Santi si Kupu-kupu Malam

Santi si Kupu-kupu Malam | Kupu Kupu Malam 06

Ketiga ABG itu tampak seperti biasanya, ngerumpi di kantin, sesudah bubar sekolah. Sekalian mengambil keputusan, mau mejeng kemana.

“Gina, kemarin, gimana..? “tanya Lala. “gimana apanya..” Gina balik bertanya. “yah ceritain dong, elo ngapain sama om yang booking eloe “tanya Lala lagi. “yah ngapain lagi kalo gak n-*-e-*-t-*-t…. trus elo orang ngapain..” jawab Gina sambil bertanya balik.

“he he he..eloe, jutek banget, gua gak kemana mana..” jawab Lala. “eloe kemana San ?” tanya Gina. “eh.. ehm.. belajar, sebulan lagi udah mau ujian kan..” jawab Lala.

“wah, rajin loe..” ujar Gina. “iyah Gin, gua juga akut gak lulus..” ujar Lala pula. “ah, lulus gak lulus emang gua pikirin..” jawab Gina seenaknya. Santi dan Lala diam saja. “yah udah nih, mau ke mall gak..” tanya Gina. “eh gua mau pulang aja..” ujar Santi. “eloe La, “tanya Gina. “ehm, gua gak mau, badan gua gak enak..” jawab Lala memberi alasan. “yah udah, terserah eloe orang, gua mau ke mall “kata Gina.

Santi dan Lala, berjalan, menuju pintu gerbang sekolahnya. “eh Santi..” panggil Gina, setelah kakinya melangkah beberapa langkah. Santi menoleh, menatap Gina. “gua kemarin sore, ke tempat Romi, Romi bilang temannya, si Johan dan temannya, di rawat di rumah sakit, Johan babak belur di gebukin preman..” kata Gina. Santi melonggo.

“koq bisa sih.. ? “tanya Santi. “Gak tahu gak jelas.. “jawab Gina. Lalu Gina menjalankan motornya “yah udah, gua duluan yah..”.

Santi di boceng Lala dengan motornya, saat motor melewati sebuah bank, Santi minta turun. “Lala, gua turun di sini aja yah, mau ke bank dulu..” kata Santi. “wah ngapain eloe ke bank, banyak duit yah eloe..” tanya Lala. “he he he, ada yang mau booking gua, orang bank..” jawab Santi bercanda..

Santi masuk ke bank itu, dia menyetorkan sejumlah uang, untuk di tabung di rekeningnya. Tiba tiba Hpnya berdering, ternyata dari Tedy. Mereka berbincang bincang. “Santi, eloe dimana “tanya Tedy. Santi menjelaskan dia berada di sebuah bank. Tedy, sangat ingin bertemunya, dan Santi pun bersedia menunggu di bank.

“oke, tunggu yah, saya kesana, paling sepuluh menit..” kata Tedy, sambil memutus hubungan selular itu.

>>>

“San, mau minum, apa makan..” tanya Tedy, sambil memberikan daftar menu, setelah mereka tiba di sebuah café. Santi memilih nasi goreng, dan air jeruk. Begitu juga dengan Tedy. Sambil makan mereka bersenda gurau. Tedy seorang cowok muda, umurnya, terpaut enam tahun dari Santi. Tedy tak sempat duduk di bangku universitas, karena tak ada biaya. Dia memilih bekerja, di toko yang menjual Hp.

Santi terlihat suka dengan sifat Tedy. Dia seorang cowok yang baik, dan sopan. Tapi dari pengalamannya selama ini, dia menjadi agak tegar, tak begitu mudah, di goyah oleh kata kata manis cowok. Tedy pun tak terlalu macam macam, begitu selesai makan di café itu, mereka hanya berjalan di seputar mall. Lalu Tedy mengantarnya pulang.

“Santi, besok boleh aku jemput, sekalian aku ke toko..” tanya Tedy. “gak usah Ted, nanti ngerepotin kamu, lain kali ajah deh..” jawab Santi. Santi pun masuk ke kamarnya, dia duduk di depan meja belajarnya. mengeluarkan buku pelajarannya, dan berusaha konsentrasi mempelajari, pelajarannya yang tertinggal selama bebebulan terakhir ini.

