Kejadian ini ketika saya masih berumur 25 tahun, yaitu saat saya bekerja disebuah kantor yang bergerak di bIdang pemrograman komputer. Saya bekerja untuk menunjang biaya kuliah dan hidup saya di Jakarta. Tapi setelah kurang lebih satu tahun saya bekerja, kantor dimana saya bekerja gulung tikar karena persaingan yang sangat ketat dikota yang besar ini. Setelah beberapa bulan saya menjadi ‘pengacara’ (pengangguran banyak acara) dan sudah mengirimkan banyak sekali surat lamaran tapi saya tetap belum mendapat pekerjaan. Sewaktu saya membaca lowongan kerja yang ada disebuah surat kabar, saya juga membaca iklan yang isinya semua panti pijat, yang menurut perkiraan saya hanya sekedar kedok dari para penjaja sex. Setelah melihat iklan tersebut timbul niat iseng saya untuk mencoba ikut berpartisipasi memasang iklan dikolom panti pijat tersebut. Kemudian saya langsung memasang iklan melalui biro iklan yang ada disekitar tempat saya untuk diterbitkan keesokan harinya.
Pagi hari saya membeli koran dimana saya memasang iklan tersebut dan sambil senyum-senyum saya membaca iklan milik saya sendiri. Sekitar jam 10. 00 lebih HP saya berdering dan langsung saya terima.
“Hallo”Kata saya.
“Hallo. Apa betul anda memasang iklan dikoran untuk menerima jasa memijit?”Jawab wanita yang ada diujung telepon.
“Ya betul saya Ferry. Saya berbicara dengan siapa ya?”Tanya saya lagi.
“Saya Tante Mei, saya mau minta dipijit”Jawab Tante Mei.
“Oh bisa Tante”Jawab saya lagi.
Setelah berbincang-bincang Tante Mei mulai bertanya yang macam-macam mulai dari umur, sampai postur tubuh.
“Kamu umur berapa Fer?”Tanya Tante.
“25 Tante, Tante sendiri? Kalo boleh saya tahu”Jawabku.
“Wah, lagi asik-asiknya nich. Kalo Tante sih umurnya 54?Jawab Tante Mei.
“Oo..”Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku.
“Kenapa? Kaget yach? saya janda dan udah punya cucu 2 yang masih kecil-kecil, dan saya tinggal sendiri dirumah, cuma sama pembantu. Postur tubuh kamu seperti apa Fer?”Kata Tante Mei yang sadar kalo aku agak shock mendengar umurnya sambil bertanya lagi.
“Postur tubuh saya biasa-biasa saja sih Tan, tapi kalo kata cewe-cewe yang saya kenal kata mereka tubuh saya atletis, padahal saya sendiri nggak merasa begitu tuh”Jawabku.
“Kalo punya kamu ukurannya berapa?”Tanya Tante Mei lagi.
“Ukuran saya sih biasa ajalah Tan, cuma 15 centian”Jawabku.
“Mmm.. lumayanlah, jadi gimana kamu maukan mijit Tante?”Tanya Tante lagi.
“Mijit yang mana nih Tan? mijit biasa atau mijit special nich Tante?”Jawabku bercanda.
“Yah.. kalo kamu mau sekalian mijit yang special sih.. ha ha ha”Jawab Tante Mei sambil tertawa.
“Mmm.. Emang Tante masih suka begituan yah? Emang udah berapa lama Tante ga gituan?”Tanyaku.
“Gituan yang mana nih? Hi hi hi”Balas Tante menggoda.
“Yang mana yah? He he.. itu loh maksud saya emang Tante masi suka ML? Emang Tante udah berapa lama nggak ML?”Jawabku memperjelas pertanyaanku tadi yang sudah pasti dia tahu.
“O.. gituan yang itu, mm.. kalo yang itu sih Tante masi suka cuma, udah lama nggak ada pelampiasan. Abis udah lama sih, kurang lebih 3-4 tahun”Jawab Tante Mei.
“Wow lama juga yah, trus kalo lagi kepengen Tante ngapain?”Tanyaku.
