Aku mandi menyegarkan tubuh, karena masih jengkel, kukenakan pakaian tidur sutra yang transparan, tanpa pakaian dalam hingga terlihat postur tubuhku dari balik pakaian tidur itu. Pukul tiga Pak Sam datang, beliau begitu takjub ketika melihat penampilanku yang lain dengan biasanya.

"Wah seperti pulang ke rumah disambut wanita cantik, kamu memang bisa aja bikin orang gemes dan lebih merangsang", komentarnya. Aku hanya tersenyum bangga melihat kekagumannya.
"Kita punya waktu sampai jam setengah lima sebelum aku menjemput Bapak kembali", katanya langsung memelukku, memang antara Hotel Hilton dan markasnya tidaklah jauh, mungkin hanya limabelas menit.

Ciuman Pak Sam langsung mendarat di bibirku dan tangannya menjamah di kedua bukit dadaku, meremas remas gemas. Bibirnya berada di leherku ketika tanganku meraih kejantanannya, kami masih berdiri sambil saling meremas. Kukeluarkan penis tegangnya dari lubang reslitingnya dan kukocok kocok, aku lalu berlutut di depannya, kujilati kepala penisnya dan kumasukkan ke mulutku, kukulum kepala penisnya hingga ke batang penis, kucoba sebanyak mungkin memasukkan ke mulutku. Pak Sam memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku, batang penis itu dengan cepatnya keluar masuk mulutku.

Aku kemudian berdiri menghadap meja, tubuhku condong ke depan dengan tumpuan tanganku di meja, Pak Sam menyingkap baju suteraku, tanpa membuka pakaiannya lalu menyapukan penisnya di vaginaku, kubuka kakiku lebih lebar memberi jalan kejantanan beliau menembus liang vaginaku. Perlahan tapi pasti kejantanan Pak Sam melesak memasuki celah sempit vaginaku hingga semua tertanam di dalam. Beliau meremas buah dadaku dari belakang saat menarik penisnya dan kembali memasukkan dengan dorongan kuat, aku terdongak kaget, antara sakit dan enak bercampur dengan nikmat. Kocokannya makin cepat dan makin nikmat terasa, remasan pada buah dadaku makin kuat, aku mendesah nikmat, semakin cepat semakin nikmat.

Tanpa memperlambat kocokannya, tangannya meremas dan menjambak rambutku, aku hanya mendesah, kuangkat kaki kananku ke atas meja, penis Pak Sam makin dalam tertanam di vaginaku, ada perbedaan cara bercinta dan irama kocokan Pak Sam dengan Pak Im, tapi bagiku dua duanya sama sama enak menghanyutkan. Dengan keras Pak Sam menyodokku tiga kali lalu dengan kasar menarik keluar penisnya, aku menoleh protes, tapi beliau tersenyum dan membalikkan tubuhku, dinaikkan tubuhku di atas meja, kakiku dibuka lebar dan kembali beliau memasukkan penisnya, langsung mengocok dengan cepat. Kami bercinta berhadapan, dengan bebasnya Pak Sam mengocokku sambil menciumi sekujur tubuhku sejauh bisa dijangkau, tangannya tak pernah meninggalkan daerah di dadaku, mengelus dan meremas sesukanya.

Kami masih berpakaian, aku dengan baju tidur sutraku dan beliau masih dengan pakaian lengkap, tapi tak menurunkan gairah bercinta kami, kuterima sodokan demi sodokan dengan penuh kenikmatan. Pak Sam mengangkat dan menjepitkan kakiku di pingganggnya, beliau melesakkan penisnya dalam dalam sambil mencium bibirku, lalu beliau menarik tubuhku dan mendekapku erat.

Tanpa kuduga beliau mengangkat tubuhku dan menggendongku sambil tetap menanamkan penisnya di vaginaku, aku kagum dengan fisiknya yang bisa menggendongku, tubuhku diangkat turun naik di gendongannya memberikan efek kocokan di vagina. Aku memeluknya erat takut terjatuh, beliau membawaku ke arah ranjang, lalu kami terjatuh di ranjang, aku menindihnya, penisnya terlepas dari vaginaku, kami berdua tertawa riang, segera kumasukkan penisnya kembali dan dengan posisi duduk di atasnya kini aku yang gantian menggoyangnya.

