"Susah.."
"Kehidupan yang penuh penderitaan dan kesusahan ini akan aku akhiri"
"Yah, akan aku akhiri, sampai di sini"
"Bertahun-tahun telah aku alami kepahitan, penderitaan, kesusahan yang tidak pernah berakhir, aku bertekad untuk merubahnya walau nyawaku taruhannya.. Yah, walau nyawaku taruhannya.."
Bapak hanya diam saat aku mengutarakan niatku, entah apa yang dia pikirkan atau sama sekali tidak mendengarkan ku.
"Sulit, sulit Joko", ucapnya, membuka pembicaraan
"Bapak sudah pernah melakukannya, tapi tidak pernah menemui tempat itu"
*****
Dengan bekal yang tidak mencukupi, aku bertekad.. Yah bertekad untuk ke tempat yang pernah dituju Bapak. Rasa lelah dan letih aku tahankan untuk mengejar impianku, impian yang tidak pernah aku rasakan selama 32 tahun. Rasa kantuk yang melandaku di dalam Bus yang membawaku ke tempat yang akan aku tuju tak mampu menahanku.
Aku terus terjaga sehari semalam, hingga di pertengahan jalan aku minta diturunkan, yah aku turun dimana nampak pohon-pohon disekelilingku dengan batangnya yang besar, tinggi dan daunnya yang rimbun. Aku memilih jalan yang berada di sebelah kiriku, menembus belantara dengan tekad yang mantap. Terus berjalan, menyibak semak belukar dengan parang yang telah aku siapkan dari rumah. Rasa letih dan lelah, aku tahankan, keringatku pun mulai bercucuran, membasahi pakaian yang aku kenakan.
Tekad yang membuatku untuk mengakhiri penderitaan hidup, kesusahan hidup, untuk mencari tempat pemujaan yang pernah dicari Bapakku. Yah, itulah yang aku cari sekarang ini, menyusuri hutan belantara tanpa rasa takut, ngeri dan sebagainya.
Hingga berhari-hari aku menyusuri hutan tersebut, namun belum juga aku temukan, entah berapa bukit dan lereng telah ku lewati, dan entah sudah berapa kilometer aku berjalan sejak aku turun dari bus dua hari yang lalu. Rasa takut mungkin sudah tidak ada lagi padaku, bermalam di tengah hutan yang sepi, gelap, dengan suara-suara yang menakutkan, dan kadang suara auman harimau, lolongan srigala, dan binatang yang lainnya tidak membuatku gentar dengan tujuanku.
Sepertinya aku berada dalam keputus asaan, tiga hari sudah aku mencari tempat itu, namun belum menemukannya, bekal yang ku bawa hanya tinggal 2 potong roti saja, air minum sudah habis dua hari yang lalu, dan aku memanfaatkan air embun yang menempel di daun-daun atau air hujan.
"Peduli setan, aku bisa memanfaatkan pucuk-pucuk pohon hijau untuk makananku", bisikku dan terus melanjutkan perjalanan, menaiki bukit yang berada di depanku.
Dengan susah payah menaiki bukit tersebut yang curam dari bukit sebelumnya yang pernah aku naiki dan semak belukar yang rimbun. Perjalanan di sinilah aku banyak menemukan rintangan, begitu curamnya bukit ini membuatku sering terpeleset atau terjatuh dan belum lagi berbagai ular yang aku temukan. Ah, begitu banyaknya, namun selagi ular tersebut tidak mengganggu aku tidak akan membunuhnya.
Perjalananku yang terus aku lanjutkan, membawaku ke atas bukit dan, Ahh.. Aku begitu terkejut melihat pemandangan di depanku, begitu indah, hamparan rumput hijau dengan diselingi dengan aneka bunga yang sangat indah, menakjubkann.
Pemandangan tersebut membuat aku terpesona, memperhatikan disekelilingku, wah.. Begitu indah dan asri seperti ada yang merawatnya. Aku terus berjalan mendekati biasan air yang nampak di mataku, dan ternyata sebuah danau yah, sebuah danau yang tidak begitu luas, memanjang dengan airnya yang berwarna biru dan tenang.
Melihat air, aku langsung meraihnya dengan tanganku, hemm.. Dingin kurasakan, sejuknyaa. Aku membasuh mukaku, akhh.. Segarnyaa. Akh, kenapa tidak mandi saja sekalian, aku sudah tidak mandi beberapa hari ini, yah, lebih baik aku mandi, agar lebih segar lagi, dan mulai membuka seluruh pakaianku hingga telanjang bulat dan memasuki danau tersebut. Akkhh segarnya, segarnyaa.
Beberapa lama aku menyegarkan tubuhku di danau tersebut, menggosok seluruh tubuhku, dan menyudahinya memakai pakaianku kembali dan berjalan mendekati sebuah pohon yang besar dan di bawahnya terdapat batu pipih, besar yah seperti sebuah altar, mungkin tempat inilah yang dimaksud Bapak, tempat yang tidak berhasil dia temukan.
