Peristiwa ini terjadi ketika aku dengan 2 temanku, Yeni dan Ana, menemani 3 orang tamu. Yeni-lah yang mengajak aku dan Ana untuk menemaninya melayani ketiga tamunya, masing masing berpasangan.

Setelah ngobrol sejenak di kamar hotel, kami ber-enam dengan 2 taxi menuju Club Deluxe di bilangan Tunjungan, mereka ingin santai dulu sambil berkaraoke di Club itu.

Sebagian waitress dan mami ditempat itu sudah mengenali Yeni, apalagi aku yang sering sekali menemani tamu tamu bersantai disitu hingga Mami Mami disitu tak perlu repot mencarikan Purel untuk rombongan kami karena sudah cukup pasangannya.

Setelah memesan minuman yang kebanyakan ber-alkohol, kamipun bernyanyi dengan modal nekat meski suara pas pas-an, yang penting enjoy dan tamuku bisa rileks disitu.

Satu jam berlalu, snack dan minuman sudah berulang kali diganti dengan yang baru, entah berapa gelas alkohol yang telah mengisi rongga mulutku, aku tak bisa menghitungnya, kepalaku sudah mulai agak pusing. Untunglah Tomi, pasanganku, mencegah ketika aku pesan Singapore Sling, rupanya dia melihatku mulai agak mabok, sebagai gantinya dipesankan aku teh hangat.

Slow dance, House Music, ataupun joget dangdut bergantian kami lakukan, tidak hanya dengan Tomi tapi tak jarang berganti ke Yudi ataupun Indra, temannya yang lain. Tak bisa dihindari tangan merekapun dengan nakalnya ikutan menjamah pantat dan terkadang buah dadaku, aku tak protes karena Tomi, pasanganku, malakukan hal yang sama pada Yeni atau Ana.

Ketika lagu mandarinnya Andi Lau sedang dikumandangkan Indra dengan suara fals-nya, Yeni memanggil aku dan Ana ke Toilet di kamar itu, meninggalkan ketiga laki laki itu menyanyi sendiri.

"Rek (panggilan khas Surabaya), kita taruhan yuk" sambut Yeni ketika kami bertiga di toilet.

Aku yang sudah terbiasa dengan berjudi jadi tertarik.

"Taruhannya gimana dan hadiahnya apa?" tanyaku penuh minat.
"Kita lakukan dengan cara yang berbeda dari biasanya" sambung Yeni, kulihat matanya berbinar melihat aku dan Ana menyambut dengan antusias.
"Begini, kita lakukan oral pada pasangan kita masing masing, siapa yang bisa membuat orgasme pertama dialah yang menang dan yang terakhir harus membayar, nomer 2 nggak dapat apa apa.."
"Setuju, berapa taruhannya?" potong Ana langsung dengan penuh percaya diri.
"Sabar dulu non, nah disini asiknya permainan ini, yang terakhir membuat orgasme maka dia harus membayar uang bookingan pada tamu berikutnya, dimana yang mencarikan tamu itu adalah pemenang pertama" jelas Yeni.
"Jadi yang kalah harus menyerahkan hasil bookingan untuk tamu yang dicarikan pemenang?" tanya Ana seolah memperjelas.
"Yap, dan tidak boleh menolak tamu macam apapun, apa itu kaya, muda, tua pokoknya terima layani saja tamu yang dikirim pemenang, titik, setuju?" jelas Yeni lagi.
"Deal" tantang Ana.

Aku diam saja.

"Gimana Ly, berani nggak?" tanya Ana sambil menatapku.

Sebelum aku menjawab, pintu toilet dibuka, Indra masuk.

"Eh kalau arisan jangan di toilet dong, kami jadi batu nih sendirian" celetuk Indra, tanpa mempedulikan kami dia langsung membuka celananya dan kencing di kloset, kami terdiam.

"Jangan lama lama ya, ntar kami jadi patung lho" katanya sambil mencium bibir Yeni lalu keluar.
"Aku sih setuju aja, tapi usul boleh kan, supaya permainan lebih menarik dan menantang gimana kalau taruhan dinaikkan, yang kalah menyerahkan hasil bookingan sekarang ke pemenang pertama, dan juga menyerahkan uangnya pada bookingan berikutnya dari tamu yang dicarikan pemenang pertama dan kedua, jadi looser loss all" usulku penuh percaya diri karena yakin bisa mengalahkan mereka, aku sudah sering melihat permainan oral Yeni sedangkan Ana meski belum tahu kelihaiannya tapi rasanya tak mungkin kalah dengan Ana.

Yeni diam memandang Ana.

"Jangan terlalu besar gitu ah, kasihan yang kalah nanti, gimana kalau setengah saja untuk bookingan sekarang, anggap saja uang panjar" kata Ana.

Setelah melakukan beberapa perubahan akhirnya kami sepakat dengan beberapa perubahan aturan main, pemenang dengan menelan sperma mendapat hadiah penuh bila tidak hanya separoh yang didapat, apabila mau melayani tamu pilihan kedua pemenang sekaligus alias 2 in 1, maka cukup menyerahkan setengah perolehannya, sedangkan hasil bookingan kali ini diberikan setengah ke pemenang pertama, Pemenang Pertama dan Kedua diberi kesempatan untuk mencarikan tamu tidak lebih dari 3 hari atau hadiah hangus. Mungkin kami sudah sama sama mabuk hingga melakukan taruhan yang nggak umum ini, bertiga kembali ke ruangan karaoke ke pasangan kita masing masing, kupanggil waitres yang siaga di depan pintu kamar.