Tak terasa Santi telah duduk, lebih dari tiga jam, matahari sudah mulai terbenam. Saat itu dia mendengar suara mobil minibus ayahnya. Santi keluar dari kamarnya. “eh tumben kamu ada di rumah gini hari “tanya ayah tirinya. Santi hanya diam. “ibu ke mana San ? “tanya ayah tirinya. “tak tahu, mungkin ke tempat bu Ratna “jawab Santi.

“yah, Johan dan temannya di gebukin preman “kata Santi. “oh…. “jawab ayahnya dengan nada datar. “ayah, ini bukan kerjaan ayah kan..” tanya Santi. ayahnya menoleh ke Santi, menatap wajah cantik ABG itu. “Santi, ayah tiri kamu ini pegawai negri, bukan preman..” ujar ayahnya. Santi terdiam, lalu kembali ke kamarnya.

Dia mengambil handuk, lalu masuk ke kamar mandi.

Selesai itu Santi kembali ke meja belajar. Pintu kamarnya terbuka, Ayah tirinya masuk.

“ayah…” ujar Santi. Ayahnya membelai rambut Santi. “ah, ayah jangan gangu dong Santi serius nih, lagi belajar..” katanya. “iyah ayah gak gangu deh..” jawab ayahnya.

“Santi kamu serius belajar..” tanya ayahnya. “iyah, Santi harus lulus, Santi mau kuliah.. “jawab Santi. Ayahnya menatapnya.

“kalau kamu serius, kamu lulus, ayah akan usahain cari biaya untuk kamu kuliah..” ujar ayah tirinya. Santi menatap ayahnya. Ayahnya tersenyum.

>>>

Pagi itu matahari terlihat bersinar, cerah. Santi melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya, untukk berangkat ke sekolah. Tak jauh dari rumahnya dia melihat sebuah motor, dan Tedy, ada di atas motor itu. “ojek, non..” katanya bercanda. Santi tersenyum “ke sekolah SMU ****, yah bang..” sambil duduk di belakang jok motor itu.

Motor itu pun berlalu, berjalan, mengantar Santi ke sekolahnya. Setibanya di sana Santi turun “thanks yah Ted..” katanya. “San, nanti saya jemput yah…” kata Tedy.

“gak usah Tedy, kamu kan kerja, nanti di pecat loh keluar keluar terus..” ujar Santi.

“baru di pecat, di bunuh aja aku rela, asal bisa antar kamu..” jawab Tedy. Santi tersenyum, mencubit lengan Tedy.

Hari selanjutnya, Tedy sering kali terlihat memboceng Santi, entah pulang kerumanhya atau pergi kesekolahnya. Tapi Tedy tak pernah berbuat macam macam terhadap Santi. Santi pun, tetap rajin belajar, dia bertekat unutk lulus dari sekolah itu. Waktu tersisa tinggal beberapa minggu lagi.

>>>

Santi tampak sedang berhadapan dengan buku bukuya di meja belajarnya. Saat itu Hpnya berdering. Dia tersenyum, yakin dia telpon itu dari Tedy. Tapi saat dia melihat layar hpnya, tertera nama Henny. “yah, halo..” sapanya. “Santi, saya mau bertemu “kata Henny. Santi melirik jam wekernya, jam 6.45. “kakak, sudah malam, Santi gak bisa, lagian Santi lagi belajar nih..” jawab Santi.

“Santi sebentar, saja saya perlu sama kamu..” kata Henny. “ehmm..” gumamnya. mengingat ke baikan Henny, serta dia pernah memberinya uang dengan jumlah banyak, Santi pun berkata “iyah deh, sebentar saja yah..” katanya.

Santi ganti pakaian, dan menuju keluar rumahnya. “bu, ayah, Santi ke rumah teman sebentar yah, mau pinjam buku catatan..” Santi meminta izin sama orang tuanya. “

Santi sudah malam, apa tak bisa besok “tanya Ibunya. “ah, biarlah bu, mungkin catatan itu penting sekali..” kata Ayah tirinya. Santi menatap ayah tirinya. “sudah Santi, kamu pergi saja, jangan terlalu malam yah pulangnya.. apa perlu ayah antar..” ujar ayahnya.

“tidak usah ayah, dekat koq rumahnya “kata Santi, lalu berjalan keluar rumahnya. Tak jauh dari sana, mobil mewah Henny sudah terlihat jelas oleh mata Santi. Santi masuk ke mobil tersebut. “hi.. Santi.. kamu cantik sekali..” kata Henny, sambil menjalankan mobilnya.

