Pagi yang cerah itu Adi sendirian di rumah karena kuliahnya kosong hari itu, adiknya sudah berangkat sekolah, sedangkan orang tuanya pergi ke luar kota. Setelah bangun tidur (biasanya kalau libur dia bangun agak siang, kira-kira jam 9), Adi menuju kamar mandi. Segera disiramnya tubuhnya dengan air dingin yang segar. Selesai mandi dan berpakaian, dia menuju meja makan untuk sarapan. Setelah itu baca-baca koran sebentar, kemudian beranjak ke teras depan rumah. Sambil duduk-duduk, dia menatap ke rumah depan yang didiami oleh Mbak Ine dan suaminya Mas Anto, tetangganya yang sering bertandang ke rumah Adi untuk ngobrol-ngobrol bersama ibunya atau keluarganya.
Mbak Ine adalah wanita yang cantik berumur kira-kira 28 tahun. Dia adalah seorang ibu rumah tangga yang modern, yang selalu mengikuti mode, sedangkan suaminya Mas Anto adalah tipe pria pekerja yang kadang selalu lupa waktu dan keluarga. Mas Anto umurnya kira-kira 35 tahun. Mereka berdua belum dikaruniai anak dan di rumah itu hanya tinggal bertiga bersama seorang pembantu yang berusia kira-kira 20 tahun serta seekor anjing Dalmatian peliharaan Mbak Ine.
Mas Anto mempunyai perusahaan warisan orang tuanya yang cukup besar dan sukses, sehingga waktunya sering tersita untuk memikirkan perusahaannya daripada memikirkan istrinya yang cantik dan seksi kesepian di rumah yang cukup besar itu. Dia hanya ditemani pembantu dan anjing setianya. Adi sendiri adalah seorang mahasiswa komunikasi jurusan advertising di sebuah fakultas swasta terkenal.
Sambil melamun, Adi tiba-tiba ingat tugas fotografinya untuk mengambil obyek outdoor. Segera dia masuk ke kamarnya mengambil kamera dan kembali ke teras depan. Sambil berjalan di taman, dia mencari-cari obyek untuk dijepret, berharap ada kupu-kupu yang hinggap di atas bunga-bunga peliharaan ibunya. Nah, ada seekor kupu-kupu yang hinggap, segera dia pasang aksi seperti fotografer profesional untuk mengambil gambarnya. Baru asik-asiknya motret, Adi dikejutkan oleh sapaan Mbak Ine yang tiba-tiba saja sudah masuk ke dalam taman di rumahnya.
"Eeeh.. Dik Adi.. lho.. kok ngga kuliah..? Baru ngapain tuh, motret yah..? Mbok motret Mbak Ine aja yang cantik ini daripada motret kupu-kupu..!" sapa Mbak Ine.
"Aduh, saya kirain siapa.. bikin kaget aja Mbak Ine ini.. Anu Mbak, hari ini aku libur, eh.. Mbak Ine mau cari Ibu ya..? Baru ke luar kota tuh Mbak, pulangnya mungkin lusa." jawab Adi.
Sekilas Adi melihat dandanan Mbak Ine hari itu, cantik sekali dia dengan kaos you can see-nya yang memperlihatkan lengannya yang putih mulus dan rok mininya di atas lutut memperlihatkan kedua kaki jenjangnya yang berbetis indah dan berpaha putih mulus. Rambutnya yang panjang berwarna agak kemerahan digerai dengan bandana menghiasi kepalanya. Bibirnya yang seksi berwarna merah disapu lipstik merah tipis, pokoknya dahsyat deh dandanan Mbak Ine.
"Ahh.. enggak, Mbak cuma mau maen aja, abis bosen sendirian di rumah. Si Suli baru ke pasar, jadi Mbak nggak ada kegiatan apa-apa nih.."
"Lho.. Mas Anto apa udah berangkat Mbak..? Biasanya kan jam 10:00 baru ngantor..?" tanya Adi.
"Udah, tadi pagi-pagi sekali jam 8:00. Katanya mau meeting sama kliennya di kantor. Paling pulangnya juga baru ntar malem.." jawab Mbak Ine sambil menghela napas panjang.
"Dik Adi ngapain motret bunga segala..?" sambung Mbak Ine.
