Santi si Kupu-kupu Malam

Di kelasnya, Santi sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Pikirannya masih kacau, apa yang di terangkan gurunya tak ada yang masuk dalam memorynya. Santi hanya diam, walau matanya menatap lurus ke depan, dimana gurunya sedang menerangkan rumus matematika, tapi pikirannya kosong melopong.

Saat istirahat, Santi melihat, Gina dan Lala. Dua orang gadis ini, terkenal dengan kenakalannya. Mereka suka menjajakan diri kepada om om yang berkantong tebal. Santi pernah berselisih dengan Gina. Saat itu Santi memaki maki Gina. Santi mengumpat Gina, perek, pecun dan sebagainya.

Tapi saat ini Santi sepertinya butuh pertolongan Gina. Dengan memberanikan diri Santi menghampiri Gina dan Lala. Belum sempat Santi berbicara Gina telah menghardiknya. “eloe jangan dekat dekat sama gua, eloekan anak alim, anak baik baik, gua ini perek, jadi eloe lebih baik pergi sana, jauh jauh..”.

“Gina, gua mau minta tolong “kata Santi. “minta tolong.. anak alim, mau minta tolong sama perek.. “kata Gina. Santi menatap Gina, lalu berkata “maaf, kalau eloe masih dendam masalah dulu, tapi tolong, gua butuh bantuan eloe..”. Gina tersenyum “ha.. coba gua pikir pikir dulu yah, pantes gak gua bantuin eloe..”

“Gin, sudahlah, ada apa sih San, koq eloe serius gitu “ujar Lala. Santi pun bercerita, setelah Lala dan Gina berjanji akan merahasiakan semuanya. Setelah Santi selesai bercerita, Gina tertawa “jadi eloe takut bunting, setelah di gituin cowok eloe. ha ha ha..”. “Gina, sudah deh.. eloe jangan ngeledekin si Santi terus dong..” kata Lala. “abis lucu sih, katanya anak alim, tahunya doyan juga ha ha ha “ejek Gina lagi.

“Gina… “kata Lala. “oke deh oke, biar gua perek, gua juga masih punya hati, gua bantu eloe deh “katanya. Lalu Gina mengeluarkan Hpnya. Hp, PDA-phone yang mahal dan mendial seseorang. “Halo, Rom, entar praktek gak, gua mau kesana..” kata Gina di Hp nya. Setelah selesai pembicaraan di Hpnya, Gina berkata pada Santi “entar pulang sekolah, eloe cari gua, gua anter eloe ke teman gua..”

“eh eleo dapet dari mana Hp canggih ini “tanya Lala, sambil merebut PDA-phone nya Gina. “dari mana lagi, jual m-*-m-*-k.. lah, dapet duit gua beli tuh Hp, sini hp gua..” jawab Gina, dan mengambil lagi Hp itu dari tangan Lala. “wah, m-*-m-*-k eloe mahal banget “kata Lala lagi. Santi yang mendengar percakapan mereka menjadi risih.

>>>

Setelah pelajaran hari itu usai, Santi segera berjalan, mencari Gina. Gina sudah di atas sepeda motor Supranya. Berbicara dengan Lala. Ketika melihat Santi, Gina berkata “ayo naik..”. Santi pun duduk dibelakang jok motor bebek itu. Gina menjalankan motornya. Hingga tiba di sebuah rumah.

Rumah kecil, yang terdapat plang di depannya. DR ROMI. Gina membawa Santi masuk. Setelah mengetuk pintu, dan mereka di sambut Dr.

Romi sendiri. “halo, Gina sayang, sakit apa loe… “katanya genit, sambil menepuk pantat Gina. Santi menetap Dr Romi, wajahnya ganteng, dan dia masih muda.

“Rom, yang sakit ini gua nih “katanya sambil memegang tangan Dr Romi, dan membawanya ke selangkangannya. Santi hanya terbengong melihat kelakuan mereka berdua. Dr Romi pun meraba raba selangkangan Gina, yang masih tertutup celana dalam kuning mudanya. “udah Rom, malu gua jadinya, tuh pasien baru.. “kata Gina sambil menunjuk Santi.