"Jangan sekali kali masuk sebelum kami panggil dan tolong redupkan lampu itu" bisikku sambil menyelipkan 50 ribuan ke kantong bajunya.

Kami minta ketiga laki laki itu duduk berjejer di sofa panjang, tanpa bicara, kami langsung jongkok di depan pasangan kami, mereka terlihat bingung tapi tentu saja senang dan gembira melihat kami mulai membuka celananya dan mengeluarkan penisnya.

Seperti dikomando, bersamaan kami memasukkan penis itu ke mulut, perlombaan telah dimulai. Aku yang hanya mengeluarkan penis Tomi dari lubang resliting rasanya kurang bebas, kubuka celananya dan kulorotkan hingga ke lutut.

Kujilati seluruh penis Tomi dari ujung hingga lubang anus, kedua kakinya kunaikkan ke atas hingga aku bebas menyapukan lidahku ke daerah sekitar selangkangannya, kudengar dengan jelas desah kenikmatan dari Tomi, diiringi desahan Indra dan Yudi.

Kukerahkan semua kemampuanku untuk memenangkan permainan ini, sesekali kulirik Yeni menuntun tangan Indra ke balik kaosnya, diremas remasnya buah dada Yeni. Sedangkan Ana aku yang di ujung tak bisa melihat trik-nya karena terhalang tubuh Yeni. Kepala kami bergantian turun naik di selangkangan para laki laki itu, berlomba menggapai tepian nafsu yang tak bertepi.

Beberapa menit berlalu, aku semakin penasaran karena Tomi ternyata "bandel" juga, antara mabuk dan nafsu membuatku semakin nekat, dengan maksud membuat Tomi cepat terangsang dan orgasme, kubuka kaosku hingga menampakkan kedua bra hijau satin transparan yang tak mampu menyembunyikan tonjolan buah dadaku dengan puting yang tampak menerawang meski lampu agak redup.

Tangan Tomi segera meraih dan meremas remas kedua buah dadaku, tapi tampaknya dia ingin lebih, dikeluarkannya buah dadaku dari sarangnya hingga menggantung bebas.

Ternyata aku membuat kesalahan fatal ketika melepas kaosku tadi, Indra yang duduk di sebelah Tomi justru lebih sering melototiku, pada mulanya aku senang saja mendapat perhatian darinya meski dia sedang memperoleh kuluman Yeni, malahan perhatiannya lebih tercurah kepadaku saat Tomi mengeluarkan buah dadaku, padahal Yeni sudah mengikutiku melepas kaosnya.

Tiba tiba kudengar teriakan orgasme dari Indra, teriakan seperti itu biasanya terdengar begitu penuh menggairahkan, tapi kali ini terdengar sangat menyeramkan bagai petir di siang hari bolong. Aku sangat kaget, hampir tak kupercaya bahwa dia yang menurutku permainannya biasa biasa saja, tidak istimewa.

Aku dan Ana menghentikan kuluman sejenak untuk melihat apakah dia menelannya atau tidak, dan kembali aku terkaget saat Yeni menelan dan menjilati sperma yang ada di mulut dan tangannya itu seperti menjilat ice cream, tak biasanya dia melakukan itu. Sungguh dengan telak dia mengalahkan aku pada situasi yang seharusnya aku menangkan.

"Oke nona nona manis, aku sudah selesai" katanya seraya berdiri menuntun pasangannya ke toilet, sepertinya melanjutkan permainan, namun dia sempat menerangkan lampu kamar, biar permainan lebih seru, katanya.

Kini tinggal aku dan Ana yang masih berjongkok dalam terangnya lampu kamar karaoke. Kamipun kembali berlomba memacu nafsu menuju garis tepi. Sudah kepalang tanggung, aku nggak mau menjadi pecundang, kulepas bra yang menutupi dadaku, supaya Tomi lebih bergairah, kurasakan penisnya semakin menegang dalam mulutku, akupun semakin liar mengulumnya, bahkan bertambah nekat, celanaku-pun akhirnya melayang dari tubuhku, menyisakan celana dalam mini string yang masih menempel.

Sempat kulihat mata Yudi melotot melihat tubuhku yang hampir telanjang, desahan Tomi semakin keras seakan mengimbangi alunan musik dari karaoke box yang masih terus bernyanyi tanpa ada yang memperhatikan.

"Wow, semakin panas nih permainan" komentar Yeni ketika keluar dari toilet, aku tak memperhatikan lagi karena sedang memacu nafsu Tomi menuju puncak.
"Aku akan jadi jurinya" lanjut Yeni sambil duduk di pangkuan Indra di sofa seberang.

Sambil menyusurkan lidahku di selangkangan Tomi, kulirik Ana yang tengah asik mengulum penis Yudi, pandanganku bertatapan dengan Yudi yang tengah mengamati tubuh terutama buah dadaku nan tengah dalam remasan pasanganku. Kembali kepala kami mengangguk angguk diselangkangan pasangan masing masing, memacu nafsu menuju tepian birahi.

Namun untuk kedua kalinya aku dikagetkan teriakan orgasme yang serasa menggelagar bagaikan suara guntur di siang hari, merontokkan segala kebanggaan yang selama ini kumiliki. Teriakan itu sepertinya sangat menyeramkan, baru kali ini aku begitu membenci teriakan orgasme dari laki laki, terutama dari Yudi, lemaslah lututku seketika.

Kini kulihat Ana tengah menjilati sperma yang ada di bibir dan sekitar wajahnya sambil tersenyum penuh kemenangan memandangku, pandangan itu terlihat begitu penuh cemooh kemenangan, aku benar benar merasa bagaikan seorang pecundang dihadapan Ana dan Yeni.

Bersambung . . . .