Henny terus menjalankan mobilnya. Tangan Henny meraba paha mulus Santi, yang mengenakan celana hot pannya. “kakak….” kata nya. Henny menatap Santi. “kakak, sebentar lagi saya ujian akhir, dan saya harus lulus, saya mau kuliah, jadi saya gak mau gituan dulu…” kata Santi. Henny tersenyum lagi. “saya tahu, saya cuma ingin dekat sama kamu, saya kangen..” kata Henny.

“kakak, kan ada kak Robert..” kata Santi. “sudah tiga hari dia diluar ngeri, saya lagi pengen..” katanya. Santi terdiam, dia tahu, Dia akan menjadi pelampiasan nafsu birahi Henny yang bisex ini. Mobil itu berjalan terus hingga tiba di rumah Henny yang megah.

Santi dan Henny segera masuk ke kamar tidur Henny.

Sudah di dalam sana, Santi hanya bisa pasrah, kini dengan nafsu Henny menciumi bibir Santi. Tak beberapa lama, tubuh dua wanita ini sudah bugil separuh. Hanya celana dalam masih tersisa di tubuh masing masing. Lidah Henny dengan liar menyapu putting susu Santi. Santi mengelinjing menahan geli.

“Santi gantian yah, kamu yang jilatin t-*-t-* ku,” pinta Henny tak lama kemudian. Santi diam “kak…. “katanya. “ayolah San, gak apa koq…” rayu Henny. Santi perlahan mendekati putting susu Henny, dan lidahnya mulai menjilati putting susu itu.

“oh, apa yang aku lakukan..” ujarnya dalam hati.

Henny mengerang, dia merasa nikmat, lidah Santi mengelitik putting susunya. Tangan Henny perlahan membuka celana dalamnya sendiri, lalu dengan jarinya dia meraba raba vaginanya. “ohh.. Santi.. “erang Henny.

Santi tak banyak berkomentar, dia hanya menjilati putting susu Henny, berharap wanita ini segera puas. “Santi, sayang.. mau jilatin m-*-m-*-k saya…” pinta Henny. “ha.. maaf kakak, Santi tak bisa…” katanya. “coba saja, sayang..” bujuk Henny. “Santi mengeleng “tolong kak, Santi gak bisa.. “katanya. Akhirnya Henny mengalah, dia tahu Santi bukan seorang lesbi, dia tak memaksa.

Tapi Henny meminta, Santi untuk memainkan klitorisnya dengan jarinya. Santi agak ragu, tapi akhirnya dia melakukannya juga. Perlahan jari Santi, mulai menyentuh, klitoris Henny. “ahh.. iyah di situ, sayang.. terus..” erang Henny. Santi pun mulai meraba raba klitoris Henny. Dia berbuat seakan sedang melakukan masturbasi. Jari Santi yang lembut terus memainkan klitoris Henny.

“Santi, colok lobangnya.. “pinta Henny lagi. Santi pun memasukkan jari telunjuknya di liang vagina Henny. Ada perasaan aneh di hati Santi, dia juga merasakan jijik, tapi mau tak mau dia melakukannya. Jari Santi bergerak keluar masuk liang vagina Henny yang semakin basah. Henny pun mengerang kenikmatan.

Cukup lama Santi harus memainkan vagina Henny sampai, Henny mencapai kepuasannya. Henny kembali menciumi Santi. Tapi santi menolak secara halus, “kakak, sudah malam, Santi harus pulang..” Henny tersenyum, “baiklah San, aku antar kamu pulang yah..” katanya.

Sambil mengemudikan mobilnya, Henny berkata “Santi, jika nanti, kamu mau kuliah, tapi biayanya kurang, jangan ragu yah, bilang sama saya, pasti saya bantu kamu..”. Santi menatap Henny, wajah terlihat serius.. “terima kasih, kakak..” ucap Santi.

Mobil itu tiba kembali di rumah Santi. Sebelum turun, Henny memberinya beberapa lembar uang ratusan ribu. “sudah kak, yang kemarin masih ada, gak usah..” tolak Santi. Tapi Henny memaksa “ayo, ambil, buat kamu jajan..”. “terima kasih kak..” ujarnya, lalu turun dari mobil itu.

