Suatu ketika Dicky mendapat tugas dari kantornya untuk mengurus bisnis mereka ke Hongkong selama 2 minggu. Seperti biasa, Dicky memintaku menginap di rumah mereka menemani isterinya, Anna.
Dua hari menjelang kepulangan Dicky, Henny datang bersama seorang temannya, Arie, seorang perempuan berdarah Madura-Ambon. Sekilas melihat gayanya, agak kelelakian. Ia tidak cantik, tetapi kulitnya yang hitam manis dengan sebaris kumis tipis di atas bibirnya, membuat dirinya begitu seksi. Saat melihat payudaranya dari luar, kutaksir lebih kecil daripada milik Anna dan Henny.
Semula aku tidak begitu tertarik pada Arie, sebab kesannya agak kasar, tidak selembut Anna dan tidak semanja Henny. Apalagi kalau bicara, nadanya amat vulgar. Tetapi saat kami bercakap-cakap berempat, terasa semakin enak ngobrol dengannya.
Setelah makan, malam harinya kami memutar film blue berempat. Anna mencari koleksi BF mereka dan memutar film lesbian. Mula-mula dua orang lesbi saling bermesraan, halus, penuh romantisme dan berakhir dengan jeritan kenikmatan dalam permainan 69 di antara mereka. Setelah itu dua orang lesbian berciuman setelah saling menelanjangi satu sama lain dengan ganasnya, kemudian mereka menggunakan dua dildo memuaskan yang lain lalu berakhir dengan memakai satu dildo panjang yang dimasukkan ke dalam vagina mereka berdua sambil keduanya berbaring terlentang berseberangan memaju-mundurkan tubuh mereka agar dildo tersebut masuk keluar vagina masing-masing. Melihat adegan itu kulihat Anna merapatkan kedua belah pahanya sambil sesekali meleletkan lidahnya. Henny menonton sambil merabai pahanya perlahan-lahan dan sesekali menekan-nekan pangkal pahanya. Sedangkan Arie meraba-raba dadanya sendiri. Aku melihat film tersebut sambil sesekali melirik ketiga perempuan di dekatku.
Adegan berikutnya adalah permainan panas antartiga orang perempuan bule cantik. Setelah ketiganya bertelanjang dan membentuk segitiga di mana yang satu mengelus, meraba dan mencium serta menjilati vagina yang lain sambil menikmati vaginanya diperlakukan demikian, tiba-tiba mereka didatangi seorang pria bule tinggi besar. Melihat ketiga perempuan itu, ia berdecak-decak dan mendekati satu persatu mereka, merabai payudara dan menciumi bibir mereka satu persatu. Sadar akan kehadiran pria tersebut yang ternyata adalah teman mereka, ketiga perempuan itu bangkit dan memaksa si pria duduk di sofa, membukai baju dan celananya serta membagi tugas untuk mengerjai si pria itu. Perempuan pertama mencium bibir dan leher si pria, yang kedua menjilati dada si pria, sedangkan yang ketiga dengan lembut menciumi penis si pria. Kulirik Henny semakin mendesah dan mendekati tempatku duduk. Ia lalu duduk di sebelah kiriku. Anna yang melihat Henny pindah, mendekati Arie dan duduk di sebelahnya sambil tangan kanannya diletakkan di paha kiri Arie yang tangan kirinya memeluk bahu Anna. Aku memeluk bahu Henny dan tangan kananku kuarahkan mengusap-usap pipi dan bibirnya. Henny memejamkan mata menikmati elusan jari-jariku dan ketika tiba di permukaan bibirnya, jari-jariku bergantian ia isap masuk ke dalam mulutnya. Kubiarkan ia berlaku demikian sambil menurunkan tangan kiriku dari bahunya dan mengelus-elus ketiak kirinya dari belakang dan mencari celah masuk ke tepi payudara kirinya. Henny mendesah. Kulihat Anna merebahkan kepala ke bahu Arie. Arie mendekatkan pipinya hingga bersentuhan dengan pipi Anna dan perlahan-lahan ia labuhkan ciuman pada bibir Anna. Anna membalas dengan mesra sambil merintih perlahan. Tayangan film tidak lagi menjadi pusat perhatian kami, tetapi sempat kulirik bagaimana si pria bule tadi mulai menancapkan penis pada vagina perempuan yang menjilati penisnya sambil mencium vagina perempuan lain yang berdiri di depannya, sementara tangan kanannya merabai vagina perempuan ketiga. Rintihan mereka semakin meninggi.
Henny semakin mengerang ketika jari-jariku masuk ke dalam cup BH-nya dan mencari putingnya. Jari-jarinya mengarah ke celana panjangku dan membuka ikat pinggang dan risleting dengan cepatnya. Kugerakkan pinggang dan pinggulku hingga celana panjang dan celana dalamku turun ke lantai. Kaos yang kupakai kubuka sambil membuka baju atas Henny dan meraba ikatan BH-nya di belakang. Kulepaskan baju dan BH-nya hingga terpampanglah payudaranya yang indah. Arie kulirik tengah melakukan aksi serupa denganku, membuka gaun Anna, yang ternyata tidak mengenakan BH dan celana dalam di baliknya, hingga Anna sudah langsung telanjang bulat. Dengan bertelanjang, Anna duduk di pangkuan Arie, menghadap ke arahnya dan terus berciuman sambil kedua tangannya memeluk leher Arie. Arie menciumi bibir, wajah dan leher Anna yang semakin menggeliat-geliat di pangkuan Arie. Jari-jari Anna mulai bekerja membukai kancing baju Arie.