“oh, nama eloe siapa cantik “sapa Dr Romi, matanya menatap Santi dari ujung rambut, sampai ujung kaki. “Santi.. “jawabnya singkat. Dr Romi menanyakan masalahnya, lalu Gina menceritakannya. “oh, masalah kecil, sini gua suntik “katanya. Dr Romi pun menyiapkan peralatan suntiknya. Dan Santi teleh tengkurap di atas ranjang praktek Dr Romi.

Kemudian, dia menyingkap rok abu abu Santi, menurunkan celana dalam putihnya. Dr Romi menatap pantat Santi. “wah, pantat eleo bagus juga, yah mulus..” katanya seraya mengusap usap pantat Santi. Santi pun hanya diam. Dan Dr Romi pun menyuntiknya dengan obat anti hamil.

Setelah itu,Dr Romi memberinya salep, “nih, olesin di m-*-m-*-k eloe, buat bantu hilangin rasa nyeri.”. Santi pun berterima kasih. Satu masalah telah selesai. “berapa dok ? “tanya Santi. “ha ha ha, untuk cewek secantik eloe, gua gak perlu di bayar..” kata Dr Romi tertawa. Gina pun tertawa “ha ha ha, awas tuh San, dia mulai ngerayu..”

Santi hanya diam, senyum senyum. “malah kalau eleo mau main sama gua, gua yang bayar eloe “kata Dr Romi lagi. Raut wajah Santi berubah, dahi mengerut, bertanya tanya maksud perkataan Dr Romi.

“eh, udah yok kita balik “ajak Gina pada Santi, sambil berdiri. Santi pun ikut berdiri. “koq buru buru “tanya Dr Romi. Gina membisiki sesuatu di kuping Dr Romi. Dan Dr Romi tersenyum, sambil memandang Santi. Tangan nakal Dr Romi pun kembali meremas pantat Gina. Lalu mengeluarkan dompetnya, memberinya dua lembar uang lima puluh ribuan. “nih, buat eloe jajan..”.

Dalam perjalan Santi yang penasaran bertanya pada Gina “Gin, koq Dr Romi gak mau di bayar, malah eloe di kasih duit.. kenapa sih..”. “Si Romi tuh, langganan gua, dia sering n-*-e-*-t-*-t sama gua, sama Lala juga..” jawab Gina. “Gina, jadi eloe serius yah, jual diri..” kata Santi.

Gina memberhentikan motornya di pinggir jalan. Gina menolehkan kepalanya, menatap Santi, lalu berkata “iyah gua serius, loe tahu gak, gua minta ceban ( sepuluh ribu ) aja sama bokap gua susah bener, lihat pantat gua di kobok, gua di kasih seratus ribu, asik gak jadi perek..” kata Gina. Santi melongo “tapi…Gin.. tapi.. “.

Gina mentap wajah Santi, yang terlihat bingung “tapi apa, eloe pikir aja sendiri, gua udah di perawanin cowok gua dulu, gua di tinggal, terus gua mesti gimana dong, kepalang becek, tanggung, mending gua jual diri, dapet enak, dapet duit..”. Santi tak bisa berkata, dia hanya diam menatap temannya itu.

“San, kalau eloe gak percaya, coba eleo cari si Romi, elo n-*-e-*-t-*-t sama dia, lihat eleo di kasih duit berapa sama dia..” kata Gina. “tapi gua gak bisa, Gin, takut..” kata Santi. “takut.. takut apa, eloe udah bolong, udah di suntik anti hamil takut apalagi, yang penting enak dan dapet duit..” kata Gina.

Santi tampak mulai terpengaruh dengan ucapan Gina. “tapi Gin, kalau dia mainnya kasar bagaimana..” tanya Santi. “Selama gua main sama dia, dia gak pernah kasar..” kata Gina. Santi diam menatap Gina.

“San, gua bilangin sama eloe, kalau eloe pake rok, jangan yang kaya gini, pake rok mini kayak gua, cowok gak nafsu liat rok eloe..” kata Gina. “Gua gak biasa Gin, risih pake rok mini..” kata Santi. Gina tertawa “yah, sekarang sih, tapi besok besok, ceritanya akan lain..”.

Gina kembali menstater motornya, dan motor itupun melaju. Gina mengantar Santi pulang kerumahnya.

