Fafa meratakan spermaku ke dadanya, perut dan mengusapkan ke wajahnya. Baru kemudian dibasuh dengan air shower. Aku membantunya menggosok tubuhnya dari sisa-sisa sabun yang masih menempel. Tapi tetap saja, yang lama kugosok buah dadanya yang ranum itu. Putingnya kuhisap-hisap, kumainkan dengan lidahku.
"Entar lagi", bisiknya.
"Nggak usah pakai handuk Fa..", kataku ketika Fafa mau keluar menuju tempat tidur.
Fafa tersenyum. Dia keluar telanjang. Aku mengikuti. Fafa langsung ke tempat tidur. Hawa sudah hangat.
"Lapar?", tanyaku.
"Sangat".
Fafa duduk selonjor bersandar ke belakang. Fafa duduk di atasku. Vaginanya menempel erat di penisku. Sepiring mie goreng di tengah, kita makan berdua. Kami makan lahap. Cepat tandas. Aku raih nasi goreng dan kita makan bersama. Sambil makan, Fafa menggerak-gerakkan pantatnya. Penisku yang terjepit mulai mengeras.
"Sakit Fa..", bisikku.
"Sebentar.., tolong pegang piringnya", ujarnya sambil mengangkat pantatnya kemudian memegang penisku yang sudah siap tempur. Perlahan dimasukkan ke vaginanya. "Bless".
"Nggak sakit kan?", katanya sambil duduk.
Piring yang aku pegang diminta lagi. Gila, kita lalu makan sambil penisku menancap di vaginanya. Fafa menggerak-gerakkan pinggulnya sambil makan. Akhirnya habis juga sepiring nasi goreng. Kuambil coca-cola dingin. Segar..
"Siap?", tanyanya.
"Ntar dulu, biar turun nasinya", kataku.
Aku raih Fafa, kupeluk dan kutidurkan di atasku. Penisku tetap menancap di vaginanya. Karena Fafa tingginya tidak beda jauh denganku, maka wajah Fafa tepat di wajahku. Kami diam menikmati barang kita yang sedang bersatu. Agak lama kita diam. Tanganku memeluk erat punggungnya.
Ruangan makin hangat. Bahkan cenderung panas. Kami mulai berkeringat. Wangi tubuh Fafa menyapu hidungku.
"Mau didinginkan AC-nya?", tanyaku.
"Dikit aja. Panas makin asyik. Makin berkeringat..", ujarnya.
Fafa menggulingkan tubuhnya telentang di sampingku. Clepp.., bunyi ketika penisku tercabut dari vagina Fafa. Aku berbalik memandang Fafa. Kucium bibir Fafa dalam-dalam. Fafa menyambut dengan menyedot dalam-dalam bibirku. Disedotnya pula lidahku. Lalu turun ke leher dan akhirnya kuhisap-hisap puting susunya yang menantang. Fafa melenguh-lenguh. Tangannya memeluk kepalaku, mengusap-usap dan menekan agar aku lebih mengulum dadanya. Capek. Kucium ganas mulutnya. Tanganku meraba-raba pahanya. Lalu mengusap-usap rambut kemaluannya, berulang-ulang. Jari tengahku lalu memasuki vaginanya. Kumasukkan perlahan-lahan. Keluar masuk. Kepala Fafa bergerak tak beraturan ke kiri, kanan, kadang maju, mundur. Kayaknya mulai on lagi. Aku pindah lagi. Kujilati putingnya dengan lidahku. Kupuntir-puntir, kusentuh-sentuh dengan ujung lidah. Lalu kuhisap dan kukunyah. Berulang-ulang. Matanya terpejam menikmati permainanku. Bibirnya kulihat meringis menahan nikmat. Jari tengahku menemukan klitorisnya. Kumainkan. Kutekan, kugelitik dan kutangkap dengan jempolku lalu kupencet pelan-pelan. Fafa makin menggelinjang. Keringat mengucur di wajah dan lehernya. aakkhh.., Fafa menjerit dan menegang. Tanganku terjepit pahanya. Sejenak Fafa terdiam.
"Gile.., bener..", desahnya sambil memandangku.
Aku turun dari tempat tidur. Kusetel AC menjadi 28. Hembusan hawa agak dingin mulai menyapu ruangan. Lampu utama kumatikan. Juga lampu dekat kamar mandi. Pintu kamar mandi kututup agar cahayanya tidak masuk. Yang menyala hanya lampu kecil di kedua sisi atas tempat tidur.