Kuarahkan wajahku ke leher dan dada Henny yang terbuka. Ia mendesah dan rebah di sofa panjang. Kuarahkan ciuman pada kedua payudaranya, mengulum putingnya bergantian sambil sesekali melakukan sedotan maut. Setelah puas, kujilati perutnya yang putih hingga turun ke pusar dan pangkal pahanya. Kulihat tidak ada lagi bulu-bulu halus di situ, agaknya ia baru cukur. Lidahku turun ke sela-sela pahanya, mengait-ngait daerah seputar labianya, lalu turun ke dekat anusnya yang harum. Henny mengerang sambil meremas-remas rambutku. “Gus, ahhhh ….. sshhhhh …. yaaahhh terussss sayang …..” Kujilati permukaan anusnya hingga ia menggeliat dan mengangkat pinggulnya agak tinggi karena rasa geli bercampur nikmat. Arie sedang menciumi payudara Anna dan mengulum putingnya dengan berbagai irama. Kulihat terkadang ia melakukan ciuman lembut, tetapi tak lama kemudian sedotan ganas dan cepat, hingga Anna merintih-rintih, “Riiiii …. ooookkkhhh jangan siksa aku dong sayangggg….. Akkhhhh nikmat …. yyaaa, gitu …. terussss …. Oooohhhhhh”
Kulihat klitoris Henny yang semakin tegang. Pinggulnya ia angkat-angkat seakan-akan memintaku segera memesrai vaginanya. Kuarahkan lidahku pada klitorisnya dan melakukan jilatan-jilatan tanpa menyentuh vaginanya. Ia mengerang. Puas memperlakukannya demikian, kuarahkan lidahku ke sela-sela labianya dan mulai melakukan usapan-usapan lidah dengan lembut. “Ooooooohhhhh ….” desisnya panjang. Kini lidahku bermain bersamaan dengan bibirku mencium dan menjilat bahkan menyedot klitoris dan labianya lalu lidahku menerobos liang vaginanya membuat pantatnya kembali terangkat. Di sofa sebelah kulihat Arie masih menyedot payudara Anna sambil membuka bajunya sendiri. Kuamati payudaranya yang kecil, tetapi indah, putingnya tampak menonjol di atas bongkahan payudara mungilnya. Arie menarik tangan Anna rebah di karpet. Setelah membaringkan Anna, ia tempatkan tubuhnya di atas Anna dalam posisi terbalik. Kini mereka melakukan style 69. Kulihat lidah Arie dengan cepatnya bergerak liar di vagina Anna dan ketika melakukan isapan pada labia Anna, desahan Anna berubah menjadi jeritan-jeritan kecil.
Henny yang sudah tak kuasa menahan nafsunya kemudian membuka pahanya lebar-lebar dan menarik pinggulku agar mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Aku yang masih ingin bermain lebih lama tidak serta-merta mengikuti kemauannya, setelah kuarahkan kepala penisku ke permukaan vaginanya, kupegang penisku pada pangkalnya dan kugesek-gesekkan pada labianya, mula-mula perlahan-lahan, tetapi kemudian semakin cepat. Kumasukkan hingga sebatas leher penisku ke dalam vaginanya, meskipun tahu ia sudah ingin lebih daripada itu. Henny merintih-rintih. Kuteruskan gerakanku sambil sebelah tangan merabai payudaranya yang sintal. Rintihan kenikmatan tak lama kemudian keluar dari mulut Henny. “Ahhhh…. Gus …… kamu jahat, aku sudah keluar nich …. Oooouukkkhhhhhhh …..” Setelah itu ia terkulai lemas sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.
Kuperhatikan Anna yang ada di bawah Arie. Kudekati mereka berdua. Tangan mereka kutarik dan kuajak ke kamar tidur, seorang di sebelah kiriku dan yang lain di sebelah kananku; sedangkan Henny mengikuti di belakang kami setelah mematikan film tadi. Anna kurebahkan di atas ranjang dalam posisi terlentang. Kutarik kedua paha Anna semakin melebar dan menaruhnya ke pundakku, sedangkan Arie kembali menempatkan diri di atas Anna melanjutkan aksinya. Arie menarik penisku semakin mendekati vagina Anna seraya menciumi penisku yang masih lengket oleh cairan vagina Henny. Ia kulum kepala penisku dan beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya hingga melesak ke tenggorokannya. Setelah mengelus-elus kedua labia Anna dengan kepala penis, kudesakkan penisku memasuki liang vagina Anna. Anna merintih semakin kuat, apalagi saat Arie meneruskan aksinya menjilati klitorisnya. Arie pun kudengar mendesah, mungkin karena diserang habis-habisan, Anna semakin ganas menjilati vagina Arie. Henny yang sudah melepaskan lelah melihat aksi kami bertiga, lalu mendekati Anna. Diciuminya bibir Anna, lehernya dan kemudian berhenti di payudara Anna sambil jari-jarinya bermain pada vagina Arie yang terus dilumat oleh Anna. Desahan Anna dan Arie bercampur dengan eranganku menuju puncak kenikmatan. Gerakanku semakin cepat dalam vagina Anna. Niatku tidak menyemprotkan sperma di vaginanya, sebab ingin merasakan vagina Arie. Begitu kurasakan vaginanya semakin kuat mengunci penisku, kutarik penisku dan kuganti dengan jari-jariku. Walaupun ia sempat protes, tetapi tak kuasa melawan, sebab lidah Arie yang masih menindih tubuhnya dari atas dan aksi Henny pada payudaranya membuatnya tak bisa melepaskan diri dari himpitan kami. Jari telunjuk dan tengah tangan kanan kumasukkan masuk keluar vagina Anna dan kurasakan denyutannya semakin menguat, lalu dengan suatu jeritan panjang, Anna mencapai orgasme.
