Wajah Pak Bowo menjadi serius, dia menjelaskan kalau memang dia interest sama Priska. Apalagi untuk sekretaris. Aku tidak mengerti kenapa harus Priska, dan saya mencoba menjelaskan bahwa akupun pernah bekerja dan untuk pekerjaan sekretaris pasti aku bisa. Pak Bowo tersenyum. “Priska benar2 gak mau ya mbak?” aku mengangguk mengiyakan.


“Sayang padahal lumayan kalau punya sekretaris seperti Priska, kalau mbak Mila saya nggak mau, kalau ada apa2 saya kan nggak enak sama suami mbak. Sekretaris saya di kantor satunya juga single, kalau harus ke luar kota nganter saya kan nggak enak. Kalau sama mbak kan nanti istri saya tau saya keluar kotanya gak sendirian.”



“Oh gitu” sahutku. Ahh dasar laki2 batinku. “Jadi kalau dengan Priska bapak bakalan keluar kota dengan dia?” tanyaku. Pak Bowo tersenyum. “Kok bapak tau dia bakalan mau. Pernah ngobrol ya?” “Mbak Mila, maaf ya? Saya pernah mergokin dia pacaran di mobil. Dia sedang begini sama pacarnya” kata pak Bowo sambil memeragakan gerakan blow job.


“Mobilnya parkir di depan rumah saya, jam 1 malem gitu. Sempat saya mau bawa ke pos satpam tapi yaah karena dia waktu itu janji mau melakukan apa saja asal gak dilaporin ya sudah gak saya perkarakan. Jadi ya tolong bilang saja sama Priska, kalau saya sebetulnya nawarin ini sekalian nagih janji. Maaf ya mbak, kalau saya blak2an.



Mbak Mila beda sama dia, mbak kan orangnya alim, pasti tau lah kalau adiknya mbak yang melakukan begituan didalam mobil dengan pacarnya kita harusnya bagaimana ?. Maaf juga kalau kita semua laki2 ya begini ini”. Pak Bowo bercerita lebih panjang lagi yang pada intinya, dia memang suka melakukan memacu birahi dengan sekretarisnya, dan sebetulnya dia suka sama adik ku Priska yang cantik itu tapi kalau Priska tidak memegang janji ya jangan salahkan dia kalau Pak Bowo akhirnya membocorkan hal ini padaku.


Dia minta aku juga gakk cerita ke istrinya, karena dia juga gak akan melaporkan hal ini ke warga lainnya. Saya bilang ya sebetulnya kalau ditempat saya kerja dulu sih memang aku cukup tau kalau suka ada office staf yang affair apa lagi antara boss dengan anak buahnya yang wanita cantik.


“Yah pokoknya gitu Mbak, biar nanti saya cari yang lainnya aja. Kalau Mbak mah gak lah. Maaf ya saya nolaknya blak2an. Saya memang gitu orangnya. Semua yang jadi anak buah saya, harus orang yang bisa jaga rahasia bossnya. Makanya saya gak pake supir mbak. Dan istri saya juga gak ada yang kenal sama anak buah saya satu pun. Oh ya, si cantik itu kemana kok sudah lama gak main ke rumah Mbak?”.


“Gak tau pak, mungkin malu sama bapak saat dipergoki didalam mobil melakukan blow job dengan pacarnya.”


“Ya sudah, bilang sama dia ya kalau saya sudah bilang juga sama Mbak. Tapi yah sekarang mudah mudahan dia gak pacaran main gitu gituan lagi.” He he he…


Ya sudah aku pun berpamitan pulang. Di jalan aku memikirkan apa yang baru saja terjadi. Ah si Priska ada2 saja dalam hatiku. Dan Pak Bowo ternyata dendam juga Priskanya gak mau. Aku membayangkan bagaimana kecewanya pak Bowo tidak bisa mendapatkan jatah dari Priska. Lagian Priska sempat2nya janji yang nggak2 sama Pak Bowo.