“Ngapain yah? Mmm.. udah gini aja kamu mau nggak mijit Tante? Kalo mau nanti Tante kasi tau Tante ngapain aja kalo lagi kepengen. Gimana? Oke?”Jawabnya.
“Oke, Tante. Tapi dimana saya bisa ketemu Tante?”Tanyaku lagi.
“Kita kehotel aja yah, abis kalo dirumah nggak enak sama pembantu. Tapi ngomong-ngomong berapa biaya mijitnya nih?”Kata Tante.
“Mijit yang mana dulu nih Tante.. he he he”Jawabku bercanda.
“Ah kamu ini, mijit semuanya lah.. berapa?”Tanya Tante lagi.
“Biasa aja deh Tante, abis saya juga baru pertama kali ini terima pijit”Jawabku karena aku juga nggak tahu harga pasarannya.
“Ok deh kalo gitu, kita ketemu dilobby hotel X aja yah”Jawab Tante Mei lagi.
Setelah janjian jam berapa dan bertanya nanti aku dan Tante Mei pake baju apa biar nggak salah orang maka telponpun ditutup, dan aku hanya senyum-senyum saja sambil mengingat perbincanganku dengan Tante Mei tadi, serta membayangkan seperti apa nanti Tante Mei itu.
Setelah mempersiapkan semuanya termasuk mental, sayapun segera meluncur kehotel”X”yang telah dijanjikan, setelah sampai saya menunggu dilobby hatel yang besar dan sejuk itu sambil mataku melirik kesana kemari mencari sosok Tante Mei. Tak lama kemudian seorang wanita setengah baya melambaikan tangannya kearahku, dan untuk memastikannya sayapun menunjuk diri saya sendiri dan wanita itu mengangguk, lalu saya segera menghampiri dia.
“Hallo”Kataku.
“Hallo juga, kamu Ferry kan?”Tanya wanita itu.
“Iya. Tante sendiri Tante Mei-kan?”Tanyaku.
“Iya lah, abis siapa lagi yang bikin janji sama kamu disini?”Jawab Tante Mei sambil tersenyum.
“Ga ada sih Tan, cuma untuk mastiin aja, he he he”Jawabku sambil cengengesan.
Tubuh Tante Mei gemuk dan dari wajahnya terlihat sudah mulai berkeriput walaupun sudah diberi bedak tebal, tapi cara dia berdandan dan cara dia memakai baju dengan celana kain yang warnanya sesuai dengan umurnya sehingga dia tampak anggun.
“Gimana? kecewa nggak? kalo kecewa nggak apa-apa sih, nanti Tante ganti biaya transport kamu aja. Tante juga belum pesan kamar.”Kata Tante Mei.
“Ah Tante bisa aja, dimana-mana yang namanya customer harus dilayani sebaik mungkin. Jadi nggak ada kata kecewa tuh buat saya, jangan-jangan Tante sendiri yang kecewa melihat penampilanku yang biasa-biasa ini”Jawabku sambil tersenyum.
“Ah nggak juga, saya lebih suka yang berpenampilan seperti kamu, biar ga keliatan seperti pria penghibur. Abis kalo ketahuan sama teman atau saudara, kan Tante bisa berabe”Jawab Tante Mei lagi.
Setelah bercakap-cakap sejenak lalu Tante Mei menyuruhku untuk memesan kamar sambil memberiku sejumlah uang untuk membayar sewa kamar tersebut. Setelah memesan kamar atas namaku dan membayarnya kamipun menuju kamar sambil diantar oleh room boy hotel tersebut. Selama dalam perjalanan menuju kamar kami hanya berbincang-bincang sedikit karena ada room boy dan beberapa tamu didalam lift tersebut, dan saya pun tidak memanggil Tante lagi pada dia tetapi”Ai”Karena dia chinese dan saya juga chinese biar tidak terlalu menyolok. Setelah sampai dikamar dan room boynya sudah keluar, Tante memesan minuman dan makanan yang ada di daftar menu melalui telepon. Sambil menunggu makanan datang aku dan Tante duduk-duduk disofa yang ada dikamar yang besar itu sambil berbincang-bincang dan menyalakan TV yang tidak dilihatnya sambil sesekali tangan Tante Mei menggerayangi tubuhku dan senjataku.