Puas melihat dua perempuan sudah mencapai orgasme, kudekati belakang Arie yang masih menjilati cairan Anna. Kuusap-usap pantatnya dan kugelitik vaginanya yang masih diciumi oleh Anna dari bawah. Penisku kumasukkan tanpa kesulitan yang berarti. Jepitan vaginanya terasa begitu nikmat. Basahnya vaginanya membuat penisku masuk keluar dengan mudah. Erangannya semakin kuat diserang vaginanya dari bawah oleh Anna sedangkan dari atas penisku merojok masuk dengan doggy style. Henny yang semula mengerjai payudara Anna, kini mencari mangsa baru. Ia rebah di samping tubuh Anna searah dengan Arie yang ada di atas mereka lalu meremas-remas payudara Arie yang kecil sambil menciumi putingnya dengan sedotan-sedotan ganas. Merasakan serangan dari tiga jurusan, Arie tak mampu bertahan. Aku pun merasakan hal yang sama. “Gus, aku mau dapet niccchhhhh ……” desisnya. “Ya sayang ….. aku juga. Bareng ya say…..!” geramku sambil mempercepat ayunan pantat menghantam pantatnya. Penisku masuk amblas sedalam-dalamnya dan kurasakan denyutan vaginanya beberapa kali sebelum menyemburkan cairan hangat pada penisku. kurebahkan tubuhku di atas punggung Arie. Anna menggeser tubuhnya ke samping dan berpelukan dengan Henny. Kemudian kami berempat berbaring terlentang dalam keadaan telanjang sambil menenangkan diri setelah perjalanan menuju puncak kenikmatan.
Sekitar 15 menit kemudian, Arie bangun dari ranjang dan membuka laci tempat Anna menyimpan penis buatan. Diambilnya dildo berwarna merah jambu yang bertali, diikat di pinggangnya hingga ia terlihat seperti seorang pria dengan dua payudara mungil; dan kini ia mendekati Henny yang masih berbaring sambil memejamkan mata. Sambil mengusap-usap vagina Henny, tangannya membuka kedua paha Henny melebar. Henny membuka mata dan tersenyum melihat Arie. Sesaat Arie menciumi vagina Henny dan tak lama kemudian ia memasukkan dildo yang dikenakannya ke dalam vagina Henny. Henny merintih dan memeluk kuat-kuat punggung Arie. Desisan Henny semakin kuat memenuhi isi kamar tidur itu. Kulihat Anna memperhatikan mereka dengan mata setengah terpejam sambil meraba-raba payudaranya sendiri. Sekitar 10 menit bertempur, Henny kembali mencapai orgasme. Kedua pinggangnya menjepit pinggul Arie dan kedua tangannya memeluk leher Arie sambil menikmati hunjaman dildo Arie disertai sedotan Arie pada payudaranya. Arie mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Henny dan kini ia mendekati Anna. Anna berusaha mencegah, “Riii, ntar dulu, masih lemes nihhhh ..” Arie tidak menggubris penolakan Anna. Ia balikkan tubuh Anna hingga tengkurap dan membuka kedua belah paha Anna hingga terpentang lebar, lalu dildo yang masih dilelehi cairan vagina Henny, ia desakkan masuk ke dalam vagina Anna. “Aaaahhhh, sakit Riiiii …. pelan-pelan sayang …… oooohhh” desis Anna. Arie menarik dildo tersebut dan menambah pelumas dengan air ludahnya. Dildo tersebut kembali ia masukkan ke vagina Anna. Anna menggeliat nikmat apalagi ketika Arie semakin cepat memasuk-keluarkan dildo tersebut masuk keluar vaginanya. Aku yang berada di sebelah Anna, memandangi ulah mereka sambil merabai tubuh Anna dan mencari-cari payudaranya. Demi memberi peluang bagi jari-jariku, Anna agak mengangkat tubuh bagian atasnya, hingga tanganku bisa merabai payudaranya. Kedua tangan Anna diletakkan menyiku pada ranjang. Sambil terus meremas-remas payudaranya, kuciumi bibirnya dan kuisap lidahnya. Anna mengerang dan merintih. Lama-kelamaan rintihan Anna berganti menjadi jeritan seperti biasanya jika ia akan mencapai orgasme. Kuisap puting payudaranya sambil terus meremas-remas. Henny yang melihat kami bertiga kembali terangsang. Ia dekati tubuhku yang terlentang di dekat Anna dan menciumi penisku kembali. Gerakan Arie semakin kencang dan membuat Anna kembali menjerit penuh kenikmatan, “Ooooooukkkkhhh Riiiii, aku dapet sayangggg……”
Arie tersenyum penuh arti kepadaku sambil menghentakkan dildo yang dipakainya sekuat-kuatnya ke vagina Anna. Tubuh Anna kemudian rebah tengkurap. Arie bangkit mendekatiku dan menciumi bibirku, “Agus sayang, kamu mau memenuhi nggak? Aku mau kamu turuti keinginanku. Pokoknya kamu pasti nikmat deh!” katanya. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya.
