Setelah peju mereka habis, maka mereka segera mendapati tubuh mereka masing-masing sudah belepotan peju. Tangan mereka juga basah dan licin oleh air mani yang dikeluarkan dari penis yang mereka onani. Tangan kanan Johan belepotan sperma Iwan, sedangkan tangan kiri Iwan juga belepotan air mani yang meleleh dari kontol Tomi. Sebaliknya tangan kanan Tomi juga tak luput dari semburan peju yang memancar dari batang kemaluan Johan. Setelah puas dengan orgasmenya masing-masing dan nafas mereka mulai tenang kembali, maka mereka masing-masing asik saling memandangi tubuh bugil yang terhidang di depan mereka dengan berlepotan air mani.
"Hem, enak juga rasanya pejumu Jo, gurih dan hangat" ujar Tomi seraya sibuk menjilati jemarinya yang belepotan sperma Johan.
"Iya.. peju Johan ternyata sama enaknya dengan pejumu Tom, sama-sama gurihnya, bikin aku ketagihan ngisap kontol Johan" sahut Iwan dengan senyum nakal, sambil lidahnya sibuk menjilati jari-jari kirinya yang basah oleh air mani Tomi.
"Ah peju kalian berdua juga enak kok.. aku juga senang minum peju kalian lumayan peju kalian bisa jadi tambahan protein segar buatku" balas Johan dengan tersenyum, dan terdorong untuk turut menjalati tangannya yang masih berlepotan oleh sperma Iwan.
"Bener Jo, peju kita masing-masing akan menjadi tambahan protein untuk kita semua" sahut Iwan, sembari meremas penis Johan yang lemas, dan kemudian berkata, "Jaga baik-baik ya, kontolmu ini. Biar bisa setiap saat memberikan kepuasan dan kenikmatan buat kita bertiga. Dan jangan lupa minum STMJ biar produksi pejumu tetap banyak."
"Beres Wan, aku pasti siap memberikan kontolku ini, kapanpun kalian mau, demi kepuasan dan kenikmatan kalian" balas Johan, kemudian memeluk tubuh Iwan dan Tomi bersamaan.
Untuk beberapa saat mereka saling berpelukan dengan erat, dan saling memberikan ciuman mesra penuh kasih sayang. "Wah sial udah jam enam lewat. Pantas kok tambah gelap. Yuk, kita segera mandi, sebelum penjaga memergoki ulah kita" ujar Tomi menyadarkan mereka dari keasikkan permainan birahi itu.
Mereka pun segera sibuk membersihkan badan mereka masing-masing dari sperma yang membasahi perut, dada, tangan, dan selangkangan mereka masing-masing. Mereka pun tampak saling memandikan dan menggosok badan dengan sabun yang segar. Air hangat yang mengucur deras dari shower segera menghadirkan kesegaran baru pada badan mereka yang sempat terasa lemas kehabisan tenaga setelah dua kali mengalami orgasme.
Tapi, dasar ABG dengan nafsu kuda, kesegaran yang dihadirkan air hangat yang mengguyur badan mereka malah kembali membangkitkan birahi mereka. Penis mereka yang semula terkulai lemas, pelan tapi pasti kembali bangkit dan berdiri tegak dengan kerasnya. Johan yang pertama kali mengalami ereksi sekali lagi.
"Wah sialan kamu Jo, masa aku gosok-gosok lembut begini saja, kamu langsung ngaceng lagi" ujar Tomi yang sedang menyabuni batang kemaluan Johan yang memang sudah ngaceng lagi.
"Iya nih abis aku penasaran dan ketagihan dengan kocokanmu barusan" aku Johan sambil tersipu malu, sembari tangannya juga sibuk menyabuni penis Iwan. "Lho Wan.. kamu juga udah ngaceng lagi nih" lanjut Johan sembari meremas batang penis Iwan yang sudah ereksi dengan keras dalam genggaman tangan kanannya.
"Kamu sih, gara-gara ngeliat kontolmu ngaceng, aku jadi terangsang lagi" balas Iwan tak mau kalah.
"Kenapa Wan, kamu mau lagi ya? Jangan khawatir sayangku, aku siap setiap saat memuaskan nafsumu" timpal Tomi, sambil tangannya mengocok-ngocok penis Johan.