“Badan kamu memang seksi loh.. walaupun agak sedikit gemuk, dan punya kamu juga kayanya besar juga nih, celananya dibuka ya”Kata Tante Mei.
“Buka aja Tan, anggap aja punya sendiri hi hi hi”Jawabku sambil bercanda.
“Ah kamu ini”Jawab Tante Mei sambil mulai membuka celana dan celana dalamku sampai sebatas lutut.
“Hmm.. bener jugakan dugaan Tante punya kamu ini bentuknya kompak, dari kepala sampai pangkal batangnya, bentuknya bener-bener seksi”Kata Tante Mei sambil membelai-belai dan mengocok senjataku yang langsung berdiri tegak dan langsung diserbu oleh kecupan dan dijilat-jilat oleh Tante Mei.
“Ahh.. Tante enak sekali Tan. Tante hebat deh.. uhh.. enak sekali Tan”Kataku keenakan.
Dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan tanganku juga mulai bergerilya keseluruh tubuh Tante Mei. Kubelai-belai dan kuremas-remas kedua gundukan didada Tante Mei, sambil kuciumi wajah dan belakang telinga Tante Mei. Dari telinga lalu kucumbu bibir Tante Mei yang mungil itu, kamipun bersilat lidah dengan mesra. Lalu kumasukkan tanganku kedalam bajunya dan kusingkap BH-nya keatas sehingga kedua gundukan milik Tante Mei langsung keluar. Mungkin karena sudah agak tua gundukan itu sudah lembek dan tampak sedikit berkeriput, tapi tidak menbuat aku menjadi malas, karena sudah menjadi tekatku untuk memberikan service yang terbaik kepada semua pelangganku.
“Ahh.. remas yang kuat sayang, putingnya juga dipilin-pilin yang kuat.. ahh.. nikmat sekali serasa terbang keawan.. ahh.. kamu pinter sekali say.. uhh terus yang kuat.. ahh”Kata Tante Mei sambil mendesah-desah.
Sedang asik-asiknya bercumbu tiba-tiba bel berbunyi dan ternyata room boy datang membawakan pesanan Tante Mei tadi, dan sambil tergesa-gesa dan tersenyum-senyum kami berdua merapikan baju kami. Setelah membayar dan memberi tip, room boypun keluar. Dan Tante Mei langsung menyerbu bibirku dengan ciuman yang liar dan bergelora sambil memeluk tubuhku. Kusambut dan kubalas ciuman itu dengan liar dan bergelora sambil tanganku meremas-remas payudara Tante Mei yang belum masuk kedalam BH-nya. Sambil tangan yang satu meremas-remas payudara Tante Mei tanganku yang satu lagi membuka pengait BH dipunggungnya. Tik.. terbukalah sudah pengait BH Tante Mei, dan tanpa melepaskan ciuman yang sedang hot-hotnya kubuka satu-persatu kancing baju Tante Mei, yang juga diikuti oleh Tante Mei yang ikut membuka baju dan celanaku.
Setelah baju yang kami pakai lepas semua cumbuan kami lebih bergairah lagi, dan akupun mulai menyumbui seluruh tubuh Tante Mei atau yang lebih dikenal dengan sebutan”Mandi kucing”. Ku bimbing Tante Mei ke tempat tidur dan ku tidurkan dia di tepi tempat tidur yang berukuran king size itu. Mulai aku cium dan jilati seluruh tubuh Tante Mei dari atas rambut sampai ujung kaki yang pasti akan membuat Tante Mei mendesah dan menggelinjang-gelinjang jika ciuman dan jilatanku mengenai bagian sensitif tubuhnya. Kumulai ciumanku disekitar wajah Tante Mei sampai kebelakang telinga dan kujilati lubang telinganya serta kusedot-sedot cuping telinga Tante Mei yang membuat Tante Mei semakin bergairah.
“Ah Fer.. kamu hebat sekali membangkitkan gairah Tante oh.. enak sekali cumbuan kamu Fer”ujarnya sambil mendesah-desah.