Arie kemudian turun dari ranjang dan mengambil kain hitam dari laci tempat dildo simpanan Anna. Kedua mataku ditutupnya dengan kain tersebut. Aku berbaring penasaran menunggu tindakan selanjutnya. Kurasakan kedua tangan dan kedua kakiku dipentang lebar-lebar oleh tangan Henny dan Anna. Lalu kurasakan tali temali mengikat satu-persatu tangan dan kakiku yang terpentang tadi. Kini aku sama sekali tidak dapat menggerakkan tangan dan kakiku, sebab dipentang ke empat jurusan. Kemudian kurasakan hembusan napas di leherku dan dadaku. Tak lama, kain hitam penutup mataku dibuka dan kulihat Arie mengangkang di atas dadaku. Ia gesek-gesekkan pangkal pahanya pada dadaku. Kurasakan dadaku basah akibat cairan vaginanya. Henny berlutut di sebelah kiri kepalaku dan menciumi bibirku, sedang Anna di dekat pahaku mengelus-elus pangkal pahaku. Dengan kondisi terpentang dikeroyok tiga orang perempuan tanpa dapat menggerakkan tubuh sama sekali, mereka berhasil memperdaya aku. Arie berlutut di sebelah kananku dan menciumi leher, dada dan perutku hingga aku kegelian. Henny terus memagut bibirku dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku. Kuisap kuat-kuat lidahnya dan membalas ciumannya. Anna mulai mendaratkan ciumannya pada lututku dan naik perlahan-lahan ke pahaku dan berhenti pada sela-sela pahaku. Di situ lidahnya bermain mengelus-elus pangkal pahaku tanpa sedikit pun menyentuh testis maupun pangkal penisku. Gerakan tubuhku meronta-ronta tidak ada artinya dalam kekuasaan mereka. Eranganku tak dapat membuat mereka menghentikan siksaan. Lidah Arie bermain pada putingku, sesekali menjilat, lain kali mengisap dan menggigit. Sekujur perutku tak luput dari jilatan lidahnya hingga kurasakan dada dan perutku basah oleh air ludahnya. Tangan Arie lalu menjambak rambut Henny dan menarik kepalanya untuk menggantikan dirinya menciumi dada dan perutku. Ia turun dari atas ranjang dan kembali mencari dildo dari laci di dekat ranjang. Kuamati bagaimana ia menimang-nimang beberapa dildo dan kemudian memilih yang agak kecil, berwarna hitam dan memasangnya dengan mengikat talinya pada pinggangnya kemudian ia mengambil sebotol kecil cairan dan meneteskan beberapa tetes ke dildo yang ia kenakan dan naik kembali ke atas ranjang.
Lidah Henny terus menjilati perut dan kini turun ke pahaku. Sementara jilatan Anna tidak lagi hanya pada pangkal pahaku, tetapi melumat kepala penis dan testisku. Sesekali ia memasukkan seluruh penisku hingga pangkal penis dan ujungnya masuk mendesak tenggorokannya. Henny menarik belakang kepala Anna dan berciuman. Lama mereka berciuman, lalu keduanya sama-sama mencium dan menjilati penisku. Aku merasa geli dan nikmat atas perlakuan keduanya. Kadang-kadang yang satu menjilati penisku sedangkan yang lain memasukkan testisku ke dalam mulutnya, demikian bergantian. Arie berjongkok di sela-sela pahaku yang terpentang lebar dan mendekatkan penis buatan yang ada di depan pahanya ke arah analku. “Ah, jangan Riii, ntar nggak muat, sayang!” protesku.
“Kata siapa nggak muat? Penismu aja kudengar sudah beberapa kali masuk anal Henny dan Anna. Masak yang lebih kecil dari penismu tak bisa masuk analmu sendiri?” katanya sambil menggesek-gesekkan kepala dildo tersebut pada lubang anusku.