Santi berjalan memasuki rumahnya, tampak ayah tirinya yang membukakan pintu rumah itu. “terima kasih, yah..” kata Santi. Lalu Santi terus masuk ke kamarnya. Ayah tirinya pun mengikutinya. “Santi, ayah tahu, kamu bukan kerumah teman..” kata Ayahnya. Santi menatap ayahnnya “iyah… “jawab Santi.

“Santi, kalau kamu memang mau lulus, dan mau kuliah, coba hentikan dulu kegiatan kamu itu, belajar dulu, setelah lulus, baru deh.. “kata ayah tirinya menasehatinya. “iyah ayah..” kata Santi. Ayahnya tersenyum. Santi pun membuka bajunya, dan menggantinya dengan baju tidur. Mata ayah tirinya menatap nafsu, tubuh putri tirinya itu. “ayah kepingin..” goda Santi.

“eh.. tidak, lain kali saja, kamu harus konsentrasi belajar..” kata ayah tirinya lalu keluar kamar tidurnya. “dulu maksa, sekarang gua tawari malah kabur.. “ujar Santi dalam hati.

>>>

Hasil jerih payah Santi selama sebulan tak sia sia, dia berhasil pulang kerumah dengan baju seragam yang penuh coretan tanda tangan teman temannya. Baju seragam abu abu putih, yang tak akan di gunakannya lagi. Santi berhasil lulus, walau nilainya tak tinggi.

Begitu juga dengan Lala, tapi Gina tak nampak di sekolahnya itu, dia gagal..

Santi pulang kerumah dengan ceria, di antar oleh Tedy. “Santi nanti malam, jadi yah..” kata Tedy. Santi mengangguk. Motor Tedy pun kembali berjalan, meninggalkan Santi di depan rumahnya. Santi masuk ke dalam rumahnya. “ibu.. ibu… “jerit Santi.

“ada sih..” kata ibunya. “Santi lulus bu…” kata Santi. Ibunya tersenyum, “syukurlah… “ujar ibunya. Ada ke banggaan tersendiri di hati ibunya.

>>>

“Santi, kamu mau makan di mana ? “tanya Tedy. “ehm, terserah kamu deh..” jawab Santi. “loh koq, kamu dong yang milih, ini kan buat ngerayain ke lulusan kamu “kata Tedy. “ih, makan di tempat biasa aja deh “kata Santi.

Akhirnya Tedy membawa Santi, ke café yang sudah beberapa kali di kunjungi mereka. Mereka pun makan malam di sana. Tedy, tampak ceria malam itu. Setelah selesai makan malam, Tedy pun memesan ice cream. “Santi, kita kan sudah sering pergi keluar bersama, kalau menurut kamu, saya gimana..” tanya Tedy, sambil memakan ice cream yang tersedia di meja itu.

“ehm, maksud kamu ? “tanya Santi. “yah, menurut kamu, saya itu orangnya gimana ? “ulang Tedy. “oh itu, kamu baik, kadang lucu, tapi juga suka nyebelin..” jawab Santi “Tedy tersenyum saja. “eh kalau saya gimana ? “tanya Santi. “kamu cantik, kamu baik..” jawab Tedy. Santi tersipu.

“Santi, mau gak, kalau kamu jadi pacar aku..” tanya Tedy. Santi menatap Tedy, matanya seperti berbinar. Santi tak bisa menjawab. “Santi, koq diam, saya salah bicara yah “ujar Tedy. Santi menggeleng, “tidak Tedy, kamu baik sekali.. tapi saya.. saya tidak bisa.. saya saya masih harus kuliah dulu..” tolak Santi dengan halus.

“tak masalah, saya akan tunggu kamu, yang penting kamu resmi jadi pacar saya..” kata Tedy lagi. “tapi.., ehm.. Tedy, boleh saya pikir satu hari..” kata Santi. “Tedy menatap Santi, “apa saya kurang baik untuk kamu..? “tanya Tedy. “tidak Tedy, malah kamu terlalu baik…” jawab Santi.

Tedy diam, dia tidak memaksa, walau hati kecilnya kecewa, terhadap penolakan Santi.

>>>

Santi termenung di kamarnya. Tanpa terasa air matanya mengalir. Dia tak bisa menerima cinta Tedy. Santi merasa tak pantas, menerima cinta Tedy. Santi berusaha menekan perasaannya….