Pak Sam kembali meremas buah dadaku ketika goyanganku makin cepat, aku tak berani menggoyang terlalu cepat karena resliting celananya mengganggu dan sakit apabila terkena di vagina. Tapi Pak Sam tak mau terlalu lama di bawah, dibaliknya tubuhku dan langsung menindihku, kuminta beliau melepas celananya karena reslitingnya mengganggu, dengan tersenyum diturutinya permintaanku, tapi beliau tak mau melepas semuanya, hanya melorotkan saja, entah apa alasannya. Kakiku dinaikkan di pundaknya dan dengan posisi push up beliau mengocokku, bukan main ternyata jauh lebih nikmat, disamping makin dalam penisnya tertanam, pada saat keluar masuk menggesek klitorisku, aku menjerit nikmat, beliau tersenyum melihat expresi kenikmatan di wajahku. Kuremas sendiri kedua buah dadaku sambil mempermainkan putingnya, Pak Sam mencegah ketika aku berusaha menurunkan baju sutraku, sesekali dilumatnya bibirku yang lagi tengadah mendesah.

Tubuh Pak Sam turun naik memompaku dari atas, sesekali pantatnya ditekankan pada vaginaku, penisnya makin dalam tertanam, aku makin mendesah desah nikmat. Dan tak lama kemudian kuraih orgasme, tubuhku tegang, otot vaginaku mencengkeram penis beliau yang masih keluar masuk vagina, kuremas lengannya sambil menjerit dalam kenikmatan. Pak Sam kemudian menindih dan mendekapku dalam pelukannya, tanpa memperlambat kocokannya bibirnya sudah menjelajahi leherku, kuelus kepala botaknya, kakiku menjepit pinggangnya, dan tak lama kemudian beliau menyusulku mencapai puncak kenikmatan. Kurasakan cairan hangat membasahi liang vaginaku, penisnya serasa membesar dan berdenyut keras, memenuhi rongga rongga vaginaku, menghantam dinding dinding sempit yang menjepitnya, kembali aku menjerit menerima semprotan spermanya. Tubuh Pak Sam terkulai lemas di atas tubuhku, napasnya turun naik, kudengar dengusan dari hidungnya dekat telingaku, kubiarkan sesaat beliau menindihku sebelum kudorong halus turun dan terlentang di sampingku.

Kurasakan sperma Pak Sam menetes keluar dari vaginaku, segera aku ke kamar mandi membersihkannya, tak lebih sepuluh menit aku di kamar mandi ketika kembali ternyata Pak Sam sudah tidur mendengkur dengan kejantanan yang sudah lemas lunglai, kupandangi wajah beliau, tampak garis tegas matang yang sudah mulai menua, kepalanya yang botak tanpa kumis sungguh jauh dari kesan tampan, sama sekali tidak menarik. Kalau kupikir lebih jauh, inilah orang yang sudah beberapa kali menikmati tubuhku, menyetubuhiku, dan juga sedikit banyak memberi kenikmatan padaku.

Lamunanku buyar ketika kudengar bunyi hand phone dari celana Pak Sam, segera beliau terbangun dan menerima telephone itu, ternyata dari Pak Im, dengan agak gugup beliau menjawab Pak Im. Kutinggalkan Pak Sam yang lagi bicara dengan atasannya, aku mandi bersiap menerima kedatangan Pak Im sebentar lagi. Ketika kubuka pintu kamar mandi, Pak Sam sudah berdiri di depan pintu masih dalam keadaan telanjang, sambil tersenyum beliau langsung menarikku ke pelukannya, ditariknya handuk yang memlilit tubuhku hingga terlepas, kami berdua telanjang berpelukan dan berciuman. Kembali tangan dan bibirnya menjelajahi sekujur tubuhku yang baru mandi, Pak Sam lalu berlutut di depanku, diangkatnya kakiku di pundaknya dan lidahnya langsung menjelajah di vaginaku, dengan rakusnya beliau menjilat dan menghisap sisa sisa cairan yang masih tersisa di vaginaku.