Aku hanya mampu mendesah ketika kepala dildo itu mulai ia gerak-gerakkan di lubang analku. Apalagi ketika dildonya semakin masuk berkat pelumas yang ia oleskan pada dildo tersebut dan kini sebatas lehernya bergerak masuk keluar analku. Pelan-pelan rasa hangat bercampur nikmat memenuhi kepalaku. Sementara penisku bergantian dilumat oleh Henny dan Anna. Makin lama dildo yang dipakai Arie masuk makin dalam ke analku. Aku merasakan suatu kenikmatan tersendiri. Terlebih setelah kulihat Anna mengangkang di atas perutku dan menempatkan vaginanya tepat di atas penisku. Kemudian ia menurunkan tubuhnya hingga penisku melesak masuk merambah ke dalam vaginanya. Aku semakin dikuasai oleh nafsu dikerjai oleh Anna dan Arie. Henny melihat ulah Anna dan merabai payudara Anna sambil terus menciumi dadaku dan bibirku. Lalu Anna mengangkat vaginanya dan mencoba memasukkan penisku ke dalam analnya. Beberapa kali mencoba, akhirnya penisku dapat menerobos liang analnya.
“Addduuhhhh… aaakkkhh … nikmattttnyaaa ….” desis Anna sambil mempercepat ayunan pinggulnya naik turun di atasku.
Tekanan penisku pada analnya ditambah dengan kenikmatan tekanan dildo Arie pada analku membuatku mengerang-erang nikmat. Kira-kira lima menit Anna memasuk-keluarkan penisku ke dalam analnya, kembali ia memindahkan penisku ke dalam vaginanya dan bergerak naik turun di atas perutku semakin cepat. Karena berada di atas tubuhku, beberapa saat kemudian Anna menjerit karena telah mencapai orgasme.
“Guuussss…. aaauukhhhh … oooohhhh … aku dapat sayang ….” Tubuhnya beringsut rebah di sampingku dan digantikan oleh Henny yang keranjingan melihat penisku yang masih tegang.
Henny mencoba memasukkan penisku ke dalam analnya, tetapi tidak berhasil. Ia lumuri penisku dengan ludahnya lalu kembali memasukkan penisku. kini perlahan-lahan penisku masuk ke dalam analnya. Anehnya aku belum orgasme diperlakukan ketiga perempuan itu. Puas mengerjai penisku dengan analnya beberapa saat, Henny menarik tubuhnya dan memegang penisku serta memasukkannya ke dalam vaginanya. Ia bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan; terkadang ia melakukan gerakan memutar di atas perutku hingga gesekan liang vaginanya begitu hebat memilin penisku. Henny merintih dan beberapa saat kulihat matanya membeliak dan gerakannya semakin tak beraturan. Kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dan memilin putingnya. Anna hanya memandangi kami sambil berbaring. Arie semakin mempercepat gerakannya maju mundur sambil menarik kedua pahaku tepat di atas kedua pahanya. Gerakan Arie semakin hebat hingga kurasakan tak lama lagi akan orgasme. Kuangkat pinggulku agak naik. Dengan suatu sentakan tajam, Arie menghunjamkan dildonya dibarengi dengan gerakan tubuh Henny naik turun di atas penisku, hingga akupun menjerit karena merasakan orgasme ganda baik pada anal maupun penisku. Dengan cepat Henny berdiri dan sebelum penisku memuntahkan pelurunya, ia sudah mengulum penisku dengan kuat dan isapannya membuat penisku melontarkan sperma sangat banyak ke dalam mulutnya. Anna yang melihat hal itu, tak mau ketinggalan, cepat ia berlutut di sampingku dan turut menjilati penisku dan sisa-sisa spermaku pada mulut Henny sambil sesekali berciuman dengannya di atas penisku. Arie berdiam diri membiarkan dildonya masih tertancap di analku yang berdenyut-denyut menjepit dildonya. Aku terkulai lemas diikuti oleh Anna dan Henny di sebelah kiri dan kananku. Tak lama kemudian, Arie berbaring di dekat kami setelah melepaskan dildo yang ia pakai dan menciumi bibirku. Anna dan Henny kulihat berpelukan sambil berciuman. Lalu ketiga perempuan itu berpelukan sambil berciuman dan memainkan lidah mereka sebelum rebah berbaring di dekatku.
Kami tertidur beberapa saat. Lewat tengah malam. Aku terbangun waktu merasakan elusan jari-jari Arie pada wajahku. Ia berbisik di telingaku sambil lidahnya bermain membelai daun telingaku dan jari-jarinya mengusap dada dan perutku yang telanjang.
“Agus sayang, kamu mau membantuku memuaskan kedua teman kita ini?”
“Maksudmu gimana Ri,” tanyaku.
“Ntar kusetubuhi mereka bergantian, tapi kamu pake doggy style kerjai aku. Gimana, mau kan, sayang?” tanyanya sambil lidahnya ia julurkan membelai-belai bibirku.
“Baik tuan putri, hamba siap menjalankan titah tuan putri,” candaku sambil mengisap lidahnya kuat-kuat.
“Duuhhh, pelan-pelan Gus, bisa putus lidahku,” jeritnya sambil melepaskan lidahnya dari jepitan bibirku.