>>>

Siang hari Tedy menagih janji Santi. Meminta keputusan Santi. Apa Santi menerima cintanya atau tidak.. Saat itu mata Santi lurus kedepan menghadap lautan luas, di pantai itu. Angin laut menerpa wajahnya, menghembus rambutnya yang hitam, terurai. Tedy pun tampak diam, tak berbicara…

“Tedy, saya tak pantas menerima cinta kamu..” ucap Santi, kemudian. “Tedy menarik nafasnya “saya bisa mengerti, tapi tolong katakan, apa sebabnya kamu menolak saya..” pinta Tedy. Santi menatap, matanya berkaca kaca, “Tedy, saya sudah.. saya tidak.. suci lagi..”. Tedy tersenyum “aku tak peduli soal itu, aku gak butuh keperawanan kamu koq, yang aku butuhkan diri kamu…” kata Tedy.

Santi menarik nafas lagi, hati kecilnya ingin berbohong, ingin menyembunyikan rahasia hidupnya, tapi tidak, suatu saat pasti akan ketahuan, pikirnya.. “Saya perek, tapi saya tak ingin hidup dalam ke bohongan “ujarnya dalam hati.

Santi sadar ini konsekuensi, yang harus di terimanya,walaupun semua berlawanan dengan hatinya, Santi pun mengambil keputusan dan berkata, “Tedy, saya sebenarnya seorang pelacur, saya menjual tubuh saya, demi uang..”.

Tedy menatap Santi, kupingnya jelas mendengar ucapan Santi tadi. Tedy tak berbicara sepatah kata pun, dia menarik tangan Santi, dan memboncengnya dengan motornya. Tedy, menjalankan motornya, keluar dari pantai rekreasi itu. Motornya melaju hingga tiba di rumah Santi.

Santi turun dari motor itu. “Tedy.. maaf…” ujar Santi, yang langsung di sela Tedy. “Santi, kalau kamu tak suka sama saya, bilang saja terus terang, jangan memakai alasan yang tidak masuk akal, alasan kamu, sangat merendahkan diri kamu, aku serius, sayang sama kamu..”kata Tedy panjang lebar. Tedy benar benar tak bisa percaya, kalau Santi itu seorang pelacur.

Santi hanya bisa terdiam, menatap Tedy. “Santi, saya tidak akan menganggu kamu lagi “katanya. Lalu Tedy memutar gas motornya, dan motor itu melaju cepat, meninggalkan dirinya yang berdiri, menatap motor Tedy melaju cepat, hingga menghilang dari pandangan matanya.

Santi hanya bisa melampiaskan ke sedihan hatinya dengan membasahi bantalnya dengan air mata.

>>>

Beberapa hari kemudian, Santi menerima pangilan dari Hpnya “eh, perek, eloe kuliah dimana jadinya ? “tanya Gina. “eh gak tau nih, mungkin bareng sama si Lala, ambil ekonomi “jawab Santi. “oh, gitu..” kata Gina lagi.

“eh Gina, eloe gimana, terusin sekolah atau..” tanya Santi. “sekolah.. sekolah apaan sih.. ? “ledek Gina. Santi hanya terdiam.Lalu mereka berbincang bincang sebentar.

“Santi eloe lagi nganggurkan, eloe mau ke mari gak, ada teman gua mau ketemu..” tanya Gina. “eh, gua lagi males nih..” kata Santi. “ah eloe, ayo dong.. “rayu Gina. “Dari pada bermuram durja di rumah, emang benar juga lebih baik gua pergi aja deh “pikir Santi.

>>>

“nah, gitu dong, wah eloe sexy sekali “kata Gina, begitu melihat Santi di food court mall itu. Santi hanya tersenyum. Ada seorang cowok muda, berusia kira kira 30 tahun di sana, dia juga menatap Santi. “eh Santi kenalin nih, teman gua Bernad “kata Gina.

Mereka pun berkenalan. Bernad memang tampak gagah, dan wajahnya juga ganteng.

Sambil minum dan makan, cemilan, mereka bercanda.

“eh Nad, tunggu ya.. gua mau pipis, yok San, temani gua..” ajak Gina. Mereka berdua jalan ke WC, “San, eloe mau gak di booking dia ? “tanya Gina. “oh eloe sekarang udah jadi germo yah..” canda Santi. “berengsek loe, gua lagi M, kalau enggak gua juga enggak rela kenalin dia sama eloe..” kata Gina.