Tangan Tante Mei mulai menggapai-gapai senjataku dan mengocok-kocok senjataku, dengan lembut kusingkirkan tangannya.
“Jangan dulu ya Tan.. sekarang Tante nikmati saja semua yang akan saya lakukan pada Tante”Kataku didepan telinganya sambil menghembuskan nafas-nafas erotis yang makin membuat Tante Mei melambung ke awang-awang.
“Ouh.. Fer.. suara kamu seksi sekali sayang dan hembusan nafas kamu semakin membuat Tante bergairah.. ouhh.. sayang, Tante akan menuruti semua keinginan kamu sayang asal kamu terus membawa Tante keawang-awang seperti ini”Jawab Tante Mei.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Tante Mei, lalu ciumanku mulai turun menuju lehernya ciuman dan jilatanku mengelilingi leher Tante Mei, tak ada sedikitpun daerah yang lepas dari ciuman dan jilatanku. Tanganku pun tidak pernah diam membelai dan megusap bagian tubuh Tante Mei yang lainnya mulai dari dada sampai lengan dan paha semuanya kubelai dengan lembut dan erotis untuk menambah gairah Tante Mei. Lalu tangan Tante Mei membimbing tanganku kearah dalam bagian pahanya, akupun mengerti maksud dari Tante Mei tadi, aku angkat tangan Tante Mei keatas sehingga ketiaknya terpampang lebar dihadapanku. Tanpa membuang waktu langsung kucumbu ketiak Tante Mei yang berbulu halus dan rapi, dan langsung membuat Tante Mei memeluk erat kepalaku.
“Ahh.. gila kamu Fer, pintar sekali cara kamu mencumbu Fer.. ahh.. ga pernah aku merasakan cumbuan seperti ini.. uhh.. sedot yang kuat Fer, yang kuat, gigit.. uhh.. gigit ketiakku sayang.. ahh..”Kata Tante Mei sambil mendesah-desah dan menekan kepalaku kuat-kuat ke ketiaknya yang beraroma khas wanita.
Sambil mencumbu ketiak Tante Mei tanganku membelai leher dan kupingnya, lalu turun kedada dan meremas-remas kedua gunung dan ujung gunungnya yang mengeras karena napsu. Ciuman dan jilatanku pun mulai berpindah menuju kearah lengan bagian dalam, kujilati lengan itu dari bawah keatas dan kembali lagi kebawah, lalu menuju kearah dadanya. Setelah bermain sesaat di dada, tanganku turun lagi menuju perutnya dan aku usap-usap perut Tante Mei sambil memainkan lubang pusarnya, sedangkan cumbuanku mulai menuju ke kedua gunung payudaranya. Kuciumi dan kujilati dengan ujung lidahku payudara Tante Mei dari pangkal menuju putingnya secara berputar menggunakan bibir dan lidah. Dan saat mencapai puncak payudara kusedot-sedot dan kujilat-jilat puting payudara yang sudah mengeras itu. Dan seperti ketika aku mencumbu ketiaknya, Tante Mei juga menekan kepalaku dan meremas-remas rambutku sambil menggigiti bibirnya sendiri dan mendesah-desah keenakan.
“Ahh.. sedot putingku yang keras Fer yang keras sampai copot.. ahh.. iya seperti itu.. ohh.. enak sekali say.. ohh..”Kata Tante Mei mengajariku.
Kuperlakukan kedua payudara itu sebaik mungkin dan selembut mungkin sehingga menambah rangsangan-rangsangan yang dapat membuat Tante Mei tambah melambung tinggi. Kemudian tanganku turun lagi menuju paha bagian dalamnya, dan kubelai-belai paha bagian dalam itu dengan lembut menggunakan ujung jari-jariku yang menimbulkan rasa geli-geli nikmat yang menambah rangsangan pada Tante Mei.
“Ohh.. Fer.. belaian kamu dan cumbuan kamu.. ohh.. semuanya membuat Tante tambah melayang keawang-awang Fer.. ahh.. benar-benar pintar cara kamu merangsang wanita Fer.. uhh”Kata Tante Mei.
