Aku adalah murid di salah satu SMU swasta di Semarang. Namaku Alex. Pada suatu hari Minggu, aku sedang berada di sekolah untuk mengikuti latihan intensif sepak bola. Aku adalah striker inti di sekolahku. Selain sebagai pemain sepak bola, aku juga termasuk tim inti basket dan voli. Ketika sedang break, aku iseng melihat latihan voli untuk cewek. Saat itu kulihat seorang cewek manis. Namanya Fani. Aku sungguh-sungguh merasakan tubuhnya. Tapi itu kuanggap sebagai hal yang mustahil. Kusingkirkan pikiran itu jauh-jauh. "Pritt.." Waktu istirahat sudah selesai. Aku kembali melakukan latihan sepak bola. Untunglah porsi latihan hari itu tidak banyak, sehingga aku dapat pulang lebih awal. Dalam perjalanan menuju mobil yang kubawa, aku kembali melihat gadis cantik itu. Aku mendekatinya dan mengajaknya berbicara. Aku tidak jadi pulang. Aku memutuskan untuk menemani Fani menunggu temannya yang masih ada latihan. Fani itu ikut pulang dengan temannya.
Selama menemaninya ngobrol, aku terus menatap wajah dan tubuhnya. Tubuhnya cukup tinggi untuk gadis seusianya. Kira-kira 170 cm. Cocok denganku yang memiliki tinggi 183 cm. Fani baru berusia 16 tahun, sedangkan aku 17 tahun. Rambutnya panjang, hitam, mengkilat. Kulitnya putih, lembut walaupun ia menyukai olah raga. Dadanya cukup besar. Kira-kira 34A. Namun aku suka melihat tubuhnya. Apalagi bajunya agak basah karena keringat. Fani sangat enak untuk dijadikan teman ngobrol. Dia tidak merasa agak risih, walaupun hanya mengobrol berdua denganku di lorong galeri.
Aku sangat terangsang ketika berdua dengannya. Ketika aku tak tahan lagi, aku memegang tangannya dan menariknya ke dalam sebuah ruangan yang ternyata adalah ruangan UKS putri. Aku menatapnya. Fani mencoba menetralkan suasana, "Lex, Apa-apaan nih? Aku.." Belum selesai Fani berbicara, mulutku telah menempel di mulutnya. Fani tampaknya hanya pasrah saja. Lidahku mulai memasuki mulutnya. Tanganku pun mulai meraba-raba payudaranya. Setelah kira-kira 5 menit, tampaknya Fani mulai terangsang. Puting payudaranya menegang. Ia pun mulai membalas ciumanku. Aku sampai kesulitan bernafas. Tanganku mulai melepas baju volinya. Tangannya pun melepaskan pakaian basketku. Tinggallah aku yang hanya bercelana dalam. Fani pun hanya memakai BH dan celana dalam. Fani tampak kaget, melihat batang kejantananku yang besar. Ukuran batang kejantananku kira-kira 18 cm dengan diameter 2,5 cm. Aku pun sangat terangsang melihat bentuk tubuh Fani yang ternyata sangat sexy. Lebih sexy dari semua cewek yang pernah kulihat.
Melihat Fani yang juga sudah mulai terangsang, aku memintanya untuk memegang batang kejantananku yang besar dan tegang dan meremas-remasnya. Ketika ia membuka celana dalamku, tampaklah jelas batang kejantananku yang sudah ereksi penuh. Tampaknya ia belum pernah melihat batang kejantanan sebesar ini sebelumnya. Ketika Fani sedang merasakan kejantananku, aku mencoba melepas BH dan celana dalamnya. Setelah aku berhasil menyingkirkan pakaian dalamnya, aku mengangkat badannya ke atas ranjang dan aku segera menindih badan Fani. Dan aku pun mulai menjilati puting payudaranya dengan liar. Sampai-sampai Fani benar-benar menggeliat keenakan. Tanganku pun mulai menjelajah ke mana-mana. Setelah agak lama, tanganku mulai meraba bibir kemaluannya dan mulai memainkan klitorisnya. Fani tampak benar-benar terangsang dan tidak bisa berbuat apa-apa selain mendesah dan menggeliat di atas meja.
Cukup lama aku memainkan kemaluannya. Bibirku menjilati bagian bawah kemaluannya dengan penuh nafsu, sementara tanganku masih memainkan klitorisnya. Agak lama aku melakukannya. Aku ingin Fani benar-benar merasakan nikmatnya. Lalu aku merasakan badan Fani meregang dan saya merasakan cairan hangat mengalir dari liang kemaluannya. Aku tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan penuh nafsu. Aku tahu Fani benar-benar menikmati permainanku. Cairan yang dikeluarkannya banyak sekali dan baunya sangat menggairahkan. Wajak Fani sangat lemas dan memerah. Badannya berkeringat dan rambutnya agak acak-acakan, tapi aku suka melihat pemandangan seperti itu.
Aku bertanya, "Enak Fan?"
"Enak banget Lex. Aku belum pernah merasakan perasaan senikmat sekarang.." jawab Fani.
Aku berkata, "Kamu sudah puas kan, sekarang kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan..?"
Lalu Fani turun dari ranjang dan aku pun berdiri. Fani mulai jongkok, memegang batang kejantananku yang tegak lalu memasukkannya dalam mulutnya yang mungil. Batang kejantananku tampak memenuhi seluruh mulutnya. Ketika Fani mulai memasukkan batang kejantananku ke mulutnya, aku merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Aku merasakan lidahnya mulai memainkan kepala kejantananku. Aku mulai tidak tahan, apalagi ketika Fani mengisap batang kejantananku. Aku belum pernah merasakan hisapan senikmat ini dari seorang gadis. Aku seperti tidak dapat mengontrol laju sperma di dalam batang kejantananku. Akhirnya aku tidak tahan lagi. Kukeluarkan spermaku di dalam mulut manisnya itu. Fani tampak terkejut. Namun dia akhirnya menelannya.
