Cerita ini adalah cerita sebenarnya mengenai pengalaman hidup saya ketika saya masih kuliah di Bandung. Saat ini saya sudah bekerja di salah satu perusahaan BUMN terkenal di dekat Gedung sate.
Semuanya dimulai ketika saya masih menjalani usaha jual-beli komputer. Kegiatan saya cukup banyak menyita waktu kuliah saya dan menyebabkan kuliah saya sedikit terbelengkalai. Saya sering dipanggil dengan nama Rudi, dan rekan kerja saya Andik. Pada suatu sore saya dan Andik mampir ke tempat penjualan Komputer milik rekan usaha kami juga. Sampai di sana kami hanya membicarakan masalah penjualan komputer saja hingga tokopun ditutup. Yang menjaga toko di situ terkenal suka main wanita, padahal dia sudah memiliki istri dan anak, saya memanggilnya Kaka. Ketika saya dan Andik ingin pulang, Kaka ternyata ingin ikut kami, maka kamipun tanpa keberatan menyetujuinya. Hari itu kami pulang naik mobil saya yang tidak menggunakan kaca film, jadi kalau orang di jalan melihat kami seperti ikan di dalam aquarium.
Di dalam perjalan pulang tiba-tiba Kaka mengajak kami untuk jalan-jalan dulu, alasannya malam ini adalah malam minggu. Kamipun setuju-setuju saja, soalnya saya dan Andik lagi kosong (lagi tidak punya pacar), jadi tidak punya kegiatan ngapel malam minggu.
“Daripada kami bengong di rumah, mendingan kami main-main aja ke tempat cewek kenalan gue.” kata Kaka dengan wajah mesumnya.
“Kalo gue sih ok-ok aja, gimana lu, Ndik?” Tanya saya ke Andik.
“Jekas gue sih ok aja, gue udah BT seminggu ini,” katanya sambil mengiyakan.
Agak lama kami sampai juga ke tempat kosnya Nana kenalan Kaka di daerah Bandung. Waktu itu sudah jam 8 malam, jadi jalanan macet karena malam minggu di Jl. Juanda ramai orang menimati malam. Ternyata kos-nya Nana adalah kos-kosan khusus wanita yang ramai dengan gadis cantik. Saya senang sekali dan pasti sama dengan Andik, soalnya kami sudah lama tidak dekat dengan gadis setelah putus hubungan dengan pacar kami masing-masing.
Ketika sampai di depan kamarnya Nana yang lumayan besar itu kami tertegun sebentar karena melihat pemandangan yang indah di depan mata kami. Ada 3 orang gadis cantik dan seksi sedang bermain monopoli sambil tiduran di atas ranjang springbed yang lumayan besar.
“Hai, Ka.. udah lama ngga ke sini, tumben, ehh siapa tuh? Temen lu?” kata Nana dari dalam kamarnya.
“Biasa, gue kan sekarang lagi sibuk, nah kebetulan mampir. Kenalin nih temen gue. Rudi dan yang satunya Andik.”
“Ehh, ngomong, ngomong siapa tuh temen lu berdua yang cantik di dalam?” tanya Kaka yang melihat ada dua cewek yang cantik dan sexsi lagi tidur-tiduran di ranjangnya Nana sambil tersenyum ke arah kami.
“O..ya, temen gue, Mona sama Desi.” Kata Nana.
“Gila.” dalam hati kata saya, rupanya kedua temennya tidak beda dengan Nana yang memiliki tubuh yang sensual dengan buah dada ukuran 36B dan kulitnya yang putih mulus. Saat itu saya sempat membayangkan kalau tangan saya merabanya, pasti akan asyik. Nana berbeda sedikit dengan kedua temannya karena tubuhnya sedikit lebih Ndikggi dan rambutnya digerai laksana perempuan nakal yang saat itu hanya menggunakan daster merah yang lipatan dasternya hanya 15 cm di atas lututnya. Pamandangan seperti itu membuat kami terutama saya terangsang. Sedangkan Desi dan Mona hanya memakai tentop dan celana pendek jeans belel yang semakin memamerkan paha mereka yang putih mulus itu.
