Pengalaman tak terduga ini bermula dari acara ulang tahun teman kuliahku yang bernama Dava, Irvan dan Indah (bukan nama sebenarnya). Mereka sengaja merayakannya bersamaan di puncak, biar biayanya lebih murah kali yach. Begitu undangan telah disebar di kampus, kami beramai-ramai pergi ke puncak. Malam itu acara demi acara dilangsungkan dengan meriah dan ada yang sampai mabuk.
Ketika jam sudah menunjukan pk 01.00 sebagian rekan-rekanku sudah ada yang pulang dengan pasangannya masing-masing, entah langsung pulang ke Jakarta atau langsung kencan. Karena aku numpang mobil teman, maka dengan terpaksa harus menginap di vila temanku yang besar dan banyak kamarnya. Aku sudah mulai mengantuk dan sedikit pusing sebab aku ikut minum. Aku menemukan kamar kosong dan ngantukku sudah tak tertahankan lagi.
Aku terbangun dengan kaget sebab temanku Fitri dan Indri sudah ada di sebelahku sambil tertawa cekikikan.
"Aduh.., ngapain sih lu masuk-masuk kamar gue, berisik tau nggak!", tegurku kepada kedua cewek jahil ini.
"Alah.., lu.., udah molor aja dech.., nggak apa-apakan kita tidur di sini soalnya semua kamar udah penuh tuh.., tapi awas kalo lu macem-macem ama kita..", jawab Fitri dengan genit.
Aku yang terbangun ikut diskusi dengan mereka berdua. Eh, ternyata mereka sedang cerita jorok. Secara tidak sadar birahiku jadi naik melihat tingkah laku mereka berdua yang menggunakan pakaian tidurnya alias piama. Memang temanku ini, Fitri tubuhnya agak gemuk dan buah dadanya montok sekali, sedangkan Indri bodinya bagus dan seksi, apalagi malam itu dia memakai piama yang agak tipis.
Mereka berdua terus saling meremas buah dadanya sambil bercanda. Posisi mereka ada di sebelah kiriku. Lalu secara tidak sengaja aku ikut meremas payudara Fitri yang persis berada di sebelahku.
"Ach lu pake ikut-ikutan segala", protes Fitri.
"Abis lu bercandanya merangsang sih", jawabku.
Setelah kejadian itu suasana agak sepi, soalnya mereka berdua memutuskan untuk tidur. Saya lihat Fitri langsung tidur, lalu kutegur Indri.
"Eh In, udah tidur belon" tanyaku.
"Belon Har", jawabnya.
Lalu kuajak dia tidur di sebelahku tapi dia menolak soalnya tidak enak sama Fitri. Dengan jawaban Indri yang welcome itu, langsung saja saya pindah ke sebelah ranjang dengan ukuran queen size. Kamipun saling berpandangan.
Tidak lama berpandang-pandangan terus, tanpa basa-basi langsung kucium bibirnya yang indah itu. Aku langsung naik ke ranjang sambil berciuman dan badanku menindih tubuh Indri yang seksi itu. Indri menghentikan cumbuanku yang makin panas itu sambil berkata, "Ach udah deh Har.., entar si Fitri bangun nih, gue kan nggak enak".
"Ala.. In, udah tanggung nih, gue jamin dia kagak bakalan bangun, orang yang punya badan segede itu pasti tidurnya nyenyak dech.., lagi pula kita pelan-pelan aja, jangan berisik", jawabku dan langsung kukulum bibirnya tanpa menunggu lama lagi.
Sambil kucumbu, baju piyamanya kubuka kancingnya dan terlihat buah dada yang mungil, lalu dia melepaskan BH-nya. Tanpa pikir panjang aku langsung memegang buah dadanya dengan naluri kelaki-lakianku, soalnya kejadian yang sedang kualami ini adalah pengalaman pertama kali bercumbu dengan wanita, walaupun dia teman kuliahku dan umurku sudah 22 tahun.
Akhirnya kita berdua sudah telanjang bulat, puting susunya ku gigit mesra. Indri mengeluarkan desahan-desahan yang makin membangkitkan gairah seksualku. Dari dada terus kucium perut, lalu ke selengkangannya yang sudah basah karena nafsu. Terasa aneh sekali rasa yang kualami, "Ser.., ser..", di dadaku dengan detak jantungnya yang berdetak cepat. Tanpa sadar Fitri yang sudah tertidur itu bergerak, langsung aktivitas kita dihentikan.
"Ssst.., stop dulu.., ntar si Fitri bangun tuh", pinta Indri. Kami berdua berhenti sesaat sambil melihat tubuh Fitri yang montok itu membelakangi kami.
"In.., sebenarnya ini pengalaman pertama gue..", kataku kepada Indri, Indri menjawab dengan tersenyum saja.
"Gue juga belon pernah nggelakuin begituan Har", Jawab Indri kemudian.
"Gue juga terangsang gara-gara si Fitri ngomongin film BF yang kita tonton kemaren rame-rame..", tambahnya.
"Elo mau nggak kita terusin", pintaku.
"Boleh Har, tapi jangan dimasukin ke sini yach, soalnya beneran gue belon pernah ngelakuin", jawabnya sambil manunjuk ke vaginanya.