>>>

Malam itu Santi terus memikirkan kata kata Gina, Sambil berbaring, Santi mengangkat daster tidurnya, dan melepas celana dalam, dia mengolesi salep pemberian Dr Romi, di vaginanya. Tak terasa pedih. tapi yang di rasakan Santi hanya rasa dingin. Jarinya menelusuri vaginanya.

Entah apa yang ada dipikirannya, yang jelas Santi mulai terangsang. Jari jarinya terus bergeser turun naik, memainkan klitorisnya. Liang vaginanya mulai terasa berlendir.

Semakin lama, Santi semakin merasakan nikmat. Sambil menggigit bibirnya, jari Santi memainkan vaginanya sendiri.

Santi terus bermasturbasi, sampai tercapai kepuasan birahinya, dan dia terlelap.

>>>

Esok paginya, Santi masih terus memikirkan kata kata temannya. Santi penuh keraguan. Bagaimana kalau ada yang tahu dia menjajakan dirinya. Apa yang akan terjadi nanti, bagiamana masa depannya.. Semua pikiran itu, terus berkecamuk di hatinya.

“bu, Santi mau sekolah “kata Santi pada ibunya. “yah, hati hati di jalan, jangan nakal yah “jawab ibunya. “bu, Santi belum bayaran, sekarang sudah tanggal sembilan bu “kata Santi. Ibunya menghela nafas “yah sabar ya Santi, ayah kamu belum kasih ibu uang..” jawab ibunya. Santi pun tak bisa berkata lagi, ia lalu berpamitan.

Sampai di sekolah, dia menemui Gina. “Gin, tolong dong gua mau pinjem uang, buat bayaran, nih Hp gua, buat jaminan..” katanya. Gina melihat Hp Santi, lalu menatap wajahnya “elo gila yah, Hp eloe itu, Hp zaman revolusi, di jual aja paling laku goban ( lima puluh ribu ) “kata Gina. “yah, gimana dong, tolong dah “pinta Santi. “nih gua pinjemin, tapi eloe cepet balikin yah “kata Gina memberikan sejumlah uang pada Santi.

Santi menerima uang itu “thanks yah Gin.. “. Lalu Santi segera berjalan. “eh, eloe mau kemana..” tanya Gina. “ke TU, bayaran dulu..” jawabnya.

>>>

Berkali kali Santi di tegur gurunya, karena melamun di kelas, selagi gurunya menerangkan pelajaran hari itu. Dan Santi menjadi bahan ejekan temannya. Waktu seakan akan berjalan sangat lambat. Sampai akhirnya bel tanda berakhirnya belajar mengajar berbunyi. Satu persatu murid keluar dari kelas, menuju rumahnya masing masing. Santi berjalan keluar sekolahnya, bergabung bersama Gina dan Lala.

“Santi, ikut kita yuk, ke mal…” ajak Lala. “eh hari ini enggak deh, gua ada janji “jawab Santi. “ha.. ada janji dia, sama sapa..” ujar Gina, sambil menatap Lala. Lala pun tersenyum. “elo mau tahu aja yah, gua tadi janji sama om om..” jawab Santi. Lala dan Gina tertawa. “om om yang mana..” kata Lala Sambil tertawa.

“udeh deh, gua jalan dulu..” kata Santi meninggalkan Gina dan Lala. Santi berjalan cepat. Dia berjalan menjauh dari gedung sekolahnya. Kemudian menyetop bajaj, dan menaiki bajaj tersebut. Tekat Santi sudah bulat. apa boleh buat, terlanjur basah pikirnya. Bajaj itu tepat berhenti di rumah Dr Romi.

Setelah urusan transaksi dengan tukang bajaj selesai, Santi mengetuk pintu rumah Dr Romi. Pintu terbuka, wanita setengah baya menyapanya “ada apa dik “. “maaf bu, Dokter Romi ada..” tanya Santi. “oh ada, sebentar yah..” jawab ibu itu, sambil menyilakan Santi masuk. Santi pun menunggu di ruang tunggu.

Tak lama Dr Romi keluar. “oh, hai Santi.. ada apa masih sakit.. “tanya Dr Romi ramah. “eh masih, eh anu, eh sakit sedikit..” jawab Santi gugup. Dr Romi tersenyum, “oke oke, biar saya periksa, ayo masuk “ajak Dr Romi ke ruang prakteknya.