Kedua teman Arie masih lelap dalam mimpinya. Arie perlahan-lahan mendekati Anna dan merabai betis dan paha Anna. Anna masih memicingkan mata. Semakin lama jari-jari Arie naik hingga pangkal paha Anna. Sementara aku mendekati kepala Anna dan menciumi wajahnya. Kucoba mengembuskan nafas beberapa kali di wajah Anna, tetapi matanya tetap terpejam. Kuarahkan bibirku pada bibir Anna dan menciumnya lembut, lalu lidahku kujulurkan memasuki rongga mulutnya. Anna entah sadar atau tidak membuka sedikit rongga mulutnya memberi ruang bagi lidahku memasuki mulutnya dan mengait-ngait langit-langit mulutnya. Beberapa saat kemudian kuamati kelopak mata Anna membuka dan senyumnya merekah melihatku menciuminya. Ia membalas pilinan lidahku dan menjulurkan lidahnya untuk kuisap. Lama kami berpagutan memainkan bibir dan lidah kami. Sementara jari-jari Arie kuperhatikan sekilas mulai bermain di sela-sela pangkal paha Anna. Desahan Anna terdengar ketika klitorisnya kembali dielus-elus oleh Arie. Apalagi sewaktu kuremas-remas payudaranya dan menekan-nekan lembut puting payudara Anna sedangkan Arie membungkuk dan menciumi vagina dan klitorisnya, Anna semakin kuat mengisap lidahku. “Ahhh, kalian berdua nakal, orang tidur digangguin,” rintihnya sambil mendesis seperti orang makan cabe.
Entah kapan Arie memakai kembali dildonya, kulihat ia mulai mengulas-ulas permukaan vagina Anna dengan kepala dildonya. Anna semakin menaikkan volume rintihannya. Kulirik ke arah Henny. Ia masih tertidur, tak terganggu oleh perbuatan kami bertiga.
Arie menarik kedua paha Anna mendekati tubuhnya, sehingga hal itu membuat vagina Anna semakin mendekati dildonya. Kulihat dildo tersebut mulai masuk hingga batas lehernya ke dalam vagina Anna. Anna menggeliat-geliatkan pinggul dan menurunkan tubuhnya agar vaginanya semakin dalam dimasuki dildo Arie. Arie memajukan tubuhnya sambil meletakkan kedua paha Anna menjepit pinggulnya. Anna mendapatkan sambutan mesra demikian, menjepit pinggul Arie semakin kuat, terlebih setelah payudara dan putingnya kuciumi dan kuisap. Geliat tubuhnya semakin tak menentu bagaikan cacing kepanasan. Desahnya berubah menjadi rintihan dan sesekali jeritan lirih keluar dari bibirnya. Kuisap putingnya secara bergantian sambil meremas-remas kedua payudaranya yang sekal. Arie semakin mempercepat ayunan pinggulnya, hingga membuat Anna terpekik-pekik.
“Akkhhh … ooohhhh …. adddduuhhh … yaaahhh terusss Riiii, yaaa … gitu sayang ….”
Arie kulihat melakukan gerakan maju mundur sambil memasuk-keluarkan dildo ke dalam vagina Anna, mata Arie agak terpejam dan bibirnya digigitnya. Melihat hal itu, aku beringsut-ingsut ke belakang tubuh Arie. Kucondongkan tubuhnya hingga agak rebah di atas tubuh Anna. Anna yang merasakan tubuh Arie kini tepat di atas tubuhnya segera menyambut dengan menyambar bibir Arie. Mereka berciuman dengan ganasnya. Kedua tangan Arie bertumpu pada kasur, sedangkan kedua tangan Anna yang bebas meremas-remas kedua payudara Arie hingga kini Arie turut mendesah bercampur desahan Anna. Kuelus-elus pantat Arie dan kuraba ke arah depan, mencari klitorisnya dari belakang. Kurasakan kelembaban telah terjadi di vagina dan klitorisnya. Tanpa menunggu lagi, kuarahkan penisku dari belakang ke vagina Arie. Dasar sudah basah, vagina tersebut tanpa kesulitan telah dimasuki penisku dengan mudahnya. Arie merintih, “Ooookkhhh …. aaahhh….. terus Guuusss…. yahhh …. ayoo sayang …..”
Kupegangi kedua bongkahan pantat Arie sambil menghunjamkan penisku sedalam-dalamnya hingga kepalanya terdongak, “Akkkhhhh …. nikmatnya …..!” rintihnya dengan suara lirih.
Anna semakin kuat merintih pertanda tak lama lagi ia akan mendaki puncak kenikmatan kembali. Arie mempercepat gerakannya demi melihat reaksi Anna yang semakin menghebat. Anna tidak hanya meremas payudara Arie, tetapi kini menciumi dan menyedot putingnya. Beberapa kali Arie memundur-majukan pantatnya agak lambat, tetapi tekanannya semakin dalam memasuki vagina Anna dan dengan suatu hentakan kuat, ia masukkan dildonya sedalam-dalamnya hingga Anna memekik hebat sambil menjepit pinggul Arie dengan kedua pahanya.
“Aahhhhh …. sshshhhhh …. oooouggghhh … aaaakkkkkhhhhhh.”
Arie masih terus menghunjamkan dildonya beberapa kali hingga kembali Anna menjerit, “Riii ….. udah sayang …. aku udah dapett …. ooougghhh … ngilu nich!”
Arie mencabut dildonya, sehingga gerakannya membuatku terdorong ke belakang.