Dan ketika tangan saya mulai masuk lebih kedalam lagi ternyata disana sudah basah sehingga membuatku semakin bersemangat untuk membuat Tante Mei makin melambung tinggi lagi. Segera saja jari-jariku bermain disana, memainkan bibir vagina serta daging kecil yang sudah menyembul dari sela-sela bibir vaginanya. Ku gosok-gosok dan kuputar-putar jari tanganku disitu serta sewaktu-waktu kutarik dan kujentik-jentik daging kecil yang bernama klitoris itu. Ketika ciuman dan jilatanku turun lagi keperut dan lidahku bermain di lubang pusar, dengan tiba-tiba pula kumasukkan jariku kedalam lubang surga milik Tante Mei yang membuat dia tersentak kaget dan langsung menjambak dan meremas-remak rambutku.
“Ahh.. kau benar-benar gila sayang.. ahh.. aku.. aku.. ahh”Tante Mei sampai tak bisa berkata-kata lagi karena menerima kenikmatan yang tak terduga itu.
Lalu kukocok jari-jariku didalam lubang surga Tante Mei sambil Ibu jariku menekan-nekan dan berputar-putar di klitorisnya, dan cumbuanku naik lagi menuju kedua payudaranya yang dibusungkannya seakan meminta untuk dicumbu lagi. Tak lama setelah kukocok vagina dan klitoris milik Tante Mei serta menghisap-hisap kedua payudaranya, Tante Mei mengerang lebih gila lagi.
“Ahh.. Ferr.. ahh.. gila kamu Fer, aku sudah hampir sampai Fer.. ahh.. terus.. terus.. ahh.. aku.. aku.. sampai.. aku sampaii.. ahh”Erang Tante Mei ketika mencapai orgasmenya yang pertama.
Dia mengerang sambil menjambak dan mencakar-cakar rambut dan tubuhku, dan tak kuhiraukan semua kelakuan Tante Mei itu, tetapi aku terus mengocok dan menyedot dangan keras klitoris, vagina, dan puting payudara Tante Mei secara bergantian sehingga dia semakin beringas merasakan orgasmenya.
“Ahh.. Fer.. sudah Fer.. aku nggak kuat Fer.. aku nggak kuat.. ohh.. aku.. aku.. aku dapet lagi Fer.. aku dapet lagi.. ahh”Erang Tante Mei ketika mendapat orgasmenya lagi yang kedua.
Dia mengejang dan jambakan di rambutku semakin keras serta kakinya menendang-nendang karena tak kuasa menahan nikmatnya orgasme yang ku berikan lewat cumbuan mulut dan tanganku. Sambil menjambaki rambutku tangan Tante Mei yang satunya lagi meremas-remas payudaranya sendiri, dan vaginanya yang sudah banjir itu membuat aku tak tahan untuk segera merasakan cairan yang mengalir keluar. Segera kuhentikan semua kegiatanku dan langsung aku beralih ke vaginanya yang banjir dan memerah itu. Langsung kujilat dan kusedot-sedot semua cairan yang mengalir dari dalam vagina Tante Mei.
“Ahh.. sudah Fer.. ahh.. cukup Fer.. jangan lagi Fer.. ohh.. aku sudah lemes.. ahh.. Fer.. kamu memang gila Fer.. cukup Fer.. ahh”Kata Tante Mei memohon tetapi tangannya tidak seperti yang dia inginkan, tangan Tante Mei malah menekan kepalaku lebih kedalam lagi.
“Ahh.. Fer.. kamu.. kamu memang gila dan hebat.. aku benar-benak nggak kuat Fer.. ahh.. aku.. ahh.. aku dapet lagi Fer.. dapet lagi.. ahh”ceracau Tante Mei lagi dan kemudian dia mengejang lagi.
