Cerita Disodomi Majikan, Pernah atau bahkan sering kita menikmati pelangi usai hujan siang hari. Macam rona warna yang berbeda membuat pelangi itu indah di mata. Begitulah hidup seorang, bermacam warna memberi kesan tersendiri di setiap senti diari hidupnya. Entah merah penuh luka atau cerah ceria macamnya. Pena kehidupan akan selalu saja bergerak menuliskan memoar kenangan seseorang. Memoar yang memberi ia pelajaran. Memoar yang kelak terkuak, seperti sejarah Jamal dalam film Slumdog Millionaire.
Begitu juga dengan diriku ini. Kisah luka hingga bertuba, sampai kisah ceria bahagia terlewat hingga kini angka 19 dalam usia. Kisah yang satu ini memang patut dikenang. Siapa yang mengira, sejarah kelam berbeda dengan terang yang sekarang. Mungkin juga. Pengalaman diperlakukan asusila oleh tetangga yang sudah berbaik hati sejak lama. Dimulai, bahwa saya adalah seorang mahasiswa UGM, yang sejak kecil dibesarkan di Blora. Lebih tepat di ujung barat, kota Blora deretan gunung kapur. Kejadian itu tepat ketika kelas lima di SD dulu. Dan sebut saja dia Zainuri (nama samaran) – ku memanggilnya Lek Yen-. Yang pada saat itu dia adalah tahun terakhir di SMP.
Dia adalah tetangga yang mengalami kekacauan. Ayahnya meninggal, kanker merenggut nyawanya. Sehingga terpaksa setiap malam aku menemani untuk tidur malam. Ketakutan di rumah sendiri, ditinggal ibu yang tergila-gila dengan daun yang lebih muda. Sudah sejak hari ketujuh seusai ayahnya dimakamkan, saya menemaninya tidur setiap malam. Karena memang rumah kita berdekatan, Cuma beberapa jengkal langkah cukup sudah. Hampir semua kegiatanku beralih disana, belajar hingga harus makan sahur. Itulah awal dari sejarah yang kucatat dalam memori ini.
Sesak ketika harus mengulasnya. Sore itu memang seperti biasa. Kegiatan ngaji di madrasah, tidak lepas dengan mudah. Langsung seusai maghrib langsung berpindah ke rumah Lek Yen. Belajar, makan malam semua seperti biasa. Langsung saja ke pergi ke ranjang untuk istirahat semalam. Maklumlah masih kelas 5 SD, belum kenal begadang. Dan sudah seperti biasa kami tidur seranjang tanpa curiga barang secuil saja. Tidur kami normal seperti biasa.
Entah apa yang merasukinya malam itu. Saya yang masih kecil tak tahu menahu dengan adegan semalam itu. Jam pun ku tak tahu tepatnya. Entah tengah malam, atau menjelang fajar. Mula- mula ditutupnya wajahku dengan selimut sarung yang ku bawa. Posisi miring memudahkannya mungkin. Dan sungguh menghinakan malam itu. Celana ku di turunkannya, dan kejadian asusila pun terjadi. Meski aku masih tetap berpura lelap dalam ayunan tidur malam. Terdengar olehku desah nafasnya, yang kadang jijik terdengar. Meski tidak berulang untuk kedua malam itu. Diriku selamat karena aku merubah posisi. Usai sudah malam itu.
Usai kejadian itu, tak pernah terfikir kalau itu yang bernama sodomi. Karena usia belia, tak pantas mengenal istilah itu. Jikalau ku mengetahui tindakan itu sodomi pasti tuntutan polisi terjadi, dan karena memang tidak ada kelainan pada bagian sensitifku. Sehingga usai malam itu, tetap berlangsung seperti biasa. Kejadian itupun menjadi rahasia pribadi, lebih karena menjaga agar ia tidak terluka berlebihan.