Yah mungkin dia pikir supaya jangan sampai dilaporin Satpam waktu itu. Tapi aku juga kepikiran sama tingkah laku Pak Bowo yang ternyata bajingan juga. Pak Bowo lebih tua dari suamiku umurnya 50an dan pantas sih nakal2nya para lelaki dalam hatiku. Pasti sekretarisnya sudah jebol sama Pak Bowo, apalagi di ajak pergi keluar kota. Jadi selama ini Pak Bowo suka memperhatikan Priska rupanya.


Apa dia gak pernah memperhatikan aku ya….? Padahal dibandingkan Priska, banyak yang bilang aku sebagai kakaknya lebih cantik dan badanku jauh lebih sexy. Kembali pikiran aku jadi nakal.


Dasar memang aku perempuan murahan yang kegatelan batinku. Ehh jangan2 dia ngomong blak2an tadi sengaja nyoba aku kali ya.


Belum tau dia bahwa aku sebetulnya bagaimana sebelumnya, tapi sekarang aku sudah punya anak, suami yang baik, dan lagi pula sekarang aku telah menutupi seluruh tubuhku dengan busana wanita alim dengan jilbab lebar yang bertengger diatas kepalaku.



Pikiran itu terus menggangguku. Sampai di rumahpun aku masih yang tergoda untuk ngtest pak Bowo. Ha ha ha. Gimana ya kalau aku affair sama tetangga. Aduuuuh pokoknya aku jadi error. Waktu suamiku pulang, dan bertanya bagaimana sudah bicara dengan bu Bowo. Aku malah bilang aku mau coba ngelamar dan wawancara besok. Padahal sudah. Suamiku bilang enak juga kalau aku ada kerjaan tapi yang tidak mengganggu aktivitasku mengawasi anakku. Kalau diterima kerja suamiku berencana mencari supir untuk mengantarkan anakku dan aku kerja. Aku bilang aku kerja kan bisa bareng pak Bowo. Suamiku manggut2. Malamnya aku malah berpikir yang tidak2 tentang Pak Bowo, dan bagaimana rasanya memberi sekedar blow job padanya.


Ahh biarin aku datengin saja pak bowo besok pagi pikirku. Anakku sudah kelas 1 SD sekarang. Dan disekolah ini dia masuk jam 7.30 pulang jam 3. Pagi itu jam 7 pun aku sudah sampe di sekolah anakku dan segera ke kantor pak Bowo. Hari itu seperti halnya orang mau interview aku menggunakan baju panjang putih yang dulu sering aku gunakan kerja dan tak lupa memakai jilbab yang menghiasi kepalaku.


Cuma sengaja aku tak menggunakan peniti tambahan yang biasanya aku pake busana panjang itu, sehingga kancing bajuku agak renggang dan belahan dadaku sedikit kelihatan. Biar pak Bowo ngerti maksudku dalam hatiku. Lainnya aku pake jilbab abu abu dan rok panjang putih.


Jam 8 aku sudah sampe di kantor pak Bowo. Yang ada Cuma OBnya yang sedang membersihkan kantor. Pak Bowo baru datang ½ jam kemudian. Dia kaget melihatku datang. “Loh Mbak Mila lagi? Kenapa Mbak?” “Ya saya sudah cukup mengerti pekerjaannya pak, mungkin di interview atau di test dulu saya bersedia kok” sahut aku sambil tersenyum.


Pak Bowo memperhatikan aku dan kelihatan sekali dia memperhatikaan dadaku. “Oh bagus deh, kalau siap di test mbak. Say bener2 test kemampuannya ya mbak” “Iya Pak” sahutku sambil mengikuti pak bowo ke ruangannya. Sesampai di ruangannya, pak bowo memanggil OB nya untuk membersihkan ruang meeting, karena dia mau meeting di sana katanya.


Kemudian dia menelepon beberapa orang sambil membuka2 CV ku. Selesai menelepon dia keluar ruangan dan memerintahkan Pak Ari OBnya untuk mengantarkan dokumen ke rumah. Ahh pandai juga nih boss batinku. Setelah yakin pak Ari pulang. Pak bowo kembali keruangan. “Jadi sudah ngerti ya Mbak, kalau mau jadi sekretaris saya bagaimana?” saya mengangguk.