Dihimpit dan ditekannya kepalaku di vaginanya yang sudah basah dan tambah basah lagi oleh cairan yang mengalir keluar lagi oleh orgasmenya yang ketiga, dan kesempatan itu tak kusia-siakan, langsung kusedot dan kujilati semua cairan yang mengalir keluar dari dalam vagina itu, kujilat dan kusedot semuanya. Tak kusangka wanita seperti Tante Mei yang terlihat anggun dan lembut bisa seperti itu bila mendapatkan orgasmenya. Ketika Tante Mei mulai melemas, kulepaskan mulutku dari vagina Tante Mei untuk memberikan kesempatan dia untuk beristirahat, dan ketika kulihat vagina Tante Mei yang berwarna kemerah-merahan akibat kocokkan, jilatan serta sedotan-sedotanku itu ternyata masih ada sedikit cairan yang meleleh keluar membasahi bibir vagina Tante Mei. Dan kulihat Tante Mei masih terpejam merasakan kenikmatan yang berulang-ulang dariku. Ku kecup kening Tante Mei dengan lembut dan kubiarkan dia istirahat sejenak sambil kupijit tubuh Tante Mei yang juga merupakan bagian dari serviceku kepada pelangganku untuk memulihkan tenaganya agar dia bisa memperoleh kenikmatan lagi nantinya, dan ternyata pijatan ku membuat Tante Mei tertidur pulas.
Melihat Tante Mei tertidur, akupun merebahkan diri untuk istirahat. Tak terasa mataku terpejam dan tertidur. Entah berapa lama aku tertidur, aku terbangun karena ada rasa nikmat yang terasa didaerah selangkanganku, tepatnya di penisku. Ketika kubuka mataku, kulihat Tante Mei sedang asik menjilati dan mengulum penisku yang sudah berdiri kencang. Kubiarkan Tante Mei mengulum dan menjilati penisku sambil aku pura-pura tidur. Tapi kuluman Tante Mei semakin menggila dan membuat aku tak kuat lagi menahan mulutku untuk tidak bersuara.
“Ahh.. Tante.. enak Tante.. ahh..”hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku.
Kulihat Tante Mei melirik dan tersenyum genit kearahku, dan melanjutkan kulumannya yang semakin liar dan menggila. Akupun tak mau ketinggalan, segera kuraih bongkahan pantat milik Tante Mei dan langsung kuarahkan bongkahan itu kemukaku sehingga membentuk posisi 69, dan langsung ku serbu bibir vagina dan klitoris milik Tante Mei.
“Uhh.. hebat kamu Fer.. uhh.. enak Fer.. hisap yang kuat itilku Fer.. yang keras sampai copot.. Ahh.. gila kau Fer.. ahh”Desah Tante Mei keenakan.
Dan tanpa menunggu lagi segera kutusuk lobang surga Tante Mei dengan 2 jariku yang langsung masuk dengan mudah karena sudah basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya.
“Ahh.. Fer.. kamu benar-benar pintar dan gila.. ahh.. aku dapet lagi Fer.. ahh.. Fer aku.. aku dapet lagi Fer.. ahh”Teriak Tante Mei sambil mengejang dan menjepit kepalaku yang tepat berada diselangkangannya dan menduduki mukaku membuatku susah bernafas.
Setelah agak melemas aku memakai kondom(aku menggunakan kondom untuk menjaga kenyamanan dan keamananku dan pelangganku) dan mulai kuatur posisiku pada posisi siap untuk menusukkan penisku kedalam lubang kenikmatan milik Tante Mei. Sebelum kumasukkan kedalam lubang kenikmatannya kugesek-gesekan penisku dibibir vagina dan kutepuk-tepukan keklitoris Tante Mei yang rupanya membuat Tante Mei makin terangsang.
“Ahh.. Fer.. sudah Fer cukup.. ahh.. cukup tolong Fer masukkan kontol kamu Fer.. ahh.. Tante udah nggak kuat lagi.. ahh”Rengek Tante Mei kepadaku.
Segera kumasukan senjataku perlahan-lahan untuk menambah sensasi yang dirasakan oleh Tante Mei.
“Ahh.. kamu memang pintar Fer.. ahh.. ayo sayang sekarang kocok senjatamu.. kocok sampai pelurunya muntah didalam memekku sayang.. ahh”Kata Tante Mei lagi.
Dan kukocok senjataku didalam memek Tante Mei sambil kuvariasi dengan goyangan-goyangan. Tante Mei sendiri juga tidak mau kalah, dia juga ikut menggoyang pinggulnya sehingga memberikan rasa seperti di pelintir-pelintir batang senjataku.