"Ini nih Mbak, buat tugas mata kuliah fotografi. Motret obyek outdoor..!" jawab Adi.
"Kalau gitu motret Mbak Ine aja, Mbak kan nggak kalah cantik sama model-model cover girl di majalah itu, ya nggak..?" sahut Mbak Ine.
"Iya deh, Adi percaya kok kalau Mbak cantik, seksi lagi.. tapi apa Mbak bersedia buat modelku. Kan ini nanti hasilnya untuk didiskusikan di depan kelas, Mbak.."
"Kenapa enggak.. siapa tau nanti ada produser atau talent scout atau dosenmu yang tertarik untuk mengontrak Mbak. Kan Mbak jadi terkenal.. hi.. hi.. hi.." canda Mbak Ine.
"Ngomong-ngomong kamu bilang tadi, Mbak seksi ya..? Apa bener githu..?" sambil tangan Mbak Ine mencubit pinggang Adi.
Adi hanya tersenyum, dan kemudian menarik tangan Mbak Ine untuk mengarahkan gayanya jadi model pemotretan.
Setelah 15 frame diambil Adi, sekarang Mbak Ine malah yang aktif merubah sendiri gayanya. Dia tundukkan badannya ke depan sambil tangannya menyangga tubuhnya di bebatuan kolam, rambutnya dibiarkan tergerai ke belakang. Tatapan matanya tajam ke depan menatap kamera, sedangkan bibirnya yang sensual terbuka sedikit. Adi mengambil posisi di depan Mbak Ine, dia terperangah memandang pose Mbak Ine sambil gemetar memegang kamera. Karena dari pose itu terlihat jelas gundukan payudara Mbak Ine yang kenyal dan indah itu menggantung di balik kaos you can see yang berpotongan leher rendah. Melihat keindahan duniawi itu, membuat Adi menelan ludah dan segera mengabadikannya sebanyak 5 frame.
Setelah ganti pose, sekarang Mbak Ine duduk di atas bebatuan kolam sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar tapi tangannya diletakkan di depan selangkangannya sehingga menutupi celana dalamnya. Kepalanya dimiringkan sedikit dan bibirnya terbuka, tatapannya sayu seakan mengajak untuk tidur. Disuguhi pemandangan seperti itu, Adi blingsatan sendiri. Paha Mbak Ine yang mulus sekali serta betisnya yang indah, membuat Adi yang penggemar betis indah cewek ini ingin mengelus dan mengecup serta menjilatinya. Celana dalam Mbak Ine yang mengintip nakal berwarna ungu, nampak menggembung indah menggambarkan bukit kemaluannya walaupun sedikit terhalang oleh tangan Mbak Ine. Payudara Mbak Ine yang mengkal berukuran 34B, tampak tercetak jelas dihimpit kaos ketatnya. Tanpa disuruh lagi, si Adi yunior di balik celana pendeknya menggeliat bangun.
Setelah beberapa kali mengambil gambar, Mbak Ine melontarkan usul, "Dik Adi gimana kalo kita ganti setting? Ke rumah Mbak aja.. kan nanti bisa di kolam renang segala. Entar Mbak bikinin spagheti kesukaan kamu deh.. gimana..?"
Adi terdiam sejenak, kemudian mengangguk setuju. Lalu Adi membereskan kameranya dan mengunci pintu rumah. Selanjutnya Adi mengikuti langkah Mbak Ine dari belakang. Sambil berjalan Adi menatap Mbak Ine yang berjalan di depannya, sungguh seksi sekali wanita ini. Cara berjalannya, lenggak-lenggok pinggulnya, pantatnya yang padat bulat tercetak ketat di rok mininya, paha mulusnya, betis indahnya, ooh, sungguh indah. Ingin rasanya Adi menikmatinya.
Setelah masuk di dalam rumah, Mbak Ine mempersilahkan Adi menganggap sebagai rumah sendiri dan meminta Adi menunggu sebentar untuk ganti pakaian. Adi pun duduk di ruang tengah sambil nonton siaran TV kabel yang tidak terdapat di rumahnya. Adi memandang kagum rumah besar yang dihiasi perabotan moderen itu yang menggambarkan kesuksesan bisnis Mas Anto. Siro, anjing Dalmatian Mbak Ine tampak berlari-lari kecil menghampiri Adi dan duduk tenang di sisi kaki Adi. Tidak lama, Suli pembantu Mbak Ine yang sudah pulang dari pasar, membawakan minum untuk Adi.
