhhhhhhhhh” desahan panjang yang membuatku melayang layang yang sudah ku tunggu tunggu akhirnya datang juga. Cairan vaginaku sepertinya muncrat banyak sehingga membasahi sedikit spreiku.



“wah non udah keluar ya” cepat cepat mulut mang Udin yang tadinya sibuk dengan puting susuku langsung melumat bibir vaginaku.

“sslrrrruuppppsslrrupppppp” demikian suara yang keluar dari mulut mang Min yang menyeruput cairan cintaku yang meluber banyak.

“Wahh enak nih non…aduhh manissss” aku hanya diam saja.

“non mang Min masukin ya” aku hanya mengangguk lemah. Tenagaku sudah hampir habis. Mungkin jika masih ada 1 orang lagi yang harus aku layani, lebih baik aku pingsan.

“aahhhhhhhhhhhhh” aku mendesah karena merasakan benda hangat yang panjang dan keras itu mulai membelah bibir vaginaku.

“aduuduuhh…nonnn begini ya..eemmhh ngentott sama cewee…hhmmmmmm” aku yang tadinya menutup mataku merasakan penis mang Min yang besar, langsung membuka mataku.

“mang Min masih perjaka?” aku langsung bertanya tak percaya.

“he eh non…hehehe tapi ga apa apa perjakanya mang Min buat non aja…aduuhhh pereetttt” aku terkaget karena mang Min yang aku kira bejat ternyata masih perjaka.

“Wah aku ngambil perjaka orang nih” aku tertawa geli dalam hati melihat perjaka yang ada di depanku ini.

“aahhh manggg…terussshhh aaaaahhhh” aku kembali mendesah ketika penis itu perlahan mulai membuat tubuhku melayang layang. Setiap inci yang masuk memberikan kenikmatan yang tiada tara.

Sepertinya penis itu memang masih perjaka. Aku bisa merasakannya. Sensasi lain dari penis penis yang tadi telah membobolku. Rasanya, seperti apa ya..aku tidak bisa menggambarkannya. Yang jelas beda aja! Hehehe.. Penis mang Min sudah masuk seluruhnya. Ia mulai mengocok penisnya di dalam liang vaginaku.

“aduuhh wahhh perihhh,,,tapii enakk nonnn…pereettt.” Mang Min merancau tak karuan. Aku hanya dapat merem melek menggigit bibirku merasakan penis mang Min yang masih perjaka namun perkasa.



15 menit sudah aku di genjot dalam posisi terlentang. Tampaknya walau masih perjaka, mang Min memiliki daya tahan yang cukup kuat juga. Aku juga mengakui bahwa mang Min memang perkasa. Selama 15 menit itu, aku telah orgasme 3 kali karena nikmatnya penis itu dan rangsangan yang di berikan mang Min di daerah sensitiv lain di tubuhku. Mang Min berhenti mengocokkan penisnya. Kemudian ia menyuruhku untuk menungging.

“non, nungging dong..mang Min pengen coba gaya yang kaya anjing itu” tubuhku masih lemas sehingga mang Minlah yang memaksa tubuhku untuk menungging.

Aku sudah pasrah saja ketika penis itu mulai melesak masuk ke dalam vaginaku lagi. tampaknya kali ini lebih nikmat dari yang pertama.

“Aahhh maanggg ahhhhhhhh” aku kembali orgasme untuk yang ke sekian kalinya hari ini.

Tetapi mang Min juga belum ada tanda tanda akan orgasme.

“mang!! Kok lama banget si..hhhh.aaaahhhhhhhhh,,,, aku capek nihh” aku membalikkan mukakku menatap mang Min.

“sabarr non….aduhh enakk bener memeknya non….bentar lagi juga ngecrot nih non….mau di dalem apa di telen non??” mang Min sepertinya masih keenakan menyetubuhiku.

“wah! Kok kayanya dia professional banget yah” aku berfikir dalam hati.

“dii….lu..aarr….ajaahhhhhhhhhh…..akkuu tell…eeennn maanggg” kataku terputus putus karena mang Min menambah tempo genjotannya.

“aahhh nonn mang Min sampeee….ahhh…” mang Min segera mencabut penisnya dari vaginaku. Aku juga langsung meraih penis mang Min. segera ku kocok dan crrooott crroottt beberapa kali semburan dari penis itu memenuhi mulutku. Aku menelan semua cairan sperma mang Min.



“hehe..makasih ya non, mang Min mau istirahat di sebelah non boleh ga?” aku hanya mengangguk dan tubuhku seketika roboh di atas tempat tidurku karena badanku memang sudah kecapean sejak tadi.

Tak lama setelah itu aku tertidur pulas sekali. Aku tak tahu mang Min sampai kapan menemaniku. Tetapi pada saat aku terbangun, ia sudah tidak ada di sampingku lagi. Jam menunjukkan pukul 7 pagi.

“huh selesai juga penderitaanku” aku menghela nafas panjang.

Tiba tiba, dering handphoneku mengagetkan aku yang sedang bermalas malasan di tempat tidur..

“halo?” dengan suara yang rada malas

“hallo Na, ini Marta” suara dari seberang sana

“oh ada apa Mar?” mataku langsung melek mendengar suara Martha.

“gini Na, kamu temenin si Friska ya di rumahnya. Aku ga bisa nginep nih”

Wah rencana bagus untuk kabur dari pembantu dan satpam rumah yang bejat nih.

“ya udah Mar, kamu jemput aku ya, soalnya supirku lagi nganterin papa ke Bandung”

“okee 10 menit lagi gue sampe ya Na”

Aku terkaget mendengar sisa waktu yang di berikan Marta. Aku menutup handphoneku kemudian mengambil celana jeans panjang warna biru dan kaos lumayan ketat warna pink kemudian aku menutupi tubuhku dengan sebuah blues terusan seperti yang di pakai para detective jepang berwarna hitam. Aku merapihkan pakaianku menaruhnya ke dalam tas dan bersiap di depan rumah menunggu jemputan Marta.



*********************

Back to Friska



Setelah menceritakan apa yang menimpa sahabatku Nana, aku hanya bisa memberinya kasih sayang lebih agar dia tidak terlalu shock. Aku iba kepadanya dan aku ingin selalu melindunginya. Entah ini perasaan cinta atau sebuah empati. Tetapi aku ingin selalu memeluknya. Kini aku sudah mengetahui asal usul mengapa sahabatku ini lebih menyukai wanita ketimbang pria. Aku bisa memaklumi itu. Mungkin karena aku adalah anak yang kesepian juga.



By the way, sampai di sini dulu ceritaku. Mungkin sudah terlalu malam untuk menulisnya. Lebih baik aku tidur mengistirahatkan diriku agar aku dapat menjalankan hari esok.



-
Tamat-

Untuk episode ini sudah tamat, jadi kita nantikan episode selanjutnya. 

Special Thank’s to :

Sahabatku yang selalu setia mendampingiku menulis cerita dan selalu bersedia memberikan warna untuk peran peran yang di tulis dalam cerita ini sehingga membuat penulis dapat menyelesaikan karyanya.

Mr.Shusaku selaku pemilik milis KBB yang telah menerbitkan cerita Friska1 dan 2.

All reader!! Keep mupeng! Trims udah baca…

See u di next episode.

By: Henz



© Karya Henz