Aku memulai ritualku, duduk di atas batu tersebut, menyilangkan kedua kakiku dan kedua tangan kuletakkan ke atas kedua pahaku. Entah berapa lama aku melakukannya, dan tentu saja banyak godaan dalam semediku tersebut namun bisa aku atasi, hingga aku terjaga, membuka mataku, melihat pemandangan di depan yang terang, aku sadar ternyata saat itu malam hari dan sinar bulan purnama menyinari tempat tersebut.
Air danau bergolak seperti mendidih beberapa lama dan kemudian keluar makhluk besar tinggi, yah mungkin menatapku karena tidak begitu jelas aku lihat matanya karena jarakku dengan danau tersebut sekitar 200 meter. Makhluk tersebut berjalan mendekatiku hingga semakin dekat dengan hanya berjarak 100 centi saja dari tempatku.
Yah aku bisa melihat makhluk tersebut dengan jelas, dengan ukuran badan yang besaar sekali dan bulu-bulu lebat menutupi semua tubuhnya berwarna hitam, tinggi.. Tinggi.. Sekitar 3 meter lebih aku perhitungkan makhluk tersebut, namun matanya tidak kelihatan karena ditutupi alisnya yang tebal dan menjuntai sampai ke bawah, entahlah entah berapa panjang, karena bulu-bulu yang menutupi seluruh badannya juga begitu lebat dan panjang.
"Bisa Eyang, yah Saya bisa memenuhi syarat yang Eyang minta", jawabku saat mendengar pertanyaan yang kudengar.
Dengan perlahan tangan makhluk tersebut yang begitu panjang sampai ke mata kakinya dengan jari-jari yang panjang juga merogoh tepat dibawah perutnya dan menjulurkan batang besar panjang hitam dan berbulu semuanya ke depanku hingga ujungnya yang lancip tersebut menyentuh bibirku. Yah, mungkin kontol makhluk tersebut, pikirku.
Aku membuka mulutku dan memasukan ujung kontolnya, aku merasakan bulu-bulu di kontol makhluk tersebut begitu lembut, dingin seperti air danau tersebut, yah seperti air danau tersebut. kontol makhluk tersebut terus memasuki mulutku lebih dalam, lebih dalam lagi hingga batang kontol makhluk tersebut amblas ke dalam mulutku, perutnya yang penuh bulu-bulu tersebut rapat ke mukaku. Begitu lama batang kontol makhluk tersebut membenam di dalam mulutku. Sesekali makhluk tersebut mengerang dengan suara yang berat dan keras, suara yang menakutkan, hingga tiba-tiba makhluk tersebut menjerit dengan suara yang sangat keras menimbulkan gema di sekitar tersebut.
"Aakhhookhhokk.."
Aku hanya diam, menutup mataku, perlahan aku rasakan kontol makhluk tersebut keluar dari dalam mulutku seperti jalannya ular di gurun pasir, lambat.. Lambat.. Hingga kurasakan ujung batangnya atau kepala kontol tersebut dapat ku rasakan di lidahku, akh.. Besarnya, gila pikirku sampai mulutku mengembung dan sekarang jarak makhluk tersebut semakin jauh dari tempatku, yah jaraknya dua kali lipat dar semula, ahh, berarti kontol makhluk tersebut menjadi dua kali lipat saat berereksi, gila.. Dan mulutku bisa menampung semuanya?? Tidak logis memang tapi ini makhluk gaib, dunia gaib, aneh, aneh dan aneh yang tidak mampu dicerna dengan akal.
Permainan makhluk tersebut baru dimulainya saat tangannya mencengkram tubuhku, dengan paksa menarik kakiku ke atas dan, blass.. Krakk.. Aku mendengarkan kulitku terkoyak, yah lobang pantatku terkoyak saat ujung kontol makhluk tersebut menembusnya, dengan pelan batang kontolnya masuk atau tepatnya berjalan, merambat, terus, terus masuk, hingga tubuh makhluk tersebut rapat ke pantatku.
Kembali makhluk tersebut diam, hanya diam, namun perutku merasa sakit seperti saat kontolnya berada di dalam mulutku seperti di remas-remas, diaduk-aduk isi tubuhku, rasa nyeri, sakit, dan sebagainya aku tahan dengan menggigit bibirku dengan kuat. Desahan makhluk tersebut terdengar lagi, hingga jeritan atau desahan panjang seperti semula aku dengarkan, jeritan yang membuat makhluk tersebut mencapai puncak klimaksnya, yah mungkin itulah, dan mulai menarik kontolnya dengan pelan, yah aku rasakan saat totongnya mulai keluar dari dalam tubuhku.
Setelah puas melampiaskan nafsunya, makhluk tersebut berjalan mendekati danau tersebut dengan menyeret-nyeret kontolnya diantar kedua kakinya, dan makhluk tersebut tenggelam dalam danau tersebut.
Aku meninggalkan tempat tersebut setelah ada petunjuk dalam semediku setelah makhluk tersebut datang menjumpaiku tiga kali dan melampiaskan nafsu shawatnya kepadaku dengan cara yang seperti pertama dia melampiaskannya kepadaku, dan itu pada saat bulan bersinar terang, bulan yang bulat penuh.
Bersambung . . . . .