Aku berdiri di samping tempat tidur. Kupandangi Fafa yang bugil tanpa selimut. Indah, sempurna. Berkulit putih bersih tanpa ada cacat atau bekas goresan dan luka setitik pun. Kedua tangannya ditarik ke belakang kepala. Rambutnya tergerai di kedua sisi bantal. Matanya terpejam seperti menikmati orgasme yang baru kuberikan. Dadanya menantang. Putingnya mencuat. Wajah, leher dan dadanya basah oleh keringat. Seksi sekali. Kulayangkan pandangan ke bawah. Perutnya rata, tanpa lekukan lemak. Pinggangnya kecil. Pinggulnya seakan selalu siap ditempel. Rambut-rambut vaginanya sebagian menyeruak ke atas. Pahanya juga kecil, panjang, seperti jangkrik. Betisnya panjang. Mulus sekali. Ramping. Jari-jari kakinya lentik. Indah. Jagat Dewa Batara! Mimpi apa aku semalam! Aku menelan ludah. Tanpa sadar aku mengelus-elus penisku.
"Jangan onani sendiri.., naik", kata lirih Fafa mengagetkanku.
Matanya masih terpejam. Fafa menggeliat. Dadanya dinaikkan. Duhai.., indahnya. Putingnya mencuat. Sekeliling payudaranya basah oleh keringat. Kakinya ditekuk sedikit. Mulus sekali..
Kurebahkan badanku di samping Fafa. Kumiringkan badanku. Kupeluk Fafa dari samping. Fafa tetap diam. Matanya terpejam. Nafasnya agak cepat tapi teratur. Kaki kananku di atas pahanya. Lututku tepat berada di tulang vaginanya. Kugerak-gerakkan mengusap rambut kemaluannya. Penisku menempel erat pinggul sampingnya. Tanganku mengusap-usap payudara kirinya.
"Giliranku..", ujar Fafa langsung bangun dan duduk bersila di sampingku. Dipandanginya tubuhku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Fafa tersenyum. Dibasahinya bibirnya dengan lidahnya.
Tanpa basa basi, langsung dipegangnya penisku dengan tangan kirinya. Uff.., Aku memejamkan mata. Dipermainkan di penisku. Dicengkeram kuat, lalu dilepas. Cengkeram lagi, lepas lagi. Senut-senut rasanya. Jempol jarinya lalu mengusap-usap topi baja penisku. Aku merasa melayang. Apalagi kalau jarinya tepat menyentuh ujung penisku. Uuuff.., rasanya tak tergambarkan.
Dengan ganas Fafa lalu menyerbu mulutku. Dilumat dan dihisapnya bibirku hingga aku sesak nafas. Rambutnya yang agak pirang tergerai menerpa wajahku. Mulut Fafa terus menerobos mulutku, dan lidahku menyusup masuk ke mulutku. Bagai ular, kurasakan mulut itu menari-nari, mematuk-matuk lidahku. Mulut Fafa menyerbu mulutku yang kubuka dan menghisap lidahku dalam-dalam. Dimainkan lidahku di mulutnya, dikeluarkan sedikit, dan dihisapnya lagi. Nikmat sekali.
Tangan Fafa tak kalah aktif. Dikocoknya penisku dari lembut, makin cepat, cepat dan lembut lagi. Permainan ini kunikmati sambil memejamkan mata. Aku merasa di awang-awang. Tanganku menemukan payudaranya, dan kuremas-remas. Kenyal dan nikmat sekali untuk diremas. Jariku memainkan putingnya dan memang menonjol karena terangsang.
Fafa melepas ciumannya dari bibirku dan mulai menciumi wajahku. Dari dahi, kelopak mata, pipi, lalu turun ke leher dan telinga. Dihisapnya telingaku bergantian. Ini membuatku geli namun mm.., nikmat sekali.
Fafa mulai menciumi dadaku. Sampai di puting, dimainkan lidahnya di putingku. Bergantian. Rasanya tak tertahankan. Dihisapnya putingku, dan di dalam mulutnya, putingku dipelintir dengan lidahnya. Aakkhh..
Fafa kemudian merubah posisi. Tangannya tidak lepas dari penisku. Fafa melangkahi aku, dan dengan perlahan Fafa hendak mendudukiku. Dibimbingnya penisku untuk memasuki lubangnya. Dan uuff.., bless.., penisku masuk ke lubangnya. Clep..!, Fafa langsung duduk dengan mantap. Penisku tenggelam di vagina Fafa.
Aku membuka mataku. Fafa tersenyum manis. Dadanya yang indah dengan puting yang menonjol tergantung dengan manisnya. Tanganku tak kuasa untuk tidak meraihnya. Kuusap pelan payudaranya. Juga putingnya.
"Kamu cantik dan seksi sekali Fa..", kataku tulus dan pelan.