Pasca SMP ia masuk Pesantren Walisongo di Sragen Jawa Tengah, dan saya melanjutkan ke SMP dan berlanjut hingga kini di UGM. Kini ia sudah beristri dan beranak satu. Kejadian ini benar- benar terjadi, tidak hanya rekayasa atau fiktif. Jika ku ketahui istilah sodomi sejak awal, pasti tak begini akhir cerita ini. Saya sengaja menutupi agar tidak terkesan cerita porno. Mohon maaf kalau cerita terkesan fiktif, tapi itulah pengalaman yang terjadi 10 tahun silam. Kejadian yang menjadi warna tersendiri dalam hidup ini. Peristiwa itu masih tetap menjadi rahasia pribadi. Dan kuceritakan disini, agar semua mengambil inti arti. Bahwa mungkin saja seorang teman yang didekat kita bisa menjadi musuh. Dan sebaliknya. Orang yang kita kira menjadi musuh, justru perhatian lebih dibanding teman kita sendiri. Cerita Disodomi Majikan
Begitu juga dengan diriku ini. Kisah luka hingga bertuba, sampai kisah ceria bahagia terlewat hingga kini angka 19 dalam usia. Kisah yang satu ini memang patut dikenang. Siapa yang mengira, sejarah kelam berbeda dengan terang yang sekarang. Mungkin juga. Pengalaman diperlakukan asusila oleh tetangga yang sudah berbaik hati sejak lama. Dimulai, bahwa saya adalah seorang mahasiswa UGM, yang sejak kecil dibesarkan di Blora. Lebih tepat di ujung barat, kota Blora deretan gunung kapur. Kejadian itu tepat ketika kelas lima di SD dulu. Dan sebut saja dia Zainuri (nama samaran) – ku memanggilnya Lek Yen-. Yang pada saat itu dia adalah tahun terakhir di SMP.
Dia adalah tetangga yang mengalami kekacauan. Ayahnya meninggal, kanker merenggut nyawanya. Sehingga terpaksa setiap malam aku menemani untuk tidur malam. Ketakutan di rumah sendiri, ditinggal ibu yang tergila-gila dengan daun yang lebih muda. Sudah sejak hari ketujuh seusai ayahnya dimakamkan, saya menemaninya tidur setiap malam. Karena memang rumah kita berdekatan, Cuma beberapa jengkal langkah cukup sudah. Hampir semua kegiatanku beralih disana, belajar hingga harus makan sahur. Itulah awal dari sejarah yang kucatat dalam memori ini.
Sesak ketika harus mengulasnya. Sore itu memang seperti biasa. Kegiatan ngaji di madrasah, tidak lepas dengan mudah. Langsung seusai maghrib langsung berpindah ke rumah Lek Yen. Belajar, makan malam semua seperti biasa. Langsung saja ke pergi ke ranjang untuk istirahat semalam. Maklumlah masih kelas 5 SD, belum kenal begadang. Dan sudah seperti biasa kami tidur seranjang tanpa curiga barang secuil saja. Tidur kami normal seperti biasa.
Entah apa yang merasukinya malam itu. Saya yang masih kecil tak tahu menahu dengan adegan semalam itu. Jam pun ku tak tahu tepatnya. Entah tengah malam, atau menjelang fajar. Mula- mula ditutupnya wajahku dengan selimut sarung yang ku bawa. Posisi miring memudahkannya mungkin. Dan sungguh menghinakan malam itu. Celana ku di turunkannya, dan kejadian asusila pun terjadi. Meski aku masih tetap berpura lelap dalam ayunan tidur malam. Terdengar olehku desah nafasnya, yang kadang jijik terdengar. Meski tidak berulang untuk kedua malam itu. Diriku selamat karena aku merubah posisi. Usai sudah malam itu.
Usai kejadian itu, tak pernah terfikir kalau itu yang bernama sodomi. Karena usia belia, tak pantas mengenal istilah itu. Jikalau ku mengetahui tindakan itu sodomi pasti tuntutan polisi terjadi, dan karena memang tidak ada kelainan pada bagian sensitifku. Sehingga usai malam itu, tetap berlangsung seperti biasa. Kejadian itupun menjadi rahasia pribadi, lebih karena menjaga agar ia tidak terluka berlebihan.
Pasca SMP ia masuk Pesantren Walisongo di Sragen Jawa Tengah, dan saya melanjutkan ke SMP dan berlanjut hingga kini di UGM. Kini ia sudah beristri dan beranak satu. Kejadian ini benar- benar terjadi, tidak hanya rekayasa atau fiktif. Jika ku ketahui istilah sodomi sejak awal, pasti tak begini akhir cerita ini. Saya sengaja menutupi agar tidak terkesan cerita porno. Mohon maaf kalau cerita terkesan fiktif, tapi itulah pengalaman yang terjadi 10 tahun silam. Kejadian yang menjadi warna tersendiri dalam hidup ini. Peristiwa itu masih tetap menjadi rahasia pribadi. Dan kuceritakan disini, agar semua mengambil inti arti. Bahwa mungkin saja seorang teman yang didekat kita bisa menjadi musuh. Dan sebaliknya. Orang yang kita kira menjadi musuh, justru perhatian lebih dibanding teman kita sendiri. Cerita Disodomi Majikan