“emang kenapa “tanya Santi. “bayaran-nya bagus, main-nya enak..” kata Gina.

“ah, masa sih ? “kata Santi. “benar, jilatannya jago, tapi dia juga minta di isep.. jo..” kata Gina lagi. “ehm, boleh juga.. tuh..” kata Santi. Tiba tiba, tanpa di sadari mereka seorang wanita paruh baya menegurnya sinis “hem, masih muda muda, cantik cantik, tapi jadi pelacur, dasar murahan..”.

“ha, eloe bilang apa, jangan jangan laki eloe pernah n-*-e-*-t-*-t ama gua yah, jadi eloe sirik….” kata Gina sewot. Wanita itu melonggo “kurang ajar “katanya. “Gina, udah deh, ayo jalan..” kata Santi menarik Gina keluar dari toilet itu.

>>>

“Santi, kamu mau ke hotel mana sayang..” kata Bernad, sambil memegang kemudi mobilnya. “terserah deh, aku ikut aja..” kata Santi. Mobil Bernad pun terus melaju.

Mobil itu melaju, tanpa di sadari sebuah motor mengikutinya. Motor itu perlahan menyusul mobil yang di tumpangi Santi itu. Santi melihat mator itu dengan jelas.

Walau pengemudi motor itu memakai helm, yang menutupi wajahnya, tapi dia kenal dengan motor itu. Motor itu milik Tedy.Sampailah mobil itu masuk ke sebuah motel. Motor yang membuntutinya pun berhenti tepat tak jauh dari motel itu.

>>>

“ayo, dong San, sini kemari “kata Bernad memangil Santi untuk berbaring di sebelahnya. Santi pun berjalan, lalu dia berbaring ke ranjang itu, di sebelah Bernad. “San., eloe kanapa sih, kayak cewek lagi frustasi gitu, gak semangat..” tanya Bernad. “ah, gak apa apa koq..” jawab Santi.

“apa, eloe gak suka sama gua…” tanya Bernad lagi. Santi tersenyum “ah.. semua cowok sama koq, gua suka semua cowok..” jawab Santi sekenanya. Bernad lalu mulai mencium bibir Santi. Dan Santi pun ikut membalas ciuman Bernad. Entah karena terlalu berpikir tentang Tedy, dia merasa ciumannya kali ini begitu hambar. Lain halnya dengan Bernad, yang terlihat nafsu mencium bibir Santi.

Bernad semakin tak sabar, dia membuka pakaian Santi, satu persatu. Kini Santi telah berbugil, berbaring di ranjang itu. Bernad juga mulai mempreteli pakaiannya sendiri. Penisnya terlihat sudah ngacung tegak. “San, servis dong..” pinta Bernad lagi. Santi lalu memegang batang penis tegak itu, dan mulai mengocoknya. “oh.. yah.. enak..” erang Bernad.

Tapi itu tak lama, Bernad meminta Santi unutk mengulum batang penisnya “Santi, isep dong..” pintanya. Dan Santi pun harus memenuhi kewajibannya sebagai pemuas nafsu. Dia pun membuka mulutnya mengulum penis itu, dan membuat Bernad mengerang kenikmatan. Bernad terus mengoyang batang penisnya di mulut Santi. Dia juga memegang kepala Santi, lalu mengoyangnya, dengan cepat.

Penisnya terus melaju cepat, keluar masuk mulut Santi. “oo..ahhh… enak sekali… “erang Bernad. Bernad tampak nikmat dengan permainannya itu. Penis itu di tekan masuk dalam dalam, lalu spermanya muncrat, di dalam mulut Santi. “ohhh.. Santi.. enak sekali….” erang Bernad, yang orgasme.

Setelah penis itu terlepas dari mulut Santi, Santi pun berlari ke toilet, memuntahkan sperma Bernad yang penuh di mulutnya. Santi berkumur. “oh, seharusnya gua nggak main sama dia.. seharusnya gua ngak mau di booking dia.. gua mesti berhenti jadi pelacur..” ujarnya dalam hati.

Santi kemudian keluar dari toilet itu. “Nad, eloe udah keluar kan, udahan yah, kepala gua sakit nih..” pinta Santi. “wah, gak bisa gitu dong sayang, gua kan belom coba m-*-m-*-k eloe..” kata Bernad. “yah, lain kali deh, kepala gua sakit nih..” pinta Santi lagi. “wah, eloe gitu sih..” kata Bernad, lalu menarik Santi hingga terbaring di ranjang. Bernad pun langsung memainkan buah dada Santi.