"Akh.. ah Tom jangan dikocok terus, ntar muncrat lagi lho" ujar Johan setengah mendesah, tetap dengan wajahnya yang tersipu-sipu malu.
"Huh kamu ini Jo, dasar nafsu kuda. Dikocok dikit aja, langsung mau ngecrot lagi" ledek Iwan sambil tersenyum, dan tangannya juga tak ketinggalan mengocok kontol Tomi yang juga sudah ikut ngaceng.
"Udah ah, jangan diteruskan di sini lagi. Ntar ketahuan penjaga kolam bisa repot. Mendingan kita teruskan lagi di rumah" kata Johan tegas.
Tawaran sekaligus tantangan Johan itu segera mendapat sambutan positif dari dua kekasih barunya itu. Dengan mata berbinar-binar, Tomi dan Iwan saling menatap menanti persetujuan masing-masing. Dari tatapan mata mereka, tampak bahwa mereka memang sangat setuju dengan usul Johan.
"Hemm.. Rasanya tantanganmu itu sungguh menyenangkan dan menggairahkan Jo, kenapa tidak ya Tom?" ujar Iwan meminta persetujuan Tomi.
"Ok aja, kalau untuk urusan kepuasan seks, kenapa harus menunggu lebih lama lagi. Ayo sekarang cepat kita selesaikan mandi kita" jawab Tomi.
"Tapi, Tom, kita mau main di mana?" tanya Iwan kebingungan.
"Yah.. itu soal gampang. Kalian tenang saja. Kebetulan ortuku sedang ke Surabaya sampai hari Senin sore. Jadi kita punya waktu bebas sampai Senin siang di rumahku" jawab Johan dengan cepat.
"Cihuyy.. asik.. kita bisa pesta seks bertiga sampai besok pagi" ujar Iwan kegirangan.
"Kenapa Cuma sampai besok pagi Wan? Kan ortu Johan di Surabaya sampai Senin sore" ralat Tomi dengan cepat.
"Benar Wan, kita punya waktu pesta seks bertiga dua hari dua malam, sampai Senin siang" sambung Johan.
"Wah kalau begitu lebih menyenangkan dong" sahut Iwan sambil tersenyum girang, kemudian memeluk dan menciumi Johan.
"Udah udah Wan cepetan mandinya biar kita cepat sampai rumah Johan" potong Tomi sambil menyirami badan Iwan dan Johan yang masih berlepotan sabun mandi.
Segera setelah mandi, mereka bergegas menuju tempat parkir sepeda motor mereka. Sambil berjalan di sisi kolam renang yang temaram, mereka asik bercakap-cakap mengenai rencana pesta seks dua hari dua malam di rumah Johan. Sementara itu, kolam renang itu sudah sepi, tak seorang pun ada di dalamnya, kecuali seorang penjaga kolam renang yang tampak asik mendengarkan siaran radio di dekat parkiran sepeda motor.
"Jo, tapi aku harus pulang dulu pamit ke ortuku. Kalau nggak mereka bakal bingung mencariku, dan aku bisa kena semprot karena gak pulang dua hari" ujar Tomi.
"Iya Jo, aku juga mau pamit dulu sambil mengambil pakaian ganti dan menaruh celana renang yang basah ini" timpal Iwan.
"Ok deh.. aku ikut kalian aja. Kita jalan bertiga, soalnya aku malas pulang sendirian. Di rumah sepi, lagian bete nungguin kalian datang. Tapi celana renang kalian jangan ditinggal di rumah. Bawa aja sekalian, besok kita bisa puas berenang seharian di rumahku" sahut Johan.
"Beres Wan. Kita bisa makan dulu di rumahku sebelum berangkat ke rumahmu" ujar Iwan.
"Tapi Jo, kalau memang rumahmu kosong, ngapain kita renang pakai celana renang? Kan lebih asik kalau kita renangnya bugil. Jadi bisa pegang-pegang kontolmu" ujar Tomi, sambil kemudian segera terbahak gembira.
"Huh dasar otak ngeres yang dipikir cuma kontol aja" cela Iwan sambil turut terbahak, dan diikuti dengan tawa lepas dari mulut Johan.