Terus aku ganti posisi dan Indri duduk di dekat kemaluanku, tanpa aba-aba dia langsung mencium dan memasukkan penisku ke mulutnya. Gerakan-gerakannya semakin cepat seperti yang aku tonton di film BF tempo hari. Setelah beberapa menit dia kelihatan kecapaian mulutnya soalnya harus terbuka agak lebar saat mengulum penisku. Dia ganti dengan tangan dan mengocok penisku.
"In, sini gantian.., lu tiduran biar gue cium punya lu", pintaku, dan Indri langsung tiduran dan melebarkan selangkannya.
"Har yang lu cium di daerah sini", sambil menunjukan vagina bagian atasnya.
Tanpa tuntunan dia, langsung kuhisap vaginanya sampai cairan lendirnya keluar banyak dan jadi becek.
"Iya Har.., teeruuss Har.., nikmat sekali..", rintihnya. Jariku, aku masukkan ke dalam vaginanya. Kulihat wajahnya, dia menikmati sekali sambil sesekali merintih.
"Aahh.., aahh.., mm..".
"Ssstt.., Iiinn jangan berisik..", pintaku, soalnya dia menikmati sekali tanpa sadar dia lupa sama temannya di sebelahnya.
Aku langsung bersiap-siap mau masukkan penisku yang semakin keras ke vaginanya.
"Har.., jjaangann dong..", pintanya sambil menahan dadaku dengan tangannya.
"In gue udah nggak sabar lagi.., nih, pokoknya kalo terjadi apa-apa gue tanggung jawab deh", jawabku tanpa sadar. Lalu aku langsung memasukkan penisku ke vaginanya tanpa kulihat lagi, dan Indri kelihatan kesakitan sekali.
"Aduh.., Har sakit banget nih".
Kayaknya penis lu salah masuk nih.., Har keluarin dulu dech..", pintanya. Dan memang benar, setelah kulihat ke bawah saya salah memasukkan penisku ini, yang kumasukin adalah anusnya. Aku langsung mencabut penisku sambil tertawa.
Kelihatannya memang Indri sudah ingin sekali melakukan hubungan seks ini, sebab selain dia anak yang baik-baik juga bisa bukan cewek murahan. Lalu dia pegang penisku dan memasukkannya ke liang vaginanya perlahan-lahan.
"Nah.., Har.., ini baru bener masuknya". Tanpa aba-aba aku langsung mengayun pantatku naik turun dan terlihat Indri sangat menikmatinya.
"Yah.., Har.., terus Har.., nikmat.., sekallii..", erangnya.
Aku benar-benar merasa nikmat sekali, biasanya aku onani memakai tanganku sendiri sama baby oil, tapi sekarang aku benar-benar bisa langsung melakukannya. Seperti gerakan reflek dan mengikuti naluri yang ada kuayun pantatku sampai dengan gerakan yang cepat. Indri dengan mulut tertutup takut mengeluarkan desahan-desahannya, dari mulutnya kelihatan sangat menikmatinya sampai kadang-kadang kejang mencapai orgamesnya berkali-kali. Sampai pada akhirnya aku mencapai klimaks. Dengan gerakan yang cepat terasa sekali air maniku muncrat di dalam vaginanya dan penisku terasa hangat. Setelah kejang-kejang, tubuh Indri kupeluk dengan erat.
"In.., nikmat sekali In..", rintihku.
Setelah itu penisku, kutarik keluar dari vagina Indri yang basah sekali dan akupun telentang dengan lemas serta ngos-ngosan di sebelahnya. Indri kuperhatikan kecapaian, lalu kita tidur sambil berpelukan dan berciuman.
Tanpa sadar kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pk 04.35 pagi. Terus aku langsung duduk, kulihat Indri masih tidur.
"In.., In.., bangun, nih lu pake baju lu dulu, gue kebelet pipis nih". Indri dengan malas memakai bajunya dan langsung memakai selimut dan langsung tidur lelap. Kini giliranku yang agak panik mencari bajuku, soalnya lampu kamar mati dan tidak ada cahaya sama sekali.
Setelah aku berpakaian, aku langsung ke kamar mandi yang terletak di luar kamar, kulihat teman-temanku masih pada ngobrol di sofa, soalnya mereka tidak kebagian kamar. Saking takut ketahuan, rambut dan mataku, aku acak-acakin sendiri biar kelihatan bangun tidur.
Pagi harinya jam 10.00, Indri baru keluar dari kamar terus langsung menghampiriku.
"Har.., tega banget lu ya.., gue kan temen lu", protes Indri.
"Abis lu juga kan kepengen sekali ngelakuin seperti itu gue lihat", jawabku.
"Eh.., kalo gue hamil ntar lu yang tanggung jawab yach.." pintanya sambil terus memelukku, seperti layaknya pasangan yang sudah pacaran kita terus berduaan menghindar dari keramaian teman-temanku yang lain.
"Pokonya lain kali kalo kita mau gituan lagi, lu musti bawa kondom, biar gue kagak hamil yach.." pintanya.
Sosok Indri yang terlihat alim itu memang di luar dugaanku, soalnya gara-gara pergaulannya yang bebas dia jadi terjerumus hal yang seperti itu, lagi pula dia anak kost. Setiap pulang dari kampusku di daerah Depok, aku sering mampir ke tempat Kos-kosannya dia untuk melakukan hubungan intim lagi, dan itu terus berlanjut hingga kami lulus.
TAMAT