"Monggo lho Mas Adi.. diminum dulu airnya.. saya ke belakang dulu, mau masak."
"Ehm.. iya Sul.. makasih yaa.. kamu udah pulang to..?" jawab Adi.
Suli ini memang usianya tidak berbeda jauh dengan Adi, dua tahun lebih muda dari Adi. Suli berasal dari Jawa Tengah, manis orangnya, putih kulitnya dan bisa dibilang seksi juga. Kalau diberi nilai, yah.. 6 lah..! Adi sering juga mengintip si Suli ini kalau sedang menyiram taman dengan menggunakan celana pendek yang memamerkan paha mulusnya dan kaos ketat bekas pemberian Mbak Ine yang menampakkan gundukan payudaranya. Benar-benar terlihat masih murni dan belum terjamah lelaki.
Tidak lama kemudian, Mbak Ine turun dari kamarnya di lantai atas mengenakan jas kamar dan kemudian menghampiri Adi, lalu duduk di sebelahnya. Mbak Ine kemudian mengobrol sebentar dengan Adi, dan berkeluh kesah serta curhat tentang kesepiannya ditinggal oleh Mas Anto yang super sibuk. Hingga tidak disangka, Mbak Ine tanpa risih pun bercerita tentang kehidupan seksualnya bersama suaminya kepada Adi. Adi pun walaupun segan, tetap berusaha mendengarkan dan menghibur Mbak Ine. Sesekali sambil curhat, Mbak Ine duduk tidak beraturan hingga jas kamarnya tertarik dan tampaklah paha putih mulus yang dihiasi bulu-bulu halus. Adi pun menelan ludah melihat keindahan itu, yuniornya mulai berontak di dalam celananya.
Tiba-tiba Mbak Ine seperti tersadar kemudian berkata, "Aduh.. sory ya, Di.. Mbak kok malah jadi curhat. Padahal tadi kita kan mau pemotretan ya..? Ayo deh, kita langsung aja ke kolam renang di belakang," sambil menggeret tangan Adi menuju ke kolam renang.
Setelah sampai, Adi pun menyiapkan peralatannya, sementara Mbak Ine melepas jas kamarnya.
"Sudah siap Mbak..?" tanya Adi sambil membalikkan badan menatap Mbak Ine.
Adi terkesiap melihat Mbak Ine memakai bikini yang hanya menutupi sedikit payudaranya dan secarik celana dalam menutupi kemaluannya hingga bulu-bulu kemaluannya sedikit keluar dari celana yang bisa dibilang hanya seperti secarik kain itu. Kontan yunior Adi pun berteriak, "Merdekaa.." mengacungkan kepalannya, berdiri tegak di dalam celananya sehingga tampak sedikit menggembung bila dilihat dari luar.
Mbak Ine yang melihat Adi melongo memandangnya hanya senyam-senyum saja, apalagi ketika Mbak Ine melihat tonjolan di celana Adi akibat kepalan merdeka yunior Adi.
"Heh.. Di.. ati-ati, ada lalat masuk mulut kamu ntar.." Mbak Ine menyadarkan Adi.
"Ehh.. Ehhmm.. ii.. iiya.. ya.. Mbak.." jawab Adi gelagepan.
Mbak Ine sengaja jalan melenggak-lenggok di depan Adi dan kemudian merebahkan diri di sisi kolam renang sambil mengangkangkan kakinya untuk menggoda Adi. Adi hanya bisa melotot menyaksikan tubuh indah Mbak Ine.
"Di.. ayo cepetan doong.. dipotret. Kamu tuh kayak nggak pernah liat cewek pake baju renang aja..!"
"Iii.. ii.. iiyaa.. iyaa.. Mbak.." sambil tangannya gemetar memegang kamera dan menekan tombol.
Akhirnya, setelah satu rol film dihabiskan di kolam renang, Mbak Ine tanpa memakai jas kamarnya lagi, menarik tangan Adi ke dalam lalu dibawanya ke lantai atas masuk ke kamarnya.
"Eh.. Mbak mau kemana niih..?" tanya Adi.
"Ssst.. udah diem aja, nanti kamu tau sendiri..!" jawab Mbak Ine.
Bersambung . . . .