Setelah diajak masuk ke kamarnya, kami langsung pura-pura akrab dan kami mengambil posisi pasang-pasangan, saya dengan Mona, Andik dengan Desi dan tentunya Kaka dengan Nana. Kami saat itu sedang bermain monopoli. Rupanya kebiasaan Kaka yang suka datang ke kamar Nana itu sudah dianggap biasa sama Desi dan Mona dan mereka sepertinya sudah mengetahui kalau di antara Kaka dan Nana sering bercinta di situ. Desi dan Mona sepertinya tidak malu-malu dan bahkan mereka langsung merangkul kami sambil tertawa karena menikmati permainan monopoli tersebut.
Tidak lama, mungkin sekitar 10 menit lamanya kami bermain, Kaka menawarkan permainan baru kepada kami.
“Wah seru banget nih kalau kita mainnya pake aturan baru.” Kata Kaka.
“Kaya apa Ka?” Tanya Desi.
“Gimana kalau yang kalah buka baju,” kata Kaka yang dari tadi tangannya sibuk meraba pantatnya Nana.
“Ok, setuju.” Kami kompakan menjawab.
Rupanya hasrat seperti itu sudah dari tadi kami pendam, dan untungnya Kaka pintar mengambil situasi dan permainanpun dimulai dengan timnya Desi dulu yang pertama membuka pakaian. Permainan terus berlanjut sampai kepada timnya Kaka dan Nana yang sudah telanjang bulat ternyata masih kalah lagi, dan kami minta hukumannya saling ciuman. Mereka memang sudah biasa, tapi hal itu membuat kami semua yang menontonnya menjadi terangsang, apalagi ciuman mereka sambil meraba-raba begitu. Pemandangan saat itu merangsang saya yang saat itu hanya Ndikggal CD membuat burung saya menegang hingga kepalanya keluar dari CD karena kebetulan burung saya kalau sudah menegang bisa sampai 17 cm. Rupanya tidak beda dengan Andik yang dari tadi terlihat sudah mesra sekali dengan Desi yang saat bermain mencium pipinya terus. Gelagat menegangnya burung kami terlihat Mona dan Desi yang cekikikan melihatnya, tetapi dengan nakalnya mereka memegang burung saya dan Andik dengan penuh gairah. Awalnya hanya memegang tetapi lama-kelamaan Mona mulai memainkan tangannya naik turun. Saya tidak tinggal diam, sayapun langsung meraba buah dadanya dengan belaian dan remasan mesra. Sebenarnya pengalaman saya dalam melakukan seks dengan wanita hanya baru berciuman dengan pacar saya sendiri. Hal serupa juga dialami oleh Andik dan pasangannya Desi.
Tidak Ndikggal diam, saya langsung mengajak Mona yang dari raut wajahnya sudah mencapai nafsu birahi setelah memegang burung saya ke kamar mandi Nana yang kebetulan berada di dalam kamar itu juga. Tanpa ada penolakan, Mona saya tuntun ke kamar mandi sambil kami berciuman bertukar lidah. Mona yang CD-nya sudah basah langsung saya buka setelah menutup pintu kamar mandi, saya memilih kamar mandi karena saya sebenarnya baru kali ini telanjang bulat di depan gadis yang juga sudah telanjang bulat kecuali hanya tinggal CD yang menutupi badan kami. Entah kegilaan apa yang sudah saya lakukan malam itu, perasaan saya jadi sedikit ragu ketika Monapun tanpa kelihatan malu-malu membuka CD saya dan kemudian menjilati burung saya dalam posisi jongkok, tapi memang nikmatnya terasa sampai ke ubun-ubun saya waktu itu, sehingga saya tidak berpikir panjang lagi dan langsung meremas buah dadanya yang padat, putih, mencuat dengan puNdikg merahnya yang mungil seperti buah ceri di atas es cream vanila. Permainan terus berlanjut dengan kami berganti posisi, saya awalnya ragu, karena kemaluannya yang lebat ditumbuhi bulu halus itu baru kali ini saya lihat dari jarak dekat. Saya memulainya dengan menyibakkan bulu-bulu halus itu pelan-pelan.
“Ehh.. enak Rud.. kamu.. ahh..” rintihnya.