Aku beristirahat sebentar. Lalu aku bertanya pada Fani, "Fan.. Aku boleh nggak, masukin penisku ke vagina kamu?" Fani tampak berpikir sejenak. Namun dalam kondisi horny seperti itu, pikirannya tentu agak kacau. Fani akhirnya mengangguk lemas. Perlahan-lahan, aku merebahkan badannya di ranjang dan menaruh kedua kakinya di bahuku. Aku mulai menyentuhkan kepala penisku ke bibir liang senggamanya. Lalu aku perlahan-lahan memasukkan batang kejantananku ke dalam liang senggamanya. Aduh.. Sulitnya batang kejantananku masuk ke liang senggamanya. Walaupun liang senggamanya sudah basah, namun liang senggamanya masih sangat rapat. Ketika batang kejantananku perlahan-lahan masuk, Fani mulai mengerang kesakitan. Aku mencoba menenangkannya. Aku pun merasakan sakit, karena batang kejantananku seperti ditekan oleh liang senggamanya yang sempit.
Akhirnya aku berhasil memasukkan seluruh batang kejantananku ke dalam liang senggamanya. Aku dapat merasakan pangkal liang senggamanya. "Crestt.. creest.." terasa ada yang robek dalam liang senggamanya dan sedikit darah keluar. Aku kaget, dan berkata, "Fan, kamu masih gadis ya?" Kulihat Fani hanya dapat tersenyum menahan rasa perih di kemaluannya. Perlahan kugerak-gerakkan batang kemaluanku. Fani hanya dapat merintih dan mengerang perlahan. Namun setelah agak lama Fani mendesah kecil dan mengerang keenakan. Aku mulai memaju-mundurkan batang kejantananku. Rasanya sangatlah enak, batang kejantananku seperti dihisap-hisap. Kemudian tempo permainan aku cepatkan. Aku mulai memperlihatkan tehnikku. Aku memaju-mundurkan batang kejantananku lalu sesekali menggoyangnya ke kiri dan ke kanan. Tanganku pun tak lupa meraba-raba payudaranya. Puting payudaranya yang berwarna pink kupuntir dan kucubit. Fani semakin menggeliat-geliat keenakan.
Semakin kupercepat tempo permainan, semakin keras erangan Fani. Suaranya itu sangatlah enak didengar. Suaranya semakin menggairahkanku. Kalau saja ini bukan di ruang UKS putri, mungkin aku sudah menyuruhnya mengerang sekerasnya. Untuk mengurangi bunyi erangannya, aku mengulum mulutnya. Aku mulai bosan pada posisi ini, aku mencoba doggy style. Aku keluarkan batang kejantananku dari liang senggamanya, lalu aku mengambil posisi doggy. Aku kembali memasukkan batang kejantananku dalam liang senggamanya. Kali ini, aku bermain dalam tempo yang lebih cepat. Perlahan-lahan kurapatkan kakinya sehingga batang kejantananku kembali merasa dihisap-hisap lagi. Kulihat Fani sudah akan mencapai orgasme. Tubuhnya mulai mengejang. Akhirnya liang senggama Fani mengeluarkan cairan nikmatnya, dan diiringi dengan erangan yang keras. Kulihat wajah Fani sudah sangat capai. Keringatnya sudah memabasahi tubuhnya.
Fani adalah cewek yang paling lama mampu bermain denganku. Maklum, dia kan sporty (anggota tim inti voli). Stamina Fani sangat bagus. Aku merasa kasihan padanya. Aku pun mempercepat tempo dan ketika aku merasakan spermaku akan keluar, kucabut batang kejantananku dan aku masukkan batang kejantananku ke mulut Fani. Fani mengisapnya sejenak, lalu keluarlah spermaku ke mulut mungilnya. Tampaknya spermaku sudah habis diserap olehnya. Lalu kami beristirahat sejenak. Aku memandangnya dan berkata, "Gimana Fan?"
"Enak banget Lex. Kapan-kapan lagi ya.." jawab Fani dengan senang. Aku berikan satu buah ciuman ke mulut Fani.
Tiba-tiba pintu UKS dibuka dan masuklah seorang cewek. Ternyata yang masuk adalah Christina, salah satu cewek yang kutaksir. Aku dan Fani segera mengambil pakaian kami dan mengenakannya.
Christina langsung berkata, "Nggak usah buru-buru. Aku sudah lihat permainan kalian dari tadi kok.."
"Permainan kalian hot banget," tambah Christina.
Mendengar ucapan mereka, aku jadi malu. Wajah Fani pun memerah ketika kulirik. Setelah aku dan Fani berpakaian, Christina mendekati kami dan berkata, "Lex, kamu mainnya hebat deh. Aku juga mau dong. Kayaknya si Fani juga mau tambah tuh!"
"Begini saja. Besok kalian semua ke rumahku jam 10 pagi, OK? Rumahku kan kosong. Ortuku lagi di Singapore."
Semuanya setuju. Maka besok aku harus datang ke rumah Christina. Kuhampiri Fani dan mengantarkannya pulang. Aku merasa tidak enak, karena Fani sudah ditinggal oleh temannya. Rupanya aku dan Fani bermain terlalu lama, sekitar 1 jam.
Bersambung . . . .