“Ahh.. Tante enak sekali goyangan Tante.. ahh.. rasanya seperti dipelintir-pelintir Tan.. ahh”Kataku sambil menikmati goyangan-goyangan pinggul Tante Mei yang makin seru setelah mendengar kata-kataku.
“Akhh.. Fer.. Tante mau sampe Fer.. ahh.. kamu masih lama ga Fer.. Tante sudah nggak kuat.. ahh”Kata Tante Mei memberitahuku.
Tanpa basa-basi langsung kucabut senjataku, sehingga Tante Mei menjadi kaget dan bingung.
“Ahh.. Fer.. kok dicabut.. ayo dong sayang.. jangan kamu siksa Tante seperti ini.. ahh.. kamu jahat sekali Fer”Rengek Tante Mei sambil memainkan tangannya di memek dan klitorisnya agar tidak kehilangan orgasme yang akan diraihnya, sedangkan aku hanya menonton Tante Mei yang semakin keras menggosok-gosok memek dan klitorisnya sambil meremas-remas sendiri payudaranya.
“Ahh.. Fer.. kamu memang jahat.. ahh.. kamu.. kamu jail.. ahh.. kamu jahat.. ahh.. Fer.. Fer.. ahh”Kulihat Tante Mei mengejang-ngejang ketika dia mendapatkan orgasmenya.
Sebelum orgasme yang didapat oleh Tante Mei hilang langsung ku balikkan badan Tante Mei sehingga Tante Mei sekarang dalam posisi menungging, dan langsung kutusukan senjataku kedalam lubang surga milik Tante Mei.
“Ahh.. kamu memang gila Fer.. kamu gila dan jahat.. kamu.. ahh.. ahh.. kamu.. ahh”Tante Mei sudah tidak dapat berkata-kata lagi, dia hanya bisa merasakan kenikmatan yang datang setelah senjataku masuk dan kukocok dengan keras sambil tanganku meraih payudaranya dari belakang dan meremas-remasnya sambil putingnya kupelintir-pelintir dan kutarik-tarik.
Kukocok dan kugoyang-goyang pinggulku dengan keras dan brutal, sambil sekali-sekali kuremas pantatnya dan kutusuk lubang dubur Tante Mei dengan jari kelingkingku.
“Ahh.. Fer.. kamu.. kamu.. akhh.. Fer.. Tante.. Tante dapet lagi Fer.. dapet lagi.. ahh.. ahh.. nikmat sekali.. ahh.. aku.. aku.. ahh”Kemudian Tante Meipun mengejang-ngejang dan menggelepar-gelepar seperti ikan yang kehabisan oksigen.
Karena aku masih belum mencapai orgasme, kucabut senjataku dan kurebahkan tubuhku dikasur, Tante Mei langsung mengerti kemauanku. Langsung dia menaiki tubuhku dan langsung memasukkan senjataku kedalam memeknya yang sudah basah oleh cairan kenikmatan yang didapatnya secara beruntun. Kugoyang-goyang pinggulku sehingga senjataku mengorek-ngorek lubang memek Tante Mei, sedangkan Tante Mei menaik turunkan pantatnya mengocok senjataku dari atas. Sambil mengoyang pinggulku, tak kuhilangkan kesempatan untuk menyedot payudara milik Tante Mei yang menggatung tepat didepan mataku. Kuserbu kedua payudara itu, kusedot-sedot dan kujilat-jilat putingnya.
“Ahh.. Fer.. enak Fer.. hisap yang kuat sayang.. ahh”Kata Tante Mei sambil menekan kepalaku ke payudaranya dan ditekan pinggulnya kuat-kuat kebawah sampai kurasakan senjataku mentok kedalam memeknya dan di putar-putar pinggulnya kekiri dan kekanan, sehingga kurasakan batang senjataku seperti diperas-peras.
“Ahh.. Tante.. enak Tan.. ahh.. aku mau keluar Tan.. ahh”Kataku pada Tante Mei sambil terus menghisap dan menjilati kedua payudara Tante Mei.