Mendengar rintihan itu saya langsung membenamkan muka saya ke bulu-bulu halus itu dengan memainkan lidah saya di sekitar clitorisnya. Lagi-lagi Mona mendesah, dan kali ini malah meremas-remas rambut saya sambil sedikit-sedikit dia menggoyangkan pinggulnya karena kegelian nikmat. Sambil terus menjilati kemaluannya yang semakin membasah itu, saya mendudukkan Mona di pinggiran bak mandi agar Mona terasa nyaman.
“Terus Rud, terus.. saya ingin, ehh..” Kata-katanya tak sempat diteruskan karena saat itu Mona menggeliat karena orgasme dan dari kemaluannya mengalir cairan bening yang baunya tidak pernah akan saya lupakan.
Tangannya semakin keras menjambak rambut saya karena hebatnya dia mengalami orgasme. Kami bertukar posisi, kemudian dia langsung memeluk saya dan mengangkat kakinya dengan tangannya menuntun burung saya ke kemaluannya yang sudah basah itu.
“Rud, ayo kamu masukkan punya kamu ke meki gue, gue udah ngga tahan lagi..” desaknya.
“Seperti ini?” Tanya saya pura-pura polos sambil mencoba mengarahkan burung saya ke kemaluannya yang masih sempit itu.
“Ehh.. aduhh.. pelan-pelan ya Rud.. saya belum terbiasa..” Katanya lirih.
Saya mendorong pelan-pelan dan ahirnya masuk setengah burung saya yang lumayan besar untuk kemaluannya. Saya memulai dengan mendorong dan menarik pelan-pelan sambil mencium bibirnya dengan mesra dan tangan kanan saya meremas-remas halus buah dadanya.
“Ehmm.. enak Rud.. terus Rud.. tekan lagi..sam..pai masuk semua..ohh..” desahnya tak karuan karena merasa kenikmatan yang dasyat saat itu.
Saya menusukkan burung saya makin lama makin ke dalam dan semakin cepat frekuensinya. Bunyi decakan terdengar karena gerakan saya diikuti oleh gerakan pinggulnya yang ke kiri-kanan itu. 20 menit berlalu dengan posisi itu dan ahirnya saya mencapai puncak.
“Gue mau keluar nih..keluarin di dalam?” Tanya saya sambil terus memasuk-keluarkan burung saya.
“Keluarin aja di dalam Rud.. gue juga kayaknya mau keluar lagi.. ohh..” Jawabnya sambil terus menggila berciuman.
Kami ahirnya mencapai puncak kenikmatan hampir bersamaan, dan tubuh kami saling berpelukan sangat erat dalam posisi berdiri. Nafas kami berdua terengah-engah dan kamipun menghentikan gerakan sambil berciuman sampai lama.
“Gue sayang sama lu Rud..gila enak banget Rud.” Kata Mona di dekat telinga saya yang dari tadi juga menjadi sasaran lidahnya yang haus itu.
“Lu nggak apa-apa kan Mon..? Gue baru kali ini ngerasaain yang kaya gini.. gila enak banget Mon.” Kata saya.
Kami kemudian mandi bersama dan membersihkan diri. Ketika keluar dari kamar mandi rupanya kedua pasangan Kaka-Nana dan Andik-Desi menertawai kami berdua. Rupanya mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan di kamar mandi, bedanya mereka melakukan di ranjangnya Nana dan mereka melakukannya berempat bersamaan. Sambil malu-malu saya mengambil pakaian saya dan kemudian bermesraan lagi dengan Mona. Dan perasaan saya saat itu senang sekali. Saya dan Mona bermesraan di Sofa tidak menghiraukan keberadaan teman-teman yang lain sampai ahirnya Kaka dan Andik mengajak pulang karena saat itu sudah hampir jam 12 malam. Walaupun sedikit bebas di lingkungan kosannya Nana, tapi kami masih merasa tidak enak kalau-kalau ada tetangga di situ yang menegur gara-gara kami bertamu kelewat batas.
“Rud, mau pulang sekarang..? Telpon gue yahh besok..?” Rayunya sambil mencium pipi saya yang terahir kalinya sebelum pulang.
Kami pulang dengan masing-masing menyimpan cerita dan pengalaman yang terindah malam itu. Di perjalanan kami saling menceritakan apa saja yang sudah kami lakukan tadi, dan sejak saat itu saya dan Mona berpacaran ruNdik sampai 2 tahun.