“Ntar Gus, kita cari sasaran berikutnya,” katanya sambil bergerak mengarah ke tubuh Henny yang sudah membuka mata. Dengan suatu gerakan cepat, Arie menarik kedua kaki Henny dan membalikkan tubuh Henny hingga menelungkup. Henny sempat protes, “Gue mau diapain nich, sabar dong Ri, pelan-pelan ….”
Arie membentangkan kedua belah paha Henny hingga membuka lebar dengan posisi menelungkup. Lalu Arie menundukkan kepala menciumi pantat Henny. Lidahnya turut bekerja mencari lubang anal Henny. Kuperhatikan mereka berdua sambil mengurut-urut penisku yang melembek kembali setelah bertugas menusuk vagina Arie tadi. Anna kulihat terbaring dengan mata setengah terpicing. Aku tahu ia tidak tidur tetapi memperhatikan kami bertiga, menantikan aksi kami berikutnya. Beberapa kali Arie menorehkan air ludah dari mulutnya ke vagina Henny yang kupikir belum begitu basah. Aku tahu Arie sudah tidak sabaran ingin segera menusuk vagina Henny sebab ia sendiri belum orgasme. Aku mendekati mereka dan menciumi pundak dan bibir Henny serta meremas-remas payudaranya yang tertekan oleh tubuhnya, hingga membuatnya mendesah dan merintih. Arie tersenyum melihat aksiku membantunya menghantar temannya ke gerbang kenikmatan.
Tak lama kemudian Arie meminta Anna menggeser tubuhnya agak ke samping dan membaringkan tubuhnya terlentang di samping Henny, hingga Arie berada tepat di sebelah kiri Henny. Lalu ia menarik lengan Henny sedemikian rupa hingga tubuh Henny tertarik ke arahnya dan menimpa dirinya. Kini Arie dalam posisi terlentang tepat ditindih oleh tubuh Henny yang menelungkup di atasnya. Tangan Arie meraba dildo yang ia kenakan dan digerakkannya mendekati vagina Henny. Henny yang sudah semakin terangsang tidak menolak dan membantu gerakan Arie dengan semakin mendekatkan vaginanya hingga tepat berada di depan dildo Arie. Pelan-pelan dildo tersebut masuk ke dalam vagina Henny hingga membuat Henny mendesah. “Ahhh …. oooohhhh …. ssshhhhh …. enak Riiii…. terusin sayang ……”
Arie memberi tanda kepadaku agar menuju ke belakang tubuh Henny. Aku paham maksudnya dan segera menggeser tubuhku menempatkan diri persis di belakang Henny. Kedua lututku bertumpu tepat mengangkangi kedua paha Henny yang menjepit kedua paha Arie, lalu dengan telapak tanganku kutadahkan air ludahku yang kuusap-usapkan pada penisku hingga basah, sedikit air ludah kutaruh pada lubang anal Henny sambil mengelus-elusnya membuat geliat Henny semakin tak menentu diiringi rintihannya. Kepala penis kuarahkan pada liang analnya. Beberapa kali tusukan sempat gagal, tetapi kemudian penisku mulai memasuki analnya disertai desahan nikmat dari bibir Henny, “Pelan-pelan Guuuussss, sakittt sayang ….”
Kucabut sebentar penisku, lalu kuberi air ludah lagi, kemudian kembali kutusuk analnya perlahan-lahan sambil menggumam, “Masih sakit sayang?”
“Sshhhh …. aaakkhh …. yaaahhh … sekarang udah enak say ….” rintihnya. “Ahhh kalian berdua nakal ….”
Kumaju-mundurkan pantatku sehingga penisku dengan leluasa masuk keluar anal Henny. Mulut Henny sesekali bertemu dengan mulut Arie. Mereka berciuman dengan panas. Tangan Arie sesekali memeluk punggung Henny. Kedua tangan Henny merabai tubuh Arie mulai dari pundak hingga pinggulnya. Aku memegangi kedua bongkah pantat Henny sambil melakukan tusukan demi tusukan. Diserang demikian rupa dari dua arah, membuat Henny tidak mampu bertahan lama, dengan suatu erangan dahsyat ia mencapai orgasme, “Ouuuggghhh ….… aaaakkkkhhh ………..” Melihat ia akan mencapai orgasme, penisku kutusukkan sedalam-dalamnya ke anal Henny sedangkan Arie kulihat agak mengangkat pinggulnya agar dildonya masuk lebih dalam ke vagina Henny.
Anna yang melihat rekannya mencapai orgasme langsung bangkit dan mencium bibir Henny sementara kedua payudara Henny habis dilumat oleh Arie secara bergantian.