Santi duduk di kursi pasien, dengan gelisah. Dr Romi tersenyum melihatnya. “Santi ayo sini, berbaring, biar gua periksa “kata Dr Romi. Santi pun berbaring di ranjang pratek itu. Dr Romi, membuka kancing bajunya, dan menatap dada Santi. Santi memejamkan matanya. Kemudian tangan Dr Romi pun membuka Bra Santi. Selanjutnya Santi merasa geli dan dingin di putting susunya yang imut itu.

Lidah Dr Romi, sedang asik menjilati putting susunya. “ahh… geli.. ahh.. ah.. “erangnya. “oh, indahnya buah dada loe, San..” ujar Dr Romi, lalu meremas lembut buah dadanya. Lidahnya juga terus menjilati putting kecil itu.

Menyusui dengan nafsu, membuat ABG itu terus mengerang. Vaginanya menjadi lembab, Santi mulai terangsang.

Sambil terus memainkan putting susunya, tangan Dr Romi, meraba raba paha putih mulus ABG itu. Tangannya terus merayap sampai ke atas. Tanpa sadar Santi, pun merengangkan ke dua kakinya. Sehingga tangan dr Romi, dengan mudah dapat mencapai selangkangan celana dalam putihnya. “ahhh… ahh… dokter… ahhh “erangnya nikmat.

Dr Romi, melepas lidahnya di putting susu Santi. Sekarang targetnya adalah selangkang Santi. Dia membuka lebar kaki Santi, hidung menempel di selangkan celana dalam Santi, menghirup aroma vaginanya. Tubuh Santi menggelinjang. “ahh dokter.. ahhh saya malu…ahhh…” erangnya. Dr Romi dengan bernafsu menciumi selangkangan celana dalam Santi yang sudah basah itu.

Perlahan, celana dalam itu terlepas dari tubuhnya, kini jelas terlihat vagina muda itu. Dengan bulu bulu lembut di bukitnya. Dua jari Dr Romi membelah bibir kemaluannya, lalu lidahnya menjilati klitorisnya. Tubuh Santi gemetar, jantung berdegup cepat. Rasa nikmat menjalar cepat di seluruh tubuhnya.

“ahhh… ahhh…enak.. ahhh… dokter.. ahh…. “erang Santi semakin membuat Dr Romi nafsu. Lidah itu terus menyapu klitorisnya. Lendir nafsu Santi yang merembes keluar dari liang vaginanya di sapu oleh lidah Dr Romi, dan di telannya dengan penuh nafsu. Santi benar benar di bawa ke puncak birahinya.

Tubuh Santi terus mengeliat. Lidah Dr Romi semakin cepat memainkan klitorisnya. Erang demi erangan, mengiringi Santi yang semakin dekat mencapai puncak birahinya.

“ahh dokter.. ahh Santi ahhh mau pipis… ahh….” erangnya. Dr Romi pun mempercepat gerakan lidahnya. Dan akhirnya tubuh ABG itu mengejang, dan Santi tiba di puncak orgasme.

Tubuh ABG itu kejang kejang sesaat. “Santi elo mau pipis “tanya Dr Romi. Santi mengeleng “engak sih, tapi tadi, rasanya mau pipis..” terang Santi. Dr Romi tersenyum,” itu nama elo sudah hampir orgasme, sudah mau keluar istilahnya..”.

Santi hanya diam saja. “San, kita terus yah “ajak Dr Romi.

Dr Romi pun membuka celananya, dan terlihat jelas penis Dr Romi yang telah ereksi penuh. Penis cukup besar, seperti penis Bram. Dr Romi, mendekatkan penisnya ke mulut Santi. Santi terlihat ragu “ah, gua gak bisa.. Rom..” tolaknya. Dr Romi pun tak memaksa. “kalau gitu gua masukin aja yah..” katanya. Santi menganguk “tapi pelan pelan yah..” pintanya.

Dr Romi pun naik ke ranjang prateknya. Kedua kaki ABG itu pun di pentangkanya. Ujung penisnya di gesek di bibir vagina Santi. Santi kembali menggelinjang. Perlahan Dr Romi menekan masuk ujung penis. “aww… ahh… “jerit Santi pelan.

Dr Romi berhenti sesaat, dan melumat bibir Santi. Santi pun menerima ciuman Dr romi, dan balas dengan ciumannya.