“Nggak nyesel kan punya boss seperti saya?” tanyanya lagi. “Nggak pak, asal pak bowo nggak nyesel punya anak buah seperti saya” jawabku. “Makanya saya test dulu ya? Ok coba berdiri Mbak!” Pak Bowo memperhatikan aku sambil mengitari tubuhku. “Wahh ini boleh juga mbak” Pak Bowo mencoba mengomentari dadaku. Cek cek mulai merayu nih orang. “Maaf pak, ini baju putih satu2nya waktu saya kerja dulu. Jadi saya gak sadar kalau sudah kekecilan. Kalau diterima saya beli lagi baju putihnya”.

“Bukan bajunya kok, yang isi di dalemnya Mbak”.

“Panggil saya Mila saja pak” sahutku. Waktu pak Bowo di belakangku dia tanpa ragu2 meremas pantatku.


“Hmmm masih kenceng nih Mil” “Iya pak”

Pak Bowo kembali berdiri di depanku, kali ini dia meraba2 dadaku. ” Hmmm keren juga” Pak Bowo dengan terampil membuka kancing bajuku, walau tidak melepas bajuku. Pak Bowo juga membuka tali BHku, dan menyingkapnya. “Ohh ini toh modalmu untuk jadi sekretarisku. Keren Mil, bagus banget.


Coba duduk Mbak Mila” Aku pun duduk sementara Pak Bowo berdiri mendekati aku. “Coba kalau sekretaris yang baik kira2 gimana sama bossnya kalau begini”. Aku mengerti maksudnya. Aku membuka sabuknya retsleting celananya dan membuka celana dalamnya.


Nampak penisnya yang besar panjang bergelantungan dengan sedikit tegang. Aku usap2 sebentar dan kemudian memasukkan ke mulutku sambil melihat wajah pak Bowo. Dia sedikit nyengir ketika aku mulai bergerak mundur maju. Pak Bowo mulai mendesah2 “Bagus Mil, ayo lagi” Penisnya mulai menegang.

Penis pak Bowo sangat besar, bila dibandingkan dengan punya suamiku Adi, hampir sama ukurannya dengan milik si Mbah Renggo guru para normal suamiku yang dulu pernah menyetubuhiku. Tapi diameternya agak lebih besar, dan warnanya merah muda menggemaskan. Ketika aku menjilat2 ujung penisnya Pak Bowo menggelinjang dan mengerang2.”Kamu ok juga.


Hehhhhhhh” ujarnya sambil menyodokkan penisnya jauh lebih dalam. Dan setelah itu aku merasakan pennies pak Bowo menjadi sangat keras tegak ke atas, membuatku agak harus merapat agar kepalaku bisa bergerak dari arah agak ke atas. Tanganku memegang pantatnya dan kemudian kepalaku bergerak cepat. “ha ha ha, pinter kamu…. Besok kalau kamu diterima kita meeting sama sekretaris yang lainnya supaya mereka bisa seperti mu” Ujar pak Bowo sambil memegang kepalaku dengan gemas.


Beberapa saat aku melepaskan penisnya dari mulutku, mencoba mengambil nafas. Pak bowo melepaskan celananya yang menggantung dan dia berjalan ke kursi sofa, dia pun duduk di situ. Aku menghampirinya dan bersimpuh di depannya kemudian melanjutkan menyepongnya. Dengan begitu payu dara ku menempel di pahanya.


Pak Bowo membelai2 kepalaku yang masih memakai kudung, punggungku dan kemudian berusaha membuka bajuku. Setelah bajuku terbuka dia melepaskan bra ku yang sudah ½ terbuka itu, jadi aku menghentikan sebentar menyepongku. Pak Bowo memainkan sebentar buah dadaku. Aku mengambil penisnya dan meminta pak Bowo agak maju.