Arie yang belum mencapai orgasme segera kuciumi bibirnya sambil menolakkan tubuh Henny agar turun dari atas tubuh Arie. Kedua pahanya kuangkat dan kutaruh kedua kakinya bertumpu pada pundakku. Lalu penisku kutempatkan pada vaginanya setelah membukai pengikat dildo pada pinggangnya. Bulu-bulu vaginanya yang agak lebat tidak menjadi penghalang ketika penisku memasuki liang kenikmatannya. “Ahhhhh, enakkkk Gussss… gila kamu …. bisa mati aku…. penismu luar biasa kuatnya ….” desahnya sambil menggelinjang-gelinjang. Aku hanya tersenyum sambil memegangi kedua belah pahanya dan memperkuat hunjaman penisku pada vaginanya. Sesekali jari-jariku kuarahkan mencari klitorisnya dan memberikan gesekan-gesekan mesra. Ia semakin kuat meracau, “Guuussss….. enakkkkkk gilaaaaa ……. Adddduhhh Mama, beta bisa mati?” rintihnya dengan dialek Ambon. Dasar tenaganya pun cukup kuat, secara tiba-tiba ia menolakkan tubuhku hingga kini ia berada di atasku. Dengan posisi di atasku, ia menaik-turunkan tubuhnya bak penunggang kuda sedang memacu kudanya. Henny dan Anna menatap kami berdua sambil tersenyum dan saling berciuman. Lalu dildo yang tadi dipakai Arie, diambil oleh Henny dan kini ia arahkan pada anal Arie.
“Sekarang terimalah pembalasanku …” bisik Henny sambil memasukkan dildo tersebut.
Arie tidak bisa mengelak dari pembalasan temannya dan bahkan semakin memperkuat goyangan tubuhnya. Sekali-sekali ia menggoyangkan tubuhnya ke kanan kiri hingga penisku serasa dibetot di dalam vaginanya. Lain kali ia gerakkan tubuhnya naik turun atau maju mundur, sehingga kurasakan sensasi luar biasa pada penisku.
“Kita kerjai mereka berdua Hen,” kudengar Anna berkata sambil berdiri dan mengambil dildo yang lain, warnanya sempat kulihat, ungu dengan bentuk sedemikian rupa sehingga urat-urat pada batangnya tampak menonjol. Anna mengambil minyak dari dalam laci dan dilumurinya dildo tadi lalu naik kembali ke atas ranjang, tetapi berbeda dengan Henny, ia kini mengarahkan dildo yang ia pegang ke liang analku. Tak lama kemudian kurasakan dildo tersebut memasuki liang analku. Mula-mula terasa agak sakit, sebab lebih besar daripada yang dipakai oleh Arie, tetapi karena pelumas yang sudah dilumuri pada dildo tersebut, maka dildo itu berhasil melesak masuk ke dalam analku. Anna memasukkan masih sedikit ke dalam analku, tetapi begitu ia melihat Arie semakin kuat menggerakkan pinggulnya akibat hunjaman penisku dan dildo yang dipegang Henny masuk-keluar analnya, ia terangsang untuk memasukkan dildo ke dalam analku semakin dalam. Rasa panas akibat masuknya dildo itu ke dalam analku tidak kupedulikan lagi, sebab sudah dikuasai oleh rasa nikmat yang tak lama lagi akan melanda diriku. “Rii, aku hampir dapat sayang …. aaaakhhh …” erangku sambil menggeliat-geliat di bawah tubuh Arie.
“Ya sayang, kita bareng ya …. Ganas betul dua orang ini mengerjai kita…. ooohhh nikmatnya …..… ” desah Arie sambil menghentakkan tubuhnya lebih kuat lagi dan dengan satu hantaman kuat vaginanya menancap dalam-dalam menelan seluruh penisku hingga kurasakan testisku agak sakit tertekan oleh kedua belah pahanya. “Aaaahhhhh ….. ooooooouuggghhh …. ssshhhh ….. uuuuuhhhh …..” jeritnya sambil melepaskan cairan kenikmatan yang kurasa membasahi penisku dalam vaginanya. Merasakan denyutan nikmat meremas-remas penisku, tak kuasa lagi kutahan semprotan spermaku begitu kuat memasuki vagina Arie. Aku mengerang dahsyat dibarengi kenikmatan oleh keluarnya spermaku dan hunjaman dildo yang dipegang Anna pada analku. Kami berdua berpelukan sambil tetap merapatkan badan satu sama lain. Dildo yang dipegang Anna dan Henny masih tetap berada pada tempatnya. Kemudian keduanya bertepuk tangan, “Hebat, hebat, kini kita bisa tentukan siapa pemenang yang paling hebat.” “Plok, plok, plok,” bunyi tepukan tangan mereka. Kuciumi bibir Arie. Arie balas mencium sambil menggigit mesra bibirku. “Kamu hebat Gus, baru kali ini kutemukan lawan yang seimbang. Terima kasih sayang ….” pujinya berbisik di telingaku. Penisku masih sempat mendapatkan ciuman dan lumatan dari lidah dan bibir Anna dan Henny. Setelah itu, mereka menjilati vagina Arie yang basah kuyup oleh spermaku dan cairannya sendiri.
Keringat meleleh membasahi sekujur tubuh kami berdua. Anna mengambil handuk kecil dan disekanya tubuhku dan tubuh Arie. Kami berempat kembali terbaring sambil tersenyum menenangkan nafas yang sempat gemuruh memenuhi dada.
Kulirik ke arah dinding, jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 dinihari. Anna merebahkan tubuhnya di atas tubuhku yang terlentang, sementara Henny yang bertubuh lebih kecil memeluk Arie dalam posisi miring. Kami pun tertidur lelap hingga bangun ketika cahaya matahari mulai terasa memasuki kamar tersebut.
By: Agus Kevin
Kisah ini didedikasikan untuk: Kristina S.