Tanpa terasa, penis Dr Romi, sudah seluruhnya tertanam dalam tubuhnya. Dr Romi mulai menggoyang dengan lembut. “ahhh… ohhh… Romi… oh… ahh… “erang Santi. Penis itu terus bergerak, lambat laun gerakkan maju mundur penis Dr romi membuat Santi, kembali birahi.

Santi pun mulai bisa menerima nikmatnya gesekan penis. Dr Romi pun tahu cara membahagiakan wanita. Penisnya terus bergerak keluar masuk dengan lembut.

Dr Romi pun melumat bibir Santi dengan lembut. Kadang Dia berbisik di telinga Santi memuji muji Santi, yang tentu saja membuat Santi semakin hanyut, dalam birahi.

Saat saat birahi Dr Romi mendekati puncaknya dia mulai bergerak cepat. Penis itu bergerak lancar di liang Santi, yang telah sangat berlendir itu. Dr Romi semakin terengah engah dalam kenikmatannya. Santi mengigit bibirnya, walau merasa nikmat, Santi tak sepenuhnya menikmati penis itu.

Akhirnya sprema Dr Romi membasahi vaginanya. Dr Romi berhasil mencapai puncaknya.

Mereka berdua pun segera membersihkan dirinya. Lalu berpakaian kembali. “Santi, gua orang kedua yang n-*-e-*-t-*-t sama elo yach “tanya Dr Romi. “ehm, orang ketiga, gua di paksa si Bram, sama si Dodi “jawab Santi. Dr romi mangut mangut. “”lalu rencana elo apa selanjutnya ? “tanya Dr Romi. Santi menggeleng “enggak tahu juga “.

“kenapa loe gak tuntut, mereka “tanyanya. “gak mau, entar gua jadi berita, makin malu aja, lagian dia orang anak orang kaya “jawabnya. Dr Romi hanya diam “eh Santi, nih buat elo..” kata Dr Romi, dan memberinya uang sebanyak satu juta rupiah.

Santi menerima uang itu dengan gembira. “Romi, terima kasih yah..”.

“Kalau elo perlu uang, elo boleh kemari “kata Dr Romi lagi. “yah, terima kasih yah “jawab Santi. Santi pun pamit. Dr Romi pun mengantarnya sampai depan pintu rumahnya.

Santi pun terus berjalan, mencari kendaraan roda tiga, untuk pulang kerumahnya.

Santi berpikir, enak juga yah, dapet duit, dapet kenikmatan. Benar kata Gina pikirnya.

Seumur hidup baru kali ini dia punya uang satu juta.

Yah, karena uang satu juta itu, akan membuat Santi, terperosok lebih dalam lagi, masuk ke lembah hitam, dunia prostitusi.

>>>

“Gina, nih gua bayar utang gua “kata Santi sambil memberikan Gina uang dua ratus ribu rupiah. Santi mengembalikan pinjamannya pada Gina. “lunas yah “katanya. “eh elo dapet duit dari mana nih.? “tanya Gina. “he he he, dari mana lagi, jual m-*-m-*-k lah “jawab Santi. Gina melongo. “loe serius San ?. Santi tersenyum, dan mengangguk.

Jam 9.10 pagi itu Hp butut Santi berbunyi, “halo “jawab Santi. “Santi, entar pulang sekolah bisa ke rumah gua yah, ada yang mau kenalan sama elo “kata Dr Romi. “ha, siapa..” tanya Santi. “yah elo kemari dulu dah…” jawab Romi, membuat Santi penasaran. “oke deh, entar gua ke sana yah..” kata Santi. Hari itu Santi juga tak berkonsentrasi dalam pelajarannya. Gurunya sempat menegurnya, tapi tampaknya Santi cuek saja.

>>>

“San, ada yang mau main sama elo, orangnya tajir, elo mau gak ? “tanya Dr Romi. Setelah Santi berada di rumah Dr Romi, sepulang dari sekolahnya. “siapa orangnya ? “tanya Santi penasaran. “teman gua, orangnya baik koq “terang Dr Romi. “mana orangnya “tanya Santi. “entar lagi dateng “jawab Dr Romi.

Santi menatap Dr Romi “koq enggak elo aja sih yang ajak gua main “tanya Santi.