Aku jepit penisnya dengan buah dadaku sambil menggerak2kan dadaku. “Ohh keren, akhirnya ada juga yang bisa begini nih” ujar nya dilanjutkan dengan mendesah, dan mulai meracau. Kaki pak Bowo merangkul punggungku. “Oh Enak Mila sayang.” Aku kembali mengulum penisnya dan menjilat2nya. Hmmm sampai sekuat apa nih orang batinku. Cukup lama juga aku bolak balik menjilati dan menyepong sampai aku sidikit tak sabar menunggu ledakkannya.


Sampai akhirnya meledak juga penis itu dimulutku. Semua spermanya tak kubiarkan meleleh keluar, dan kusapu bersih. Lagi2 aku merasakan aroma yang berbeda dari sperma ini. Rupanya tiap orang beda2, tapi yang jelas punya pak Bowo tidak terlalu menjijikan seperti punya Adi. Bahkan boleh dibilang aku agak menikmati, hingga pak Bowo berkali2 menggelinjang saat aku mencoba benar2 mencoba agar ledakkannya benar2 tuntas.


Pak Bowo berbaring lemas, ketika penisnya ku lepas. Aku mengambil gelas minuman dan membersihkan mulutku yang bau ludah. Aku juga membersihkan penis pak Bowo dengan tissue. Air yang sedikit tersisa di gelas aku tuangkan ke tissue dan membersihkan penis pak Bowo. Pak Bowo menciumku, sambil meremas2 payudaraku.


“Sejauh ini hasil testmu bagus sayang”. Kita pun berciuman. Penis pak Bowo belum bereaksi tegang lagi. Dia bangkit, dan menggunakan celananya dan sepatunya. “Aku mau meeting dulu ya.


Sebentar lagi teman2ku datang” Aku mengambil bajuku dan braku. “Coba jangan dipake dulu bajunya siapa yang suruh pake. Duduk dulu di situ” Aku kembali duduk di kursi yang tadi berhadapan dengan pak Bowo. “Coba duduknya agak maju, kursinya diatur agak kebawah. Tau kan caranya gimana? Biar toketmu gak gelantungan taroh saja di meja” Aku menuruti perintah pak Bowo.


Pak bowo kembali mengamati CVku. Dia menulis2 sesuatu di CVku. “Bra mu ukuran berapa?” “34 B kadang2 C pak tergantung mereknya”. “Hmmmm keren deh toket luh, aku suka banget. Kalau kamu sedang ML bisa muncrat di situ, boleh kan?” “Boleh pak” jawabku. “Kamu mau gaji berapa Mil?” Tanya pak Bowo sambil mengeluarkan kamera dari lacinya. “Terserah bapak, yang sesuai saja dengan prestasi kerja saya” Pak Bowo memotret ku. “Coba pegang toketnya kaya tadi waktu ngejepit kontolku” Aku pun berpose.

“Kamu bersedia perjalanan ke luar kota?” “Yah itu yang jadi kendala saya pak, kayanya gak mungkin kalau keluar kota. Tapi kan bapak punya banyak sekretaris” Pak bowo mengangguk2.

“apa kamu bersedia ditempatkan di mana saja? Hmm maksudnya kalau kamu bersedia ngentot di mana saja?” “Maksudnya pak?”


“Ya kalau di kantor sih pasti harus, tapi kalau aku mau, kadang2 saya pengen di hotel, di mobil gi mana?” “Oh gak masalah pak”

“Bisa jaga rahasia?” “Pastinya pak, saya juga minta bapak begitu”


“Ya sudah, kamu pake baju dulu. Saya meeting coba kamu kedepan situ ya, ada computer, kamu tulis semua cerita kamu wawancara dari pertama sampai terakhir dengan detail ya” aku menurutinya. Selesai berpakaian. Pak Bowo menunjukkan meja kerjaku.


Ketika aku duduk Pak Bowo merangkul aku dari belakang sambil meremas2 dadaku. Sesekali kami berciuman, dan aku sesekali memegang penisnya yang sudah agak keras lagi. Karena banyak gangguan aku kurang konsen dengan tulisanku. Sampai akhirnya beberapa orang teman pak Bowo datang. Dan mereka pun siap meeting jam 10 tepat. Pak Bowo memerintahkan aku menyiapkan minum untuk mereka.