Fafa mulai menggerakkan pinggulnya. Pelan, memutar. Aku masih diam. Tapi kedua tanganku mengelus-elus kedua dadanya.
Fafa mulai menggerakkan pinggulnya makin cepat. Aku mulai menaik-turunkan pantatku. Nikmat sekali. Tangan Fafa mendekap tanganku di dadanya. Menekan agak keras. Aku makin mengeraskan cengkeramanku pada dadanya. Kuremas keras. Fafa makin gila. Pinggulnya berputar hebat. Erangan Fafa makin keras.
"Akkhh.., aakhh.., tusuk lebih keras..", erangnya.
Aku makin ganas menembak Fafa. Untung spring bednya bagus, bisa memantul. Makin keras aku menyodok, makin keras desahan dan erangan Fafa. Dan aakkhh.., Fafa mengerang panjang, menggelinjang, lalu diam. Fafa lalu rebah ke atasku. Kupeluk erat tubuhnya. Ternyata Fafa mengalami orgasme.
Penisku masih tegak dan keras dalam vagina Fafa. Aku mulai menggerakkan perlahan. Fafa duduk lagi. Kali ini Fafa mengambil posisi jongkok. Mulanya diangkatnya pantatnya pelan, lalu dimasukkan lagi pelan. Makin lama makin cepat. Aku juga makin cepat, makin keras dan makin dalam menusuk Fafa. Gila!, Bagai naik kuda, Fafa menghunjamkan vaginanya ke batangku di bawahnya. Fafa mulai mengerang lagi. Dengan binal Fafa menaik-turunkan pantatnya dan kuserbu vaginanya dengan penisku.
"Akkhh.., akhh..", Fafa terus mengerang.
Ketika pantat Fafa meluncur ke bawah, dengan kekuatan penuh aku naikkan pantatku. Kusambut vaginanya dengan penis perkasaku. Aku tak tahu lagi rasa nikmat apa ini. Berulang-ulang kami mereguk kenikmatan. Mata Fafa terpejam. Kepalanya tengadah ke atas bergoyang-goyang. Seksi sekali. Keringat deras mengucur dari wajah dan lehernya yang putih bersih.
Aku merasa hampir sampai. Kupercepat tusukanku. Akkhh.., akh.., akhh.., cepat.., cepat. Fafa juga makin liar. Gerakannya makin tak beraturan.
"Aku mau keluar Fa..", bisikku pada Fafa, Fafa diam saja. Terus saja dia menggoyangku. Dan akkh.., Fafa menjerit lagi. Kejang. Menggelinjang lagi. Orgasme lagi dia! Kurasakan jepitan Fafa makin kencang.
"Fa.., di dalam atau di luar..?", tanyaku sambil ngos-ngosan karena terus menggoyang Fafa.
Fafa kemudian mencabut vaginanya dari penisku. Dikocoknya penisku cepat. Akkhh.., makin cepat Fafa mengocoknya, berulang-ulang. Tapi belum juga keluar.
"Kulum Fa", pintaku.
"Aku belum pernah", jawabnya sambil terus mengocok.
Namun Fafa kemudian menunduk dan memasukkan penisku ke mulutnya. Tangannya tetap mengocok. Fafa tidak memainkan lidahnya atau mengemut-emut penisku. Mungkin masih janggal. Aku yang mulai. Kunaik turunku pantatku. Penisku keluar masuk mulut Fafa yang terus mengocok. Dan, akkhh.., akkhh.., eemm.., berkali-kali spermaku muncrat dalam mulut Fafa. Namun Fafa tetap saja mengocok. Aku merasa diperas sampai habis spermaku. Agak lama penisku dalam mulut Fafa. Ketika sudah loyo, Fafa mengeluarkan penisku. Diambilnya tissu dan disekanya bibirnya. Dikeluarkannya spermaku dari mulutnya dan diseka dengan tissu berikutnya. Kemudian fafa mengambil coca cola, berkumur dan ditelan. Kupandangi Fafa yang luar biasa dengan perasaan kagum. Fafa tersenyum padaku. Kemudian dipeluknya aku. Kami masih telanjang. Kutarik selimut. Kupeluk Fafa erat-erat. Kami lalu bobok.
Paginya kami bercinta lagi di kamar mandi. Sungguh beruntung sekali. Tak terduga. Tak dinyana. Gadis secantik Fafa bisa kusetubuhi berulang kali tanpa rencana.
Siang di kantor, ada email dari Fafa, "Pak, nanti sore kalau boleh Fafa ikut lagi. Mobil Fafa belum selesai".
TAMAT
Posted by Bokep
Posted on 6:27 AM