“elo gak bosen main sama gua terus ? “Dr Romi balik tanya. Santi mengeleng.

“San, gua mau lihat celana dalam eloe “kata Dr Romi. Santi tersenyum, lalu dia mengangkat rok abu abunya, dan memperlihatkan celana dalam kremnya. Tangan Dr Romi segera meraba selangkangan celana dalam Santi.

Santi mundur selangkah “ah, jangan entar gua jadi nafsu, elo kan gak mau main sama gua “katanya protes. “gua bukan gak mau main sama elo, tapi teman gua minta, gua cariin cewek buat dia..” terang Dr Romi. Tiba tiba Dr Romi memeluk Santi, dan menciumi bibirnya, tangan Dr Romi juga meraba raba selangkangan celana dalamnya. Tentu saja, semua perlakuan ini, membuat birahi Santi naik.

Tiba tiba, terdengar ketukan di pintu ruang prateknya. Dr Romi melepas pelukkannya, dan membuka pintu kamar prakteknya. “Jo, sini masuk, kenalin nih, Santi “sapa Dr Romi. Johan, menatap tubuh sexy Santi, sambil mengulurkan tangannya “Johan “katanya sambil tersenyum manis. Santi pun menyambut uluran tangan itu “Santi “, sambil menatap Johan, yang berumur, 32 tahun itu. Mereka pun berbincang bincang.

Johan menatap Dr romi, matanya mengedip sebelah, memberi tanda. Dr Romi pun berbisik di telinga Santi “san, gimana, mau gak ke hotel sama Johan..” tanya Dr Romi.

Santi tersenyum, dan mencubit lengan Dr Romi. Yah itu kata lain dari mau. Akhirnya Johan menjadi customer Santi yang kedua.

“Jo, tolong yah, mainnya yang halus yah, dia pacar gua nih “kata Dr Romi. Santi pun mencubit genit lengan Dr Romi lagi. “Jangan takut, gua pria lembut koq “kata Johan, sambil membimbing Santi memasuki mobilnya.

Mobil itu berjalan, membawa Santi dan Johan, menuju sebuah motel. Di mobil mereka pun berbincang bincang. Berbicara seputar soal sex. Dan Santi pun tanggap menjawab pertanyaan Johan. Mereka cepat menjadi akrab. Terlihat sesekali Johan mencium pipi Santi, juga meraba raba paha Santi. Akhinrya mobil itu tiba di motel tujuan Johan.

Mobil bergerak, memasuki motel, setelah, bell boy, menutup pintu rolling door, dan mereka pun masuk ke motel itu.

Mereka berpelukan,ciuman. Santi pun bisa mengimbangi ciuman ciuman Johan, walau johan tak seganteng Dr Romi, tapi Santi menikmati ciuman Johan. Tampak tangan Johan pun meremas remas pantat Santi. Lidah Johan juga menjilati leher Santi, yang membuat tubuhnya mengelinjang, geli dan nikmat.

Johan mengambil tempat di Sofa, membuka celananya, dan penis besarnya mencuat keluar dari kolornya. Dia meminta Santi Jongkok. untuk mengulum penisnya. “ah, saya gak bisa itu..” protes Santi. “ah.. gak apa, ayo coba saja.. jilat dulu..” rayu Johan. Santi hanya diam menatap Johan.

“ayo, sayang.. nanti gua tambahin tip buat elo.. ayo jilat saja..” rayu Johan lagi.

Santi pun terpaksa melakukannya, padahal dia tidak suka. Perlahan lidahnya menjulur, menjilati batang penis Johan. “oh, yah gua suka lidah eloe, terus jilat “erang Johan. Santi pun menjilati terus batang penis Johan.

Kadang, Santi memakai tanganya, mencoba mengocok batang penis Johan. Tapi Johan menolak “jangan pakai tangan sayang, pakai mulut eloe “. Santi pun menurut, lalu mulai lagi menjilati batang penis Johan. “Kulum, sayang, elo gak suka sama k-*-*-t-*-l gua yah “kata Johan. Santi pun berusaha tak mengecewakan pelanggannya. Santi pun membuka mulut mengulum penis Johan, yang semakin tegang.