“Ohh.. akhirnya.. kamu keluar juga sayang.. Tante juga mau dapet lagi say.. ohh.. kamu hebat say.. kamu.. hebat.. ayo kita sama-sama say.. ahh.. sama-sama keawang-awang.. ayo sayang.. ohh.. ohh”ceracau Tante Mei sambil mengejang dan tambah menggila menggoyang dan menekan-nekan pinggulnya sehingga membuat aku merasakan geli-geli nikmat.
“Ahh.. Tante.. aku keluar Tan.. aku keluar.. ahh”Erangku sambil mengejang dan menyemprotlah cairan maniku yang banyak, menyusul Tante Mei yang juga mendapatkan kenikmatan kesekian kalinya yang tiada taranya.
Dan setelah kami berdua mengerang dan mengejang, kamipun terkulai lemas. Tante Mei yang masih berada diatasku langsung merebahkan tubuhnya ke dadaku dan kusambut dengan pelukan dan kukecup kening serta bibir Tante Mei, lalu kucabut batangku dan kurebahkan Tante Mei disampingku sambil tetap kupeluk dengan mesra. Kulihat Tante Mei memejamkan matanya sambil mengatur nafasnya, sedangkan aku sendiri juga mengatur nafas sambil tersenyum senang karena pelanggan pertamaku dapat kupuaskan. Setelah nafasnya teratur Tante Mei membuka matanya dan menatapku dan tersenyum puas.
“Aduh Fer.. kamu ini bener-bener pinter deh. Tante sampe kewalahan melawan kamu. Tante puas sekali Fer.. puass sekali.. ohh.. kamu benar benar membuat Tante terbang ke awang-awang.. hmm.. kamu sendiri gimana Fer?”Kata Tante Mei sambil bertanya.
“Ah Tante.. buat saya sih yang penting Tante dulu. Kalau Tante puas.. saya juga puas.. karena buat saya Tante lebih penting dari saya.”Jawabku sambil membelai rambut Tante Mei dan mengecup keningnya, lalu kamipun bedua tertidur sambil berpelukan.
Dan ketika terbangun kami mandi berdua dan akhirnya kami melakukannya lagi dikamar mandi, dan lagi-lagi Tante Mei terkapar lemas dan puas. Kami melakukan terus sampai esok paginya kita check out dari hotel. Sebelum meninggalkan kamar Tante Mei memberikan amplop kepadaku yang langsung kumasukkan ke dalam kantong.
“Nggak di itung dulu Fer?”Tanya Tante Mei padaku.
“Ah Tante.. ada-ada saja, saya percayalah sama Tante”Jawabku lagi.
“Jangan gitu dilihat dulu, kalo kurangkan masih ada Tante disini dan kamu bisa minta lagi”Jawab Tante kemudian.
“Hmm.. oke deh.. kalo Tante maksa.. tapi kalo aku merasa kurang, aku minta lagi Tante jangan marah ya.. he he”Jawabku bercanda.
Dan ketika kulihat isi amplop, aku terperanjat ternyata isinya uang dolar amerika sebesar $ 300.
“Wah.. Tante.. ini sih lebih dari cukup Tan.. apa Tante nggak keberatan nih? Apa Tante nggak salah ngasih saya amplop? Ini uang dolar sebesar $ 300 loh Tan.. nggak salah nih Tan?”Tanyaku terkejut.
“Kamu mau nggak? Kalo buat Tante sih itu nggak salah, sebab kamu benar-benar bisa memuaskan hasrat Tante semalaman. Dan juga itu termasuk persenan untuk nantinya kalo Tante lagi kepengen kamu harus langsung menemui Tante”Jawab Tante Mei enteng.
“Wah.. terima kasih Tante.. Tante baik sekali.. kalo gitu kapan Tante mau Tante tinggal hubungi saya saja, saya pasti dateng Tan.. terima kasih ya Tan”Jawabku lagi sambil mengecup kening dan pipi serta bibir Tante Mei yang tersenyum melihat aku kegirangan.
Dan setelah pengalaman pertama Tante Mei denganku, sampai sekarang dia selalu menghubungi aku jika dia sedang kepengen, dan akhirnya diapun menjadi pelanggan tetapku.