Setelah mengantarkan minuman, aku kembali ke pekerjaanku. Tulisan yang anda baca ini sebagian aku tulis waktu itu. Suatu ketika pak bowo keluar ruangan menuju kamar kerjanya, dan menghampiri aku sebentar. “Ahhh ini jangan pake kata penis, apa coba ini namanya”. “Kontol ya pak?” “Iyaaah”. Dia pun kembali ke ruangannya.


Tak lama dia kembali keluar ruangan dan memintaku membawa kertas dan bullpen. Aku dimintanya mencatat hasil meetingnya. Aku duduk di sebelah pak Bowo, dan selama itu pak bowo tidak pernah berlaku yang kurang ajar kepadaku. Meeting selesai jam ½ 12, teman2 pak Bowo sempat mengajak kami makan tapi pak Bowo menolak dengan alas an dia ada janji makan siang dengan yang lain.


Pak Bowo berjalan bersama teman2nya keluar ruangan mengantar mereka pulang. Sepertinya dia mengantarkan sampe loby bawah. Waktu kembali dia ternyata membawa makanan. Dan dia mengajakku makan. Kami makan di meja kerjaku, sambil berbincang2 mengenai kegiatan usahanya.


Dia makan dengan cepat, dan setelah selesai makan dia mengambilkan minum untuk kami berdua. Dia melihat pekerjaanku, dan ngeprint hasilnya walaupun belum selesai. Dia membacanya dengan seksama 4 lembar hasil tulisanku.

“Kamu punya selingkuhan yang lagi sekarang?”

“Nggak pak” Jawabku.

“Pernah ngesex dengan lainnya juga?”

“Wah maaf itu pribadi pak.” Pak Bowo manggut2

“Bagus, aku suka kalau kamu jujur. “ Selesai makan pak Bowo memintaku ke toilet dulu dan membeli rokok di bawah. Sekembalinya dari bawah, pak Bowo pun merokok di ruangannya. Coba buka CVmu lagi. Aku mencoba mengambil CV, “eit CVmu bukan yang itu, badanmu itu CVmu” Oooh aku baru ngerti.

Aku pun membuka bajuku hingga tinggal mengenakan Bra dan celana dalam. “Coba kamu presentasikan CVmu!”


“Nama saya Mila, umur 32 tahun lulusan universitas ….” “Mil, CVmu itu body lo, barang lo bukan itu” Sela pak Bowo. “Tinggi saya 168 cm, berparas hitam manis, kaki jenjang bokong aduhai dan berdada indah.

Ukuran dada..” “ Apa itu dada? Mil”

“Ukuran payu daraku, 34 B cukup sintal dan bisa menjepit penis ehh kontol hingga muncrat”. “Baguss ayo terus Mil”.

“Hmmmm, apalagi pak?” “Prestasi mu apa, keahlian apa?” “Oh ya, saya bisa melakukan blow job, hand job dengan baik. Dijamin tidak kena gigi dan kontol yang saya sepong saya blow job sampe habis dan bersih.” Pak Bowo tertawa mendengar presentasi ku, aku pun tertawa.


“Bapak sudah ya” “Lho kalau Cuma segitu masak mau saya terima” Pak Bowo berdiri, mematikan rokok dan mendekatiku. Sambil membuka Bra ku. Sambil memelukku dari belakang Pak Bowo memainkan toketku, “Gua suka banget sama toket lo, mantab. Terus apa motivasi kamu kerja di sini?” “Motivasi saya untuk mendapatkan pengalaman dan wawasan baru dan mempunyai penghasilan sendiri.”

“Bukain baju saya dong. Aku menurutinya dan melucuti semua baju pak Bowo hingga telanjang bulat. “Motivasimu masak itu saja sambil memelukku dari belakang lagi mengarahkan posisi kami berpelukan kea rah lemari bukunya.