Sambil memegang kepala Santi Johan juga menggerakkan penisnya keluar masuk mulut Santi. Johan mengerang, kenikmatan. Cukup lama waktu yang di perlukan hingga penisnya memuntahkan isinya. Santi terbatuk, dan menumpahkan sperma Johan. “Johan hanya tersenyum, melihat Santi.

Setelah beberapa saat, Johan berkata “San, ayo dong buka baju eloe “. Santi pun mulai membuka baju dan roknya. Santi masih berdiri di depan Johan. “loh koq….buka bh sama celana elo dong..” kata Johan Lagi. Santi pun semakin tak menyukai gaya main Johan. Tapi apa boleh buat. Dia melepas Bra dan celana dalamnya.

Johan menatap nafsu tubuh perek ABG itu, “San, sini dong duduk sini “katanya. Santi pun menurut duduk di samping Johan. Johan melumat bibir Santi, dan tangannya meraba raba, buah dada Santi. Santi mengerang, rabaannya agak kasar, tapi dia harus menerimanya. Puas dengan buah dadanya, tangan Johan berpindah, sekarang selangkangan Santi, di raba rabanya.

Jari Johan tiba tiba masuk dalam liang vaginanya. “ahhh… sakit.. pelan pelan “erangnya. Johan hanya tersenyum., tapi jari itu tetap berada di liangnya, merasakan hangat liang vagina ABG itu. Jari itu perlahan bergerak keluar masuk. Santi pun mengerang, perlahan nafsunya bangkit. Jari Johan bekerja giat di liang vaginanya, sementara Johan melumat bibir Santi dengan nafsu.

Liang vagina Santi menjadi basah, memudahkan jari Johan bergerak dengan lancar. Santi mengerang nikmat. Johan menghentikan gerakan jarinya, dia membimbing Santi ke ranjang. Santi terbaring tengkurap, dengan kakinya di buka lebar oleh Johan.

“ahhhggg…. “erang Santi ketika liang Vagina terisi penis besar Johan. Johan menggerakan Batang penis keluar masuk liang vagina Santi. Santi memejamkan mata, tangannya mencengkram bantal, kepala penis Johan bergerak liar di liang vaginanya.

“ahhh.. pelan pelan.. ahhh… “erang Santi.

Penis Johan terus bergerak keluar masuk, Johan tampaknya sangat bernafsu main dengan gadis muda ini. Dia bertahan cukup lama. Sedang Santi tak sepenuhnya bisa menikmati permainan Johan. Dia hanya pasrah, dan berharap Johan segera ejakulai. Tapi Johan cukup bertahan. Penisnya terus mengobok obok liang vagina ABG itu. Sambil terus mengerang kenikmatan.

Akhirnya, setelah hampir setengah jam, Johan menikmati tubuh Santi, penisnya terasa segera akan muntah. Johan mempercepat gerakan tubuhnya. Santi semakin mengerang. “ahhh, aghhh ahhhhh….”. Penis Johan tertanam dalam dalam, lalu penis itu menumpahkan spermanya. Santi merakan panasnya cairan Johan dalam tubuhnya. Johan terkulai lemas. Begitu juga dengan Santi, yang merasakan lelah melayani Johan.

Setelah berbaring sesaat, Santi masuk dalam kamar mandi.. Santi terangsang, tapi tak bisa sampai pada puncaknya. Ada kekecewaan di hati Santi. Tangan meraba vaginanya, dengan sisa sisa sperma Johan, Santi menstimulasi sendiri Klitorisnya. Dia mengerang pelan, merasakan nikmat di klitorisnya.

Santi terus merangsang dirinya sendiri, mencari kepuasan. Akhirnya Tubuhnya mengejang, dan Santi orgasme, karena bermasturbasi. Setelah itu dia membasuh vaginanya. Lalu berpakaian kembali, dan keluar. Santi duduk di Sofa.

Johan pun mengantar Santi pulang setelah membayar tubuhnya. Santi menerima se jumlah uang dari Johan, sambil mengucapkan terima kasih.

Malam itu di rumahnya, Santi berada di meja belajarnya. Menghitung uang yang diperolehnya, dari hasil menjajakan dirinya, selama beberapa hari terakhir ini. Sambil tersenyum, dia berkata dalam hati, “aku bisa beli apa yang aku mau, tak perlu lagi mengharapkan ayah tiriku itu “

Santi telah merubah jalan hidupnya…