Tangannya meremas remas buah dada Santi, dan lidahnya juga menjilati putting susunya. Santi sama sekali tak merasa nikmat. Santi benar benar tidak mood, pikirannya kacau. Santi terus terbayang bayang wajah Tedy. Tangan Bernad juga meraba raba, vagina Santi. Vaginanya terasa kering kerontang. Santi tak merasa nikmat. “aduh.. sakit Nad..” erang Santi ketika tiba tiba Bernad memasukan jarinya di liang vaginanya.

Jari Bernad, terus bergerak di liang vagina Santi “ahh.. udah Nad.. udah..” pinta Santi agar Bernad menghentikan kegiatannya. Tapi tidak, Bernad terlihat asik dengan permainannya. Jarinya terus merodok liang vagina ABG itu. Santi meringis, merintih, dia benar benar tak selera. Setelah puas, Bernad Akhirnya memasukan penisnya yang terlihat tegak itu ke liang vagina Santi.

Santi akhirnya harus melayani Bernad, walau hatinya sebenarnya tak sudi. Penis Bernad menghentak masuk, “aduhhh…. “jerit Santi. Bernad mengerang, merasakan nikmat vagina muda ini. Penisnya bergerak keluar masuk, dengan desahan Bernad yang bernafsu. Santi mengigit bibirnya, berharap Bernad segara ejakulasi.

Penis Bernad terus bergerak, keluar masuk, dan Santi hanya mengerang, tanpa menikmati genjotan nafsu Bernad. Hatinya gundah, pikirannya kacau. “ohh, m-*-m-*-k eloe masih enak juga yah San..” ujar Bernad, terus mendesak desak liang kewanitaan Santi dengan penuh nafsu.

Santi hanya diam, menanti permainan ini segera selesai. Setelah cukup lama bertahan, akhirnya Bernad pun melepas spermanya. Bernad sudah terpuaskan. Santi pun segera berlari ke toilet, dia membasuh vaginanya, duduk di atas kloset. Butir butir air matanya tanpa terasa membasahi pipi mulusnya.

Dia tidak di perkosa, tapi memang menyerahkan dirinya untuk di nikmati lelaki, dengan bayaran sejumlah uang. Santi menangis, merenungi nasibnya. Biar bagaimanapun, dia seorang manusia, yang punya perasaan. Apakah dia harus mengubur rasa cintanya dalam dalam ?

>>>

“Santi sorry yah, gua buru buru, nih bayaran eloe..” kata Bernad sambil memberinya uang jasa servis Santi. “oh yah ini gua tambahin buat ongkos taksi eloe..” katanya lagi, sambil meninggalkan dia di kamar motel itu.

Santi pun mengambil uang itu, lalu berjalan dengan gontai keluar dari motel itu. Kakinya terus melangkah, hingga ke halte tak jauh dari motel itu. Santi duduk, menunggu kendaraan umum.

“apa gua pantes menerima cinta Tedy ? “ujarnya dalam hati. “seharusnya ini bukan jalan hidup gua, gua salah jalan, gua mesti kembali…” ujarnya lagi. Santi benar benar tak tahu harus berbuat apa.

Santi sangat menyukai Tedy, tapi dia benar benar merasa dirinya terlalu kotor untuk Tedy. “apa Tedy masih bisa menerima gua, kalau dia tahu gua ini perek.” pikirnya.

Kini di hatinya terdapat rasa sesal yang dalam….

Ada yang benci dirinya

Ada yang butuh dirinya

Ada yang berlutut mencintainya

Ada pula yang kejam menyiksa dirinya

Ini hidup wanita si kupu kupu malam

Bekerja bertaruh seluruh jiwa raga

Bibir senyum, kata halus merayu memanja

Kepada setiap mereka yang datang

Dosakah yang dia kerjakan

Sucikah mereka yang datang

Kadang dia tersenyum dalam tangis

Kadang dia menangis di dalam senyuman

Oh, apa yang terjadi terjadilah

Yang dia tahu tuhan penyayang umatnya

Oh, apa yang terjadi terjadilah

Yang dia tahu hanyalah menyambung nyawa