Pintu lemari yang dari kaca itu bisa membuatku sedikit bercermin melihat pak Bowo kembali memelukku dari belakang. Kali ini tangannya mulai menggerayangi vaginaku. “ummm saya ingin bekerja dengan baik kepada atasan saya sebagai sekretaris pak Bowo” jawabku sedikit terengah2 karena jari2 pak Bowo mulai berusaha memasuki vaginaku.


“Kamu tidak bermotivasi untuk ngentot sama aku ya” Sambil mulai memaksakan jarinya masuk ke vaginaku, sementara kontolnya sudah keras menekan pantatku.

“Kan…Pak Bowo Cuma liat Priska oral sex sama pacarnya” jawabku. Pak Bowo melepaskan pelukannya, tanpa diduga2 dia malah tertawa terbahak2. “Ohhh jadi Cuma boleh oral ya?” Aku mengangguk. “Ya sudah sini.


Pak Bowo membuka celana dalamku, dan dengan cepat jongkok di depanku dan mulai menciumi vaginaku. Aku benar2 tidak menduga hal ini terjadi, karena tadinya aku berharap setelah tau bahwa aku hanya akan mempermainkan pak Bowo dalam sesi interview ini dia akan menyudahinya sampai di sini.

Tapi pak Bowo dengan gesit mempermainkan lidahnya yang sudah sangat membuatku geli. Tadinya aku pikir aku bisa mempermainkan tetanggaku ini, tapi sekarang aku dibuatnya horny berat dengan permainan oralnya. Apalagi waktu dia mengangkat kaki kiriku kepundaknya sehingga dia bisa melahap vaginaku dan memainkan lidahnya.


Aku tidak tahan mengerang2 kenikmatan. “Pak ….. pak sudah paaak engggghhhhh” aku terus memintanya berhenti karena rasa nikmat ini tak terbendung, dan aku malu sekali dibuatnya. Baru kali ini ada yang rela melakukan oral kepadaku, dari semua laki2 yang pernah berhubungan sex dengan aku semuanya egois.

Pak Bowo terus melakukan itu hingga akhirnya ambroll pertahananku. Ketika pak Bowo berdiri tangannya masih bermain di vaginaku untuk membantu proses orgasmeku hingga tuntas. Aku memeluknya erat2. Perlahan2 Pak Bowo bergerak mundur, sambil tetap memelukku.


Dia mengajakku duduk di sofa yang tadi, aku memeluknya sambil duduk di pangkuan pak Bowo. Diciuminya aku, tercium bau kewanitaanku, tapi aku tidak peduli, baru kali ini aku tau bauku sendiri. Ciuman itu menjadi buas, kami bermain lidah dan kurasakan penis pak Bowo kembali mengeras. Dia mengangkat pantatku dan mencoba memasukkan penis itu di vaginaku.


“Pak aku gak mau…” Sahutku. Tapi pak Bowo menekan pinggangku ke bawah dengan kuat sambil kemudian menahannya. Blessss masuklah kontol itu. Aku tidak bisa meronta, karena tenaga Pak Bowo cukup kuat. Pantatku aku coba untuk naik, tapi kontol pak Bowo memburunya naik juga, membuatku mendesah2 “Pak ….ah ssshhh jangan, emmmmm sudah sudah, aku kan istri tetanggamu.


Mmm…maaf aku gak bisa” Aku mencoba meronta, tapi pak Bowo merebahkanku dengan cepat dan dengan posisi penisnya masih menancap di vaginaku. Dia pun mulai menggenjotku sedikit sedikit. Penisnya makin lama makin keras, seperti waktu aku sepong tadi tampaknya.


Dia masih diam tak berkata2 dan memelukku erat2, sementara tanganku memukul punggunya dan kaki menendang2 kesamping sofa berharap bisa jatuh terguling dan aku bisa lepas. Tapi cengkeraman pak Bowo cukup kuat dan akibat gerakan ku itu malah membuat penisnya makin keras lagi. Sehingga genjotan pak Bowo makin membuatku menggelinjang. Akhirnya aku merasa vaginaku benar2 penuh. Gila orang ini kontolnya keras seperti kayu, belum pernah aku merasakan seperti ini.


BERSAMBUNG…