Aku mendesis menerima permainan lidahnya, tak lama ketika beliau kembali berdiri menghadapku, didorongnya tubuhku hingga bersandar ke dinding cermin, kakiku diangkat dan disanggah lengannya, kuusapkan kejantanannya ke bibir vaginaku, kubasahi dengan ludah di kepala penisnya untuk memberi pelumas dan memudahkan kejantanannya memasuki vaginaku, perlahan beliau mendorong masuk hingga semua tertanam ke dalam, langsung mengocoknya, karena tinggi badan kami sama, tak ada kesulitan bagi beliau untuk mengocokku dari depan sambil berdiri. Tubuh kami saling menempel, hanya pantat Pak Sam yang bergerak mendekat dan menjauhi tubuhku, sementara bibirnya sudah menjelajah di leher dan wajahku sambil sesekali bibir kami menyatu dalam birahi. Kemudian beliau membalikkan tubuhku, kembali Pak Sam menyetubuiku dari belakang, beliau mendekapku sambil mengocok, tangannya meremas remas kedua buah dadaku dari belakang dan tubuh kami masih menyatu dalam percintaan.

Aku mendesis menerima kocokan dan jilatan Pak Sam dari belakang, kudorong pantatku kebelakang supaya penis beliau bisa masuk lebih dalam, kuluman di telingaku membuatku makin menggelinjang geli dan nikmat, ditambah lagi remasan dan permainan di putingku, kulihat bayangan kami di cermin, sungguh menambah erotik permainan ini, tanpa kusadari karena terhanyut dalam permainan Pak Sam, tiba tiba kurasakan badanku menegang dan otot otot vaginaku berdenyut, aku menjerit nikmat mengalami orgasme, dan jeritanku lebih keras lagi ketika Pak Sam tanpa henti mengocokku justru lebih cepat hingga beberapa menit kemudian menyusulku ke puncak kenikmatan, denyutan penisnya tidak sekuat sebelumnya tapi tetap membuatku menjerit nikmat.

Pak Sam meremas remas buah dadaku, pantatnya digoyang goyangkan seakan menggodaku, kutoleh ke belakang, senyuman puas mengembang di wajah beliau, kutarik dan kubalikkan tubuhku, kami kembali berhadapan, beliau langsung memelukku dan mencium kedua pipiku, berakhir di bibirku.
"Kamu memang benar benar luar bisaa dan menggairahkan", katanya sambil melepas pelukanku. Pak Sam langsung mengenakan kembali pakaiannya tanpa mencuci terlebih dahulu.
"Pak Im sebentar lagi datang, mandi sana lagi biar segar dan Pak Im tidak curiga", katanya sambil meninggalkanku sendirian di kamar masih dalam keadaan telanjang.

****

Part 3

Kurebahkan tubuhku di ranjang, istirahat sejenak sebelum kedatangan Pak Im, badanku terasa letih yang hebat, mungkin terlalu banyak orgasme, lututku terasa ngilu dan lemas.
"Ntar aja mandinya, toh Pak Im masih empat puluh lima menit lagi" pikirku.
Tapi diluar dugaanku, tak lebih limabelas menit setelah Pak Sam pergi, ternyata Pak Im datang, beliau sudah di depan pintu, sendirian tanpa ditemani siapapun, entah bagaimana beliau menyelinap di hotel ini tanpa diketahui banyak orang karena wajah beliau pasti sudah banyak dikenal di Surabaya ini.

Agak gugup aku melihat kedatangannya, tak kusangka begitu cepat beliau datang, entah apa mereka sempat ketemu atau tidak, semoga tidak supaya aku tidak perlu repot menutupi kejadian ini, aku belum sempat mandi sehabis bercinta dengan Pak Sam tadi. Tak mau membuat Pak Im menunggu lebih lama, segera kusambar baju tidur sutraku yang tergeletak di lantai, tanpa mengenakan pakaian dalam lagi dengan agak takut kubukakan pintu menyambut Pak Im.

Melihat penampilanku yang super sexy dengan pakaian seperti itu, Pak Im langsung memelukku dari belakang begitu kututup pintu kamar, tangannya sudah berada di kedua buah dadaku, mengelus dan meremasnya, bibirnya menjelajah di leherku yang jenjang seterlah menyibakkan rambutku, aku menggeliat.

"Kamu memang benar benar penggoda dan menggairahkan", bisiknya.
Terus terang aku khawatir kalau Pak Im langsung mau menjilati vaginaku karena sperma Pak Sam masih banyak di dalam dan belum sempat kubersihkan. Sebelum keduluan Pak Im, aku langsung jongkok di depannya, kubuka ritsluiting celananya dan kukeluarkan kejantanannya yang masih sedikit menegang, tanpa membuang waktu lebih lama, kejantanan itu langsung masuk mulutku dan segera keluar masuk, batang penis di mulutku makin lama makin tegang membesar seiring dengan desisan dari beliau.