"Ya tapi kamu suka juga kan, kalau kontolmu aku pegang-pegang saat sedang renang" balas Tomi tak mau kalah.
Mereka pun segera mengambil dan mengendarai sepeda motor masing-masing, kemudian menjalankannya dengan santai saling beriringan menuju rumah Tomi, kemudian langsung menuju rumah Iwan. Beruntung orang tua Tomi dan Iwan sudah mengenal baik dan percaya dengan hubungan persahabatan mereka bertiga. Sehingga mereka tidak memperoleh kesulitan untuk mendapatkan ijin dari orang tua masing-masing untuk menginap dua hari di rumah Johan.
Segera setelah memarkir sepeda motor masing-masing di garasi rumah Johan, mereka bertiga bergegas menuju kamar tidur Johan yang luas dan nyaman. Dengan tidak sabar, Johan segera mengunci pintu kamar tidurnya, kemudian dia pun segera menelanjangi dirinya di depan mata Iwan dan Tomi yang menatap dengan penuh nafsu birahi. Begitu usai melucuti semua pakaiannya hingga telanjang bulat, Johan segera merebahkan badannya di tempat tidur king size yang empuk dengan kaki mengangkang lebar. Posisi yang menantang itu memaksa Tomi dan Iwan meneguk ludah beberapa kali. Sementara penis mereka juga sudah ereksi total akibat terangsang oleh pemandangan tubuh Johan yang sangat menggiurkan. Apalagi saat mereka mengamati penis 17,5 cm milik Johan yang berdiri dengan gagah dan anggun seolah menantang kejantanan penis mereka.
Tomi dan Iwan tampak terkesima melihat keindahan lekuk liku serta kemulusan badan Johan. Mereka baru menyadari betapa menggairahkannya tubuh Johan, dan karenanya mereka sungguh merasa beruntung bisa menikmati kehangatan tubuh molek itu. Mereka pun seperti tersihir dengan keindahan itu, sampai tidak bisa berkata apapun, kecuali hanya bengong. Tapi mereka tiba-tiba dikejutkan oleh suara Johan yang manja namun penuh nafsu. "Tomi, Iwan, sayangku, mengapa kalian hanya diam saja? Aku udah gak sabar nunggu lebih lama lagi nih. Ayo dong cepat buka baju kalian" desah Johan manja.
"Duh kamu ini membuat aku jadi salah tingkah terus" ujar Iwan tak kalah mesra, sambil segera melepas celana panjang dan disusul dengan melucuti t-shirt serta singlet dan celana dalam model bikininya.
Tomi pun tak kalah cepat melucuti semua pakaiannya, hingga akhirnya ia pun juga bugil menampakkan batang kemaluannya yang sudah ereksi sepanjang 17 cm. Dengan cepat pula, Tomi segera merebahkan badannya di sisi kiri Johan, menyusul Iwan yang sudah lebih dulu merebahkan badannya di sisi kanan Johan. Ketika Tomi merebahkan badannya, ia mendapati Johan sudah asik terlibat dalam ciuman penuh nafsu dengan Iwan. Sehingga Tomi hanya kebagian menciumi dada dan puting susu kiri Johan. Sedangkan puting susu Johan yang sebelah kanan sudah lebih dulu digelitik dan dipilin oleh jemari kiri Iwan. Sementara tangan kanan Johan juga tak mau kalah meremas-remas dan mengocok lembut penis Iwan yang sudah mulai berlendir.
Tomi yang kebagian menggelitik serta mengulum puting kiri Johan, tak mau kalah beraksi. Tangan kanannya segera menjamah penis Johan yang berdiri bebas. Posisi Johan yang rebah terlentang memudahkan tangan Tomi mengocok penisnya dengan bebas dan cepat. Dengan posisi tubuh yang miring, sambil menghisap puting susu dan mengocok penis Johan, Tomi menggesek-gesekkan penisnya ke paha mulus Johan. Perlakuan Tomi dan Iwan secara bersamaan pada tubuh Johan membuat Johan langsung terbang ke alam penuh sensasi kenikmatan seksual.
Bersambung . . . .