Dipegangnya kepalaku dan beliau mulai mengocokkan penisnya di mulutku, sambil tetap mengulum kubuka ikat pinggang dan kutarik celananya turun. Setelah kurasa kejantanannya sudah siap, aku berdiri dan kutuntun Pak Im dengan menarik penisnya mengikutiku, beliau hanya nurut saja ketika kutuntun mendekati meja, tangan kananku menyapukan penis ke vaginaku sementara tangan kiri menarik bajunya supaya mendekatiku dan kucium bibirnya supaya beliau tidak perlu melihat ke bawah, aku takut sisa sperma Pak Sam terlihat oleh beliau.

Dengan mudahnya kejantanan Pak Im melesak masuk ke vaginaku yang masih basah, entah beliau tahu apa tidak kalau vaginaku habis dipakai, agak khawatir aku kalau kalau Pak Im tahu, aku hanya berharap beliau berfikir bahwa vaginaku masih basah sisa dari permainannya tadi siang. Kucumbu dan kukulum bibir Pak Im dengan penuh gairah, tanganku memeluk kepala dan meremas rambutnya untuk memberikan sensasi pengalih perhatian supaya tidak terlalu terkonsentrasi di vaginaku. Aku berusaha agar Pak Im segera orgasme sehingga tertutuplah "jejak" Pak Sam di vaginaku, untuk itu aku harus extra aktif dengan segala upaya erotis yang aku mampu.

Diperlakukan dengan penuh gairah, nafsu beliau langsung naik tinggi, ketika kubuka baju sutraku beliau mencegahnya, kubuka pakaiannya sambil tetap kami bercinta. Beliau tersenyum memandangku, lalu meremas buah dadaku, aku mendesis nikmat, diciuminya pipi dan bibirku dengan gemas, kocokannya makin cepat dan keras kurasakan. Sesekali tubuhnya dihentakkan ke tubuhku membuat kejantanannya makin dalam tertanam.

"Uh..aahh..aaugghh.. yess", desahku setiap kali tubuhnya menghentakku, kupandang matanya dengan sorot mata penuh kenikmatan, beliau hanya tersenyum di balik kumis tebalnya.
Aku telentang di atas meja, kakiku kunaikkan di pundaknya, dengan berpegang pada kedua buah dadaku beliau meremas dan mengocokku makin keras, tubuhku menggeliat ke-enak-kan, makin mendesah makin cepat kejantanannya keluar masuk vaginaku.
"Ooohh..oohh..aahh" teriaknya seiring dengan semburan sperma di vaginaku, tangannya mencengkeram keras buah dadaku, cairan hangat kembali terasa membasahi celah celah vaginaku, tubuhnya menegang, entah sudah keberapa kali beliau orgasme denganku hari ini.

Aku sepertinya sudah lama kenal dengan beliau, maka tanpa segan dengan kakiku kudorong dadanya menjauh hingga terlepaslah penisnya dari tubuhku, beliau hanya tersenyum melihat kenakalanku, lalu menarikku berdiri dan memeluknya.
"Kamu memang benar benar menggairahkan dan penuh kejutan variasi", katanya sambil memelukku.
"Bapak juga hebat, membuatku kewalahan, sini aku bersihkan", kembali kutuntun Pak Im dengan memegang penisnya yang sudah lemas menuju kamar mandi.

Setelah membersihkan, kami rebahan di ranjang dalam keadaan telanjang. Singkat cerita kami akhirnya kembali bercinta dua kali lagi di ranjang, sungguh aku salut dengan stamina beliau. Sebelum tengah malam beliau meninggalkan kamarku dengan meninggalkan amplop di meja. Aku kembali tercenung dalam kesendirian malam sebelum tidur, dalam satu hari aku sudah bercinta dengan dua orang jendral yang begitu dihormati, ada rasa bangga terselip dan meninggikan rasa percaya diri.

Sekarang saat tulisah ini dibuat di awal 2003, kedua jendral tadi masih menjabat di negara ini, aku hanya tersenyum sendiri kalau melihat mereka muncul di TV, mengenang bagaimana mereka memperlakukan atau kuperlakukan di atas ranjang, bagaimana desah mereka saat orgasme, atau bagaimana ekspresi kenikmatan terpancar di wajah mereka ketika bercinta, sungguh jauh dari kesan mereka saat di lapangan ataupun TV, terlihat begitu tegas dan berwibawa. Lain ladang, lain pula tingkah laku belalang, lain di ranjang lain pula di lapangan.

Tamat